Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Interaksi Unta dengan Lingkungan Fisik di Gurun

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd

oleh :

Hendra Ramadhan H.

K4516024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya berupa ilmu, inspirasi, dan kesehatan. Atas
kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Interaksi
Unta dengan Lingkungan Fisik di Gurun”.
Makalah ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban penulis dalam
pengumpulan tugas Mata Kuliah Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan hal
ini antara lain karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu. Penulis
juga mengharapkan adanya kritik dan saran demi hasil makalah yang lebih baik.

Surakarta, 7 Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah .................................................................................... 2
D. Manfaat Makalah .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Karakteristik Unta ................................................................................... 3
B. Karakteristik Gurun ................................................................................ 5
C. Interaksi Unta dengan Lingkungan Air di Gurun ................................... 6
D. Interaksi Unta dengan Lingkungan Tanah di Gurun .............................. 7
E. Interaksi Unta dengan Lingkungan Suhu di Gurun ................................ 8
F. Interaksi Unta dengan Lingkungan Udara di Gurun ............................... 8
G. Interaksi Unta dengan Lingkungan Intensitas Cahaya di Gurun ............ 9
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makhluk hidup adalah makhluk yang memiliki ciri-ciri kehidupan
seperti bernafas,bergerak dan berkembang biak. Seperti yang kita ketahui
bahwa tidak ada makhluk hidup yang dapat hidup sendiri tanpa ketergantungan
dari makhluk hidup lain. Unta atau Onta adalah hewan yang hidup ditemukan
di wilayah kering dan gurun di Asia dan Afrika Utara.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia dan
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Lingkungan terdiri dari
komponen biotic dan abiotik. Komponen biotik adalah segala sesuatu yang
bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan
bakteri). Sedangkan komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa.
Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan fisik di sekitar
organisme yang menjadi medium untuk menunjang berlangsungnya kehidupan
organisme tersebut. Beberapa contoh komponen abiotik adalah air, udara,
cahaya matahari, tanah.
Makhluk hidup dan lingkungan sangat erat kaitannya. Semua makhluk
hidup menjalani hidup dan semua kegiatannya akan berkaitan dengan
lingkungan. Meskipun tinggal di daerah kering dan tandus, rata-rata umur
harapan hidup unta adalah antara 30 sampai 50 tahun.Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai interaksi yang terjadi antara unta dengan
lingkungan fisik nya seperti kondisi udara, suhu, cahaya matahari, air dan tanah
di derah gurun.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1. Bagaimana karakteristik unta ?
2. Bagaimana karakteristik gurun ?

1
3. Bagaimana interaksi yang terjadi antara hewan unta dengan lingkungan air
di gurun ?
4. Bagaimana interaksi yang terjadi antara hewan unta dengan lingkungan
tanah di gurun ?
5. Bagaimana interaksi yang terjadi antara hewan unta dengan lingkungan
suhu di gurun ?
6. Bagaimana interaksi yang terjadi antara hewan unta dengan lingkungan
udara di gurun ?
7. Bagaimana interaksi yang terjadi antara hewan unta dengan lingkungan
intensitas cahaya matahari di gurun ?

C. Tujuan Makalah
Adanya makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui karakteristik unta.
2. Mengetahui karakteristik bioma gurun.
3. Mengetahui interaksi yang terjadi antara hewan unta dengan lingkungan air
di gurun.
4. Mengetahui interaksi yang terjadi antara hewan unta dengan lingkungan
tanah di gurun.
5. Mengetahui interaksi yang terjadi antara hewan unta dengan lingkungan
suhu di gurun.
6. Mengetahui interaksi yang terjadi antara hewan unta dengan lingkungan
udara di guru.
7. Mengetahui interaksi yang terjadi antara hewan unta dengan lingkungan
intensitas cahaya matahari di gurun.

D. Manfaat Makalah
Adanya makalah ini dapat digunakan sebagai :
1. Bahan bacaan untuk berisi informasi mengenai unta
2. Referensi untuk menambah ilmu pengetahuan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Unta
Unta atau Onta adalah dua spesies hewan berkuku belah dari genus
Camelus (satu berpunuk tunggal - Camelus dromedarius, satu lagi berpunuk
ganda - Camelus bactrianus) yang hidup ditemukan di wilayah kering dan
gurun di Asia dan Afrika Utara. Rata-rata umur harapan hidup unta adalah
antara 30 sampai 50 tahun. Domestikasi unta oleh manusia telah dimulai sejak
kurang lebih 5.000 tahun yang lalu. Pemanfaatan unta antara lain untuk diambil
susu (yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi daripada susu sapi) serta
dagingnya, dan juga digunakan sebagai hewan pekerja.
1. Kemampuan Adaptasi Ekologi Unta
Seperti yang diketahui, unta hidup di padang pasir yang memiliki
range temperatur udara yang mampu membunuh mayoritas makhluk hidup.
Selain itu, mereka mampu tidak makan dan minum selama beberapa hari.
Ada banyak hal yang membuat mereka mampu beradaptasi. Salah satunya
adalah punuknya. Banyak orang mengira punuknya menyimpan air, tetapi
sebenarnya tidak. Punuk unta menyimpan lemak khusus, yang pada suatu
saat bisa diubah menjadi air dengan bantuan oksigen hasil respirasi. Satu
gram lemak yang ada pada punuk unta bisa diubah menjadi satu gram air.
Kemampuan adaptasi lainnya yang luar biasa adalah, sistem
respirasinya meninggalkan sedikit sekali jejak uap air. Uap air yang keluar
dari paru-paru diserap kembali oleh tubuhnya melalui sel khusus terdapat di
hidung bagian dalam, membentuk kristal dan suatu saat dapat diambil.
Tubuh unta dapat bertahan hingga pada suhu 41 derajat celcius. Lebih dari
itu, unta mulai berkeringat. Penguapan dari keringat yang terjadi hanya
pada kulitnya, bukan pada rambutnya. Dengan cara pendinginan yang
efisien itu, unta mampu menghemat air cukup banyak.

3
Unta mampu bertahan dengan kehilangan massa sekitar 20%-25%
selama berkeringat. Mayoritas makhluk hidup hanya mampu bertahan
hingga kehilangan massa sekitar 3%-4% sebelum terjadi gagal jantung
akibat mengentalnya darah. Meskipun unta kehilangan banyak cairan
tubuh, darahnya tetap terhidrasi, hingga batas 25% tercapai.
Ada banyak hal mengapa darah unta tidak mengental pada kondisi
di mana darah mayoritas makhluk hidup sudah mengental. Sel darah merah
unta berbentuk oval, bukan bulat seperti makhluk hidup lainnya. Unta juga
memiliki sistem imunitas yang cukup unik. Semua mamalia memiliki
antibodi berbentuk Y dengan dua rantai panjang sepanjang Y itu dengan
dua rantai pendek di setiap ujung dari Y tersebut, tetapi unta hanya
memiliki dua rantai panjang yang menjadikannya berbentuk lebih kecil
sehingga mengurangi kemungkinan darah akan mengental. Ginjal dan usus
mereka sangat efisien dalam menyaring air. Bentuk urin mereka sangat
kental dan kotoran mereka sangat kering sehingga bisa langsung dibakar
ketika dikeluarkan.
2. Persebaran Unta
Unta Arab (dromedaris) hidup di kawasan Afrika utara dan Timur
Tengah serta anak benua India. Jumlahnya saat ini sekitar 14 juta ekor. Di
Afrika utara, unta arab sangat berperan bagi sebagian negara, seperti
Somalia dan Ethiopia. Di sana unta dimanfaatkan susunya. Unta baktrian
hidup di kawasan Gurun Gobi di Tiongkok, Mongolia dan Australia. Unta
baktrian saat ini jumlahnya menurun sekitar 1.4 juta yang disebabkan
berbagai faktor, salah satunya pembunuhan massal unta di Australia. Unta
di dianggap menjadi penyumbang gas rumah kaca dan dianggap menjadi
biang kerok terjadinya global warming.

4
B. Karakteristik Gurun
Gurun, padang gurun atau padang pasir adalah suatu daerah yang
menerima curah hujan yang sedikit - kurang dari 250 mm per tahun. Gurun
dianggap memiliki kemampuan kecil untuk mendukung kehidupan. Jika
dibandingkan dengan wilayah yang lebih basah hal ini mungkin benar,
walaupun jika diamati secara saksama, gurun sering kali memiliki kehidupan
yang biasanya tersembunyi (khususnya pada siang hari) untuk
mempertahankan cairan tubuh. Kurang lebih sepertiga wilayah bumi adalah
berbentuk gurun. Bentang gurun memiliki beberapa ciri umum. Gurun
sebagian besar terdiri dari permukaan batu karang. Bukit pasir yang disebut erg
dan permukaan berbatu merupakan bagian pembentuk lain dari gurun.
Gurun kadang memiliki kandungan cadangan mineral berharga yang
terbentuk di lingkungan kering (bahasa Inggris: 'arid') atau terpapar oleh erosi.
Keringnya wilayah gurun menjadikannya tempat yang ideal untuk pengawetan
benda-benda peninggalan sejarah serta fosil. Air tanah di gurun cenderung asin
karena larutan garam dalam tanah tidak cenderung berpindah baik karena
pencucian oleh air maupun drainase
Persebaran bioma gurun banyak terdapat di wilayah benua Afrika Utara
(Sahara), Amerika Utara (Great Basin), Austalia (Gibson), Asia (Takla
Makan), dan Indonesia (Parangtritis). Lingkungan biotik:
1. Flora: tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang kering
(xerofit) seperti kaktus, pohon korma, dan zaitun
2. Fauna: hewan besar yang mampu menyimpa air seperti unta, sedangkan
hewan kecil hanya aktif pada pagi dan malam hari di mana pada siang
harinya bersembunyi di lubang-lubang seperti ular, tikus, dan serangga.

5
C. Interaksi Unta dengan Lingkungan Air di Gurun
Hampir semua makhluk hidup membutuhkan air. Oleh karena itu, air
merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan. Sebagian besar
tubuh makhluk hidup tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk hidup
yang tidak membutuhkan air. Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan
air tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan
ketersediaan air di suatu daerah, tidak sama antara daerah satu dengan yang
lainnya. Misanya ketersediaan air di gurun yang lebih sedikit dari pada
ketersediaan air di padang rumput.
Hal ini juga akan mempengaruhi cara hidup organisme yang ada di
daerah-daerah tersebut. Misalnya hewan unta yang hidup di daerah gurun akan
memiliki kapasitas penggunaan air yang relatif sedikit sebagai penyesuaian
terhadap lingkungan hidupnya yang miskin air.
Unta mampu bertahan di ekosistem gurun karena memiliki kemampuan
menyimpan air dalam cairan tubuh, termasuk darah, memiliki kemampuan
meminimalkan kehilangan air karena keringat yang dipengaruhi oleh suhu
tubuhnya, dan memiliki kemampuan untuk menghindari dehidrasi. Hewan lain
akan mati dehidrasi 20% cairan tubuh tetapi unta dapat bertahan menghadapi
dehidrasi hingga 40%. Unta mampu menyimpan lemak pada punuk sekitar 36
kg. Lemak ini digunakan sebagai cadangan tenaga. Hewan ini juga mampu
menghabiskan 100 liter air dalam waktu 10 menit, dimana hewan mamalia lain
tidak mampu menghabiskan air dalam waktu yang singkat.
Sistem respirasi pada unta meninggalkan sedikit sekali jejak uap air.
Uap air yang keluar dari paru-paru diserap kembali oleh tubuhnya melalui sel
khusus yang terdapat Ada hidung bagian dalam, membentuk kristal dan suatu
saat dapat diambil. Penguapan dari keringat yang terjadi hanya pada kulitnya,
bukan pada rambutnya. Dengan cara pendinginan yang efisien itu, unta mampu
menghemat air cukup banyak.

6
Unta mampu bertahan dengan kehilangan massa sekitar 20%-25%
selama berkeringat. Mayoritas makhluk hidup hanya mampu bertahan hingga
kehilangan massa sekitar 3%-4% sebelum terjadi gagal jantung akibat
mengentalnya darah. Meski unta kehilangan banyak cairan tubuh, darahnya
tetap terhidrasi, hingga batas 25% tercapai.
Unta mampu meminum air sebanyak sepertiga berat badannya dalam
waktu sepuluh menit. Ini berarti seratus tiga puluh liter dalam sekali minum;
dan tempat penyimpanannya adalah punuk unta. Unta memiliki punuk, yaitu
gundukan lemak yang terdapat di punggung. Punuk unta menyediakan sari
makanan bagi unta ketika kesulitan makanan dan air sehingga unta dapat hidup
sampai tiga minggu tanpa air.

D. Interaksi Unta dengan Lingkungan Tanah di Gurun


Keberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi oleh kondisi tanah. Bila
bumi hanya berisi batu dan logam, tanpa ada tanah maka tidak akan ada
berbagai jenis tumbuhan dan organisme lainnya. Tanah merupakan tempat
hidup bagi berbagai jenis organisme, terutama tumbuhan. Adanya tumbuhan
akan menjadikan suatu daerah memiliki berbagai organisme pemakan
tumbuhan dan organisme lain yang memakan pemakan tumbuhan tersebut.
Sebagai perbandingan adalah tanah yang subur dengan tanah yang tandus.
Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH), tekstur (komposisi
partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur hara.
Kelembapan di daerah gurun juga sangat rendah dan tanahnya sangat
tandus karena tidak bisa menyimpan air. Di gurun, unta berinteraksi dengan
tanah yang tandus dengan menggunakan kakinya. Unta mempunyai kaki yang
lebar dan berkulit tebal untuk berjalan di atas pasir dan batu, yang seringkali
bersuhu tinggi. Walaupun unta membawa beban ratusan kilogram, kaki unta
tidak akan terperosok dan terbenam ke dalam pasir. Di samping itu kaki unta
yang panjang juga berguna menjauhkan tubuhnya dari radiasi panasnya tanah
berpasir. Berjalan di tanah tandus berpasir yang panasnya ekstrim akan
membuat tubuh lebih cepat terdehidrasi. Oleh sebab itu, cairan tubuh harus
dihemat.

7
Unta memiliki sistem respirasi yang hanya meninggalkan sedikit sekali
jejak uap air. Setiap kali uap air keluar dari paru-paru saat bernafas, uap air
akan diserap kembali oleh tubuhnya melalui sel khusus yang terdapat di hidung
bagian dalam.

E. Interaksi Unta dengan Lingkungan Suhu di Gurun


Gurun pasir memiliki suhu yang ekstrim. Pada siang hari suhu dapat
melampaui 50 derajat Celcius. Sedangkan di malam hari, suhu dapat turun
hingga di bawah 10 derajat Celcius.
Unta memiliki adaptasi sistem tubuh pada suhu 34-41,7o C dengan cara
menghindari kenaikan suhu tubuh dan mengurangi keringat serta keluarnya
urin. Tubuh unta dapat bertahan hingga pada suhu 41 derajat celcius. Lebih
dari itu, unta mulai berkeringat. Penguapan dari keringat yang terjadi hanya
pada kulitnya, bukan pada rambutnya.
Punuk unta juga berfungsi untuk mengatur suhu tubuh. Ini merupakan
fitur penting yang ada pada unta karena hidup di gurun pasir dengan suhu yang
ekstrim antara siang dan malam hari. Dengan punuk ini, unta dapat
meminimalkan penyekat panas di seluruh tubuh ketika suhu gurun tinggi di
siang hari. Sehingga suhu tubuh unta tidak terlalu tinggi. Sebaliknya, ketika
malam hari penyekat panas akan berfungsi maksimal agar suhu tubuh unta
tidak terlalu rendah.

F. Interaksi Unta dengan Lingkungan Udara di Gurun


Gurun pasir memiliki cuaca yang ekstrim. Pada siang hari udara begitu
panas, sedangkan pada malam hari udara di gurun begitu dingin. Unta memiliki
struktur lapisan kulit yang tebal, hal tersebut berfungsi untuk dapat menahan
udara panas yang sangat menyengat dan supaya unta tidak terbakar oleh
teriknya matahari disiang hari. Selain itu, rambut permukaan kulit yang khusus
dirancang untuk melindunginya dari udara panas dan udara dingin.
Dengan punuk unta, hewan ini dapat meminimalkan penyekat udara
panas di seluruh tubuh ketika udara begitu panas di siang hari sehingga suhu
tubuh unta tidak terlalu tinggi.

8
Ketika malam hari penyekat udara panas akan berfungsi maksimal agar
suhu tubuh unta tidak terlalu rendah. Tidak hanya itu. Bagian tertentu pada
tubuh unta mempunyai kulit yang lebih tebal. Sehingga jika pada siang hari
unta berbaring atau duduk di atas pasir panas, unta tidak akan merasakan udara
panas di lingkungan sekitar. Sebaliknya, pada malam hari dengan udara yang
sangat dingin, tubuh unta dilindungi juga oleh bulu-bulu di seluruh tubuhnya.

G. Interaksi Unta dengan Lingkungan Intensitas Cahaya Matahari di Gurun


Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu daerah akan
mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain itu, cahaya
matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara. Adanya
perbedaan temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara,
sehingga udara mengalir atau bergerak membentuk angin. Kesemuanya
memberikan pengaruh bagi organisme.
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua makhluk
hidup. Sedangkan keberadaan uap air di udara akan mempengaruhi kecepatan
penguapan air dari permukaan tubuh organisme. Organisme yang hidup di
daerah panas (suhu udara tinggi dan kelembaban rendah) akan berupaya untuk
mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya unta yang merupakan
hewan khas padang pasir. Selain perbedaan suhu udara juga bisa menimbulkan
angin, yaitu aliran udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga organisme akan
menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.
Tingginya intensitas cahaya matahari yang ada didaerah gurun
membuat mata unta beradaptasi akan hal tersebut. Mata unta memiliki
membran, alis tebal, dan dua lapis bulu mata yang dapat melindungi mata dari
sinar ultraviolet. Bulu mata unta bekerja mirip seperti dua buah sisir dengan
mata sisir yang saling menutup, sehingga meminimalisir sinar dengan energi
yang tinggi yang dapat masuk ke bola mata.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam kondisi lingkungan gurun dengan keterbatasan air, unta mampu
bertahan hidup karena mampu menyimpan air dalam cairan tubuh,
mampu meminimalkan kehilangan air dan mampu menghindari dehidrasi.
2. Di gurun, unta berinteraksi dengan tanah yang tandus dengan
menggunakan kakinya. Unta mempunyai kaki yang lebar dan berkulit
tebal untuk berjalan di atas pasir dan batu.
3. Interaksi antara sistem tubuh unta pada suhu 34 - 41,7o C adalah dengan
cara menghindari kenaikan suhu tubuh dan mengurangi keringat serta
keluarnya urin.
4. Keadaan lingkungan abiotik udara yang panas saat siang hari, unta
mampu mengendalikan tubuhnya dengan punuknya yang meminimalkan
penyekat udara panas di seluruh tubuh ketika udara begitu panas.
Sebaliknya, udara dingin ketika malam hari, penyekat udara panas akan
berfungsi maksimal agar suhu tubuh unta tidak terlalu rendah.
5. Tingginya intensitas cahaya matahari yang ada didaerah gurun membuat
mata unta berinteraksi. Mata unta memiliki membran, alis tebal, dan dua
lapis bulu mata yang dapat melindungi mata dari sinar ultraviolet.

B. Saran
1. Hendaknya pembaca dapat mempelajari secara cermat agar
pengetahuannya bertambah.
2. Sebagai calon guru IPA, hendaknya perlu mengerti serta memahami materi
mengenai interaksi unta dengan lingkungan abiotiknya sehingga calon guru
IPA nantinya dapat mengajarkan materi ini dalam proses pembelajaran di
masa yang akan datang ketika menjadi seorang guru dengan bekal yang
sudah ada.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2018). Unta. Kumpulan Artikel Dunia Berbahasa Indonesia. Diperoleh


pada 7 Juli 2019 dari http://m.camelus.program-reguler.co.id
Rajasthan. (2017). Camel. National Camel Research Centre. Diperoleh pada 7
Juli 2019 dari https://icar.org.in
Resosudarmo, R.S., dkk. (2009). Pengantar Ekologi. Penerbit Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Smith, R.L. (1994). Ecology and Field Biology. 2nd. ed. Harper & Row, Pub.
New York.
Suwandi. (2018). Ekologi. Lingkungan Biotik dan Abiotik. Literatur UPI Bandung.
Diperoleh pada 7 Juli 2019 dari https://www.file.upi.edu.
Utomo, W.S., dkk. (2014). Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem.
Jurnal Universitas Terbuka. Diperoleh pada 7 Juli 2019 dari website resmi
http://repository.ut.ac.id

11

Anda mungkin juga menyukai