Turu
Turu
1.Pengambilan air tirta atau air suci di Gunung Widodaren.Air tersebut diambil kemudian
dimasukkan dalam botol yang nantinya digunakan untuk nglaku umat atau proses penyucian jiwa
menurut masyrakat Tengger.Air Tirta tersebut diambil oleh dukun dari setiap desa disekitaran
Tengger menggunakan ritual tertentu dan pembacaan mantra.
2.Pembukaan Hari Raya Kasada,dilakukan di balai desa Ngadisari.Dihadiri para rombongan upacara
dari beberapa desa,dipimpin oleh dukun dan istrinya diikuti para sesepuh.Busana yang dipakai
adalah pakaian adat khas daerah tengger.Setiap rombongan upacara membawa ongket yang isinya
berupa hasil bumi dari desa setempat,nantinya ongket tersebut dijadikan bekal rombongan untuk
mengikuti upacara kasada.Rombongan upacara akan berjalan dari Ngadisari menuju lautan pasir
yang dianggap sakral melewati cemoro lawang sambil membacakan mantra mantra dipimpin
dukun.Pembukaan upacara kasada ini juga dimeriahkan oleh hiburan berupa pertunjukkan cerita
roro anteng dan joko seger.
3. Pelaksanaan upacara kasada di poten oleh para sesepuh dan dukun pada tanggal 15 bulan
purnama bulan ke 12 menurut penanggalan masyarakat Tengger yaitu kalender Kasada.Kemudian
dilakukan beberapa rangkaian acara yaitu :
A. Persiapan upacara di mana para dukun, legen dan pinih sepuh adat Tengger mengatur tempat-
tempat penting, seperti tempat padmasana, mandala utama, kursi-kursi para dukun, dan mengatur
kesempurnaan dwipa, wewangen, dan bija yang akan dibagikan kepada para peserta upacara
B. Menyanyikan kidung yang bersifat religius dan pujian pujian antara lain :
D. Pembacaan kitab suci Weda, biasanya pembacaan ini dilakukan secara bergantian oleh pembaca-
pembaca yang memiliki suara yang bagus dan indah, termasuk yang baik bacaannya.Doa yang dibaca
adalah doa syukur.
E.Pembacaan sejarah Kasada dan biasanya dukun setempat menceritakan menggunakan cara
nyanyian.
Contoh :
F. Nglukat umat, acara ini dilakukan untuk membersihkan jiwa peserta acara yaitu masyrakat Suku
Tengger dari jiwa yang kotor dengan cara :
G. Muspa atau persembahyangan, upacara persembahyangan dipimpin oleh Pinandita dan dibantu
oleh para pemuka dengan mengapitkan kedua tangan dan di tengahnya diletakkan bunga kemudian
diangkat dengan membaca doa sesuai dengan maksud masing-masing.Doa tersebut ada yang
dipimpin maupun dilakukan secara individual sesuai keinginan masing masing.Persembahyangan ini
biasanya menggunakan beberapa jenis puspa baik yang putih,merah,campuran,maupuan
kosong.Beberapa doa/mantra yang dipanjatkan beserta terjemahannya :
H.Doa pasca sembah,dilakukan setelah persembahyangan dengan cara merapalkan lima mantra
yang berisi tentang rasa mawas diri terhadap sang pencipta.Terjemahan lima mantra tersebut
kurang lebih seperti ini :
(1). Ya Tuhan, Atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.
(2). Ya Tuhan sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat, engkau bersinar merah, hamba memuja engkau.
Hyang Surya yang bersinar di tengah-tengah teratai putih hamba memuja engkau yang menciptakan
matahari berkilauan.
(3). Ya Tuhan, kepada Dewata yang bersemayam pada tempat yang luhur, kepada Hyang siwa yang
ada di mana-mana, kepada Dewata yang bersemayam di tempat duduk bunga teratai di suatu
tempat, kepada Arahanarisvari hamba memuja.
(4). Ya Tuhan, engkau yang menarik hati, pemberi anugerah, anugerah pemberian Dewata, pujaan
segala pujaan, hamba memuja-Mu sebagai pemberi segala anugerah. Kemaha sucian pada Dewa dan
Dewi berwujud zat yang suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan,
kegembiraan dan kemajuan ruhani dan jasmani.
(5). Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan, Maha Tinggi dan Maha gaib, Ya
Tuhan, anugerahkanlah pada kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan
J. Acara lelabuhan sesajen di kawah Gunung Bromo,Acara ini dilakukan setelah prosesi
persembahyangan di Poten, di Pura Agung di tengah lautan pasir di kaki Gunung Bromo. Acara
lelabuh sesajen (membuang sesajen di kawah Gunung Bromo) diatur dengan cara berbaris dengan
berjalan kaki dari Poten menuju ke kawah Gunung Bromo secara berkelompok sesuai rombonganya
masing-masing dari setiap desa. Diatur dalam posisinya sebagai berikut:
(a) rombongan pertama para pejabat pemerintah bersama pejabat Parisada Hindu Dharma,
(b) rombongan kedua adalah rombongan para dukun yang datang dari empat kabupaten
(Probolinggo, Malang, Pasuruan, dan Lumajang)
(c) rombongan ketiga adalah pembawa onkek yang dibawa oleh para legen dan sebagian peserta
upacara
(d) rombongan keempat adalah kelompok dari tiap-tiap empat kabupaten tersebut. Mereka berjalan
secara teratur sampai ke mulut kawah Gunung Bromo, kemudian membuang sesajen yang di bawa
tersebut dengan membaca mantra atau doa, sesuai dengan niatnya masing-masing.
K. Slametan (pepujan) desa,dilaksanakan setelah peringatan Hari Raya Kasada. Slametan desa ini
biasanya diikuti semua warga yang dilaksanakan di Sanggar atau Pura masing-masing desa atau bisa
juga di Balai Desa masing-masing desa. Dalam upacara Slametan desa ini, pembacaan doa atau
mantra-mantra dipimpin oleh dukun dan dibantu para Legen serta sesepuh desa, sedangkan
sambutan diberikan Kepala Desa. Isi sambutannya berkenaan dengan pembinaan dan pembangunan
di desa masing-masing.