Anda di halaman 1dari 2

Nama : Maulidya Aulia Rahma

NIM : 2000029157

Mata Kuliah : Ilmu Perilaku

Sedentary Lifestyle

1. Jelaskan tentang Sedentary life style (dari tinjaun 5W dan 1H ).


Sedentary lifestyle merupakan kebiasaan seseorang yang tidak banyak melakukan
aktivitas fisik, seperti duduk, berbaring, menonton televisi, bermain game, membaca,
tetapi tidak termasuk waktu tidur. Sedentary lifestyle berhubungan dengan aktivitas pada
tingkat aktivitas fisik istirahat atau merupakan salah satu dari aktivitas ringan dengan
pengeluaran energi expenditure setara 1- 1,5 metabolic equivalent (METs)3 . Sedentary
lifestyle adalah aktivitas yang berhubungan dengan pengeluaran energi ≤1,5 metabolic
equivalents (METs).
Kemajuan teknologi dapat menyebabkan perubahan perilaku masyarakat seperti
penurunan aktivitas fisik sehingga terjadi peningkatan sedentary lifestyle yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit kardiovaskular,obesitas, depresi bahkan kesehatan
mental.
Adapun klasifikasi sedentary lifestyle terbagi menjadi tiga berdasarkan durasi
waktu, yakni :
a. Level rendah, dalam durasi kurang dari 2 jam
b. Level menengah, dalam durasi 2- 5 jam
c. Level tinggi, dalam durasi lebih dari 5 jam
Dengan demikian, seseorang yang mempunyai perilaku sedentary lifestyle
berisiko untuk mengalami risiko-risiko medis akibat gaya hidup tersebut di antara lain :
obesitas, diabetes tipe 2, kanker, penyakit jantung, dan kematian di usia muda.
Sedentary lifestyle banyak terjadi di daerah perkotaan dan lebih sering terjadi
pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan anak perempuan suka
menghabiskan waktunya untuk bemain hp dan membaca buku dibandingkan bermain
komputer atau laptop.
Berikut adalah beberapa tips agar kehidupan lebih sehat secara fisik dan mental :
 Meningkatkan aktivitas fisik. Beberapa olahraga yang dapat dilakukan
adalah berlari, jogging, bersepeda, dengan durasi 150 menit dalam seminggu
sesuai anjuran WHO
 Mengurangi waktu ‘sedentary’ dengan cara sederhana seperti berdiri di
dalam transportasi umum, berjalan ketika istirahat makan siang,
memasang reminder untuk bergerak setiap 30 menit ketika sedang bekerja,
banyak mengerjakan pekerjaan domestik di rumah, dan lebih memilih untuk naik
tangga daripada lift.
 Menjaga pola makan seimbang, melakukan aktivitas fisik, mengurangi
perilaku sedentari dengan membatasi penggunaan smartphone, dan
memperhatikan waktu tidur agar tidak kurang dari 8 jam/hari.
2. Bagiamana peran SKM dalam mencegah sedentary life style.
Peran kita sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat ialah dapat mengurangi serta
mencegah perilaku sendentary lifestyle kepada masyarakat khususnya untuk remaja.
Upaya yang dapat dilakukan oleh seorang SKM adalah dengan cara promotif (promosi
kesehatan) yaitu dengan melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat atau
remaja mengenai sedentary lifestyle (pengertian, penyebab, dampak, mencegah) selain
melakukan penyuluhan atau sosialisasi seorang SKM juga dapat melakukan pendekatan
dengan masyarakat yang bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat agar dapat
mengurangi atau mencegah perilaku sedentary lifestyle.

REFERENSI

Amrynia, S. U., & Prameswari, G. N. (2022). Hubungan Pola Makan, Sedentary Lifestyle, dan
Durasi Tidur dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Remaja (Studi Kasus di SMA Negeri 1
Demak). Indonesian Journal of Public Health and Nutrition, 2(1), 112-121.
Mandriyarini, R., Sulchan, M., & Nissa, C. (2017). Sedentary lifestyle sebagai risiko kejadian
obesitas pada remaja SMA stunted di Kota Semarang. Journal of Nutrition College, 6(2),
149-155.
Park, J. H., Moon, J. H., Kim, H. J., Kong, M. H., & Oh, Y. H. (2020). Sedentary lifestyle:
overview of updated evidence of potential health risks. Korean journal of family
medicine, 41(6), 365.
Rahayu, W., & Kusuma, D. A. (2022). Profil sedentary life style pada remaja umur 15-17 tahun
(Study di Kabupaten Lamongan). Jurnal Prestasi Olahraga, 5(2), 114-121.
Wardani, P. A. S., Suyasa, I. G. P. D., & Wulandari, I. A. (2022). Hubungan Sedentary Lifestyle
dengan Kejadian Obesitas pada Remaja Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Gema
Keperawatan, 15(2), 197-206.

Anda mungkin juga menyukai