Anda di halaman 1dari 8

MK_PERILAKU KONSUMEN

@Vavavaa
KEPRIBADIAN KONSUMEN

Apa yang dimaksud dengan kepribadian?


Kajian tentang kepribadian telah didekati oleh para teoretikus dengan berbagai macam cara. Beberapa dari
mereka telah menekankan pengaruh ganda dari keturunan dan pengalaman awal masa kanak-kanak terhadap
perkembangan kepribadian; yang lainnya telah menekankan pengaruh sosial dan lingkungan yang lebih besar dan
fakta bahwa kepribadian berkembang secara terus menerus dari waktu ke waktu. Beberapa teoretikus lebih memilih
untuk melihat kepribadian sebagai suatu keseluruhan yang bersatu; yang lain terfokus kepada sifat-sifat tertentu.
Penekanan dalam definisi ini adalah kepada karakteristik bawaan – kualitas tertentu, atribut, sifat, faktor, dan kelakuan
yang membedakan satu orang dengan yang lainnya.
Kepribadian dapat dijelaskan sebagai karakteristik psikologis yang menentukan maupun mencerminkan
bagaimana seseorang merespon lingkungannya. Walaupun kepribadian cenderung sesuai dan abadi, hal ini dapat
berubah secara tiba-tiba dalam menanggapi kejadian-kejadian kehidupan yang besar serta secara perlahan-lahan dari
waktu ke waktu. Ada 3 teori kepribadian yang menonjol dalam kajian tentang perilaku konsumen yaitu:
teori psikoanalisis, teori neo-Freudian, dan teori sifat.
1. Teori psikoanalisis memberikan landasan bagi studi penelitian motivasi, yang bekerja berdasarkan pertimbangan
bahwa dorongan manusia bersifat tidak sadar dan berfungsi untuk memotivasi banyak tindakan konsumen.
2. Teori Neo-Freudian cenderung menekankan peran pokok dari tanggung jawab sosial dalam pembentukan dan
pengembangan kepribadian.
3. Teori sifat adalah sebuah permulaan besar dari pendekatan kualitatif (subyektif) terhadap pengukuran kepribadian.
Kepribadian produk dan merk menggambarkan kesempatan yang nyata bagi para pemasar untuk memanfaatkan
hubungan konsumen dengan berbagai merk yang mereka tawarkan.
Setiap individu memiliki sebuah persepsi tentang citra diri (berbagai citra diri) sebagai seseorang jenis tertentu dengan
sifat, kebiasaan, kepemilikan, hubungan dan cara-cara berperilaku tertentu.
Model proses motivasi konsumen
Studi Kasus
Produk Starbucks versi bpjs ini menjadi viral karena penambahan segmen market yang
semula produk kafe atau hanya bisa didapatkan di gerai starbucks menjadi produk massal
modern market (Alfamart) artinya kenapa terjadi impulsive buying dikarenakan konsumen
yg semula terbatas di kalangan tertentu (a-b) meluas menjadi a-b-c.
Jika dikaji dari teori penerimaan pesan Stuart Hall, pesan yang dikirim oleh Nestle melalui
labelling produk Starbucks (encoding – struktur makna 1) diterima oleh khalayak dengan
baik (decoding – struktur makna 2) dan menjadi efektif dikarenakan faktor penunjang yg
terdiri dari:
1. Frameworks of knowledge
Kemampuan menerima produk yang sudah terpercaya dan mempunyai nama besar (good
image)
2. Relations of product
Ikatan awareness, kesetiaan konsumen & rasa keingintahuan konsumen
3. Technical infrastructure
Barang yg semula hanya di gerai mudah didapatkan dimana saja dengan harga yang
relative terjangkau.
Sehingga ketika dilihat lebih dalam lagi melalui pengambilan keputusan konsumen
dari 3 klasfikasi
1. Dominan hegemoni position: Pembeli yang mudah terpengaruh semakin terpengaruh
dan tetap loyal karena kemudahan pembelian.
2. Negotiated position: Konsumen yang berpikir 2x untuk membeli dengan adanya produk
starbucks dari Nestle menjadi langsung membeli karena ada kemudahan pembelian dan
untuk mengobati rasa penasaran.
3. Oppositional position: Konsumen yang semula menolak produk ini karena tidak mampu
membeli menjadi mampu untuk membeli (cutting price) serta tidak merasa malu dengan
harus ke gerai melainkan mencoba produk dari alfamart

Dari Nestle kita belajar bahwa memperlebar pasar dengan membeli license dari nama baik
Starbucks adalah cara yang tepat untuk menaikkan minat beli produk melalui pemakaian
logo untuk menaikkan gengsi dengan harga terjangkau dan kemudahan mendapatkan
produk.
THANK YOU.

Fasichah Tia Nur


(Iva) M.I.Kom

Anda mungkin juga menyukai