Anda di halaman 1dari 7

Notulensi Presentasi Psikologi Belajar

Hari, tanggal : Senin, 1 November 2021

Kelas : 1B

Mata Kuliah : Psikologi Belajar

Dosen : Dr. Naharus Surur, M.Pd

KELOMPOK 3 - TEORI BELAJAR PIAGET

> Anggota Kelompok :

1) Intan Tanalia Hasna / K3121046

2) Nabila Dara Putri / K3121059

3) Nadya Wening Kusumastuti / K3121061

4) Nafi Kurnia Saputri / K3121062

5) Rizki Aprilia Putri Seta Bhakti / K3121071

6) Sekar Jagad Kinanthi / K3121075

7) Tiyas Ardhityawati / K3121083

A. Penanya 1 : Salma Ghina Rana / K3121073

Penjawab : Tiyas Ardhityawati / K3121083


Pertanyaan:

1. Dalam teori Piaget kan ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam
pembelajaran konstruktivisik, nah itu apa saja ya? Bisa dijabarkan?

Jawaban:

Ada beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik

1. Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan

2. Mengutamakan proses

3. Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial

4. Pembelajaran di lakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman

Tanggapan:

Jadi dalam pembelajaran konstruktivistik apakah mengutamakan hasil belajar saja?

Jawaban:

Karena pembelajaran konstruktivistik lebih mengutamakan ke prosesnya, jadi menurut


saya tidak, karena itu kurang tepat.

B. Penanya 2 : Zuraida Hanifah / K3121088

Penjawab : Intan Tanalia Hasna / K3121046

Pertanyaan:

2. Apakah teori piaget bisa berlaku di indonesia??

Jawaban:
Ya,teori belajar piaget bisa berlaku di indonesia,karna kebanyakan siswa pada usia
tahapan operasi kongkrit anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran
logika, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Namun, tanpa objek fisik, mereka
masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. Untuk para
peneliti ataupun para pendidik sekolah dasar diharapkan bisa berkontribusi dalam hal
memahami karakteristik kesiapan belajar siswa, khususnya dalam matematika. Sehingga
beberapa fenomena diantaranya: siswa yang merasa kesulitan memahami pelajaran
matematika,konsep matematika dianggap terlalu rumit, matematika dianggap terlalu
banyak menghitung; sekolah menghadapi tekanan dalam meningkatkan prestasi
akademik,siswa belum mampu optimal dalam mengembangkan kemampuannya berpikir
matematika di sekolah dan orang tua merasa kesulitan saat menemani anaknya belajar
matematika, dapat diatasi lebih awal.

C. Penanya 3 : Nurriyah Habibaht / K3121063

Penjawab : Nafi Kurnia Saputri / K3121062

Pertanyaan:

3. Apakah anda bisa menjelaskan lagi tentang teori Jean peaget konstruktif kognitif?

Jawab :

teori konstruktivis kognitif menyatakan bahwa anak akan terus berinteraksi dengan
lingkungannya. Hasil interaksi tersebut akan menghasilkan sesuatu yang bernama
skemata/schema/skema.

Skemata diartikan sebagai jenis pengetahuan yang berfungsi membantu anak melakukan
interpretasi dan pemahaman terhadap lingkungan. Sifat utama skemata akan terus
bergerak, bermodifikasi, berkelanjutan, dinamis, atau tidak berhenti di satu titik.
Untuk bisa terus bergerak, skemata dibantu dua proses penting bernama asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah aktivitas mendapat informasi baru untuk dimasukkan ke
dalam skemata yang ada. Akomodasi merujuk pada proses yang terjadi saat pengetahuan
baru masuk ke dalam skemata dan kemudian mengubah skemata ke bentuk baru.

Perkembangan kognitif anak usia dini akan terpengaruh aktivitas berkelanjutan skemata-
asimilasi-akomodasi secara terus menerus hingga terbentuk keseimbangan baru
(equilibrium) berkali-kali.

D. Penanya 4 : Khamim Alfia Khusni / K3121050

Penjawab : Nabila Dara Putri / K3121059

Pertanyaan:

4. Dalam teori piaget bagian tahapan perkembangan intelektual menurut agust comte,
salah satunya adalah tahapan teologi. Dalam tahap ini terdapat beberapa bentuk dan cara
berpikir. Jelaskan beberapa bentuk dan cara berpikir tersebut?

Jawab:

Dalam tahap ini terdapat beberapa bentuk dan cara berfikir. Bentuk yang pertama
adalah fetiyisme dan animism. Kedua bentuk berfikir ini menyaksikan bagaimana
manusia menghayati alam semesta dalam individualitas dan partikularitasnya. Misalnya
Pohon Beringin di depan Keraton Yogyakarta tidak dimengerti sebagai bagian dari suatu
spesies pohon beringin akan tetapi sebuah pohon yang sacral seperti halnya manusia yang
mempunyai jiwa.

Kemudian cara berfikir selanjutnya yang lebih maju yaitu politeisme. Cara berfikir ini
lebih maju daripada cara berfikir sebelumnya karena sudah tampak adanya jenis
klasifikasi atas dasar kesamaan dan kemiripan. Individualitas dan partikularitas benda
diganti oleh kelas-kelas kejadian dan kemudian doekspresikan menjadi konsep yang
umum dan abstrak.

Cara berfikir yang lebih maju lagi adalah monoteisme. Cara berfikir ini tidak lagi
mengakui adanya banyak roh tetapi hanya satu roh saja, yakni Tuhan. Semua benda dan
kejadian termasuk manusia berasal dan berakhir dari satu kekuatan tunggal yang bersifat
rohaniah (Tuhan).

E. Penanya 5 : Sevia Ardhe Saputri / K3121078

Penjawab : Nadya Wening Kusumastuti / K3121061

Pertanyaan:

5. Dalam faktor penunjang perkembangan intelektual terdapat IQ dan EQ. Jelaskan 3 saja
perbedaan IQ dan EQ!

Jawaban:

1. IQ berkaitan dengan logika, EQ berkaitan dengan emosi

IQ adalah kemampuan seseorang dalam bernalar dan memecahkan masalah dengan


menggunakan unsur-unsur matematiks dan logika. Sementara, EQ adalah kemampuan
seseorang dalam memahami, mengendalikan, mengevaluasi, dan mengekspresikan emosi.

2. IQ dibawa sejak lahir, EQ bisa diajarkan

Faktor genetik berperan dalam pembentukan IQ sehingga dapat dibawa sejak lahir.
Namun, faktor lingkungan juga dianggap berpengaruh dan dapat dikembangkan dengan
ilmu pengetahuan yang didapat dalam proses akademik. Sementara, EQ dapat diajarkan,
diasah, atau diperkuat kapan saja, terutama sejak dini dengan memberi pendidikan
karakter, memodelkan perilaku positif, mendorong untuk berpikir mengenai perasaan
orang lain, dan menemukan cara untuk lebih berempati terhadap orang lain.
3. IQ pandai angka, EQ pandai mengelola emosi

Anak yang memiliki IQ tinggi umumnya unggul dalam mengerjakan persoalan yang
berkaitan dengan angka dan analisis data. Sedangkan, anak yang memiliki EQ tinggi
dapat mengelola emosinya dengan baik sehingga terhindar dari stres, kecemasan, atau
depresi. Bahkan mereka mampu memahami perasaan orang lain dengan baik.

F. Penanya 6 : Ririn Eka Septianawati / K3121069

Penjawab: Rizki Aprilia Putri Seta Bhakti / K3121071

Pertanyaan:

6. Pada teori Piaget, disebutkan bahwa maturasi merupakan salah satu faktor penting
dalam perkembangan intelektual. Apa yang dimaksud dengan maturasi dan mengapa
maturasi penting dalam perkembangan intelektual?

Jawab :

Maturasi adalah tahap menuju kedewasaan yang meliputi perkembangan sistem saraf
sentral, otak, koordinasi motorik, dan manifestasi fisik lainnya. Maturasi penting dalam
perkembangan intelektual karena pada tahap ini seseorang mulai memahami, menghayati,
serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Atau bisa juga
dikatakan bahwa kematangan (Maturity) adalah kemampuan untuk mengendalikan diri
(self control) dan tidak mudah terpancing oleh reaksi yang provokatif, yang ditandai
dengan :

a. Bertahan untuk tidak impulsif

b. Mengendalikan emosi (rasa marah, frustrasi dll)

c. Mampu berespon secara kalem dalam situasi frustrasi


d. Mampu mengelola stress secara efektif

e. Mengendalikan emosi negatif dan bertindak secara konstruktif untuk mencari


penyelesaiannya

f. Mampu menenangkan orang lain disamping menenangkan diri sendiri

G. Penanya : Zalfa Zahrah Khalisyah / K3121087

Penjawab : Sekar Jagad Kinanthi / K3121075

Pertanyaan

Dalam implikasi teori piaget ini, mengapa belajar lebih berhasil jika disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik?

Jawab :

Hal ini disebabkan karena setiap tahap perkembangan kognitif memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Susunan saraf seorang akan semakin kompleks seiring dengan
bertambahnya umur. Hal ini memungkinkan kemampuannya semakin meningkat. Oleh
karena itu, dalam prosea belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap perkembangan
tertentu sesuai dengan umurnya. Penjenjangan ini bersifat hierarki, yaitu melalui tahap-
tahap tertentu sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak dapat mempelajari sesuatu di luar
kemampuan kognitifnya.

Anda mungkin juga menyukai