Anda di halaman 1dari 33

Tugas Anatomi

ANATOMI GINJAL DAN KASUS KLINIS

Oleh:

HAFIZ KHIBRAN

MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

DEPARTEMEN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................................................5
1.3.1 Tujuan umum...............................................................................................................5
1.3.2 Tujuan khusus..............................................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................................................5
BAB 2 TEORI ANATOMI....................................................................................6
BAB 3 PRESENTASI KASUS................................................................................................................8
3.1 Identitas Pasien....................................................................................................................8
3.2 Anamnesis............................................................................................................................8
3.3 Pemeriksaan Fisik.................................................................................................................9
3.4 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................10
BAB 4 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................13
4.1 Nefrolitiasis................................................................................................13
4.2Anatomi dan Letak Batu pada Ginjal...........................................................14
Gambar 2.1 Anatomy Ginjal (Tampak Posterior)............................................14
Gambar 2.2 Topografi Ginjal (Tampak Anterior)...........................................15
Gambar 2.3 Anatomi Ginjal...............................................................................17
Gambar 2.4 Lokasi Batu di Ginjal.....................................................................18
4.3 Epidemiologi...................................................................................................18
4.4 Etiologi............................................................................................................19
Tabel 2.1 Prevalensi dan Etiologi Berbagai Tipe Batu Ginjal........................20
4.5Faktor Risiko...................................................................................................21
4.6 Patogenesis......................................................................................................23
4.7 Patofisiologi dan Gejala Klinis................................................................24
4.7 Diagnosis....................................................................................................24
4.8 Tata laksana...............................................................................................25
4.9 Pencegahan................................................................................................27
2
BAB 5 KESIMPULAN........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah sebuah material solid yang terbentuk di ginjal

ketika zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya.1 Berdasarkan

anatomi dari ginjal, lokasi batu ginjal biasanya khas dijumpai pada bagian pelvis dan

kaliks.2 Sekitar 80% kasus batu terbentuk secara unilateral artinya hanya ditemukan batu di

salah satu bagian ginjal saja. Batu cenderung berukuran kecil dengan rata-rata diameter 2

sampai 3 mm dan bisa berbentuk halus atau bergerigi. Terkadang penambahan progresif

garam dapat menyebabkan terbentuknya struktur bercabang yang dikenal straghorn stone

atau membentuk cetakan sistem kaliks dan pelvis ginjal. Penyebab terpenting adalah

meningkatnya konsentrasi konstituen batu di dalam urine, sehingga kelarutan konstituen

tersebut didalam urine terlampaui (supersaturasi).17 Batu bisa berada pada ginjal atau

berjalan melewati saluran kemih. Penyakit ini bagian dari penyakit urolitiasis atau bisa

disebut Batu Saluran Kemih (BSK). Lokasi dari batu bisa terkena di beberapa tempat yaitu

di ginjal, ureter dan kandung kemih. Ginjal merupakan tempat tersering terjadinya batu

dibandingkan dengan tempat saluran kemih yang lainnya.2,16 Jenis batu yang tersering pada

nefrolitiasis yaitu calcium oxalate stone dan calcium phosphate stone sekitar 75-80%,

struvite stone (magnesium, ammonium, dan phosphate) 15%, uric acid 7%, dan untuk

cystine stone 1%.

Prevalensi penyakit ini diperkirakan sebesar 7% pada perempuan dewasa dan 13%

pada laki-laki dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak

adalah dekade ketiga sampai ke empat . 2 Di Indonesia sendiri, penyakit ginjal yang paling

sering ditemui adalah gagal ginjal dan nefrolitiasis. Prevalensi tertinggi penyakit nefrolitiasis

4
yaitu di daerah DI Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah , dan

Sulawesi Tengah masing-masing (0,8%).

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal

akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga

tekanan di ginjal meningkat. BSK pada ginjal (nefrolithiasis) merupakan faktor pencetus

awal terjadinya hidronefrosis. Dimana nefrolithiasis dapat menimbulkan obstruksi aliran

kemih proksimal terhadap kandung kemih yang dapat mengakibatkan penimbunan cairan

bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter sehingga mengakibatkan absorbsi hebat pada

parenkim ginjal (Hall, 2009).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, pertanyaan penelitian ini

adalah “Bagaimana anatomi ginjal dan implikasi klinisnya?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui anatomi ginjal dan implikasi

klinisnya.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui anatomi ginjal.

2. Mengetahui implikasi klinis dari anatomi ginjal.

5
1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai informasi yang berhubungan dengan

anatomi ginjal dan implikasi klinisnya

BAB 2
TEORI ANATOMI

2.1 Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berada di rongga abdomen, berada di

belakang peritoneum, dan terletak di kanan kiri kolumna vertebralis sekitar

vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm,

lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, berbentuk seperti biji kacang dengan lekukan

mengahadap ke dalam, dan berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan manusia

dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih

antara 120-150 gram.

6
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak yaitu lemak pararenal dan lemak perirenal

yang dipisahkan oleh sebuah fascia yang disebut fascia gerota. Dalam potongan frontal

ginjal, ditemukan dua lapisan ginjal di distal sinus renalis, yaitu korteks renalis (bagian luar)

yang berwarna coklat gelap dan medulla renalis (bagian dalam) yang berwarna coklat

terang. Di bagian sinus renalis terdapat bangunan berbentuk corong yang merupakan

kelanjutan dari ureter dan disebut pelvis renalis. Masing-masing pelvis renalis membentuk

dua atau tiga kaliks rmayor dan masing-masing kaliks mayor tersebut akan bercabang lagi

menjadi dua atau tiga kaliks minor.

Vaskularisasi ginjal berasal dari arteri renalis yang merupakan cabang dari aorta

abdominalis di distal arteri mesenterica superior. Arteri renalis masuk ke dalam hillus

renalis bersama dengan vena, ureter, pembuluh limfe, dan nervus kemudian bercabang

menjadi arteri interlobaris. Memasuki struktur yang lebih kecil, arteri interlobaris ini

berubah menjadi arteri interlobularis lalu akhirnya menjadi arteriola aferen yang

menyusun glomerulus.

7
Ginjal mendapatkan persarafan melalui pleksus renalis yang seratnya berjalan

bersama dengan arteri renalis. Impuls sensorik dari ginjal berjalan menuju korda

spinalis segmen T10-11 dan memberikan sinyal sesuai dengan level dermatomnya.

Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa nyeri di daerah pinggang (flank) bisa

merupakan nyeri alih dari ginjal.

8
BAB 3

PRESENTASI KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : ny TY

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 36 tahun

Alamat : Jl. jendral sudirman

Tgl. Masuk RS : 11 Januari 2020

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri pada pinggang kiri dan kanan

Riwayan perjalanan penyakit : ± 1,5 bulan SMRS, penderita mengeluh nyeri pinggang, nyeri

dirasakan hilang timbul dan terkadang menjalar ke perut , pasien tidak mengeluh mual muntah.

Keluhan lainnya yaitu BAK sedikit-sedikit dan sering (-), nyeri saat BAK (-), nyeri setelah

BAK (-), riwayat BAK kemerahan (+), riwayat BAK keluar batu (-). Keluhan seperti demam

(-), menggigil (-) dan gelisah (-), BAB normal seperti biasa. Pasien berobat ke dokter umum

tetapi lupa nama obat. Keluhan pasien tidak berkurang.

Sejak ± 1 minggu SMRS, pasien mengeluh nyeri pinggang kanan dan kiri yang bersifat hilang

timbul, tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi, Pasien mengeluh mual muntah. Keluhan

lainnya yaitu pasien mengeluh BAK sedikit-sedikit dan sering (-), nyeri saat BAK (-), nyeri

setelah BAK (-), riwayat BAK kemerahan (-), riwayat BAK berpasir (-) demam (+), menggigil

(-), BAB normal seperti biasa. Pasien berobat ke IGD RSUD Toboali, Bangka Selatan.

8
3.3 Pemeriksaan Fisik

3.3.1 Status Generalisata

• Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang

• Sensorium : Compos Mentis

• Tekanan darah : 120/70 mmHg

• Nadi : 78 x/m

• Laju pernafasan : 20 x/m

• Temperatur : 36,90C

• Berat badan : 55kg

• Tinggi badan : 157 cm

• IMT : 19.76

• Status gizi : Normal Weight

3.32 Kepala dan leher

• Kepala : Rambut hitam beruban, halus, tidak mudah dicabut, distribusi merata,

tidak ada lesi di kepala.

• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, reflex

cahaya (+/+), diameter 3mm/3mm

• Hidung : Nafas cuping hidung (-), discharge (-), deviasi septum (-), epistaksis (-)

• Leher : Tidak ada pembesaran KGB, JVP (5-2) cmH2O

9
3.3.3 Status Lokalis

• Regio Lumbal D/S

• Inspeksi : Bulging (-) tanda radang (-)

• Palpasi : Massa -/-, nyeri tekan -/-, Ginjal teraba -/-

• Perkusi : Nyeri ketok CVA +/+

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah Lengkap dan urinalisa tanggal 11 Januari 2020 .

Kesan :Leukositosis dan Hematuria.

Pemeriksaan USG 12 januari 2020

10
• Hasil :

• Ginjal kanan : tampak batu berdiameter 2,52 cm di pelvis renalis. Sistem

pelvokalises melebar, calyx minor cuppung

• Ginjal kiri : tampak batu berdiameter 1,48 cm di 1/3 proksimal ureter. Sistem

pelvikkalies melebar. Calyx minor normal.

• Kesan :

• Hidronefrosis kanan gr 2 ec nefrolitiasis kanan

• Hidronefrosis kiri gr 1 disertai pelebaran ureter proksimal kiri ec ureterolitiasis

1/3 proksimal kiri

Pemeriksaa

n foto BNO IVP tanggal 11 januari 2020.

Interpretasi BNO :

11
Tampak batu radioopak pada kaliks ginjal kanan.

A. Diagnosa Utama

Hidronefrosis e.c Nephrolithiasis dextra et sinistra

B. Penatalaksanaan

Konservatif :

Diet biasa

Edukasi

Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakit

Memberikan informasi kepada pasien mengenai komplikasi

Memberikan informasi kepada pasien mengenai rencana terapi

Farmakologis

As. Mefenamat 3 x 500 mg P.O, Jika nyeri

Antibiotic iv

IVP

Operasi : Pro Nefrolitotomi

12
BAB 4
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Nefrolitiasis

4.1 Definisi

Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah sebuah material solid yang terbentuk

di ginjal ketika zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi

konsentrasinya.1 Berdasarkan anatomi dari ginjal, lokasi batu ginjal biasanya khas

dijumpai pada bagian pelvis dan kaliks.2 Sekitar 80% kasus batu terbentuk secara

unilateral artinya hanya ditemukan batu di salah satu bagian ginjal saja. Batu

cenderung berukuran kecil dengan rata-rata diameter 2 sampai 3 mm dan bisa

berbentuk halus atau bergerigi. Terkadang penambahan progresif garam dapat

menyebabkan terbentuknya struktur bercabang yang dikenal straghorn stone atau

membentuk cetakan sistem kaliks dan pelvis ginjal. Penyebab terpenting adalah

meningkatnya konsentrasi konstituen batu di dalam urine, sehingga kelarutan

konstituen tersebut didalam urine terlampaui (supersaturasi).17 Batu bisa berada

pada ginjal atau berjalan melewati saluran kemih. Penyakit ini bagian dari

penyakit urolitiasis atau bisa disebut Batu Saluran Kemih (BSK). Lokasi dari batu

bisa terkena di beberapa tempat yaitu di ginjal, ureter dan kandung kemih. Ginjal

merupakan tempat tersering terjadinya batu dibandingkan dengan tempat saluran

kemih yang lainnya.2,16 Jenis batu yang tersering pada nefrolitiasis yaitu calcium

oxalate stone dan calcium phosphate stone sekitar 75-80%, struvite stone

(magnesium, ammonium, dan phosphate) 15%, uric acid 7%, dan untuk cystine

stone 1%.7

13
4.2Anatomi dan Letak Batu pada Ginjal

Pada orang dewasa normal ginjal terletak retroperitoneal di dinding

posterior abdomen. Posisi ginjal kanan terletak lebih inferior dibandingkan

dengan ginjal kiri yang dikarenakan terdapat organ hati di bagian batas superior.

Ginjal kiri terletak setinggi T12-L3 dan ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri.

Organ ini memiliki panjang sekitar 10cm, lebar 5cm, dengan ketebalan 2,5cm.18

Gambar 2.1 Anatomy Ginjal (Tampak Posterior)


Dikutip dari: Clinically Oriented Anatomy.18

Pada bagian batas superior bersentuhan dengan diafragma dan posteroinferior dari

ginjal berhubungan dengan otot quadrates lumborum dan dilalui oleh saraf dan
14
pembuluh darah subkostal serta saraf iliohipogastrik dan ilioinguinal. Dilihat dari aspek

anterior pada ginjal kanan terdapat hati yang dipisahkan oleh hepatorenal recess,

duodenum, ascending colon dan bagian ginjal kiri terdapat lambung, spleen, pancreas,

jejunum, descending colon. Masing masing ginjal memiliki beberapa bagian anterior

surface, posterior surface, lateral margin, medial margin, superior pole dan inferior

pole.18

Gambar 2.2 Topografi Ginjal (Tampak Anterior)


Dikutip dari : Clinically Oriented Anatomy 18

Pada batas medial terdapat cekungan secara vertikal yang disebut hilum.

Hilum membentuk suatu ruangan yang dinamakan dengan sinus yang

memperantarai tempat keluar masuknya pembuluh darah, saraf, renal pelvis dan

kaliks. Renal pelvis merupakan muara dari 2 atau 3 saluran kaliks major cabang

dari 2 atau 3 saluran kaliks minor pada bagian aspek internal dari ginjal kemudian

dari pelvis akan berujung pada ureter. Bagian eksternal ginjal diselubungi lapisan
15
yang dinamakan kapsul dan bagian internal ginjal terdiri dari 2 bagian yaitu

korteks atau bagian terluar dan medula. Bagian medula terdapat piramidal ginjal

16
yang berisi unit fungsional dari ginjal yaitu nefron dan berujung pada collecting

system yaitu renal papilla dan kaliks.18

Gambar 2.3 Anatomi Ginjal


Dikutip dari: Clinically Oriented Anatomy18

Kaliks dan pelvis merupakan tempat yang paling sering terdapat batu dan

bisa menjadi progresif menjadi persatuan batu di kaliks dengan batu di pelvis

yang disebabkan karena adanya penambahan garam berlebih yang dikenal sebagai

straghorn stone yang membentuk cetakan seperti struktur kaliks dan pelvis.

Sebuah batu bisa melewati daerah pelvis bahkan bermigrasi ke daerah ureter dan

bladder sehingga bisa menyebabkan obstruksi aliran urin.17

17
18
Gambar 2.4 Lokasi Batu di Ginjal
Dikutip dari: Clinically Oriented Anatomy18

4.3 Epidemiologi

Penyakit nefrolitiasis meningkatkan morbiditas dan merupakan salah satu

penyebab kematian terbanyak dibagian urologi diseluruh dunia.3 Batu ginjal

sering terjadi pada laki-laki sekitar 10% dan 5% pada wanita. Penyakit

nefrolitiasis lebih sering terjadi pada usia 20-49 tahun dan puncaknya terjadi pada

usia 35-45 tahun.3,4 Tingkat kekambuhan sekitar 30% sampai 50% dalam waktu 5

tahun.7 Sebesar 37.636 kasus baru di Indonesia, dengan jumlah kunjungan sebesar

58.959 orang, sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018

orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang atau sebesar 1,98% dari

semua jumlah pasien yang dirawat.5

19
4.4 Etiologi

Penyebab terbentuknya suatu batu sering tidak diketahui, terutama pada

kasus batu yang mengandung kalsium. Penyebab pembentukan batu yang paling

berperan yaitu bergabungnya faktor predisposisi. Penyebab terpenting adalah

meningkatnya konsentrasi konstituen batu didalam urin sehingga kelarutan

konstituen tersebut di dalam urin terlampaui. Berdasarkan Tabel 2.1, 50% pasien

yang mengalami batu kalsium memperlihatkan hiperkalsiuria yang tidak berkaitan

dengan hiperkalsemia. Sekitar 5% sampai 10% pasien terdapat hiperkalsemia

yang diakibatkan intoksikasi vitamin D atau sarkoidosis sehingga terjadi

hiperkalsiuria, pada 20% subkelompok ini terjadi ekresi berlebihan asam urat

melalui urin, yang mempermudah terbentuknya batu kalsium, asam urat dari urin

diperkiraan membentuk nidus bagi pengendapan kalsium. Pada 5% terjadi

hiperoksaluria dan sisanya tidak diketahui ada kelainan metabolik.

Penyebab batu ginjal tipe lain relatif lebih dipahami. Batu magnesium

amonium fosfat (struvit) hampir selalu terjadi pada pasien dengan urin alkalis

menetap akibat Urinary Tract Infection (UTI). Secara khusus, bakteri pemecah

urea seperti Proteus Vulgaris dan Staphylococcus mempermudah untuk terjadinya

batu. Selain itu bakteri mungkin berfungsi sebagai nidus untuk terbentuknya

semua jenis batu. Pada avitaminosis A, skuama yang terlepas dari epitel

metaplastik sistem penyalur kemih berfungsi sebagai nidus.

Gout dan penyakit berkaitan dengan percepatan pergantian sel, seperti

leukimia menyebabkan tingginya asam urat didalam urin dan kemungkinan

terbentuknya batu asam urat. Sekitar separuh pasien dengan batu asam urat tidak

mengalami hiperurisemia tetapi memperlihatkan kecenderungan mengeluarkan

20
urin dengan kadar PH rendah atau dalam keadaan asam (<5,5) dan memudahkan

terbentuknya batu. Batu sistin hampir selalu berkaitan dengan kelainan genetik

transport asam amino tertentu, termasuk sistin di ginjal. Berbeda dengan batu

struvit, baik batu sistin maupun batu asam urat lebih besar kemungkinannya

terbentuk apabila urin relatif asam.17

Tabel 2.1 Prevalensi dan Etiologi Berbagai Tipe Batu Ginjal

Batu Etiologi

Persentas
e Batu

Kalsium oksalat - Hiperkalsiuria idopatik (50%) 75%


dan - Hiperkalsemia dan hiperkalsiuria
(10%)
kalsium fosfat - Hiperoksaluria (5%)
- Hiperurikosuria (20%)
- Tidak diketahui terdapat
kelainan metabolit (15%-
20%)
- Infeksi ginjal
10-
- Terkait dengan hiperurisemia
Struvit 15%
- Terkait dengan hiperurikosuria
Asam - Idiopatik 6%
urat

1-
Sistin 2%

Dikutip dari : Robbins Buku Ajar Patologi17

21
4.5Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya nefrolitiasis yaitu kelebihan kalsium, fosfat, oksalat, dan

asam urat di dalam urin, riwayat keluarga batu ginjal, dan obesitas. Asupan

makanan dan cairan memiliki peran penting dalam pembentukan batu ginjal.3

Penggunaan air bersih sangat berpengaruh terhadap tebentuknya batu. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nur Patria Kresna air sadah dapat

menyebabkan pengendapan mineral yakni CaCO3 dan MgCO3 yang berujung pada

kristalisasi.21 Faktor usia, jenis kelamin, ras, lokasi geografis, cuaca dan genetik

sangat berpengaruh pada penyakit ini.7 Suatu kondisi klinis juga bisa

mengakibatkan terbentuknya batu ginjal termasuk obesitas, diabetes melitus,

hipertensi, gagal ginjal kronis dan penyakit kardio vaskular.3

1. Usia

Pembentukan batu akan meningkat sesuai umur dan mencapai

maksimal pada tingkat dewasa dibandingkan dengan anak-anak,

karena nefron pada anak-anak kurang berkembang yang ditandai oleh

pendeknya ukuran dan berkurangnya volume tubulus proksimal

maupun di lengkung henle sehingga berkurangnya pembentukan

kristal yang berlebih.5 Semakin bertambahnya umur menyebabkan

gangguan peredaran darah seperti hipertensi dan juga peningkatan

kolesterol. Hipertensi dapat menyebabkan pengapuran ginjal yang

dapat berubah menjadi batu sedangkan kolesterol tinggi merangsang

agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga

mempermudah terbentuknya batu.2

22
2. Jenis Kelamin

Nefrolitiasis lebih rentan sering terjadi pada laki-laki dibandingkan

dengan perempuan yang dikarenakan struktur anatomi dari pria lebih

panjang, sehingga lebih banyak kemungkinan susbtansi pembentuk

batu mengendap dan menjadi batu. Peranan hormon seks berpengaruh

terhadap pembentukan batu kalsium oksalat. Hormon androgen pada

pria akan meningkatkan terbentuknya batu dibandingkan dengan

hormon esterogen pada perempuan yang bisa menurunkan eksresi

oksalat, konsentrasi oksalat plasma, dan endapan kristal kalsium

plasma.5 Kadar kalsium air kemih pada perempuan sebagai bahan

utama pembentuk batu lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki dan

kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu pada

perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki sehingga lebih cenderung

tinggi pada laki-laki dibanding perempuan untuk terjadinya

pembentukan suatu batu.2

3. Geografis, Iklim dan Temperatur

Negara yang beriklim tropis dengan ciri utamanya adalah suhu dan

memiliki kelembaban yang tinggi. Suhu lingkungan kerja tinggi atau

lingkungan kerja panas, kondisi tersebut sangat mempengaruhi pada

kondisi pekerja.20 Faktor geografis, iklim, dan temperatur dari suatu

daerah juga berpengaruh begitu juga dengan individu yang menetap di

daerah beriklim panas dengan paparan ultraviolet tinggi akan

cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D

yang bisa memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat serta

menyebabkan pengeluaran keringat yang banyak sehingga


23
menurunkan produksi urin.2 Jika produksi urin menurun kepekatan

urin akan meningkat dan zat-zat yang terkandung dalam urin akan

meningkat konsentrasinya.20

4. Terlalu lama duduk

Duduk terlalu lama dapat mengakibatkan nefrolitiasis yang

dikarenakan kurang aktifitas dari tulang-tulang sehingga tulang

cenderung melepaskan banyak kalsium.5

4.6 Patogenesis

Batu kemih biasanya muncul karena kerusakan keseimbangan antara

kelarutan dan pengendapan garam. Ginjal harus menampung air dan

mengeluarkan bahan yang memiliki kelarutan yang rendah. Kedua pernyataan

tersebut harus seimbang selama adaptasi terhadap diet, iklim dan aktivitas. Urin

memiliki zat-zat seperti pirofosfat, sitrat dan glikoprotein yang bisa menghambat

kristalisi. Namun mekanisme pertahanan dari zat-zat tersebut kurang sempurna

ketika urin menjadi jenuh atau mengalami supersaturasi dengan bahan larut yang

dikarenakan tingkat ekresi yang berlebihan dan / atau karena air yang tertampung

terlalu lama akan membentuk kristal dan melakukan agregasi membentuk suatu

batu. Sebuah larutan dikatakan padat jika terdapat saturasi atau kejenuhan dalam

kesetimbangan zat tersebut. Apabila konsentrasi zat dalam larutan diatas titik

jenuh (saturation point) sangat mendukung untuk terjadinya pembentukan kristal

dan jika semakin tinggi dari saturasi kejenuhan suatu zat tersebut berlebih maka

kristal dapat berkembang secara spontan yang bisa menjadi sebuah batu

24
4.7 Patofisiologi dan Gejala Klinis

Efek mekanik dari pembentukan batu menimbulkan gejala klinis nyeri yang khas.

Ada 2 tipe nyeri yaitu renal colic dan noncolicky renal pain. Nyeri renal colic

biasanya disebabkan oleh peregangan dari collecting system atau ureter. Nyeri

noncolicky renal disebabkan oleh adanya distensi dari kapsul ginjal. Obstruksi

saluran kemih adalah mekanisme utama yang bertanggung jawab untuk renal

colic yang menyebabkan peregangan dari ujung saraf. Mekanisme lokal seperti

peradangan, edema, hiperperistalsis, dan iritasi mukosa dapat berkontribusi

mempersepsikan nyeri pada pasien dengan batu ginjal. Tingkat keparahan dan

lokasi rasa sakit dapat bervariasi dari pasien ke pasien tergantung pada ukuran

batu, lokasi batu, derajat obstruksi, ketajaman obstruksi, dan variasi anatomi

individu.19 Renal colic pada obstruksi dari renal pelvis dan ureter biasanya

tergambarkan nyeri sedang sampai nyeri berat di daerah panggul yang menjalar ke

daerah paha. Obstruksi batu di midureter biasanya nyeri menjalar ke lateral perut

bagian bawah dan disertai dengan inkontinensia urin sedangkan obstruksi di

bagian distal ureter atau uretrovesical junction biasanya sakit parah dan terasa

lumpuh, juga bisa disertai mual dan muntah.7

4.7 Diagnosis

Terdapat beberapa cara untuk mendiagnosis nefrolitiasis seperti dari

gejala, termasuk pertanyaan tentang keluarga riwayat batu ginjal, diet, kelainan

pada pencernaan, penyakit lain dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lab yang

dilakukan adalah tes urinalisis, darah dan pemeriksaan penujang lain seperti x-ray

ataupun CT scan.1

25
Urinalisis adalah pengujian sampel urin. Sampel urin dikumpulkan dalam wadah

khusus di fasilitas penyedia layanan kesehatan dan dapat dilakukan di

laboratorium untuk dianalisis. Urinalisis dapat menunjukkan apakah seseorang

memiliki infeksi dan menunjukan ada tidaknya zat-zat pembentuk batu pada urin

pasien. Pada pemeriksaan darah dapat menunjukan tentang zat-zat biokimia yang

dapat menyebabkan batu ginjal. Abdominal x-ray adalah gambar yang dibuat

menggunakan radiasi kecil. X-ray dilakukan di rumah sakit oleh teknisi x-ray, dan

gambar hasil akan di simpulkan atau di tafsirkan oleh ahli radiologi. Prosedurnya

dilakukan dengan cara pasien berbaring di atas meja atau berdiri selama proses x-

ray. Pasien akan menahan nafas nya agar gambar terlihat jelas dan tidak terpotong

atau kabur. Sinar x dapat menunjukkan lokasi batu dalam ginjal atau saluran

kemih. Selain x-ray, bisa dengan melakukan CT Scan. CT scan menggunakan

kombinasi sinar x dan teknologi komputer untuk membuat gambar tiga-dimensi

(3-D). Pasien Diinjeksikan cairan khusus yang disebut media kontras. Pada

prosedur CT scan pasien berbaring di meja yang dibawa ke perangkat berbentuk

terowongan untuk pengambilan sinar x. Prosedur ini dilakukan di pusat rawat

jalan atau rumah sakit oleh teknisi x-ray. CT scan dapat menunjukkan lokasi dan

kondisi batu yang telah terbentuk.1

4.8 Tata laksana

Pengobatan tergantung pada lokasi batu, tingkat obstruksi, sifat batu,

fungsi ginjal yang terkena, dan ada tidaknya infeksi saluran kemih,. 19 Batu ginjal

dapat diobati oleh dokter umum atau dokter ahli urologi. Batu-batu kecil biasanya

melewati saluran kemih tanpa pengobatan. Namun, pada keadaan tersebut

mungkin perlu obat nyeri dan harus meminum banyak cairan untuk membantu

memindahkan batu. Untuk menghilangkan gejala nyeri dapat menggunakan obat


26
oral ataupun intravena (IV) tergantung pada durasi dan keparahan rasa sakit.

Cairan IV mungkin diperlukan jika seseorang menjadi dehidrasi akibat muntah

atau ketidakmampuan untuk minum. Seseorang dengan batu yang lebih besar

yang mengakibatkan aliran urin tersumbat dan menyebabkan rasa sakit yang

hebat. Dalam keadaan seperti itu mungkin perlu penanganan lebih intensif.

Seperti:

a. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

Sebuah mesin yang disebut lithotripter yang digunakan untuk

menghancurkan batu ginjal. Lithotripter menghasilkan gelombang kejut

yang melewati tubuh seseorang untuk memecahkan batu ginjal menjadi

potongan-potongan kecil sehingga lebih mudah melewati saluran ureter.

b. Ureteroscopy

Ureteroscopy merupakan sebuah alat yang dimasukan ke uretra melalui

bladder berbentuk tabung panjang dan diujungnya terdapat alat seperti

keranjang yang berguna untuk menghancurkan batu dengan energi laser.

c. Percutaneous Nephrolithotomy

Dalam prosedur ini, sebuah kawat tipis yang disebut nephroscope yang

digunakan untuk menemukan dan menghancurkan batu. Prosedur ini

dilakukan oleh seorang ahli urologi di rumah sakit dengan pemberian

anestesi. Selama prosedur, tabung dimasukkan langsung ke dalam ginjal

melalui sayatan kecil di pungung pasien. Batu-batu berukuran besar,

pengamatan menggunakan ultrasonik yang bertindak sebagai lithotripter

diperlukan untuk memberikan gelombang kejut yang menghancurkan batu

menjadi potongan-potongan kecil. Pasien harus tinggal di rumah sakit

27
selama beberapa hari setelah prosedur dilakukan. Batu yang sudah hancur

akan disalurkan ke dalam tabung kecil yang disebut tabung nefrostomi.

Tabung biasanya tempatkan di ginjal selama 2 atau 3 hari.1

4.9 Pencegahan

Batu ginjal dapat dicegah melalui perubahan makan, diet, dan nutrisi dan obat-

obatan. Tergantung pada jenis batu ginjal, pengurangan jumlah asupan natrium,

protein hewani (daging, telur, ikan), kalsium, dan oksalat (bayam dan kacang-

kacangan) yang dikonsumsi juga dapat membantu menurunkan terjadinya risiko

batu ginjal. Minum cairan yang cukup setiap hari merupakan cara terbaik untuk

membantu mencegah sebagian besar jenis batu ginjal. Dianjurkan seseorang

minum minimal 2 sampai 3 liter cairan perhari. Minuman jeruk juga dapat

menurunkan dan mencegah terjadinya batu ginjal.1

Terapi pemberian obat untuk pencegahan batu ginjal dapat dilakukan

seperti :

a. Allopurinol (Zyloprim)

Bekerja dalam penurunan asam urat didalam darah dan urin. Biasanya

dipakai untuk seseorang dengan hiperurikosuria atau seseorang yang

memiliki kelebihan kadar asam urat di dalam urin.

b. Hydrochlorothiazide

Bekerja sebagai diuretik untuk menurunkan hiperkalsiuria yang beresiko

untuk terjadinya pembentukan batu kalsium.

c. Potassium Citrate

28
Bekerja untuk meningkatkan sitrat dan PH urin serta menurunkan

hiperoksaluria.

d. Mercaptopropionyl Glycine

Bekerja dengan menurunkan kadar sistin di urin dan kalium sitrat.

29
BAB 5
KESIMPULAN
Nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih

batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Batu-batu ini berdasarkan

komposisinya dibagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu

sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu silikat. Batu-batu ini terbentuk

akibat banyak faktor, seperti adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada

pelvikalises, hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli bulineurogenik.

Penyakit ini memiliki gejala yang cukup khas dengan adanya rasa nyeri di

daerah pinggang ke bawah. Nyeri bersifat kolik atau non kolik. Nyeri dapat

menetap dan terasa sangat hebat. Mual dan muntah sering hadir, namun demam

jarang dijumpai pada penderita. Dapat juga muncul adanya bruto atau

mikrohematuria. Penatalaksanakan kasus ini dapat dilakukan dengan metode

ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), PCNL (Percutaneus Nephro

Litholapaxy), bedah terbuka dan terapi konservatif atau terapi ekspulsif

medikamentosa (TEM). Simpulan Nefrolitiasis merupakan salah satu penyakit

ginjal, yaitu ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks

organik.

Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu kalsium,

batu struvit, batu asam urat, batu sistin, batu xanthine, batu triamteren, dan batu

silikat. Batu kalsium merupakan kejadian yang paling banyak terjadi.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Hanley JM, Saigal CS, Scales CD, Smith AC. Prevalences of kidney stone in
the United States. Journal European Association of Urology[internet].
2012[diakses tanggal 28 Oktober 2015]; 62(1):160-5.Tersedia dari:
http://journal.unnes.ac.id/index.php/kem as

2. HTAI. Penggunaan extracorporeal shockwave lithotripsy pada batu saluran


kemih. Jakarta: Health Technology Assasement Indonesia; 2005.

3. Depkes. Laporan riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;2013.

4. Krisna DNP. Faktor risiko kejadian penyakit batu ginjal di wilayah kerja
Puskesmas Margasari kabupaten Tegal tahun 2010 [skripsi]. Semarang:
Universitas Negeri Semarang; 2011.

5. Basuki B. Dasar-dasar urologi.Malang: Sagung seto; 2015.hlm.93-100.

6. Hasiana L, Chaidir A. Batu saluran kemih. Dalam: Chris T, Frans L, Sonia H,


Eka A, Editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi keempat jilid I.Jakarta: Media
Aesculapius; 2014.hlm. 277-280.

7. Mochammad S. Batu saluran kemih. Dalam: Aru W, Bambang S,Idrus A,


Marcellus S, Siti S, editors. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima jilid II. Jakarta:
Interna Publishing; 2014. hlm. 1025-1027.

8. Martha.E.B.T. Angka kejadian batu ginjal di RSUP Prof Dr.R.D. Kandou


Manado periode januari 2010-desember 2012. Eclinic [internet]. 2014 [diakses
tanggal 26 Marco Manza Adi Putra dan Ahmad Fauzi | Nefrolitiasis Majority |
Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |73 oktober 2015]. Tersedia dari:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ecli nic/article/view/3722

9. David S. Goldfarb,MD.In the clinic nephrolithiasis.American College of


Physicians [internet]. 2009 [diakses tanggal 27 oktober 2015]. Tersedia dari:

31
https://www.med.unc.edu/medselect/res ources/course%20reading/ITC
%20nephrol ithiasis.full.pdf

10. Margaret Sue, David S, Dean G, Gary Curhan, Cynthia J, Brian R, et al.
Medical management of kidney stone: AUA guideline [internet]. USA: American
Urological Association; 2014 [diakses tanggal 28 Oktober 2015]. Tersedia dari:
https://www.auanet.org/common/pdf/ed
ucation/clinical-guidance/MedicalManagement-of-Kidney-Stones.pdf

11. Anisa M, Yogesh S, Deepashri R. Salivary gland lithotripsy: a non-invasive


alternative. Department of Oral & Maxillofacial Surgery,Modern Dental& researh
Centre [internet].2009[diakses tanggal 28 Oktober 2015]. Tersedia dari:
http://www.pjsr.org/Jan09_pdf/Dr.%20An isha%20Maria%20-%2010.pdf

12. Mohammed H, ahmed R. El-Nahas, Nasr El-Tabey.Percutaneus


nephrolitothomi vs extracorporeal shockwave lithrotripsy for treating a 20-20 mm
single renal pelvic stone. Arab journal of Urology[internet]. 2015 [diakses tanggal
28 Oktober 2015]; 13(3):212-216. Tersedia
dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar ticles/PMC4563020/

32

Anda mungkin juga menyukai