PERTEMUAN KE-10
HAPUSNYA PERIKATAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu untuk
mendeskripsikan cara-cara hapusnya perikatan
B. URAIAN MATERI :
Pada pasal 1381 KUHPerdata mengatur berbagai cara hapusnya perikatan.
Lima cara pertama yang tersebut di dalam pasal 1381 KUH perdata menunjukan
bahwa kreditor tetap menerima prestasi dari debitor. Cara yang keenam yaitu
pembebasan hutang, maka kreditur tidak menerima prestasi, bahkan sebaliknya
yaitu cara sukarela melepaskan haknya atas prestasi.
Pada empat cara terakhir dari pasal 1381KUH perdata maka kreditur tidak
menerima prestasi , karena perikatan tersebut gugur ataupun dianggap telah gugur.
1. Perikatan Hapus
Perikatan-perikatan hapus :
a. Karena pembayaran;
b. Karena Penawaran pembayaran dikuti dengan penitipan atau penyimpanan;
c. Karena Pembaharuan utang ;
d. Karena Perjumpaan utang atau kompensasi ;
e. Karena Pencampuran utang;
f. Karena Pembebasan utang;
g. Karena Musnahnya barang yang terutang;
h. Karena kebatalan atau Pembatalan;
i. Karena Berlakunya suatu syarat batal, yang diatur dalam bab kesatu buku ini ;
j. Karena Lewatnya waktu, hal mana akan diatur dalam suatu bab tersendiri”
Hukum Perikatan 1
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
para pihak untuk menciptakan cara yang lain untuk menghapuskan suatu
perikatan.
“Cara-cara yang tersebut dalam pasal 1381 KUHPerdata itu tidaklah
lengkap, karena tidak mengatur misalnya hapusnya perikatan disebabkan karena
meninggalnya seseorang dalam suatu perjanjian yang prestasinya hanya dapat
dilaksanakan oleh satu pihak. Lima cara pertama yang tersebut dalam pasal
1381 KUHPerdata menunjukan bahwa kreditur tetap menerima prestasi dari
debitur. Dalam cara keenam yaitu pembebasan utang, maka kreditur tidak
menerima prestasi, bahkan sebaliknya , yaitu secara sukarela melepaskan
haknya atas prestasi. Pada empat cara terakhir dari pasal 1381 KUHPerdata
maka kreditur tidak menerima prestasi, karena perikatan tersebut gugur ataupun
dianggap telah gugur. Untuk mengetahui diamanakahdari berlakunya suatu
syarat batal, sebagai salah satu cara hapusnya perikatan maka kita harus
melihat kepada Bab I KUHPerdata yaitu berturut-turut pasal 1252 dan
seterusnya dan pasal 1266 KUHPerdata. Demikianlah juga apabila kita ingin
mencari dimanakah diaturtentang hapusnya perikatan Karena lampaunya waktu,
maka haruslah diperiksa buku IV KUHPerdata.”1
Mengenai hapusnya perikatan atau berakhirnya perjanjian di atur pada
Buku III KUHPerdata. Masalah ”hapusnya perikatan” (tenietgaan van verbintenis)
bisa juga disebut “hapusnya persetujuan” (tenietgaan van overeenkomst).
Berarti, menghapuskan semua pernyataan kehendak yang telah dituangkan
dalam persetujuan bersama antara pihak kreditor dan debitor. Sehubungan
dengan hal ini perlu kiranya mendapat perhatian ditinjau dari segi teoritis,
hapusnya persetujuan sebagai hubungan hukum antara kreditur dan debitur
dengan sendirinya akan menghapuskan seluruh perjanjian. Akan tetapi
sebaliknya dengan hapusnya perjanjian belum tentu dengan sendirinya
mengakibatkan hapusnya persetujuan. Hanya saja dengan hapusnya
perjanjian,persetujuan yang bersangkutan tidak lagi mempunyai kekuatan
pelaksanaan. Sebab dengan hapusnya perjanjian berarti pelaksanaan
persetujuan telah dipenuhi debitur.2
Perincian dalam Pasal 1381 KUHPerdata itu tidak lengkap, karena telah
dilupakan hapusnya suatu perikatan karena lewatnya suatu ketetapan waktu
yang dicantumkan dalam suatu perjanjian. Selanjutnya dapat di peringatkan
dalam beberapa cara yang khusus ditetapkan terhadap perikatan, misalnya
1
Marian Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2016, Hal. 15
2
M. Yahya Harahap, Op.cit., hal 106.
Hukum Perikatan 2
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
a. Pembayaran
1) Debitor
2) Mereka yang mempunyai kepentingan, misalnya kawan berutang (mede
schuldenaar) dan seorang penanggung (borg).
3) Seorang pihak ketiga yang tidak mempunyai kepentingan, asal saja orang
pihak ketiga itu itu bertindak atas nama dan untuk melunansi utangnya
debitur atau pihak ketiga itu bertindak atas namanya sendiri, asal ia tidak
menggantikan hak-hak kreditur”.
3
Subekti, Op.Cit., hal 152.
4
Departemen Pendidikan Nasdional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
5
R. Setiawan, S.H, “Pokok-pokok Hukum Perikatan”, Bina Cipta Bandung, 1999
Hukum Perikatan 3
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
Hukum Perikatan 4
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
terjadi dalam perikatan untuk berbuat sesuatu. Dalam perikatan untuk berbuat
sesuatu, tidak dapat dipenuhi oleh pihak ketiga karena berlawanan dengan
keinginan kreditor yang mana kreditur memiliki kepentingan supaya perbuatan
tersebut dilakukan sendiri oleh debitor”.
Pembayaran harus dilakukan kepada kreditor atau kepada orang yang
dikuasakan olehnya atau juga kepada seorang yang dikuasakan oleh hakim
atau oleh undang-undang untuk menerima pembayaran bagi kreditor.
Pembayaran yang dilakukan kepada orang yang tidak berkuasa menerima
bagi kreditor adalah sah, asalkan kreditor telah menyetujuinya atau nyata-
nyata telah mendapat manfaat karenanya.
Pembayaran dengan itikad baik dilakukan kepada seorang yang
memegang surat piutang yang bersangkutan adalah sah.
Pembayaran yang dilakukan kepada kreditur dalam hal kreditur tidak
cakap adalah tidak sah,melainkan sekedar debitur membuktikan bahwa
kreditur sungguh-sungguh mendapat manfaat dari pembayaran tersebut.
Debitur tidak dapat memaksakan krediturnya untuk menerima
pembayaran utangnya sebagian demi sebagian, meskipun utang tersebut
dapat dibagi-bagi. Dalam hal perikatan yang tidak dapat dibagi-bagi, meskipun
prestasi dapat dibagi-bagi, namun apabila di masing-masing pihak hanya ada
seorang kreditur dan seorang debitur, prestasi tersebut harus selalu dilakukan
sekaligus.
Suatu perikatan bahkan dapat dipenuhi juga oleh seorang pihak ketiga
yang tidak mempunyai kepentingan, asal saja pihak orang ketiga itu bertindak
atas nama dan untuk melunasi utang debitor, atau jika ia bertindak atas
namanya sendiri, asal ia tidak menggantikan hak-hak kreditor”. Dengan
demikian yang dimaksud dengan pembayaran adalah pemenuhan perikatan,
kewajiban atau utang debitor kepada kreditor.8
Pasal 1383 “Suatu perikatan untuk berbuat sesuatu tidak dapat dipenuhi
seorang pihak ketiga jika hal itu berlawanan dengan kehendak kreditur, yang
mempunyai kepentingan supaya perbuatannya dilakukan sendiri oleh debitur”.
Pasal 1384 “Agar suatu pembayaran untuk melunasi suatu utang
berlaku sah, orang yang melakukannya haruslah pemilik mutlak barang yang
8
Gunawan Widjaja, Hapusnya Perikatan, Grafindo Pustaka, Jakarta, 2003, hal 13.
Hukum Perikatan 5
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
Hukum Perikatan 6
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
9
R. Setiawan, S.H, Pokok-pokok hukum perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1999
Hukum Perikatan 7
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
Pasal 1408 KUHPerdata “Apabila barang yang dititipkan tidak diambil oleh
kreditor, maka debitor dapat mengambilnya kembali dalam hal itu orang yang
turut berhutang dan para penanggung utang tidak dibebaskan”.
Pasal 1409 KUHPerdata “jika penawaran telah mendapatkan putusan
hakim yang telah memperleh kekuatan hukum mutlak, yang dengan hal tersebut
penawaran pembayaran utang dinyatakan sah maka debitur tidak dapat lagi
mengambil kembali barang yang dititipkan meskipun dengan izin kreditur”.
Pasal 1412 KUHPerdata “Apabila penawaran pembayaran berupa suatu
barang yang harus diserahkan ditempat dimana barang tersebut berada, maka
debitur harus memberitahu kreditu melalui pengadilan supaya mengambilnya
dengan akta. Apabila peringatan ini telah dipenuhi leh debitu sementara kreditur
tidak mengambil barangnya,maka debitur dapat diizinkan oleh hakim untuk
menitipkan barang tersebut di tempat lain”.
a. Penawaran harus dilakukan secara resmi oleh seorang Notaris atau seorang
juru sita pengadilan.
b. Notaris atau juru sita menyusun perincian dari barang-barang atau uang yang
akan dibayarkan dan mendatangi tempat tinggal kreditor.
c. Apabila kreditor menolak pembayaran, maka kreditor dipersilakan untuk
menandatangani proses penyerahan tersebut dan jika kreditor tidak tanda
tangan, maka dicatat oleh Notaris atau juru sita di atas surat tersebut.
Hukum Perikatan 8
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
3. Pembaharuan Utang
Novasi yang disebutkan dalam poin satu adalah novasi objektif, karena
pembaharuan pada objek perjanjian. Contohnya, kewajiban untuk membayar
sejumlah uang tertentu diganti dengan kewajiban untuk menyerahkan suatu
barang tertentu.
Sedangkan novasi yang disebutkan dalam poin 2 dan 3 adalah novasi
subjektif, karena pembaharuan pada subjeknya. Jika yang diganti adalah debitur
seperti dalam poin 2, maka novasi tersebut disebut novasi pasif. Sedangkan
apabila yang diganti adalah krediturnya sebagaimana dijelaskan dalam poin 3,
maka hal tersebut disebut dengan novasi aktif.
10
Ibid
Hukum Perikatan 9
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
11
Subekti, Op Cit, Hal. 71
Hukum Perikatan 10
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
Pasal 1425 “Jika dua orang saling berutang, maka terjadilah antara mereka
suatu perjumpaan utang yang menghapuskan utang-utang kedua orang tersebut
dengan cara dan dalam hal-hal yang akan disebutkan sesudah ini”.
Perjumpaan hutang atau kompensasi adalah salah satu cara hapusnya
perikatan yang disebabkan oleh keadaan dimana dua orang saling mempunyai
hutang satu terhadap yang lain, dengan mana hutang-hutang antara kedua
orang tersebut dihapuskan. Perjumpaan hutang terjadi demi hukum, bahkan
tanpa sepengetahuan para pihak yang saling berutang dan kedua hutang saling
menghapuskan pada saat hutang-hutang itu ada secara bersama-sama,
bertimbal balik untuk suatu jumlah yang sama.
Kompensasi terjadi apabila 2 (dua) orang saling berutang 1 (satu) pada
yang lain dengan mana utang piutang antara kedua orang tersebut dihapuskan.
Undang-undang telah menentukan bahwa diantar mereka itu telah terjadi suatu
perhitungan yang mengahapuskan perikatannya.
Misalnya A berhutang sebesar Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) kepada
B, dan B berutang Rp. 5000,00 (Lima Ribu Rupiah ) kepada A, maka diantara
keduanya terjadi kompensasi, sehingga A hanya berutang Rp.5000,00 kepada B.
Agar kedua hutang dapat diperjumpakan, menurut Pasal 1427 KUH
Perdata harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Kedua hutang harus mengenai uang atau barang yang dapat dihabiskan dari
jenis dan kualitas yang sama.
b. Kedua hutang seketika dapat ditetapkan besarnya atau jumlahnya dan
seketika dapat ditagih. Jika yang satu dapat ditagih sekarang sedangkan yang
lain baru dapat ditagih satu bulan yang akan datang maka kedua barang itu
tidak dapat diperjumpakan.
Hukum Perikatan 11
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
apa yang dituntut adalah pengembalian suatu barang yang dititipkan atau
dipinjamkan; suatu utang yang bersumber pada tunjangan nafkah yang telah
dinyatakan tak dapat disita.”
5. Percampuran hutang
Hukum Perikatan 12
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
a. Melanjutkan hak dengan alas hak umum. Misalnya: kreditor meninggal dunia
dan meninggalkan satu-satunya ahli waris, yaitu debitor. Ini berarti bahwa
dengan meninggalnya kreditor, maka kedudukan debitor menjadi kreditor;
b. Melanjutkan hak di bawah alas hak khusus. Misalnya: pada perjanjian jual
beli, dimana penjual kemudian juga menjadi pembeli.
C. SOAL LATIHAN
1. Sebutkan cara-cara hapusnya perikatan!
2. Berikan contoh cara-cara hapusnya perikatan karena : (contoh selain yang
tertera pada uraian)
a. Kompensasi
b. Novasi
3. Apa akibat hukum dari pembatalan perikatan bagi orang-orang yang tidak
berwenang melakukan perbuatan hukum?
D. REFERENSI
Gunawan Widjaja, Hapusnya Perikatan, Grafindo Pustaka, Jakarta, 2003
Hukum Perikatan 13