Anda di halaman 1dari 9

EKSTRAKSI SENYAWA DENGAN METODE MASERASI

Oleh :
Sunu Pertiwi B1B015007
Fajar Ariyanto B1A016008
Yosi Herliani B1A016023
Muhammad Faqih Al-Amin B1A016030
Bunga Arya Samantha B1A016050
Rombongan : I
Kelompok :4
Asisten : Dema Rich Luckyana

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak zaman dahulu, tanaman sering digunakan sebagai obat. Pada waktu itu orang
belum mengelolanya secara sempurna seperti pada zaman sekarang ini. Pada saat itu orang
hanya tahu suatu khasiat tanaman berdasarkan dari cerita orang yang lebih tua seperti dari ibu
ke anaknya. Suatu tanaman obat sering mempunyai khasiat yang berbeda dari tiap daerah.
Pada zaman sekarang ini orang kembali lagi menggeluti bahan alam sebagai bahan penting
dalam membuat obat. Para ahli sekarang ini telah memulai meneliti kembali tanaman obat
untuk mengetahui khasiat yang lebih mendalam dari tanaman tersebut (Ansel, 1989).
Di daerah-daerah pedalaman, banyak masyarakat yang masih menggunakan tumbuh-
tumbuhan yang mereka anggap mempunyai khasiat untuk pengobatan untuk beberapa
penyakit tertentu, tanpa pengetahuan dasar. Ada beberapa kasus, dimana masyarakat
menggunakan suatu obat, yang ternyata setelah diketahui zat aktifnya melalui ekstraksi dan
identifikasi komponen kimia, ternyata memberikan efek yang berlawanan, hal ini tentunya
membahayakan bagi jiwa manusia. Dari alasan tersebut di atas, maka dianggap perlu
pengetahuan yang cukup untuk mengenal berbagai macam tumbuhan yang berkhasiat obat,
mulai dari morfologi, kegunaan, prinsip-prinsip ekstraksi, isolasi dan identifikasi komponen
kimia yang terdapat dalam suatu simplisia, khususnya bagi seorang farmasis. Dan pada
laporan ini, akan diidentifikasi komponen kimia sampel daun tumbuhan X,dengan terlebih
dahulu di ekstraksi (Ansel, 1989).
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk
dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintesis, perubahan dan
metabolisme, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organik. Fitokimia
biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi
kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit (Ansel, 1989).

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara Ekstraksi Senyawa dengan Metode Maserasi yaitu :


1. Mahasiswa mampu membuat ekstark senyawa-senyawa yang ada dalam simplisia.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah timbangan analitik, gelas
beaker, tabung erlenmeyer, jerigen 1 liter, Vacum Rotary Evaporator, dan corong.
Bahan- bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah teh (Camellia
sinensis), seledri (Apium graviolens), kunyit (Curcuma longa), alumunium foil, dan
kapur tohor.

B. Metode

Cara kerja praktikum kali ini adalah :

1. Sampel kunyit seberat 10 gr ditimbang, direndam dalam etanol 96% dengan


ketinggian etanol 2,5 cm selama 24 jam ditutup menggunakan alumunium foil.
2. Cairan maserat dipindahkan ke dalam jerigen. Maserat diremaserasi lagi dengan
etanol 96%. Ditutup kembali dengan alumunium foil.
3. Langkah 5-7 diulang lagi, dilakukan sebanyak 3x24 jam.
4. Maserat diuapkan dengan Vacuum Rotary Evaporator dan didapatkan ekstrak kental.
5. Ekstrak kental disimpan dalam baki plastik yang telah ditaburi kapur tohor.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1.1 Awal Maserasi Gambar 3.1.2 Ekstrak Kental


B. Pembahasan

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan


menggunakan pelarut, sedangkan ekstrak ialah sediaan yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi tanaman yang berkhasiat obat dengan ukuran partikel tertentu, dan
menggunakan medium pengekstraksi (Makhmud, 2001). Ekstraksi merupakan langkah awal
yang dilakukan untuk mendapatkan senyawa yang akan diambil. Pemilihan metode ekstraksi
disesuaikan dengan adanya senyawa yang terkandung didalamnya. Dalam hal ini digunakan
maserasi dengan pelarut yang sesuai, yakni yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Dalam
proses ekstraksi efektifitas penarikan senyawa aktif bergantung dari pelarut yang digunakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut antara lain toksisitas,
kemudahan untuk diuapkan, selektivitas, kepolaran, dan harga pelarut (Agustina et al., 2018)
Secara umum, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama yaitu ekstraksi
secara dingin dan ekstraksi secara panas. Proses ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak
memerlukan pemanasan. Hal ini diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung
komponen kimia yang tidak tahan pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang
lunak. Sedangkan ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksi komponen kimia
yang tahan terhadap pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyak-minyak menguap yang
mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka
pori-pori sel simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel untuk melarutkan
komponen kimia. Ekstraksi secara dingin meliputi metode maserasi dan perkolasi, sedangkan
ekstraksi secara panas meliputi metode sokletasi, metode reflux, dan metode infundasi
(Ditjen POM, 1986).
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat
yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya
pada sampel yang berupa daun, contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk
melarutkan lemak/lipid (Ditjen POM, 1986). Metode perkolasi adalah cara penyarian dengan
mengalirkanpenyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan
perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel
dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan
tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk
menahan gerakan ke bawah (Ditjen POM, 1986). Metode sokletasi merupakan penyarian
simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan
penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari
simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang
ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi
dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi (Ditjen POM, 1986). Metode
refluks adalah termasuk metode berkesinambungan dimana cairan penyari secara kontinyu
menyari komponen kimia dalam simplisia cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan
uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami kondensasi menjadi
molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke labu alas bulat sambil menyari simplisia.
Proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam waktu
4 jam (Ditjen POM, 1986). Metode Infundasi merupakan metode penyarian dengan cara
menyari simplisia dalam air pada suhu 90OC selama 15 menit. Infundasi merupakan
penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari
bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil
dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara
ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Ansel, 1989).
Maserasi adalah proses penyaringan simplisia dengan cara perendaman menggunakan
pelarut dengan sekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan, dengan
pengadukan secara terus menerus disebut maserasi kinetic. Sedangkan yang dilakukan
pengulangan panambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama
dan seterusnya disebut remaserasi (Agustina et al., 2018).
Seledri adalah salah satu dari sekian banyak kekayaan alami yang memiliki berbagai
macam manfaat dalam kehidupan manusia. Seledri telah lama digunakan oleh manusia
sebagai penyedap masakan. Selain itu seledri dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk
menurunkan tekanan darah tinggi dan sebagai sampo yang dapat menghitamkan rambu.
Seledri mempunyai kelebihan atau keuntungan dibanding antihiperlidemia yang lain.
Keuntungan atau manfaat seledri dibanding obat antihipelidemia lain antara lain (I) tanaman
seledri mudah didapat, (2) proses meramunya lebih mudah dan cepat, (3) hanya
membutuhkan sedikit ketelitian dan kesabaran. Kandungan senyawa kimia pada daun seledri
adalah apiin, apigenin, manitol, inositol, asparagin, glutamin, kholin, dan linamarose selain
kandungan kimia seledri adalah tanin (Umarudin et al., 2012).
Kunyit (Curcuma longa) merupakan salah satu bahan baku obat tradisional yang
banyak tersebar di Indonesia dan telah banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Hasil
penelitian sebelumnya, diketahui bahwa khasiat kunyit terutama disebabkan oleh dua
kelompok kandungan kimia utamanya, yaitu senyawa berwarna kuning golongan
kurkuminoid dan minyak atsiri. Kurkuminoid rimpang kunyit terdiri atas dua jenis senyawa
yaitu kurkumin dan desmetoksi kurkumin yang berkhasiat menetralkan racun dan sebagai
antioksidan pengangkal senyawasenyawa radikal yang berbahaya (Sulaisyah et al., 2018).
Teh hijau (Camellia sinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman herbal yang
berasal dari Cina. Tanaman ini dapat dibudayakan di Asia Tenggara sebagai bahan baku
pembuatan obat tradisional (herbal medicine). Konsumsi teh hijau secara teratur dapat
meningkatkan sistem pertahanan dan memperbaiki fungsi organ tubuh. Hal ini disebabkan
oleh teh hijau mengandung polifenol dalam jumlah yang tinggi. Bukti penelitihan teh hijau
lebih tinggi dibanding teh hitam. Persentasi kandungan polifenol pada daun teh hijau
sebanyak 30-40%, sedangkan persentasi kandungan polifenol pada daun teh hitam sebanyak
3-10% (Ayuningtyas et al., 2018).
Rotary vakum evaporator adalah instrumen yang menggunakan prinsip destilasi
(pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada penurunan tekanan pada labu
alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar pelarut dapat menguap lebih
cepat dibawah titik didihnya. Instrumen ini lebih disukai, karena hasil yang diperoleh
sangatlah akurat. Bila dibandingkan dengan teknik pemisahan lainnya, misalnya
menggunakan teknik pemisahan biasa yang menggunakan metode penguapan menggunakan
oven. Maka bisa dikatakan bahwa instrumen ini akan jauh lebih unggul. Karena pada
instrumen ini memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik pemisahan yang lainnya.
Dan teknik yang digunakan dalam rotary vakum evaporator ini bukan hanya terletak pada
pemanasannya tapi dengan menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu alas
bulat dengan kecepatan tertentu. Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut akan menguap
dan senyawa yang larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap namun mengendap. Dan
dengan pemanasan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa yang terkandung dalam
pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi (Tobo, 2001).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. Ekstraksi simplisia dapat dilakukan dengan metode dingin dan metode panas. Metode
dingin meliputi metode maserasi dan metode perkolasi, sedangkan metode panas
meliputi metode sikletasi, reflux dan infundasi. Kelompok 4 rombongan I melakukan
ekstraksi simplisia kunyit (Curcuma longa) dengan metode maserasi.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya sampel yang akan digunakan setiap
kelompok ada, agar praktikum lebih efisien.
DAFTAR REFERENSI

Agustina, E., Andiarna, F., Lusiana, N., Purnamasari, R. & Hadi, M. I., 2018. Identifikasi
Senyawa Aktif dari Ekstrak Daun Jambu Air (Syzygium aqueum) dengan
Perbandingan Beberapa Pelarut pada Metode Maserasi. Biotropic: The Journal of
Tropical Biology, 2(2), pp. 108-118.

Ansel, H.C. 1989. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. Jakarta: UI Press.
Ayuningtyas, N.D., Sudarsono, A.P.P. and Mulyani, T., 2018. Formulasi Sabun Transparan
Menggunakan Kombinasi Madu Dan Daun Teh Hijau (Camelia sinensis L.). Jurnal
Farmasi & Sains Indonesia (JFSI), 1(1).

Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Makhmud, AI. 2001. Metode Pemisahan. Makassar: Departemen Farmasi Fakultas Sains Dan
tekhnologi, Universitas Hasanuddin.
Umarudin , Susanti R., Yuniastuti A. 2012. Efektivitas Ekstrak Tanin Seledri Terhadap Profil
Hiperkolesterolemi Lipid Tikus Putih. Unnes J Life Sci, 1(2), pp. 78-85.

Sulasiyah, S., Sarjono, P. R. & Aminin, A. L., 2018. Antioxidant from Turmeric
Fermentation Products (Curcuma longa) by Aspergillus Oryzae. Jurnal Kimia Sains
dan Aplikasi, 21(1), pp. 13-18.

Tobo, F. Mufidah. 2001. Buku pegangan laboratorium fitokimia 1. Makassar: Unhas.

Anda mungkin juga menyukai