[1]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................... ii
BAB I (Kode Kehormatan) ............................................................................ 1
BAB II ( Atribut & Seragam Pramuka Lengkap) ........................................ 2
BAB III (Sejarah Pramuka) ............................................................................ 9
Sejarah kepanduan ............................................................................................. 9
WOSM ............................................................................................................. 11
Sejarah kepramukaan ...................................................................................... 15
BAB IV (PBB) ................................................................................................. 17
Bagian I ............................................................................................................ 17
Bagian II .......................................................................................................... 21
Bagian III ........................................................................................................ 25
BAB V (Sandi Semaphore & Talin Temali) ................................................. 30
Semaphore ........................................................................................................ 30
Tali Temali ........................................................................................................ 32
BAB VI (P3K) ................................................................................................. 38
Pengertian ........................................................................................................ 38
BAB VII (Kompas & Menaksir) .................................................................... 52
Kompas ............................................................................................................ 52
Menaksir .......................................................................................................... 56
BAB VIII (Survival & Pendirian Tenda) ..................................................... 60
Survival .......................................................................................................... 60
Pendirian Tenda .............................................................................................. 64
[2]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang
telah tercurah, sehingga kami bisa menyelesaikan Modul ini. Adapun tujuan dari
disusunnya modul ini adalah supaya para siswa/siswi dapat mengetahui bagaimana
pramuka dalam artian yang luas, terlepas apapun jurusan yang mereka tempuh.
Dukungan moral dan material dari berbagai pihak sangatlah membantu tersusunnya
modul ini. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada keluarga, sahabat, rekan-
rekan, dan pihak-pihak lainnya yang membantu secara moral dan material bagi
tersusunnya buku ini.
Buku yang tersusun sekian lama ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan agar buku ini bisa lebih baik
nantinya.
TIM
[3]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
BAB I
KODE KEHORMATAN
Trisatya
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila,
menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat,
menepati Dasadarma.
Dasadarma
[4]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
BAB II
ATRIBUT DAN SERAGAM PRAMUKA LENGKAP
[5]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
a. lambang;
b. bendera;
c. panji;
d. himne;
e. mars; dan
f. pakaian seragam.
a. Tutup Kepala.
b. Baju Pramuka.
c. Rok/ Celana.
d. Setangan Leher.
e. Ikat Pinggang.
[6]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
f. Kaos Kaki.
g. Sepatu.
h. Tanda Pengenal.
1) Tutup Kepala:
2) Baju:
b) lengan panjang.
f) dua saku dalam di bagian depan bawah kanan dan kiri mulai dari garis potongan
prinses ke jahitan samping, dengan tinggi saku 14-15 cm.
3) Rok:
[7]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
4) Setangan Leher:
(1) sisi panjang 120-130 cm dengan sudut bawah 90º(panjang disesuaikan dengan
tinggi badan pemakai sampai di pinggang).
(2) bahan dasar warna putih dengan lis warna merah selebar 5 cm.
c) setangan leher dilipat sedemikian rupa (lebar lipatan ± 5 cm) sehingga warna
merah putih tampak dengan jelas, dan pemakaiannya tampak rapi.
5) Kaos Kaki:
b) warna hitam.
6) Sepatu:
a) model tertutup.
b) warna hitam.
c) bertumit rendah.
[8]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
1) Tutup Kepala:
b) berbentuk baret.
2) Baju:
f. memakai dua saku tempel di dada kanan dan kiri dengan lipatan luar selebar 2
cm di tengah saku dan diberi tutup bergelombang.
3) Celana:
c) memakai ban pinggang dan tempat ikat pinggang (brattle) selebar 1 cm.
e) memakai saku tempel di bagian belakang kanan dan kiri dengan lipatan luar
selebar 2 cm dan diberi tutup.
[9]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
f) memakai saku timbul di bagian samping kanan dan kiri dengan lipatan dalam di
tengah saku dan diberi tutup (ukuran saku disesuaikan dengan besar badan
pemakai).
4) Setangan Leher:
(1) sisi panjang 120-130 cm dengan sudut bawah 90º(panjang disesuaikan dengan
tinggi badan pemakai sampai di pinggang)
(2) bahan dasar warna putih dengan lis warna merah selebar 5 cm
c) setangan leher dilipat sedemikian rupa (lebar lipatan ± 5 cm) sehingga warna
merah putih tampak dengan jelas, dan pemakaiannya tampak rapi.
5) Kaos Kaki:
b) warna hitam.
6) Sepatu:
a) model tertutup.
b) warna hitam.
[10]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
1. Seorang calon anggota Gerakan Pramuka yang belum dilantik/ dikukuhkan hanya
dibenarkan memakai pakaian seragam pramuka, tanpa tutup kepala, tanpa setangan
leher dan tanpa menggunakan tanda pengenal Gerakan Pramuka lainnya.
5. Pada saat anggota Gerakan Pramuka bertindak sebagai anggota organisasi lain
yang sedang melakukan tugas atau kegiatan organisasi tersebut, tidak dibenarkan
memakai pakaian seragam pramuka dan/atau tanda pengenal Gerakan Pramuka.
[11]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
7. Untuk menjaga harkat dan martabat Gerakan Pramuka, maka setiap anggota
Gerakan Pramuka yang menggunakan pakaian seragam pramuka,
bertanggungjawab atas nama baik Gerakan Pramuka dan harus bersikap atau
bertindak sesuai dengan Satya dan Darma Pramuka.
8. Kwartir atau satuan Gerakan Pramuka dan setiap anggota Gerakan Pramuka
berkewajiban untuk saling mengingatkan dan saling membetulkan cara
mengenakan pakaian seragam pramuka, yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam
petunjuk penyelenggaraan ini dengan cara santun.
BAB III
[12]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
[13]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
[14]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
3. Spry
4. Lund
5. Dr. Laszlo Nagy
6. Eduardo Misoni
7. Luc Panissod
8. Scott Teare
Biro Kepanduan Sedunia dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Biro Kepanduan Sedunia putera yang berkedudukan di
Jenewa, Swiss. Yang terdiri dari 5 wilayah,yaitu :
1. Costa Rica ( Amerika Tengah dan Selatan )
2. Philiphina ( Asia )
3. Eropa
4. Afrika
5. Amerika
[15]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
membantu membangun dunia yang lebih baik di mana orang terpenuhi diri sebagai
individu dan memainkan peran konstruktif dalam masyarakat. sebagai organisasi
dunia, WOSM diatur berdasarkan region, konferensi, committee dan biro.
Konferensi Kepanduan Sedunia atau yang biasa dikenal dengan The World
Scout Conference (WSC) adalah pertemuan rutin seluruh organisasi dan asosiasi
gerakan kepanduan sedunia yang diadakan setiap tiga tahun dan berfungsi untuk
koordinasi seluruh perwakilan kepanduan dunia mencakup ketaatan terhadap tujuan
dan prinsip-prinsip Organisasi Kepanduan dunia, dan kemerdekaan dari
keterlibatan politik setiap organisasi/asosiasi anggotanya.
Negara
Tanggal Konferensi ke- Lokasi Negara
Peserta
Konferensi Kepanduan
1920 London Inggris Raya 33
Dunia ke-1
Konferensi Kepanduan
1922 Paris Perancis 32
Dunia ke-2
Konferensi Kepanduan
1924 Copenhagen Denmark 34
Dunia ke-3
Konferensi Kepanduan
1926 Kandersteg Swiss 29
Dunia ke-4
Konferensi Kepanduan
1929 Birkenhead Inggris Raya 33
Dunia ke-5
Konferensi Kepanduan
1931 Baden bei Wien Austria 44
Dunia ke-6
[16]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Konferensi Kepanduan
1933 Gödöllő Hungaria 31
Dunia ke-7
Konferensi Kepanduan
1935 Stockholm Swedia 28
Dunia ke-8
Konferensi Kepanduan
1937 Den Haag Belanda 34
Dunia ke-9
Konferensi Kepanduan
1939 Edinburgh Inggris 27
Dunia ke-10
Konferensi Kepanduan
1949 Elvesaeter Norwegia 25
Dunia ke-12
Konferensi Kepanduan
1951 Salzburg Austria 34
Dunia ke-13
Konferensi Kepanduan
1953 Vaduz Liechtenstein 35
Dunia ke-14
Konferensi Kepanduan
1957 Cambridge Inggris Raya 52
Dunia ke-16
Konferensi Kepanduan
1959 New Delhi India 35
Dunia ke-17
[17]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Konferensi Kepanduan
1961 Lisbon Portugal 50
Dunia ke-18
Konferensi Kepanduan
1963 Rhodes Yunani 52
Dunia ke-19
Konferensi Kepanduan
1965 Mexico City Mexico 59
Dunia ke-20
Konferensi Kepanduan
1969 Otaniemi Finlandia 64
Dunia ke-22
Konferensi Kepanduan
1971 Tokyo Jepang 71
Dunia ke-23
Konferensi Kepanduan
1973 Nairobi Kenya 77
Dunia ke-24
Konferensi Kepanduan
1975 Lundtoft Denmark 87
Dunia ke-25
Konferensi Kepanduan
1977 Montreal Kanada 81
Dunia ke-26
Konferensi Kepanduan
1979 Birmingham Inggris Raya 81
Dunia ke-27
Konferensi Kepanduan
1981 Dakar Senegal 74
Dunia ke-28
[18]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Konferensi Kepanduan
1985 München Jerman Barat 93
Dunia ke-30
Konferensi Kepanduan
1988 Melbourne Australia 77
Dunia ke-31
Konferensi Kepanduan
1990 Paris Perancis
Dunia ke-32
Konferensi Kepanduan
1993 Sattahip Thailand
Dunia ke-33
Konferensi Kepanduan
1996 Oslo Norwegia 108
Dunia ke-34
Konferensi Kepanduan
1999 Durban Afrika Selatan 116
Dunia ke-35
Konferensi Kepanduan
2002 Thessaloniki Yunani 126
Dunia ke-36
Konferensi Kepanduan
2005 Hammamet Tunisia 122
Dunia ke-37
Konferensi Kepanduan
2008 Jeju-do Korea Selatan 150
Dunia ke-38
Konferensi Kepanduan
2011 Curitiba Brazil
Dunia ke-39
[19]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Konferensi
Slovenia
2014 Kepanduan Dunia Ljubljana
ke-40
6. Sejarah Kepramukaan
Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar
belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan
peristiwa pada sekitar tahun 1960.Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan
kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat
banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan
itu.Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor
II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional
Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang
menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila.
Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan
supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan
Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-
sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena
itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh
dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari
Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus
diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi
kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga
menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan
K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi,
Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu
sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun
1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan
Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden
pada tanggal 9 Maret 1961. Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato
Presiden dengan Keputusan Presiden itu. Masih dalam bulan April itu juga,
keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961
tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan
Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang kemudian mengolah
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I
Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Lahirnya Gerakan Pramuka di Indonesia
[20]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
BAB IV
PERATURAN BARIS-BERBARIS (P.B.B)
BAGIAN I
[21]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Baris-berbaris
Pengertian baris-berbaris itu sendiri adalah suatu wujud latihan fisik, yang
diperkenalkan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang
diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
Maksud dan tujuan
Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas, rasa disiplin dan tanggung
jawab.
Yang dimaksud menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas adalah
mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok, sehingga
secara jasmani dapat menjelaskan tugas pokok tersebut dengan sempurna.
Yang dimaksud rasa persatuan adalah adanya rasa senasib sepenanggungan serta
ikatan yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
Yang dimaksud rasa disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas
kepentingan pribadi yang pada hakikatnya tidak lain daripada keikhlasan daripada
penyisihan pilihan hati sendiri.
Yang dimaksud rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang
mengandung resiko terhadap dirinya, tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya
tidak mudah melakukan tindakan-tindakan yang akan dapat merugikan.
[22]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
7. Aba-aba
Pengertian
Aba-aba adalah suatu perintah yang diberikan oleh seorang pemimpin kepada yang
dipimpin untuk dilaksanakannya pada waktu secara serentak atau berturut-turut.
Macam aba-aba :
1. Aba-aba petunjuk
Aba-aba petunjuk digunakan hanya jika perlu untuk menegaskan
maksud dari aba-aba pelaksanaan.
Contoh:
Kepada pemimpin Upacara-Hormat-GERAK
Untuk amanat-istirahat ditempat-GERAK
2. Aba-aba peringatan
Aba-aba peringatan adalah inti perintah yang cukup jelas, untuk
dapat dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
Lencang kanan-GERAK (bukan lancang kanan)
Istirahat di tempat-GERAK (bukan di tempat istirahat)
3. Aba-aba pelaksanaan
Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat unuk
melaksanakan aba-aba pelaksanaan yang dipakai ialah:
GERAK
GERAK adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan tanpa
meninggalkan tempat dan gerakan-gerakan yang memakai anggota
tubuh lain.
Contoh:
Jalan di tempat
Siap-GERAK
Hadap kanan-GERAK
Lencang kanan-GERAK
JALAN
JALAN adalah untuk gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.
Contoh:
[23]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Haluan kanan/kiri-JALAN
Dua langkah ke depan-JALAN
Satu langkah ke belakang-JALAN
Catatan:
Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya,
maka aba-aba harus didahului dengan aba-aba peringatan-Maju
Contoh :
Maju-JALAN
Haluan kanan/kiri-JALAN
Hadap kanan/kiri-JALAN
Melintang kanan/kiri-JALAN
Pasukan yang sedang bergerak maju, bilamana harus berhenti dapat diberikan aba-
aba “HENTI”
Misalnya :
Ada aba-aba hadap kanan/kiri maju-JALAN karena dapat pula diberikan aba-aba:
hadap kanan/kiri HENTI GERAK
Balik kanan maju-JALAN, karena dapat diberikan aba-aba: balik kanan HENTI-
GERAK
Tidak dapat diberikan aba-aba langkah tegap maju JALAN, aba-aba belok
kanan/kiri maju-JALAN terhadap pasukan yang sedang berjalan dengan langkah
biasa, karena tidak dapat diberikan aba-aba HENTI-GERAK, belok kanan/kiri-
GERAK.
[24]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
1. MULAI
MULAI adalah aba-aba yang dipakai pada pelaksanaan yang harus dikerjakan
bertutut-turut.
Contoh:
Hitung-MULAI
Tiga bersaf kumpul-MULAI
Cara memberi aba-aba
Waktu memberi aba-aba, pemberian aba-aba harus dalam sikap sempurna dan
menghadap pasukan, kecuali dalam keadaan yang tidak mengizinkan untuk
melakukan itu.
Apabila aba-aba itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba, maka pemberi aba-aba
terikat pada tempat yang telah ditentukan untuknya dan tidak menghadap pasukan.
Contoh: kepada Pembina upacara – hormat – GERAK
Pelaksanaanya:
Pada waktu memberikan aba-aba menghadap kearah yang diberi hormat sambil
melakukan gerakan penghormatan bersama-sama dengan pasukan.
Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh yang menerima penghormatan
bersama-sama dengan pasukan.
[25]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Pada taraf permulaan aba-aba yang ditujukan kepada pasukan yang sedang
berjalan/berlari, aba-aba pelaksanaan gerakannya ditambah satu langkah pada
waktu berjalan, pada waktu berlari ditambah tiga langkah.
Pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada kaki kanan ditambah dua
langkah untuk berjalan/ empat langkah untuk berlari.
Aba-aba diucapkan dengan suara nyaring-tegas dan bersemangat.
Aba-aba petunjuk dan peringatan pada waktu pengucapan hendaknya diberi antara.
Aba-aba pelaksanaan pada waktu pengucapan hendaknya dihentikan.
Antara aba-aba peringatan dan pelaksanaan hendaknya diperpanjang disesuaikan
dengan besar kecilnya pasukan.
Bila pada suatu bagian aba-aba diperlukan pembetulan, maka dilakukan, ULANGI
Contoh : lencang kanan-ULANGI-siap-GERAK
BAGIAN II
Sikap sempurna
[26]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
pada badan pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan menggenggam tidak terpaksa
rapat pada paha, ibu jari segaris dengan jahitan celana, leher lurus, dagu ditarik,
mulut ditutup, gigi dirapatkan, mata memandang tajam ke depan, bernafas
sewajarnya.
Istirahat
Macam-macam istirahat :
Istirahat di tempat biasa: istirahat yang berdasarkan aba-aba yang diberikan
badan boleh digerakkan asalkan masih dengan posisi istirahat di tempat.
Istirahat untuk perhatian: jika ada aba-aba semacam ini maka membentuk sikap
istirahat dan pandangan terfokus dengan si Pembina acara.
Istirahat parade: istirahat ini dilakukan dengan tangan di atas ikat pinggang dan
dalam posisi seperti itu terus-menerus sampai ada aba-aba SIAP-GERAK.
Pelaksanaanya:
Pada aba-aba pelaksanaan, saf depan mengangkat lengan kanan/kiri kesamping, jari
kanan/kiri menggenggam menyentuh bahu kanan/kiri orang yang berada disebelah
[27]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Saf tengah dan belakang kecuali penjuru, setelah meluruskan kedepan dengan
pandangan mata, ikut pula memalingkan muka kesamping dengan tidak
mengangkat tangan.
Penjuru saf tengah dan belakang mengambil antara ke depan 1 lengan kanan/kiri
ditambah 2 kepalan tangan dan setelah lurus menurunkan tangan kanan/kiri tanpa
menunggu aba-aba.
Pelaksanaannya:
[28]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Cara berhitung
Pelaksanaan:
Jika bersaf, pada aba-aba peringatan penjuru tetap melihat ke depan, saf
terdepan memalingkan mukanya ke kanan.
Pada aba-aba pelaksanaannya pada aba-aba pelaksanaannya, berturut-turut
dimulai dari penjuru menyebutkan nomornya sambil memalingkan muka ke
depan.
Pengucapan nomor secara tegas dan tepat.
Jika, berbanjar, pada peringatan aba-aba peringatan semua anggota tetap dalam
sikap sempurna.
Pada aba-aba pelaksanaan mulai dari penjuru kanan berturut-turut ke belakang
menyebutkan nomornya masing-masing.
Jika pasukan berbanjar/bersaf tiga, maka yang berada paling kiri mengucapkan:
LENGKAP atau KURANG SATU/KURANG DUA.
[29]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
1. Hadap kanan/kiri
3. Balik kanan
Aba-aba: balik kanan - GERAK
Pelaksanaannya:
Pada aba-aba pelaksanaannya kaki kiri diajukan melintang (lebih dalam dari hadap
kanan) di depan kaki kanan.
Tumit kaki kanan beserta badan diputar ke kanan 180º
Kaki kanan/kiri dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri
Cara berkumpul
Pelaksanaannya:
Pelatih menunjuk seseorang anggota sebagai penjuru dan orang yang ditunjuk
mengulangi perintah yang diberikan oleh pelatih.
Orang yang ditunjuk tadi lari dan berdiri di depan pelatih ±4 langkah.
[30]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
BAGIAN III
[31]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
baris-berbaris tanpa menggunakan tongkat menurut tata cara yang telah diatur
dalam peraturan baris-berbaris TNI/POLRI.
1. Bubar
Pelaksanaannya:
2. Jalan ditempat
Pelaksanaanya:
Pelaksanaannya:
[32]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
1. MAJU- JALAN
Pelaksanaannya:
Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diayunkan ke depan, lutut lurus, telapak kaki
diangkat rata sejajar dengan tanah ±15 cm, kemudian dihentakkan ke tanah dengan
jarak setengah langkah dan selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
Langkah pertama dilakukan dengan melenggangkan lengan ke depan 90º, lengan kiri
30º ke belakang, pada langkah selanjutnya lengan atas dan bawah lurus dilenggangkan
ke depan 45º, dan ke belakang 30º.
1. LANGKAH BIASA
Pada waktu berjalan, kepala dan badan seperti waktu sikap sempurna.
Cara melangkahkan kaki seperti pada jalan biasa. Pertama tumit diletakkan di tanah
selanjutnya lurus ke depan dan ke belakang di samping badan. Ke depan 45º, di
belakang 30º.
2. LANGKAH TEGAP
Pelaksanaannya:
Mulai berjalan dengan kaki kiri, langkah pertama selebar setengah langkah,
selanjutnya seperti jalan biasa dengan cara dihentakkan terus menerus tetapi
tidak dengan berlebihan, telapak kaki rapat dan sejajar dengan tanah, lutut kaki
tidak boleh diangkat tinggi. Bersama dengan langkah pertama lengan
[33]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Pelaksanaannya:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, ditambah
satu langkah selanjutnya mulai berjalan seperti tersebut pada butir satu.
3. LANGKAH KE SAMPING
Pelaksanaannya:
Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan/kiri dilanjutkan ke samping kanan. Kaki kiri
sepanjang 40 cm. selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kanan/kiri.
4. LANGKAH KE BELAKANG
Pelaksanaannya:
Pada aba-aba pelaksanaan, peserta melangkah ke belakang mulai kaki kiri menurut
panjangnya langkah dan sesuai dengan tempo yang telah ditentukan, menurut
jumlah yang diperintahkan.
5. LANGKAH KE DEPAN
[34]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Pada aba-aba pelaksanaan, peserta melangkahkan kaki kiri ke depan mulai dengan
kaki kiri menurut panjangnya langkah dan tempat yang telah ditentukan, menurut
jumlah langkah yang diperintahkan.
Ketika sebuah regu pramuka penegak sedang membawa tongkat dan harus
melaksanakan baris berbaris ataupun melakukan beberapa gerakan dari peraturan
baris berbaris diperlukan aturan dan tata cara khusus. Untuk itulah Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka mengeluarkan pedoman penggunaan tongkat pramuka dalam
baris-berbaris. Pedoman ini mengatur tata cara dan sikap seorang pramuka dalam
membawa tongkat.
Secara garis besar, ketentuan tentang tata cara dan sikap pramuka saat membawa
tongkat dapat dikelompokkan dalam:
[35]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
BAB V
SEMAPHORE DAN TALI TEMALI
[36]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
[37]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
[38]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
TALI-TEMALI
Ikatan adalah hubungan tali dengan benda lain (umpamanya dengan kayu dan
sebagainya)
[39]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Pada zaman sekarang memang banyak tali tahan lapuk, umpamanya : tali plastic.
Akan tetapi tidak jarang pula kita akan menemukan tali yang mudah sekali lapuk.
Untuk hal ini, kita perlu merawatnya dengan teliti.
A. SIMPUL
1.
2.
Anyam. Simpul
Anyam biasannya
digunakan untuk
menyambung dua
tali yang tidak
sama besarnya dan
dalam kondisi
kering.
[40]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
3.
Ujung tali. Simpul Ujung Tali digunakan untuk menjaga agar tali tidak
terurai
4.
[41]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
5.
Pangkal. Simpul
Pangkal digunakan
untuk membuat permulaan
ikatan
6.
Tiang. Simpul Tiang digunakan untuk mengikat leher binatang agar tidak
terjerat dan masih dapat bergerak bebas.
7.
Erat.
[42]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
8.
Tarik. Simpul Tarik digunakan untuk menuruni tebing atau pohon dan
tidak akan kembali. Setelah sampai di bawah tali bisa ditarik (diambil)
dengan mudah.
[43]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
B. IKATAN
1.
2.
3.
[44]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
4.
[45]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
C. PIONERING
Pionering adalah membuat bangunan darurat yang dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Bangunan darurat tersebut dapat berupa
menara, jembatan, gapura, perlengkapan perkemahan, dll. Pioneering
dapat dibuat dengan menggunakan bahan utama yaitu kayu, bambu, rotan,
besi, dan lain-lain.
[46]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
BAB VI
MATERI P3K
A. Pengertian P3K
Pertolongan pertama pada kecelakaan atau yang disingkat P3K adalah
pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau
kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan dari dokter (Mashoed dan Djonet
Sutatmo,1979:99). Sedangkan menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991:274)
pertolongan pertama pada kecelakaan adalah pertolongan yang segera diberikan
keada korban kecelakaan sebelum mendapatkan pertolongan dokter. Berdasarkan
berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pertolongan pertama 3 pada
kecelakaan adalah suatu bentuk pertolongan sementara terhadap korban yang
dilakukan secepat dan setepat mungkin sebelum mendapatkan pertolongan dari
dokter agar korban tidak menjadi lebih parah. Kecelakaan dapat menimbulkan
korban mengalami shock, pendarahan, patah tulang, pingsan, collaps, mati suri, dan
luka sehingga harus segera mendapatkan pertolongan. Penolong harus mengetahui
jenis-jenis derita yang dialami korban sebelum memberikan pertolongan. Shock
adalah suatu keadaan yang timbul yang disebabkan oleh kehilangan darah, perasaan
sakit yang hebat, kadang-kadang psikis terganggu (Mashoed dan Djonet
Sutatmo,1979:103). Orang yang mengalami shock kesadarannya akan berkurang dan
lama-lama hilang, bahkan bisa sampai meninggal. Pendarahan adalah keluarnya
darah dari bagian tubuh baik melalui pembuluh darah arteri, vena, maupun capiler.
[47]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991:276-279) pengertian dari pingsan, luka,
mati suri, dan collaps adalah sebagai berikut: pingsan adalah keadaan di mana fungsi
otak terganggu sedemikian rupa sehingga korban tidak sadarkan diri. Luka adalah
diskontinuitas (terputusnya hubungan) jaringan, collaps adalah keadaan dimana
seseorang merasa kepala pusing, mata berkunang-kunang, telinga berdenging, perut
mual, adan lemas dan dingin, sedangkan mati suru adalah keadaan yang dalam dan
gawat. Menurut Gabe Mirkin dan Marshall Hoffman (1984:124-125) patah tulang
yang kadang-kadang dialami siswa ketika terjadi kecelakaan baik pada waktu
pelajaran olahraga maupun ketika bermain disekolah dapat digolongkan menjadi dua.
Pertama petah tulang komplet yaitu patah tulang di mana kedua ujungnya menadi
terpisah. Kedua adalah patah tulang stress adalah retak kecil pada permukaan tulang.
Tujuan
1. Mencegah terjadinya bahaya maut
2. Mencegah terjadinya rasa sakit yang berlebihan pada korban dan tetap
mempertahankan kesehatan pribadi
3. Mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut
4. Mencegah terjadinya cacat tubuh akibat kecelakaan yang tidak terawat dengan
baik
5. Memberikan perasaan tenang/mengurangi rasa takut dan gelisah pada korban
kecelakaan
6. Mencegah terjadinya kematian karena korban tidak terawatt dengan baik
7. Prinsip pertolongan pertama pada kecelakaan
8. Bertindak cepat dan berhati-hati
9. Analisa situasi yang sebaik-baiknya
[48]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
1. Jangan panik, bertindaklah dengan cekatan namun tetap tenang dan berhati-
hati, sehingga korban/pasien juga terbawa tenang karena yakin mendapat
pertolongan yang baik.
2. Perhatikan tanda khusus yang memperjelas keluhan pasien
3. Terlebih dahulu lihat kedudukan kecelakaan yang terjadi sebenarnya
4. Adakan pemeriksaan awal pada korban kecelakaan
5. Jaga agar korban / penderita dalam keadaan tenang
6. Jauhkan penderita dari orang-orang / penonton
7. Jangan lihatkan lukanya pada penderita
8. Hendaklah tenang dalam melakukan pertolongan
2. Penderita
Perhatikan keadaan penderita, dalam keadaan pingsan atau sadar, jika dalam keadaan
sadar tanyakan keluhan dari si korban, dan sedapat mungkin cegah dan tanggulangi
keadaan shock.
3. Pertolongan
Pertolongan yang hendak diberikan sebaiknya telah direncanakan sebelumnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan hal ini sangat berguna agar korban tidak mengalami
shock. Namun bila korban dalam keadaan shock. Namun bila korban dalam keadaan
shock sebaiknya segera diatasi agar tidak lebih fatal.
[49]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Foto posisi korban dari berbagai arah yaitu dari arah utara, selatan, barat, dan timur
sebagai penunjang pembuatan laporan. Catat barang milik korban yang tercecer
disekitar lokasi kecelakaan dengan teliti, jenis dan jumlahnya. Tutup tubuh korban
dengan ponco dan ikat agar tidak terbuka oleh angin, terbawa air atau hewan sebelum
dievakuasi, laporkan segera pada OSC/SMC atau pada polisi setempat jika bukan
dalam operasi SAR, mengenai jumlah korban, jenis kelamin dan lokasi
ditemukannya.
Cara menolongnya
a. Penderita dibaringkan ditempat yang segar
b. Tenangkan penderita
c. Coba hentikan semua pendarahan yang ada
d. Pakaian yang menyempit dilonggarkan
2. Pingsan
Hilangnya kesadaran diri, dapat disebabkan oleh berbagai macam hal.
a. Pingsan biasa
[50]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Biasanya disebabkan karena berdiri terlalu lama diterik matahari, bekerja atau
bepergian dengan perut kosong, terlalu lelah, kurang tidur, tidak tahan melihat darah
( biasanya pada penderita kekurangan sel darah merah/anemia)
Tindakan pertolongannya
§ Baringkan korban pada tempat datar dan teduh
§ Letakkan kepala lebih rendah dari kaki kira-kira 30 cm
§ Buka atau longgarkan pengikat tubuh seperti ikat pinggang atau BH pada wanita
§ Jika korban muntah hendaknya kepala dimiringkan kekanan agar muntah tidak
masuk ke saluran pernafasan
§ Kompres kepala korban dengan kain basah yang dingin
§ Berikan aroma amoniak dibawah hidung korban
b. Karena panas
Terjadi pada orang normal yang bekerja pada tempat yang panas dalam waktu lama,
dengan tanda-tanda keringat mengalir cukup banyak dan pertolongannya jika korban
sadar minumkan garam encer atau oralit, penanganan selanjutnya sama dengan
pingsan biasa
c. Karena matahari
Kondisi ini lebih berat dari pada pingsan karena panas, hal ini timbul karena
kemampuan tubuh berkeringat kurang, menurun sehingga panas tubuhpun tidak
dapat diturunkan
Tanda-tandanya
§ Keringat yang keluar berhenti secara tiba-tiba, udara disekitar dirasakan lebih
panas
§ Wajah tampak merah dengan nafas yang semakin cepat dan dangkal
§ Kulit terasa kering dan suhu tubuh meningkat hingga 40-41 derajat celcius
§ Tubuh terasa lemah, sakit kepala, tidak dapat berjalan dengan tegak dan pingsan
pada stadium gawat
Tindakan pertolongannya
§ Baringkan korban ditempat teduh dengan banyak angin
[51]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
d. Karena lapar
Bisanya terjadi karena kekurangan zat gula dalam darah/tubuh sebagai energy, hal
ini hany dapat diketahui dari pernyataan orang dekat yang mengetahuinya dengan
pasti bahwa korban tidak makan dalam beberapa hari.
Gejalanya
§ Tubuh terasa dingin dan berkeringat
§ Kondisi tubuh melemah dan tidak bertenaga, mata berkunang-kunang kemudian
pingsan
Tindakan pertolongannya
§ Berikan minuman yang hangat dan manis kepada korban atau penderita
§ Usahakan agar tetap sadar, jangan biarkan korban tidur
§ Jika pakaian yang dikenakan basah segera diganti yang kering dan hangat
§ Masukkan penderita dalam kantong tidur (sleeping bag) dan letakkan botol berisi
air hangat untuk membantu memanaskan kantong tidur
§ Jika kantong tidir dimungkinkan untuk dua orang sebaiknya berikan kontak
langsung antara kulit si korban dengan rekannya yang sehat
§ Setelah sadar berikan korban makanan yang manis karena hidrat arang cepat
menghasilkan panas
3. Luka
Rudapaksa yang mengenai anggota tubuh yang secara langsung maupun tidak
langsung menyebabkan kerusakan jaringan tubuh atau gangguan fungsi ;
a. Luka tertutup
§ Memar
Terjadi karena tumbukan benda tumpul pada jaringan lunak
Tanda-tandanya
[52]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Terlihat bengkak, berwarna merah kebiruan jika pembuluh darah yang terkena, terasa
sakit apabila ditekan.
Tindakan pertolongannya
Kompres dengan air dingin/es, setelah 1 jam baru dapat dikompres dengan air hangat,
jika memar local dapat diberikan macam-macam obat gosok, untuk mencegah sakit
dapat diberikan antalgin.
§ Keseleo
Suatu keadaan dimana persendian keluar dari sendinya. Hal ini disebabkan karena
tarikan, dorongan, dll.
Tanda-tandanya
Pergerakan terbatas, terasa nyeri, bentuk sendi tidak sama dengan sendi satunya,
sendi terlihat membengkak, dapat menimbulkan shock jika teramat sakit.
Tindakan pertolongannya
Istirahatkan sendi yang terkilir dan letaknya harus lebih tinggi dari jantung, dapat
dikompres dengan air panas dan diurut dengan arah ke jantung, dibalut dengan balut
tekan, berikan bidai pada sendi yang keluar, sewaktu akan mengembalikan sendi
yang keluar harap berhati-hati karena dapat mengakibatkan penekanan syaraf.
b. Luka terbuka
§ Lecet/scratch
Luka ini disebabkan karena bersinggungan dengan benda kasar / lama tergosok
Tanda-tandanya:
Terlihat penggembungan yang berisi air / lecet di kaki.Terlihat luka-luka kecil dikulit
akibat duri,kayu,dll
Tindakan pertolongannya
Bersihkan luka dengan larutan pembersih dan steril,seperti betadine,boor water,dll.
Kemudian berikan obat merah / Betadine 10 %
[53]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
§ Luka gigitan
Yaitu luka yang disebabkan akibat gigitan binatang buas, berbisa maupun serangga.
Luka karena gigitan binatang buas dapat dimasukan dalam golongan luka tusuk.
[54]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Tanda-tandanya:
Terasa gatal dan pendarahan tidak berhenti karena terkena zat anti Pembekuan darah
dan lidah lintah
Tindakan pertolongan
Lepaskan lintah dengan menyentuhkan benda panas / api atau tembakau. Berikan
betadine 1% kemudian berikan salep anti gatal. Baiknya lintah atau pacet tidak ditarik
dengan paksa sebab akan menimbulkan infeksi dan gigi yang tertinggal.
c. Luka bakar
[55]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Pada orang dewasa, luka bakar sebesar 20% dapat mengakibatkan syok. Pada anak-
anak syok dapat terjadi akibat luka bakar selebar 10%. Pedoman untuk
memperkirakan luas daerah yang terbakar disebut”rule of nine”.
[56]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Cara ini dilakukan bila terjadi pada rahang/bibir atau bila mulut korban tidak dapat
dibuka.
§ Bebaskan jalan napas.
§ Gunakan jempol satu tangan untuk menahan dagu dan menekan bibir bawah agar
mulut tertutup.
§ Ambi napas dalam dan berikan 4 kali hembusan napas penuh dengan cepat melalui
hidung. Sehingga dada korban mengembang.
§ Buka mulut korban, perhatikan dada korban turun sambil mengambil napas lagi.
§ Tutup mulut korban, hembuskan napas dengan kuat dan lakukan sebanyak 12-15
kali permenit.
§ Lanjutkan bantuan dengan beberapa napas hembusan yang cukup untuk
mengembangkan dada.
§ Istirahat 5-10 detik untuk memeriksa apakah pernapasan telah kembali.
[57]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Patah Tulang
[58]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
4. Tujuan pembidaian
a. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah
b. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
c. Mengurangi rasa nyeri
d. Mempercepat penyembuhan
6. Syarat-syarat pembidaian
a. Siapkan alat-alat selengkapnya.
[59]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
b. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur
terlebih dahulu pada anggota badan korban yang sehat.
c. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
d. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum dipasang.
e. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tulang
yang patah.
f. Kalau memungkinkan anggota badan gerak tersebut ditinggikan setelah bidai.
g. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat lain yang mengikat harus dilepas.
Penyakit Dalam
Yang dimaksut penyakit dalam disini adalah penyakit yang sering ditemukan dalam
perjalanan dan dapat ditanggulangi sendiri.
1. Mimisan
Pendarahan pada hidung dapat disebabkan karena jatuh, panas terik atau tekanan
darah tinggi
Tanda-tandanya:
Tiba-tiba keluar darah segar dari hidung tanpa didahului dengan batuk atau muntah.
Tindakan pertolongan :
Penderita didudukan dengan kepala tertunduk agar darah tidak terhisap ke paru-paru.
Berikan tekanan pada hidung ( tepatnya daerah antara tulang hidung dan tulang
rawan ) dengan jari searah lubang hidung berdarah. Hal ini di lakukan selama 5 – 10
menit.
2. Keracunan
Racun merupakan suatu bahan dimana ketika diserap oleh organism hidup dapat
membunuh atau melukainya. Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan,
intraverna, kulit atau melalui jalan lainnya. Reaksi yang timbul mungkin seketika itu
juga, cepat, lambat atau kumulatif.
Tandanya :
Wajah pucat dan kebiruan, muntah dan buang-buang air serta badan terasa lemas.
[60]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Tindakannya :
Usahakan untuk mengeluarkan kembali makanan yang telah di makan, berikan norit,
atau beras yang telah di tumpuk namun sebelumnya disangrai (goreng tanpa minyak)
sampai gosong(susu air kelapa).
Bila keadaan mendesak dapat pula menelan arang bersih yang telah ditumbuk halus,
jika buang-buang air saja berikan oralit dan banyak minum air tawar. Keracunan
makanan kaleng yang telah kadaluarsa dapat berakibat fatal, maka hendaknya
makanan kaleng dipanaskan dahulu hingga mendidih.
3. Diare
Biasanya disebabkan karena makanan/minuman yang tidak bersih.
Tandanya :
Perut terasa sakit mules, kadang disertai muntah-muntah tubuh tertasa lemas dan
pandangan berkunang-kunang.
Tindakannya :
Berikan oralit setiap kali muntah atau buang-buang air.
[61]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Kejang akibat demam, biasanya ditemukan pada anak kecil, (usia dibawah 6 tahun)
pertolongannya adalah dengan memasukkan sebuah sendok kedalam mulut dan
biarkan ia menggigit sendok (terlebih dahulu sendok sudah dilapisi kain sapu
tangan). Kemudian kompres kepalanya dengan kain basah, kalau perlu seluruh tubuh
dimasukkan ke dalam bak agar tubuh terasa dingin dan segera dibawa kerumah sakit.
[62]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
BAB VII
Kompas dan Menaksir
1. Kompas
Sekitar 4.500 tahun yang lalu, beberapa penasehat Cina menemukan suatu
serpihan di atas lapisan kayu yang mengambang di atas air dan selalu mengarah
pada satu arah yang sama. Setelah diamati, serpihan tersebut berupa suatu logam
dan selalu mengarah tercipta jarum kompas yang merupakan pelat logam
bermuatan magnet dalam suatu proses seimbang dan bergerak bebeas.
Ahli sejarah menyatakan bahwa bangsa Yunani juga mengetahui kompas
sederhana, seperti yang diketahui bangsa Cina. Pada tahun 1000 Masehi, bangsa
Arab dan Viking juga menggunakan kompas sederhana untuk membimbing
pelayaran mereka.
Jenis kompas yang dapat digunakan sangat bervariasi, tetapi yang biasa
digunakan adalah kompas prisma atau kompas bidik dan kompas orientasi. Kompas
orientasi akan dibahas dibahas lebih lanjut mengingat bentuknya yang sederhana,
mudah dibaca, dan digunakan. Akan tetapi, pada prinsipnya semua kompas
mempunyai fungsi dan cara kerja yang sama.
1. Bagian-bagian Kompas
[63]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
[64]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Perhatian!
1. Pastikan jarum kompas yang berwarna merah menuju Utara karena jika keliru,
arah yang akan dituju merupakan kebalikan dari arah yang sebenarnya.
2. Masalah yang biasa timbul, yaitu terganggunya jarum kompas oleh daya tarik
magnetis dari sumber lain, misalnya kabel listrik tegangan tinggi, daerah
pertambangan, dan barang-barang yang dikenakan (gelang logam, cincin
logam, senter, jam tangan, dan staple). Hal tersebut menyebabkan tidak
akuratnya arah Utara yang ditunjukkan kompas.
3. Peta
Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh permukaan bumi
berbentuk dua dimensi dan mempunyai perbandingan skala. Jenis peta
sangat beragam tergantung dari kebutuhannya masing-masing, tetapi dalam
navigasi darat digunakan peta topografi. Peta topografi terbagi menjadi
beberapa bagian :
[65]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
[66]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
[67]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Menaksir
Menaksir dalam kepramukaan adalah mengukur tanpa menggunakan alat
sebenarnya untuk memperoleh hasil mendekati ukuran sebenarnya. Alat sebenarnya
yang dimaksud adalah meteran untuk mengukur panjang atau jarak. Timbangan
untuk mengukur berat.
1. Menaksir Tinggi
Cara yang digunakan manaksir tinggi ada beberapa macam yang
dapat disesuaikan situasi dan kondisi yang ada.
1. Metode Segitiga
[68]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Keterangan:
X = Tinggi yang ditaksir
C = Tinggi tongkat
A = Jarak tongkat dan tinggi yang diukur
B = Jarak tongkat dan pengamat
Rumus perhitungan :
X = C (A+B)
B
2. Metode Bayangan
Dapat dilakukan apabila ada sinar matahari dan keadaan
memungkinkan.
[69]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Keterangan :
A = Tinggi tongkat
B = Tinggi yang ditaksir
A’= Bayangan tongkat
B’= Bayangan tinggi yang ditaksir
Rumus :
B=DxA
A
[70]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
[71]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
BAB VIII
Survival dan Pendirian Tenda
A. Survival
Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri
dari keadaan tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan
yang buruk dan kritis. Sedangkan Survivor adalah orang yang sedang
mempertahankan diri dari keadaan yang buruk. Survival adalah keadaan dimana
diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup. Survival merupakan kehidupan
dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang memungkinkan.
Kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi. Statistik membuktikan
hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat hanya 3 hari
atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat sangat
sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan pengalamannya.
Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena
dapat berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan
berakibat fatal. Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil
diskusi dapat menguntungkan karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap
tegas dalam mencapai tujuan akhir. Dalam keadaan survival diperlukan
pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti secara
fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan.
menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah
kunci dari survival. Pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan
kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan
memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan
tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup.
[72]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
1. Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik
untuk bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk
bertahan hidup. survival tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3
sampai 5 menit.
2. Selanjutnya dibutuhkan perlin- dungan, dari cuaca buruk dan keganasan
alam. sejak keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai
dari temperatur yang sangat berpengaruh pada tubuh. Untuk itu diperlukan
sesuatu yang dapat melindunginya contohnya api yang dapat
menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh, jika tidak ada rumah, tenda
atau gua. Api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua
3. Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan
terbebas dari CO2, asam dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud
adalah istirahat fisik dan juga mental sebab stress dapat mengurangi
kemampuan untuk bertahan. Dengan demikian istirahat dapat dimasukkan
kedalam prioritas ketiga.
4. Air. Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah
persoalan didalam survival. Tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3
jaringan yang mengandung air dan merupakan bagian sistem sirkulasi di
dalam organ tubuh. Air dapat menjaga suhu tubuh, memperlancar buang air
dan mencerna makanan. Kondisi lingkungan yang exstrem tanpa air dapat
mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga tiga hari, sehingga air dapat
dimasukkan kedalam prioritas keempat. Sangatlah bijaksana apabila
pemakaian air dapat dihemat.
5. Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara
banyak manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan
tidak makan berhari-hari. Catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan
survivor dapat bertahan selama 40 sampai 70 hari. Keharusan untuk
mendapatkan makanan adalah prioritas terakhir dalam survival.
Penghematan energi adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan
makanan.
[73]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Apa saja yang berguna dalam menghadapi situasi survival dapat dilihat dalam dua
persoalan :
[74]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor
mampu bertahan atau tidak, antara lain : mental, kurang lebih 80% kesiapan kita
dalam survival terletak dari kesiapan mental kita. Timbulnya kebutuhan survival
karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-
kesulitan tsb antara lain :
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini
hanyalah menurut versi pencinta alam ;
S sadarkan diri dalam keadaan gawat darurat
U usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R rasa takut dan putus asa harus hilangkan
V vitalitas mesti ditingkatkan
I ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V variasi alam bisa dimanfaatkan
A asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L lancar dan selamat
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor adalah :
1. Sikap mental ; Semangat untuk tetap hidup, Kepercayaan diri, Akal sehat,
Disiplin dan rencana matang serta Kemampuan belajar dari pengalaman]
[75]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
1. Shelter asli alam ; Gua [yang bukan tempat persembunyian binatang, tidak
ada gas beracun dan tidak mudah longsor]. Ingat ! didalam gua jangan
berteriak karena dapat meruntuhkan dinding gua.
2. Shelter buatan dari alam ; daun-daunan yang lebar, ranting kayu,
atau separuhnya alam dan separuhnya butan [misalnya ponco di kombinasi
dengan ceruk batu atau pohon tumbang atau ranting kayu]
Syarat bivak :
Hindari daerah aliran air [bila terpaksa, maka gunakan bivak panggung]
Di atas bivak / shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
B. Pendirian Tenda
[76]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Untuk tetap aman dan nyaman dari serangan binatang buas kita harus bisa
menentukan dan mencari tempat yang tepat untuk mendirikan tenda. Untuk
membuat tenda di hutan kita bisa mencontoh kegiatan pramuka, layaknya seperti
kemah, cara bikin tenda juga bisa kita ikuti dari ilmu yang diberikan ketika kita
pramuka dulu. Agar tidak asal-asalan dan bias bikin tenda yang aman dan nyaman
berikut ini tutorialnya:
Langkah Pertama
[77]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Langkah Kedua
Ketika anda membawa banyak kawan, suruhlah empat orang yang membuat
tenda. Ilustrasi seperti di gambar. A dan B tugasnya cukup mudah, Cuma
mendirikan sekaligus mengangkat tiang tenda tersebut. Dua orang lainnya C dan D
menarik setiap tali yang sudah disiapkan.
Langkah Ketiga
[78]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Langkah Keempat
Sekarang ikatlah tali-tali dinding tenda pada setiap tancapkan kayu yang
sudah dibuat. Kemudian tarik sekuat-kuatnya agar berdiri kokoh. Ikatlah dengan
kuat dan benar yang rapi agar enak dilihat.
[79]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
memiliki kontur tanah berbatu, bergambut ataupun berpasir tentu sangat sudah
untuk menancapkan pasak atau patoknya.
Solusinya cukup mudah jika anda membaca artikel ini dengan seksama, karena
kami akan bagikan caranya disini. Jika kontor tanah susah seperti yang sudah di
singgung diatas tadi kita dapat memanfaatkan pohon atau akar. Tetapi sebelum itu
lihat dulu kondisi pohonnya, jangan sampai ada pohon atau ranting yang rapuh yang
bisa membahayakan. Pastikan bahwa pohon tersebut kuat jika suatu saat ada angin
yang lumayan kuat. Teknik seperti ini bagi rimbawan mungkin sudah biasa, tapi
buat anda yang pemula sebaiknnya belajar dari artikel ini agar bisa memahami
kondisi setiap pohon dan tanah untuk bikin tenda bisa jadi sempurna tanpa
menimbulkan bahaya. Coba perhatikan gambar dibawah ini
gambar ilustrasi diatas untuk meilihat teknik pengikatan yang baik dan
benar. Jika tempatnya bebatuan dengan tanah yang keras tali tenda bisa di ikatkan
bersamaan di tongkat kemudian penguatnya diberi penindih batu yang seimbang
dengan besarnnya tenda. Sama seperti jika di tanah gambut ataupun berpasir cara
tersebut bisa digunakan. Kombinasikan dengan kreatif kita masih-masing jika
contoh pada gambar diatas memiliki perbedaan ketika praktek. Intinya seperti itu.
Jadi itulah cara mudah bikin tenda yang kami anjurkan ketika anda berada di dalam
hutan sebagai rimbawan. Atau juga sebagai anak pramuka yang baru ingin belajar
buat tenda bisa menggunakan teknik ini sebagai referensi dalam mendirikan tenda
di tengah hutan belantara.
Untuk tambahan, berikut juga kami berikan beberapa trik cara mencari tempat jika
ingin bikin tenda di hutan, diantaranya:
Ketika anda mlihat pohon besar sebaiknya perhatikan terlebih dulu keadaan
pohonnya. Pastikan tidak rapuh. Karena jika tertiup oleh angin ini bisa
membahayakan kalau kita berada disekitarnya. Lebih baik carilah kondisi pohon
yang masih segar dan terlihat sehat.
[80]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Mata air ketika di dalam hutan bisa merujuk ke sungai kecil. Untuk meringankan
beban mengangkut air untuk kebutuhan memasak, mandi, cuci dan minum
sebaikknya dirikan tena di dekat aliran sungat saja. Selain hawanya lebih adem atau
sejuk. Tapi ingat perhatikan kondisi sekitar sungai. Perkirakan kalau terjadi hujan
besar akan meluap sampai mana. Tetap jaga kondisi aman juga dengan keberadaan
tenda bikinan kita tadi.
Supaya tenda berdiri sempurna tanpa memerlukan teknik yang terlalu susah,
silahkan carilah tempat yang datar dengan kontur tanah yang tidak terlalu keras.
Jangan cari lokasi yang bergelombang supaya mudah dalam mengangun tenda.
Sebaiknya juga cari tempat yang memiliki dataran lebih tinggi di banding yang
laiinya, supaya jika hujan tenda kita tidak ikut tergenang air. Selalu buat aliran
untuk air lewat ketika hujan tiba di sekitar tenda juga.
Mungkin dengan cara bikin tenda diatas anda sudah paham. Tapi jika anda berada
dalam hutan dan tidak memiliki persiapan alat, sebaiknya ikutilah tips berikut ini:
Cari tiang penopang dan penyanggah dari pohon didalam hutan, gunakan
dengan bijak dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan.
Gunakan pengikat tradisional seperti tali pohon yang merambat, bambu
ataupun hingga rotan.
Gunakan dua tiang penyangka utama untuk menahan terpal agar lebih kuat
dan kokoh.
[81]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
Ikat bagian ujung terpal ke pohon terdekat atau dengan cara membuat pasak.
Penyangga bisa memanfaatkan kayu yang berbentuk Y agar lebih mudah
saat pengikatan.
Tempat beristrirahat di dalam tena usahakan lebih tinggi dari kaadaan tanah
sekitarnya.
Tempat tidur bisa menggunakan sisa terpal ataupun karung bahkan kayu
yang disusun.
Buat menjemur pakaian dan memasak buatlah tempat khusus disekitar tenda
DAFTAR PUSTAKA
[82]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
http://pramukaria.blogspot.co.id/2014/09/tata-taca-menggunakan-tongkat-
dalam.html
http://sgl1pgsdunnes.blogspot.co.id/2014/02/teknik-menaksir-tinggi-dalam-
pramuka.html
[83]
Natal Kristiono | Giri Harto Wiratomo
[84]