Anda di halaman 1dari 99

HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DENGAN

KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI PMB CICIH SUKAESIH

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan


Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan
Pada Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit

GITA RAMADHANI SARTIKA


NIM. 10619014

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU CIUMBULEUIT


PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
BANDUNG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DENGAN KEBERHASILAN
ASI EKSLUSIF DI PMB CICIH SUKAESIH

GITA RAMADHANI SARTIKA

NIM.10619014

Bandung, Agustus 2022

Menyetujui :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Fifi Citra W, SST., M.Keb Eti Sukmiati, SST., M.Keb


NIK.10070885711 NIK.07081079281

i
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul “HUBUNGAN

INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DENGAN KEBERHASILAN ASI

EKSKLUSIF DI PMB CICIH SUKAESIH” ini sepenuhnya karya saya sendiri.

Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang laindan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas pertanyaan ini, saya siap menanggung risiko

atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini. Barang siapa yang hendak mengutip dari Laporan Tugas Akhir

ini, harap mencantumkan sumbernya.

Bandung, Agustus 2022

Yang membuat pernyataan

( Gita Ramadhani S )
ABSTRAK

HUBUNGAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DENGAN KEBERHASILAN


ASI EKSKLUSIF DI PMB CICIH SUKAESIH

Inisiasi Menyusui Dini merupakan kunci yang sangat penting dalam keberhasilan
menyusui. Hal in disebabkan karena bayi yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini
sudah berusaha menyusu sendiri di awal kelahirannya sehingga membuat proses
menyusui lebih efektif karena bayi dapat melekat dengan baik Pemberian ASI
Eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi karena ASI mengandung
kolostrum yang kaya akan antibodi. Pemberian ASI di Indonesia masih terbilang belum
maksimal data dari KEMENKES menunjukan bahwa prevelensi pemberian Asi
Eksklusif di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 71,58%. Penelitian ini bertujuan
mengetahui hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan keberhasilan ASI Eksklusif.
Metode penelitian adalah analitik kolerasi dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling sebanyak 32 orang. Uji
analisis yang digunakan yaitu uji chi – square. Hasil penelitian didapatkan bahwa
terdapat hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan keberhasilan Asi Eksklusif dengan
p - value 0,001 < 0,05. Diharapkan pelayanan kesehatan dapat meningkatkan
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dan membantu keberhasilan ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif untuk anaknya.
Kata kunci : Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif
ABSTRACT

COLLERATION BETWEEN EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING AND


THE SUCCESS OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING AT PMB CICIH
SUKAESIH

Early initiation of breastfeeding is a very important key in successful breastfeeding.


This is because babies who initiate Early Breastfeeding have tried to breastfeed
themselves at the beginning of their birth, thus making the breastfeeding process more
effective because the baby can latch on well. Exclusive breastfeeding can reduce the
risk of death in infants because breast milk contains colostrum which is rich in
antibodies. Breastfeeding in Indonesia is still not maximized, data from the
KEMENKES shows that the prevalence of exclusive breastfeeding in Indonesia in 2021
is 71.58%. This study aims to determine the relationship between Early Initiation of
Breastfeeding and the success of Exclusive Breastfeeding. The research method is
correlation analytic with cross sectional approach. Sampling with accidental sampling
technique as many as 32 people. The analytical test used is the chi-square test. The
results showed that there was a relationship between Early Initiation of Breastfeeding
and the success of Exclusive Breastfeeding with p - value 0,001 < 0,05. It is hoped that
health services can improve the implementation of Early Breastfeeding Initiation and
help mothers succeed in providing exclusive breastfeeding for their children.
Keywords: Early Initiation of Breastfeeding, Exclusive Breastfeeding
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan tugas akhir yang

berjudul “Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan ASI

Eksklusif” ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Laporan tugas akhir ini dibuat

untuk memenuhi salah satu persyaratan untukmenyelesaikan Pendidikan Diploma III

kebidanan pada politehnik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit.

Pada kesempatan ini penulis hendak penyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang memberikan dukungan moril maupun materil sehingga laporan tugas akhir

ini dapat selesai. Ucapan terimakasih ini penulis tunjukan kepada:

1. dr. Krismono Irwanto, MH. Kes Marsekal Pertama TNI (purn) selaku Direktur

Politehnik TNI AU Ciumbuleuit Bandung.

2. Hanny Yuli A, SST.,M. Keb selaku ketua program Studi D III Kebidanan

Politehnik TNI AU Ciumbuleuit Bandung.

3. Fifi Citra Wiryadi, SST.,M. Keb selaku Pembimbing 1 dalam penyusunan laporan

tugas akhir yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan

bimbingan kepada penulis

4. Eti Sukmiati, SST., M. Keb selaku pembimbing 2 dalam penyusunan laporan tugas

akhir yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan

bimbingan kepada penulis.

5. Kedua orang tuaku yang saya cintai karena Allah SWT yangsenantia mendoakan

i
dan memberikan dukungan dalam bentuk moril maupun materil kepada penulis.

Semoga menjadi ahli surganya Allah SWT.

6. Teruntuk PMB Cicih Sukaesih yang telah mengijinkan dan mendukung atas

berjalannya penelitian ini

7. Teruntuk teman-teman dekat saya yang telah membantu dan memberi semangat

dalam penyusunan penelitian kepada penulis

8. Rekan-rekan Mahasiswa D III Kebidanan Angkatan XI Poltekes TNI AU

Ciumbuleuit Bandung yang telah membantu dan memberi semangat dalam

penyusunan penelitian kepada penulis.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan Laporan tugas akhir ini sebaik mungkin,

penulis menyadari bahwa Laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan tugas akhir ini .

Bandung, Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN .................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum ……………………………………………………………….………….6
1.3.2 Tujuan Khusus ……………….………………….….…………………………………. 6
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................. ..6
1.4.1 Manfaat Teoritis ………………………………………………………………………. 6
1.4.2 Manfaat Praktis ….......…………...………………………………………………….... 7
1.5 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 9
2.1 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ......................................................................................... 10
2.1.1 Pengertian IMD ........................................................................................................... 10
2.1.2 Manfaat IMD………..................................................................................................... 12
2.1.3 Perilaku Bayi Sebelum Menyusu ........................................................................... 14
2.1.4 Syarat-syarat Ibu dan Bayi yang Dapat dan Tidak Dapat dilakukan IMD 16
2.1.5 Tatalaksana IMD ......................................................................................................... 18

iii
2.2 ASI Eksklusif…………........................................................................................................ 27
2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif .......................................................................................... 27
2.2.2 Fisiologi Laktasi............................................................................................................28
2.2.3 Komposisi ASI ............................................................................................................. 31
2.2.4 Manfaat ASI ……......................................................................................................... 37
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Produksi ASI……............. 38
2.3 Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) .............................. 42
2.4 Kerangka Teori .................................................................................................................... 44
BAB III METODELOGI PENELITIAN................................................................ 46
3.1 Desain dan jenis penelitian ................................................................................ 46
3.2 Kerangka pemikiran .......................................................................................... 46
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................................ 48
3.4 Definisi Operasional .......................................................................................... 49
3.5 Populasi dan sample .......................................................................................... 50
3.6 Hipotesis ........................................................................................................ 51
3.7 Instrumen penelitian .......................................................................................... 52
3.8 Pengumpulan dan pengolahan data ................................................................... 53
3.8.1 Teknik Pengumpulan Data …………...................................................................... 52
3.8.2 Pengolahan Data.......................................................................................................... 52
3.8.3 Analisa Data ................................................................................................................ 52
3.9 Etika penelitian .................................................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 59
4.1 Hasil Penelitian ……..…………………………………………………………………….59
4.2 Pembahasan ………………………………………………………………… 61
4.2.1 Inisiasi Menyusui Dini (IMD) ………………………………………….. 61
4.2.2 ASI Eksklusif .………………………………………………………………………..63
4.2.3 Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan Asi

iv
Eksklusif ………………………………………………………………………………64
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 68
5.1 SIMPULAN .…………………………..…………………………………………………. 68
5.2 SARAN ……………………………………………………………………………...……. 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 70

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................................. 49


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Inisiasi Menyusui Dini (IMD .......................................... .59
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Asi Eksklusif ...................................................................... 60
Tabel 4.3 Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan Keberhasilan Asi
Eksklusif…... ............................................................................................. 60

vi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.4 Kerangka Teori ......................................................................................... 44
Bagan 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................... 47

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Riwayat Hidup


Lampiran II Lembar Bimbingan
Lampiran III Lembar Ceklis
Lampiran IV Master Tabel
Lampiran V Perhitungan Statistik

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI atau Air Susu Ibu adalah cairan biologis kompleks yang mengandung

semua zat gizi untuk pertumbuhan fisik bayi. ASI merupakan makanan pertama yang

baik untuk bayi usia 0 – 6 bulan. (Hariani, 2016). Pemberian ASI secara eksklusif yaitu

bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,

madu, air teh, air putih dan juga tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,

bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia 6 bulan.

(Handayani, 2016). ASI bisa menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan bayi,

membantu perkembangan gigi, mengurangi resiko terjadinya alergi, melindungi dari

penyakit diabetes tipe 1 dan mengurangi resiko obesitas pada remaja dan dewasa.

(Tewabe, 2016).

Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi karena

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi untuk daya tahan tubuh dan

pembunuh kuman dalam jumlah tinggi. Selain itu, ASI juga mengandung zat penyerap

berupa enzim tersendiri yang tidak akan mengganggu enzim di usus (Kemenkes RI,

2016). IMD merupakan kunci yang sangat penting dalam keberhasilan menyusui. Hal

in disebabkan karena bayi yang melakukan IMD sudah berusaha menyusu sendiri di

awal kelahirannya sehingga membuat proses menyusui lebih efektif karena bayi dapat

melekat dengan baik (Umar, 2014).

1
2

Faktor lainnya yaitu karena teknik menyusui yang kurang tepat, kurangnya

pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI, kelainan payudara, komplikasi

neonatal, budaya memberikan makanan kepada bayi selain sebelum umur enam

bulan dan diskriminasi gender merupakan faktor – faktor yang berpengaruh

terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. (Majra, 2016).

IMD (Inisiasi Menyusui Dini) adalah proses membiarkan bayi dengan

nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah

dilahirkan, bersamaan dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dibiarkan

setidaknya sampai selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu sendiri,

(Depkes, 2014). Kontak kulit dengan kulit bermanfaat bagi ibu dan janin. Kontak

kulit dengan kulit berhubungan dengan durasi menyusui secara eksklusif pada

bayi. (Agudelo, 2016).

IMD dianjurkan pada bayi bukan untuk pemberian nutrisi tetapi untuk

belajar menyusu atau membiasakan menghisap puting susu dan juga guna

mempersiapkan ibu mulai memproduksi ASI. Apabila bayi tidak menghisap

puting susu pada setengah jam setelah persalinan, prolaktin akan turun dan sulit

merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar hari ketiga atau lebih dan

memperlambat pengeluaran kolostrum. (Adam, 2016). Bayi yang diberi

kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit

setidaknya selama satu jam, mempunyai hasil dua kali lebih lama menyusui.

(Saputra, 2015).
3

Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan IMD yaitu keadaan bayi yang

bugar, keadaan ibu yang baik, keluarnya kolostrum dan peran petugas kesehatan. Bayi

bugar adalah bayi yang lahir langsung menangis, warna kulit kemerahan, tonus otot

baik. Bayi harus berada dalam keadaan yang sehat ketika melakukan kontak kulit

dengan ibu. Kedua, keluarnya kolostrum membantu bayi mendapatkan puting susu ibu

karena bau yang dihasilkan kolostrum sama dengan bau yang ada pada telapak tangan

bayi. Ketiga, petugas kesehatan harus memiliki kesabaran untuk menunggu bayi dalam

usahanya mencapai puting susu. (Susanti, 2014).

Di negara berkembang, hanya sepertiga bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI

eksklusif dan 39% bayi baru lahir mendapat ASI di jam pertama kehidupannya. Di

Ethiopia, hanya 51,5% bayi yang bisa melakukan kontak skin to skin dan persentase

capaian pemberian ASI eksklusif berada di angka 52%. (Gultie, 2016). The Brazilian

National Survey on Labour mengemukakan, di negara Brazil bagian Timur Laut hanya

16,1% bayi yang mendapat ASI di jam pertama kehidupannya. Sedangkan bayi yang

bisa melakukan skin to skin segera setelah lahir hanya 28-28,8%. (Sampaio, 2016).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, persentase pemberian ASI

eksklusif bayi berusia 0-5 bulan sebesar 71,58% pada 2021. Angka ini menunjukkan

perbaikan dari tahun sebelumnya yang sebesar 69,62%. Namun, sebagian besar

provinsi masih memiliki persentase pemberian ASI eksklusif di bawah rata-rata

nasional. Gorontalo tercatat sebagai provinsi dengan persentase terendah yakni hanya

52,75%. Diikuti Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara sebesar 55,98% dan 57,83%.
4

Persentase pemberian ASI eksklusif di Papua Barat dilaporkan sebesar 58,77%.

Sementara, di Kepulauan Riau sebesar 58,84%. DKI Jakarta juga termasuk provinsi

yang persentasenya di bawah nasional, yaitu sebesar 65,63%. Pemberian ASI eksklusif

saat bayi dapat menurunkan risiko stunting (kerdil). Bahkan, pada Hari Gizi Nasional

hari ini, 25 Januari 2022, pemerintah fokus untuk mencegah stunting dan obesitas. ASI

mengandung lemak dan protein sehingga penting bagi pertumbuhan fisik bayi.

Antibodi dalam ASI juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh bayi, sehingga tidak

mudah terkena penyakit.

Pemerintah telah mencanangkan program pemberian ASI eksklusif yang masuk

pada program gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan sudah

diselenggarakan sejak tahun 2012. Program 1000 HPK ini mengedukasi mengenai

pentingnya gizi bagi bayi sejak masa konsepsi dan Pemberian Makanan Bayi dan Anak

(PMBA) untuk bayi berusia 0 hingga dua tahun. Standar PMBA adalah IMD segera

setelah lahir, ASI eksklusif 0-6 bulan, pemberian MPASI mulai usia enam bulan, dan

tetap meneruskan pemberian ASI hingga bayi berusia dua tahun. Program 1000 HPK

akan menunjang proses tumbuh kembang manusia sampai usia dua tahun secara

efektif. (Novita, 2016).

Menurut penelitian Sofia Mawaddah (2018) dengan judul Hubungan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi terdapat hubungan

yang signifikan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan Keberhasilan Pemberian ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 bulan dan menunjukkan bahwa responden yang tidak diberikan
5

inisiasi menyusu dini 9,17 kali lebih beresiko tidak mendapatkan ASI eksklusif

dibandingkaan dengan responden yang dilakukan inisiasi menyusu dini.

Menurut Annisa Septy Nurcahyani (2017) dengan judul Hubungan Inisiasi

Menyusui Dini dengan Keberhasilan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Godean II terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan Keberhasilan ASI

eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Godean II dengan tingkat keeratan hubungan

sedang.

Menurut Helen Periselo (2019) dengan judul Hubungan Inisiasi Menyusui Dini

dengan Keberhasilan ASI Eksklusif di Puskesmas Wara Barat Kota Palopo terdapat

hasil penelitian di dapatkan bahwa tidak ada hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI

Eksklusif.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti dengan menanyakan

pelaksanaan IMD di BPM Cicih Sukaesih bahwa IMD selalu dilakukan kepada semua

ibu bersalin dengan syarat bahwa kondisi ibu dan bayi sehat. Dan juga berdasarkan

latar belakang di atas menarik peneliti untuk mengetahui lebih lanjut ada atau tidaknya

hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Keberhasilan ASI Eksklusif di BPM Cicih

Sukaesih.

1.2 Rumusan Masalah


6

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan “Apakah

terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan ASI

eksklusif?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di PMB Cicih

Sukaesih.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di PMB

Cicih Sukaesih.

b. Mengetahui gambaran keberhasilan ASI eksklusif di PMB Cicih Sukaesih.

c. Mengetahui hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) keberhasilan ASI

Eksklusif di PMB Cicih Sukaesih.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan informasi dan

acuan kepustakaan tentang hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan

keberhasilan ASI Eksklusif.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat
7

Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu bacaan untuk meningkatkan

informasi mengenai hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan

keberhasilan ASI Eksklusif.

b. Bagi Tempat Pelayanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk memberikan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai hubungan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan ASI Eksklusif.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini dapat menjadikan litelatur dan pengetahuan

mengenai hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan ASI

Eksklusif.

d. Bagi Penulis

Hasil dari penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan,

mengenai hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan ASI

Eksklusif.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

1.5.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2022

1.5.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PMB Cicih Sukaesih yang berada di Jalan


8

Karang Pasundan Raya no.1 RT 05 RW 13, Desa Jatiendah, Kecamatan

Cilengkrang, Kabupaten Bandung.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

2.1.1 Pengertian IMD

Pengertian IMD adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan,

dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak dituntun

ke puting susu). Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan

adalah sat yang sangat penting untuk keberhasilan menyusui selanjutnya.

Pada jam-jam pertama setelah melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin

yang bertanggung jawab terhadap produksi ASI. Menurut pokok-pokok

Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif

IMD adalah suatu proses dimana bayi begitu dilahirkan dari rahim ibu,

tanpa dimandikan terlebih dahulu segera diletakkan pada perut dan dada ibu

dengan kulit bayi melekat atau bersentuhan langsung pada kulit ibu. Proses

ini dilakukan sekurangnya selama 1 jam dan /atau sampai dengan bayi

berhasil meraih puting ibu untuk menyusu langsung sesuai kebutuhannya

atau lamanya menyusu sat IMD ditentukan oleh bayi. IMD dapat dilakukan

dalam semua jenis kelahiran normal maupun dengan bantuan vakum atau

operasi. (Kemenkes, 2014).

IMD disebut juga sebagai proses Breast Crawl atau merangkak mencari

payudara. Ada beberapa hal yang menyebabkan bayi mampu menemukan

9
10

sendiri puting ibunya dan mulai menyusu. (Aprilia, 2010).

a. Sensory Imputs

Sensory Inputs terdiri dari:

1) Indra penciuman yaitu bayi sensitif terhadap bau khas

bunya setelah melahirkan.

2) Indra penglihatan, karena bayi baru dapat mengenal pola

hitam dan putih, bayi akan mengenali puting dan wilayah

areola payudara ibunya karena warna gelapnya.

3) Indra pengecap, bayi mampu merasakan cairan amniotik

yang melekat pada jari-jari tangannya.

4) Indra pendengaran, sejak dari dalam kandungan ia paling

mengenal suara ibunya.

5) Indra perasa dilakukan melalui sentuhan kulit ke kulit yang

akan memberi kehangatan dan rangsangan lainnya.

b. Central component

Otak bayi yang baru lahir sudah siap segera mengeksplorasi

lingkungannya dan lingkungan yang paling dikenalnya adalah tubuh

ibunya. Rangsangan ini harus segera dilakukan karena jika terlalu lama

dibiarkan, bayi akan kehilangan kemampuan ini. Inilah yang menyebabkan

bayi yang langsung dipisah dari ibunya sering menangis daripada bayi yang

langsung ditempelkan ke tubuh ibunya.


11

c. Motor outputs

Gerak bayi yang merangkak di atas tubuh ibunya adalah gerak yang

paling alamiah yang dapat dilakukan bayi setelah lahir. Selain berusaha

mencapai puting bunya, gerakan ini juga memberi banyak manfaat untuk

sang ibu, misalnya mendorong pelepasan plasenta dan mengurangi

perdarahan pada rahim.

Motor output dalam prosedur IMD terdiri dari dua komponen utama

1) Kontak antar kulit ibu dan bayi (skin to skin)

2) Upaya menyusu (sucking). Sucking atau refleks menghisap yaitu upaya

bayi mencapai puting payudara ibu dan bayi akan menghisap puting

ibu dengan sendirinya. (Aritonang, 2006).

2.1.2 Manfaat IMD

Manfaat kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan bayi menyusu

sendiri dalam satu jam pertama kehidupan. (Roesli, 2012):

a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak

mencari payudara.

b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi

lebih stabil.

c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit

ibunya dan dia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik dari
12

kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di

kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan.

d. Ikatan kasih sayang (Bonding) antara ibu-bayi akan lebih baik karena

pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya

bayi tidur dalam waktu yang lama. Pemberian ASI lebihawal dapat

membantu bayi untuk belajar menyusu. (UNICEF, 2015).

e. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui

eksklusif dan akan lebih lama disusui. Menunda permulaan menyusu

lebih dari satu jam menyebabkan kesukaran menyusui.

f. Pelekatan bayi pada ibu dan penghisapan puting ibu merangsang

pengeluaran horman oksitosin dan prolaktin. Hormon prolaktin akan

merangsang produksi ASI. Sedangkan, fungsi hormon oksitosin adalah:

1) Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari-

ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu.

2) Merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih

rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, dan

perasaan sangat bahagia.

3) Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua.

4) Merangsang pengaliran ASI dari payudara. Jika dirangsang oleh

hormon oksitosin, otot yang melingkari pabrik ASI ini akan


13

mengerut (berkontraksi) dan menyemprotkan ASI dari pabrik ASI

ke saluran ASI (Roesli, 2009).

g. Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar.

Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu

mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi

kesempatan.Menurut Queensland Maternity and Neonatal Clinical

Guidelines Program (2010) kontak kulit ke kulit memiliki beberapa

manfaat bagi ibu dan bayi. Manfaat bagi ibu yaitu menstimulus

pelepasan oksitosin yang akan meminimalkan kehilangan darah,

mengurangi kecemasan, meningkatkan ikatan emosional ibu dan bayi,

seta dapat mencegah atau meringankan masalah menyusui (misalnya

pembengkakan, puting sakit). Sedangkan manfaat bagi bayi yaitu

menjaga suhu tubuh agar tetap hangat, mengurangi lamanya waktu

menangis, meningkatkan interaksi dengan ibu, meningkatkan kebiasaan

menyusu sejak lahir, meningkatkan durasi menyusu, dan menjaga kadar

glukosa darah normal.

2.1.3 Perilaku Bayi Sebelum Menyusu

Semua bayi akan melalui 5 tahapan yang sama saat IMD, antara lain

(Roesli, 2012) :

a. Selama 30 menit pertama merupakan stadium istirahat/diam dalam

keadaan siaga. Bayi diam tidak bergerak. Masa tenang yang istimewa
14

ini merupakan penyesuian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke

keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini

merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman serta

meningkatkan kepercayaan diri ibu dan ayah terhadap kemampuan

keberhasilan menyusui. (Roesli, 2012).

b. Antara 30 - 40 menit sesudah bayi tenang, bayi akan mengecap bagian

atas telapak tangannya. Bau di telapak tangan mirip dengan ASI yang

akan keluar. Jadi, bau ini memandu bayi untuk mencari puting susu

bunya. Oleh karena itu, saat membersihkan bavi, bagian atas telapak

tangannya jangan dikeringkan.

c. Menekan di atas perut tepat diatas rahim guna menghentikan

perdarahan. Hal tersebut dapat membantu mengecilkan kontraksi rahim.

d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara dan menekan payudara dan hal

tersebut akan merangsang susu keluar. Sambil bergerak, ia menjilat dan

mengambil bakteri dari kulit ibunya. Seberapa banyak ia menjilat cuma

a yang tahu berapa kebutuhannya akan bakteri yang masuk ke

pencernaaannya itu dan menjadi bakteri Lactibacillus. la kulum dulu,

kemudian dijilat sampai ia yakin okstitusi ibunya cukup, baru dia naik

ke atas. Jadi, hanya ia yang tahu.

e. Setelah merasa cukup maka ia akan bergerak ke arah puting susu sampai

menemukannya. Pada saat tersebut, tidak mesti ASI keluar yang penting
15

ia telah mencapai puting dan mulai menghisap. Walaupun ia sudah

menemukan puting susu ibunya, biarkan selama 1 jam untuk proses skin

to skin contact.

2.1.4 Syarat-syarat ibu dan bayi yang dapat dan tidak dapat dilakukan

IMD

Syarat dilakukannya IMD adalah apabila ibu dan bayi dalam keadaan

sehat, bugar, tidak gawat darurat, meskipun kelahiran dilakukan melalui

operasi caesar, IMD tetap bisa dilakukan. (Info, 2013). Menurut PP No. 33

Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif bahwa pelaksanaan IMD in

dapat tidak dilaksanakan apabila terdapat indikasi medis demi keselamatan

ibu dan bayi.

Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada

beberapa kasus pemberian ASI tidak dibenarkan. (Manuaba, 1998)

a. Faktor dari ibu

Ibu dengan penyakit jantung yang berat akan menambah beratnya

penyakit ibu, ibu dengan preeklampsia dan eclampsia karena banyaknya

obat-obatan yang telah diberikan, sehingga dapat mempengaruhi

bayinya, penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga kemungkinan

menular pada bayinya, karsinoma payudara mungkin dapat

menimbulkan metastasis, ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan


16

kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat membahayakan bayi,

ibu dengan infeksi virus, ibu dengan TBC atau lepra.

b. Faktor dari bayi

Bayi dalam keadaan kejang-kejang yang dapat menimbulkan

bahaya aspirasi ASI, bayi yang menderita sakit berat dengan

pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI,

bayi premature dan berat badan lahir rendah karena refleks menelannya

sulit hingga bahaya aspirasi mengancam. Refleks menangkap puting

mulai ada di usia kehamilan 32 minggu. Koordinasi menghisap,

menelan dan bernafas mulai muncul di usia kehamilan 32 dan 35

minggu. Sebagian bear bayi bisa menetek dengan baik jika di usia

kehamilan 36 minggu (Karnadi, 2014). Bayi dengan cacat bawaan yang

tidak mungkin menelan (labiokisis, palatognatokisis,

libiognatopalatokisis), bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit

metabolisme seperti alergi ASI.

c. Keadaaan patologis pada payudara

Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan

stagnasi ASI yang dapat menimbulkan infeksi dan abses dapal

dihindari. Sekalipun demikian masih ada keadaan patologis payudara

yang memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak merugikan ibu dan

bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi adalah infeksi


17

payudara, terdapat abses yang memerlukan insisi, terdapat benjolan

payudara yang membesar saat hamil dan menyusui, ASI yang

bercampur dengan darah

2.1.5 Tatalaksana IMD

Berikut macam-macam pelaksanaan IMD;

a. IMD yang kurang tepat (Roesli, 2012) :

1) Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain

kering

2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong,

lalu diikat

3) Bayi dibedong dengan selimut bayi karena takut kedinginan.

4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi

kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu untuk

beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai

menjahit perinium.

5) Selanjutnya, bayi diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara

memasukkan puting susu ke mulut bayi.

6) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan

untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi

suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.


18

b. IMD secara umum (Roesli. 2012) :

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

2) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi

sat persalinan.

3) Bagitu bayi lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi

kain kering

4) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali

kedua tangannya.

5) Tali pusat dipotong, lalu diikat

6) Zat lemak putih (vernix) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya

tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

7) Tapa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut

ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti

bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi

pengeluaran panas dari kepalanya. Sering kita khawatir bayi

kedinginan.

8) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi

dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting

susu.

9) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda- tanda

atau perilaku bayi sebelum menyusu. Dukungan ayah akan


19

meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit

bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam,

walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika

belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam,

biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai

berhasil menyusu pertama.

10) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap

setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif,

misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.

Secara fisiologis kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K

dalam tali pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat

mencapai titik terendah dalam 48-72 jam setelah kelahiran

(Kemenkes. 2011).

11) Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama

24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam

jangkauan ibu. Pemberian minuman prelaktal (cairan yang

diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.

c. IMD pada operasi Caesar (Roesli, 2012) :

` Ada perbedaan waktu keberhasilan pelaksanaan program IMD antara

persalinan caesar dengan persalinan normal. Upaya bayi merangkak


20

mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada

persalinan operasi Caesar. Namun, jika diberikan anestesi spinal atau

epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi

respons pada bayi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar

operasi. Jika keadaaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi

diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat. (Roesli, 2012).

Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang

pulih saat ibu sudah dapat merespons walaupun mash mengantuk atau

dalam pengaruh obat bus. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat

menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit

sehingga bayi tetap hangat. (Roesli, 2012). Berdasarkan keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

450/MENKES/SK/IV/2004 yang tercantum dalam Sepuluh Langkah

Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) bahwa apabila ibu

mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.

Berikut tatalaksana IMD pad operasi caesar

1) Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif

2) Jika memungkinkan, diusahakan suhu ruangan 20°-25°C.

Sediakan selimut dan topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas

dari kepala bayi.


21

3) Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana IMD secara

umum diatas

4) Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi

atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap

diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan

atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu

atau kamar pulih.

d. IMD pada bayi gemelli (Juliastuti, 2011) :

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu di kamar

bersalin

2) Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama

kepala, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix. Mulut

dan hidung bayi dibersihkan, tali pusat diikat.

3) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi di tengkurangpkan di

dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata

bayi setinggi puting susu. Keduanya diselimuti bayi dapat diberi

topi.

4) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan

bayi mencari puting sendiri.

5) Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua berikan bayi pertama

pada ayah. Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi melekat pada
22

kulit ayah seperti pada perawatan metoda kanguru. Keduanya

ditutupi baju ayah.

6) Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala,

kecuali tangannya tapa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung

dibersihkan, tali pusat diikat

7) Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua

ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat pada

kulit ibu. Letakkan kembali bayi pertama di dada ibu

berdampingan dengan saudaranya, ibu dan kedua bayinya

diselimuti. Bayi-bayi dapat diberi topi.

8) Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama

paling tidak satu jam, bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam,

tetap biarkan kulit ibu-bayi bersentuhan sampai setidaknya 1 jam

9) Bila dalam satu jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu

dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan

puting ke mulut bayi. Beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi kulit

melekat pada kulit

10) Rawat gabung ibu dan bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam.

Berikan ASI saja tapa minuman atau makanan lain kecuali atas

indikasi medis.
23

e. Langkah IMD dalam Asuhan Bayi Baru Lahir (Martini, 2012)

Langkah 1: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan

1) Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran

2) Letakkan bayi diperut bawah ibu

3) Nilai bayi apakah memerlukan resusitasi atau tidak (2 detik)

4) Setelah itu keringkan bayi, mulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lain yang halus tapa membersihkan vernix.

5) Tidak mengeringkan tangan bayi

6) Membersihkan lendir dengan kain bersih

7) Melakukan rangsangan taktil

Langkah 2: Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit

satu jam

1) Lakukan penjepitan tali pusat

2) Lakukan pemotongan tali pusat

3) Lakukan pengikatan tali pusat

4) Letakkan bayi tengkurap didada ibu

5) Menyelimuti ibu dan bayi

6) Membiarkan ibu dan bayi melakukan kontak kulit ke kulit dada

ibu paling sedikit 1 jam

7) Tidak membasuh/menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu

8) Melakukan manajemen aktif kala III


24

Langkah 3: biarkan bayi mencari dan menemukan puting susu dan

mulai menyusu

1) Membiarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai

menyusu

2) Tidak menginterupsi menyusui/memindahkan bayi dari satu

payudara ke payudara yang lain.

3) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal sampai bayi selesai

menyusu, seperti : menimbang, pemberian antibiotika salep mata,

vitamin K1 dan lain lain

4) Ibu dan bayi tidak dipindahkan ke rang lain sampai IMD selesai.

5) Jika bayi belum menyusu dalam waktu jam memposisikan bayi

lebih dekat dengan puting ibu

6) Jika dalam waktu du jam bayi belum menyusu,memindahkan ibu

keruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu

7) Menempatkan ibu dan bayi dalam ruangan yang sama

f. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam pelaksanaan IMD

1) Menurut penelitian Roesli (2012), kulit dada ibu yang melahirkan

satu derajat lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika

bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk

menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis


25

turn satu derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu bersifat

termoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi.

2) Menurut Roesli (2012) tentang pengalaman IMD dari berbagai

macam jenis persalinan dengan durasi waktu IMD lebih kurang

satu jam. Pada kelahiran normal bayi menemukan puting susu

ibunya pada usia 40 menit. Kemudian untuk kelahiran vakum

ektraksi bayi berhasil menemukan payudara dan puting ibunya

dan menyusu dengan baik pada usia 45 menit. Sedangkan pada

operasi caesar tidak menjadi hambatan ibu untuk melakukan IMD,

bayi mampu menemukan puting susu ibunya pada usia 60 menit

dan menyusu dengan baik pada usia 72 menit.

3) Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan

alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara

ibunya yaitu kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan, seperti

caesar, vakum, forcep, bahkan perasaan sakit sat di daerah

episiotomi, tetapi yang penting dari semua itu bahwa baik

keluarga maupun tenaga Kesehatan mengetahui informasi ini dan

dianjurkan agar menciptakan suasana yang tenang, nyaman dan

penuh kesabaran untuk memberi kesempatan bayi merangkak

mencari payudara ibu atau " the breast crawl ". (Roesli, 2012).
26

2.2 ASI Eksklusif

2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif

pemberian ASI Eksklusif diartikan sebagai pemberian ASI sepenuhnya

tapa disertai tambahan atau selingan apa pun sejak bayi lahir hingga umur

tertentu. (Budiasih, 2008). Menurut RISKESDAS (2013) kriteria menyusu

eksklusif ditegakkan bila anak umur 0-6 bulan hanya diberi ASI saja pada

24 jam terakhir dan tidak diberi makanan dan minuman lain selain ASI.

Pemberian ASI Eksklusif sudah dikampanyekan sejak November 1990

atas komitmen dari UNICEF yang disepakati oleh Departemen Kesahatan.

Awalnya, ASI eksklusif disarankan untuk 4 atau 6 bulan. Kini, dengan

berkembangnya pengetahuan tentang keunggulan ASI Eksklusif dan

kesesuaian dengan kesiapan pencernaan bayi, pemberi ASI eksklusif

ditegaskan hingga bayi berusia 6 bulan. (Budiasih, 2008)

Alasan pemberian makanan tambahan pada usia enam bulan adalah

(Purwanti. 2004):

a. Berdasarkan hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara

tepat dan benar sampai bayi berumur enam bulan.

b. Bayi pada saat berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai matur.

Jaringan pada usus halus bayi pada umumnya seperti saringan pair.

Pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein ataupun


27

kuman akan langsung masuk dalam system peredaran darah dan dapat

menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan tertutup rapat

setelah bayi berumur enam bulan. Dengan demikian, usus bayi setelah

berumur enam bulan mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang

masuk.

2.2.2 Fisiologi Laktasi

Payudara pada wanita yang tidak hamil terutama terdiri dari jaringan

lemak dan sistem duktus rudimenter. Ukuran payudara ditentukan oleh

jumlah jaringan lemak yang tidak ada kaitannya dengan kemampuan

menghasilkan air susu. (Sherwood, 2011 ). Pada masa kehamilan di tiga

bulan pertama, terjadi tumbuh kembang system kelenjar payudara sebagai

persiapan memberikan ASI. Tiga bulan berikutnya, pertumbuhan

tubuloalveolus mendominasi, stroma mama terdesak dan digantikan oleh

lobus payudara yang berkembang dengan jalan hiperplasia dan hipertropi

selnya. Alveolus dilapisi oleh sel tunggal untuk membentuk ASI. Pada akhir

kehamilan, lumen alveolus telah berisi protein yang berasal dari deskuamasi

sel epitel alveolus dan lekosit. (Manuaba, dkk, 2007).

Kemudian, pada masa post partum segera setelah persalinan, bear sel

alveolus makin bertambah dan disertai peningkatan organ sekresinya dalam

48 jam sel menjadi lebih lebar, penuh denganretikulum endoplasmik, sel

golgi, terdapat mikrovili pada ujungnya.Alveoli penh dengan ASI sehingga


28

sel alveoli menjadi datar dan tertekan. Bila ASI tidak disap maka sel

alveolus akan mengalami nekrosis dan dapat menimbulkan masalah.

Peredaran darah akan meningkat segera setelah persalinan sehingga

pembentukan ASI dapat berlangsung dengan cukup baik. (Manuaba, 2007).

Hormon yang berperan dalam proses laktasi yaitu (UNICEF.2010):

a. Prolaktin

Prolaktin sebagai hormon yang merangsang produksi ASI. Fungsi

hormon ini tergantung pada waktu menyusui. Hal yang perlu

diperhatikan yaitu anjurkan kontak payudara dan kulit dalam waktu

yang lama dan sering untuk merangsang produksi ASI, anjurkan

menyusu dini dan pastikan pelekatan yang efektif untuk

memaksimalkan produksi ASI serta berikan ASI selama bayi

menginginkan.

b. Oksitosin

Oksitosin sebagai hormon yang merangsang pengeluaran ASI.

Menyusui merangsang pelepasan oksitosin untuk melancarkan

pengeluaran ASI. Selain itu penglihatan, suara dan sentuhan bayi juga

meningkatkan pengeluaran ASI. Oksitosin juga menimbulkan

ketenangan tetapi akan terhambat apabila terjadi stres.

c. Feedback Inhibitor of Lactation (FIL)

Feedback Inhibitor of Lactation sebagai faktor penghambat laktasi.


29

Aktivitas dalam payudara untuk menghambat produksi ASI ketika

payudara dalam keadaan penuh. Maka dari itu, untuk mencegah agar

payudara tidak penh atau bengkak anjurkan ibu untuk sesering mungkin

menyusui yang efektif untuk mengurangi ASI dan memastikan produksi

lanjutan.

Secara koordinasi sentral, ada kemungkinan terjadinya kegagalan untuk

memberikan ASI yaitu (Manuaba,dkk, 2007):

a) Kegagalan isapan bayi dapat menimbulkan refleks dari pengeluaran

oksitosin menurun dengan segala dampaknya dan pengeluaran

prolaktin menurun sehingga produksi ASI akan makin berkurang dan

akhirnya turun

b) Akibat gagalnya siklus sentral yaitu isapan bayi, maka seluruh

komponen siklus ASI akan mengalami penurunan.

2.2.3 Komposisi ASI

Perbedaan Komposisi ASI dari hari ke hari (stadium laktasi) sebagai

berikut (Roesli, 2009) :

a. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-

infeksi dan berprotein tinggi. Sebenarnya volume kolostrum yang ada

dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2

hari. Cairan emas yang encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat
30

pula jernih ini lebih menyerupai darah daripada susu, sebab

mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat

membunuh kuman penyakit. (Roesli, 2009).

Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan

ASI yang matang. Mengandung zat anti-infeksi 10-17 kali lebih banyak

dibanding ASI matang. Kadar karbohidrat dan lemak rendah

dibandingkan dengan ASI matang. Total energi lebih rendah jika

dibandingkan dengan susu matang. Volume kolostrum antara 150-300

ml/24 jam. (Roesli, 2009). Kolostrum merupakan pencahar yang ideal

untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru

lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi

makanan yang akan datang. Oleh sebab itu, kolostrum harus diberikan

pada bayi. (Roesli, 2009).

b. ASI transisi/peralihan

ASI yang keluar sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke- 14. ASI

peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum

menjadi ASI yang matang. Kadar protein makin merendah, sedangkan

kadar karbohidrat an lemak makin meninggi. Volume akan makin

meningkat. (Roesli, 2009).

c. ASI matang (mature)

ASI yang keluar setelah hari ke-14. ASI matang merupakan ASI
31

yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi

relatif konstan. (Roesli, 2009).

Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat

melindungi bayi dari berbagai penyakit. (Bahiyatun, 2009) :

1) Faktor bifidus berperan dalam proses perkembangan bakteri yang

menguntungkan (bifidobakteri) dalam usus bayi, untuk mencegah

pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga memberi

perlindungan pada sistem pencernaan bayi. Faktor bifidus ini akan

rusak dalam 2 hari setiap kali bayi diberi susu buatan (susu sapi).

Hal ini disebabkan oleh adanya protein asing atau protein asal

mamalia lain yang akan menimbulkan alergi dan bayi akan

mengalami diare. Selain itu, akibat dari pemberian susu buatan yaitu

vitamin yang harusnya dibentuk di usus tidak dapat dibentuk

sehingga sangat merugikan perkembangan bayi yang sedang

mengalami tumbuh kembang. (Purwanti, 2004).

2) Laktoferin berperan mengikat zat besi dalam ASI, sehingga zat besi

tidak digunakan oleh bakteri patogen untuk pertumbuhannya.

3) Lakoperosidase dan sel-sel fagosit berperan membunuh bakteri

patogen.

4) Faktor antistafilokokus berperan menghambat pertumbuhan

Staphylococcus patogen
32

5) Komplemen berperan memperkuat kegiatan fagosit.

6) Sel limfosit dan makrofag berperan mengeluarkan zat antibodi

untuk meningkatkan imunitas terhadap penyakit.

7) Lisozim berperan membantu pencegahan terhadap penyakit.

8) Interferon berperan menghambat pertumbuhan virus

9) Faktor pertumbuhan epidermis berperan membantu pertumbuhan

selaput usus bayi sebagai perisai untuk menghindari zat-zat

merugikan yang mask ke dalam peredaran darah.

ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien.

Makronutrien terdiri dari vitamin dan mineral. Volume dan komposisi

nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi.

ASI mengandung sebagian bear air sebanyak 87,5%, oleh karena itu

bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air

walaupun berada di tempt yang mempunyai suhu udara panas. (Hegar,

2008).

1) Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi

sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar karbohidrat

dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat

terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).

Sesudah melewati masa in maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.


33

(Hegar, 2008 ).

2) Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda

dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI

lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap

oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung

protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. (Hegar, 2008).

3) Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi disbanding dengan susu

sapi dan susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan

pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Selain

itu, ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang

diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat

(ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan

retina mata. (Hegar, 2008 ).

4) Karnitin

Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukkan

energy yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh.

ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3

minggu pertama menyusui. Bahkan di dalam kolostrum kadar

karnitin ini lebih tinggi lagi. (Hegar, 2008 ).


34

5) Vitamin

ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini tidak perlu

dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi

akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar

matahari. (Hegar, 2008). Vitamin E untuk ketahanan dinding sel

darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya

kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah

kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan ASI

transisi awal. (Hegar, 2008). Vitamin A berfungsi untuk kesehatan

mata, mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan

pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja

vitamin A tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini

salah satu yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI

mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik.

(Hegar, 2008).

6) Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B,

asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Kadar vitamin BI dan B2

cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat

mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. (Hegar, 2008 ).


35

7) Mineral

Kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh

makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi oleh

status gizi ibu. Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang

lebih baik dan lebih mudah diserap. (Hegar, 2008 ).

2.2.4 Manfaat ASI

Manfaat ASI eksklusif (Aprilia, 2010)

a. Bagi Bayi

1) Mendapatakan kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh

terutama Imunoglobulin A (IgA) yang melindungi bayi dari

berbagai infeksi terutama diare, serta membantu pengeluaran

meconium fess bayi bar lahir.

2) Makanan terlengkap untuk bayi yang terdiri dari proporsi seimbang

dan kuantitas cukup atas semua zat gizi yang diperlukan untuk

enambulan pertama kehidupannya.

3) Mudah dicerna dan diserap

4) Selalu bersih dan siap tersedia dalam suhu yang sesuai

5) Melindungi bayi terhadap alergi dan penyakit, khususnya gangguan

pencernaan.
36

6) Mencegah hipotermia pada bayi baru lahir.

b. Bagi ibu

1) Merupakan metode kontrasepsi yang efisien 98 % selama enam

bulan pertama pascakelahiran (jika bayi hanya diberi ASI dan sang

ibu mengalami menstruasi kembali)

2) Menempelkan segera bayi payudara membantu pengeluaran

plasenta karena isapan bayi merangsang kontraksi rahim.

3) Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit) membantu

meningkatkan produksi ASI

4) Isapan puting yang segera dan dalam intensitas yang sering

membantu mencegah payudara menjadi bengkak

5) Membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan

dan di mana saja.

6) Ekonomis

7) Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi.

c. Bagi keluarga

1) Efisien. Tidak perl uang untuk membeli susu formula, repot

merebus air, atau membeli peralatan susu.

2) Pegeluaran biaya perawatan lebih sedikit karena bayi schat.

Kekhawatiran akan bayi sakit juga otomatis berkurang


37

3) Membantu menjarangkan kelahiran karena efek kontrasepsi dari

ASI eksklusif.

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Produksi ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi ASI

(UNICEF, 2010):

a. Kulit ke kulit (skin to skin) antara ibu dan bavi. Manfaatnya yaitu respon

hormonal memicu pelepasan prolaktin, perilaku spontan ibu dan bayi

berperan penting untuk menyusui, bayi tenang, serta mengatur suhu,

pernapasan dan detak jantung.

b. Mengajarkan ibu posisi, pelekatan dan tangan. Manfaatnya yaitu

meningkatkan kemungkinan pelekatan yang efektif sehingga pemberian

ASI efektif, meningkatkan kepercayaan diri ibu, mencegah

pembengkakan.

c. Sering menyusui. Manfaatnya yaitu meningkatkan sirkulasi prolaktin,

mengurangi tingkat FIL (Feedback Inhibitor of Lactation). melatih

menyusui dan mencegah pembengkakan.

d. Waktu menyusui tidak dibatasi. Hal in dilakukan agar memastikan

asupan lemak yang cukup untuk bayi, memungkinkan bayi untuk

mengatur persediaan susu, memastikan bayi puas dan mengurangi colic.


38

e. Rawat gabung (Rooming in). Manfaatnya yaitu memungkinkan sering

menyusui, meningkatkan kadar oksitosin, memungkinkan ibu dan bayi

untuk mengenal satu sama lain terutama tanda-tanda menyusui dan

mengurangi risiko kematian bayi yang tiba-tiba

Faktor- faktor yang mempengaruhi persediaan ASI :

Rangsangan untuk mensekresi ASI yang paling memuaskan adalah

pengosongan susu teratur dan sempurna, produksi susu dikurangi ketika

susu yang disekresi tidak dikeluarkan. Ada banyak mengapa menyususi

tidak sempurna, tetapi yang utama adalah kekurangan dukungan,

kelemahan bayi dan kegelapan memualai siklus lapar alamiah.

a. Faktor Psikologis

Tidak ada faktor yang lebih penting daripada kebahagiaan, pikiran

rileks. Kekuatiran dan ketidakbahagiaan adalah paling efektif untuk

mengurangi atau menghilangkan sekresi susu. Tenaga kesehatan yang

waspada mengenali dan menghargai kekuatiran ini, terutama jika bayi

adalah anak pertama, dengan meyakinkan dan menjelaskan secara

bijaksana dapat membantu tau meminimalkan kekuatiran dengan

demikian turut membantu keberhasilan menyusui. Perhatian harus

diberikan terhadap faktor- faktor sosial dan budaya untuk memberikan

rencanan dukungan untuk individu ibu.

b. Kelelahan
39

Menghindari kelelahan adalah penting ‚tetapi ibu harus cukup

latihan fisik untuk menaikkan kesehatan fisiknya.

c. Higiene

Sehari sekali susu harus dicuci. Jika sabun mengeringkan susu dan

daerah puting, sabun harus dihentikan. Daerah putting harus selalu

kering. Perawatan harus dilakukan untuk mencegah iritasi dan infeksi

puting yang disebabkan oleh penyusuan awal yang lama, maserasi

karena puting basah atau tergosok pakaian.

d. Diet

Diet harus mengandung kalori cukup untuk mengimbangi diet yang

diekskresikan dalam ASI serta untuk bahan yang diperlukan untuk

menghasilkannya. Ibu yang menyusui memerlukan diet yang bervariasi,

cukup untuk mempertahankan beratnya dan tinggi cairan, vitamin, dan

mineral. Ibu harus menghindari diet penurunan berat badan. Susu

penting tetapi tidak akan menggantikan makanan esensial lain. Jika ibu

alergi terhadap atau tidak suka susu, mungkin pada dietnya

ditambahkan 1 g kalsium perhari. Masukkan cairan harus sekitar 2, 8 L

perhari, keluaran urin merupakan ukuran yang baik kecukupan cairan

dalam diet perharinya. Kadang-kadang makan arbei, tomat, bawang,

anggota dari famili kubis, cokelat, bumbu dan rempah-rempah tertentu

dapat menyebabkan distres lambung atau tinja lunak pada bayinya.


40

Tidak ada makanan yang perlu dihentikan dari ibu kecuali kalau

makanan tersebut menyebabkan distres pada bayinya. Penghentian

menyusui sementara dianjurkan jika ibu memerlukan diagnostik

radiofarmakeutikal, khloramfenikol, metronidazol, sulfonamid, atau

pencahar derivat-anthroquinon, obat-obat antitiroid, lithium, obat-obat

antikanker, isoniazid, semua obat penyalah guna obat rekreasi dan

fenidon.

2.3 Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan ASI Eksklusif

Kontak kulit membantu proses kolonisasi kulit,dimana bakteri yang menempel

pada kulit ibu dan dijilat oleh bayi, diketahui bahwa bakteri tersebut bermanfaat

bagi bayi, berperan sebagai zat antibodi untuk melindungi bayi dari kuman

penyakit di lingkungan luar bayi. Menurut penelitian diketahui bahwa bayi yang

diberi kesempatan menyusu dini akan berhasil menyusu eksklusif delapan kali

lebih besar dibandingkan bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini. Ini

berarti bahwa bayi selanjutnya akan lebih mungkin untuk disusui sampai usianya

mencapai dua tahun bahkan lebih Manfaat IMD baik bagi bayi maupun ibunya

sangat besar. ( Edmond, 2009 ).

Dua jam pertama kehidupan bayi adalah waktu yang optimal untuk bayi belajar

menyusui. Kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibu pada periode ini

meningkatkan kesempatan bayi bisa menyusu di jam pertama kehidupan dan dalam
41

jangka panjang (Agudelo, 2016). Pada usia 30 menit bayi dianjurkan untuk

disusukan kepada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi tetapi untuk belajar

menyusu atau membiasakan menghisap puting susu dan juga guna mempersiapkan

ibu mulai memproduksi ASI. Apabila bayi tidak menghisap puting susu pada

setengah jam setelah persalinan, prolaktin akan turun dan sulit merangsang

prolaktin sehingga ASI baru akan keluar hari ketiga atau lebih dan memperlambat

pengeluaran kolostrum (Adam, 2016). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Annisa Septy Nurcahyani (2011) yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Godean II dengan hasil ada hubungan erat antara pelaksanaan Inisiasi Menyusu

Dini dengan Keberhasilan ASI eksklusif.

Dan juga pada penelitian oleh Fitri Harfa (2019) dengan Hasil Penelitian

menjelaskan bahwa ada Hubungan IMD dengan Keberhasilan Pemberian ASI

Eksklusif di Puskesmas Tegalrejo. yakni responden yang mendapatkan perlakuan

IMD dan memberikan ASI Eksklusif sebanyak 34 responden (68%) dan responden

yang melakukan IMD namun tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 3

responden (6%). Sementara itu, responden yang tidak melakukan IMD namun

memberikan ASI Eksklusif sebanyak 7 responden (14%), dan responden yang tidak

melakukan IMD serta tidak pula memberikan ASI Eksklusif sebanyak 6 responden

(12%). Sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan IMD dengan keberhasilan

pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Puskesamas Tegalrejo. IMD merupakan

faktor yang terpenting sebagai penentu keberhasilan ASI eksklusif. Karena dengan
42

IMD, produksi ASI akan terstimulasi sejak dini. IMD juga mempercepat

pengeluaran placenta, dan mempercepat pengeluaran ASI (Jana, 2015).


43

2.4 Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)

Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor

/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di

Indonesia :

1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyaikebijakan Peningkatan

Pemberian Air Susu bu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin

dikomunikasikan kepada semua petugas

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan

untuk menerapkan kebijakan tersebut

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai

umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan,

yang dilakukan di rang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi

menyusu setelah 30 menit ibu sadar

5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara

mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi

baru lahir

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24

jam sehari.
44

8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tapa pembatasan terhadap

lama dan frekuensi menyusui

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bay yang diberi ASI

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan

rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah

Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan.


45

2.5 Kerangka Teori

IMD Manfaat IMD


Prinsip IMD Bagi Ibu :
1. Kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi
(Siswasuharjo dan Chakrawati, 2010) a. Menstimulus pelepasan
2. Bayi dibiarkan menyusu sendiri (KEMENKES, oksitosin
2014; JNPK-KR 2007 dalam Martini 2012) b. Mencegah masalah
menyusui

(UNICEF India, 2007 dalam Sari, 2012) Bagi Bayi :

a. Menjaga suhu tubuh


b. Mengurangi lamanya
waktu menangis
c. Meningkatkan interaksiibu
d. Meningkatkan kebiasaan
Isapan Bayi menyususejak lahir
e. Meningkatkan durasi
Faktor-faktor yang menyusui
mempengaruhi peningkatan f. Menjaga kadar glukosa
Menstimulus darah normal
produksi ASI:
pengeluaran hormone
1. Skin to skin antara ibu oksitosin dan prolaktin (Queensland Maternity and
dan bayi NeonatalClinical Guidelines
2. Edukasi posisi, Program, 2010)
perletakan dan tangan
ibu saat menyusui
3. Sering menyusui
4. Lamanya menyusui Sekresi susu ↑ dan
tidak dibatasi produksi ASI
5. Rooming in
(UNICEF, 2010)
Manfaat ASI Eksklusif (Aprilia, 2010):
A. Bagi Bayi
Mendapatkan kolostrum yang mengandung zat
kekebalan tubuh, makanan terlengkap yang
mengandung zat giziseimbang, mudah dicerna
dan diserap, mencegah hipotermi pada bayi
baru lahir.
ASI EKSKLUSIF
B. Bagi Ibu
Metode kontrasepsi yang efisien 98% selama enam
bulang padcapersalinan, isapan putting yang
segera dan dalam intensitas yang sering
membantu mencegah payudara menjadi
bengkak, membantu mengurangi beban kerja
ibu karena ASI tersedia kapan dan di mana saja

Bagan 2.2 Kerangka Teori


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain dan jenis penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode analitik korelasi. Penelitian

Analitik correlational adalah penelitian yang bertujuan untuk menentukan hipotesis

yang ada, untuk mengetahui hubungan antara variabel pada situasi kelompok

subyek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan

variabel lain (Notoatmodjo, 2010)

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu jenis penelitian

yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi dari data variabel hanya

satu kali pada satu saat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menilai hubungan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan ASI Eksklusif.

3.2 Kerangka pemikiran

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah dilakukan identifikasi sebagai

masalah yang terpenting atau paling utama. (Sugiyono, 2017).

Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi karena

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi untuk daya tahan tubuh dan

pembunuh kuman dalam jumlah tinggi. Selain itu, ASI juga mengandung zat

penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan mengganggu enzim di usus

46
47

(Kemenkes RI, 2016). IMD merupakan kunci yang sangat penting dalam

keberhasilan menyusui. Hal in disebabkan karena bayi yang melakukan IMD sudah

berusaha menyusu sendiri di awal kelahirannya sehingga membuat proses

menyusui lebih efektif karena bayi dapat melekat dengan baik (Umar, 2014).

IMD dianjurkan pada bayi bukan untuk pemberian nutrisi tetapi untuk belajar

menyusu atau membiasakan menghisap puting susu dan juga guna mempersiapkan

ibu mulai memproduksi ASI. Apabila bayi tidak menghisap puting susu pada

setengah jam setelah persalinan, prolaktin akan turun dan sulit merangsang

prolaktin sehingga ASI baru akan keluar hari ketiga atau lebih dan memperlambat

pengeluaran kolostrum. (Adam, 2016). Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini

dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya selama satu jam,

mempunyai hasil dua kali lebih lama menyusui. (Saputra, 2015).

IMD atau kemampuan untuk melakukan penyusuan segera (immediate

breastfeeding) merupakan salah satu faktor keberhasilan ASI eksklusif. Bila ibu

difasilitasi oleh penolong persalinan untuk IMD diharapkan interaksi ibu dan bayi

ini akan segera terjadi. Dengan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap

memberikan ASI-nya dan bayi bisa nyaman menempel pada payudara ibu atau

tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir (Fikawati, 2009). Kontak kulit

dengan kulit bermanfaat bagi ibu dan janin. Kontak kulit dengan kulitberhubungan

dengan durasi menyusui secara eksklusif pada bayi. (Agudelo, 2016).

Menurut penelitian Sofia Mawaddah (2018) dengan judul Hubungan Inisiasi


48

Menyusui Dini (IMD) Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi terdapat

hubungan yang signifikan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan Keberhasilan

Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan dan menunjukkan bahwa responden

yang tidak diberikan inisiasi menyusu dini 9,17 kali lebih beresiko tidak

mendapatkan ASI eksklusif dibandingkaan dengan responden yang dilakukan

inisiasi menyusu dini.

Berdasarkan uraian teori pada tinjauan Pustaka, maka kerangka pemikiran

dapat digambarkan pada bagan di bawah ini:

Bagan 3. 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

IMD ASI Eksklusif

USIA
PEKERJAAN
PARITAS
JENIS PERSALINAN

Diteliti
Tidak Diteliti

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu suatu sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
49

yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemuadi ditarik kesimpulannya. (Sugiyono 2019). Dalam penelitian ini, terdapat

dua variabel yang telah di tetapkan, sebagai berikut :

1. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel terikat. (Sugiyono, 2019). Pada

penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu Inisiasi Menyusui Dini.

2. Variabel terikat

Variabel dependent atau variabel terikat sering disebut sebagai vaiabel output,

kriteria, konsekuen. (Sugiyono, 2019). Variabel terikat merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel bebas. Variabel terikat

dalam penelitian ini yaitu Keberhasilan Asi Eksklusif.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan dalam variabel yang akan diamati atau

diteliti. Definisi operasional ini bermanfaat untuk mengarahkan pengukuran atau

pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan

instrumen atau alat ukur. (Notoatmodjo, 2015).

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karateristik yang diamati.


50

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

No Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

1 Inisiasi Proses bayi menyusu setelah Master 1. Dilakukan Nominal


Menyusui Dini dilahirkan, dimana bayi table
(IMD) diletakkan tengkurap di dada 2. Tidak
ibu dengan kontak langsung dilakukan
antara kulit bayi dan kulit ibu
sampai bayi menyusu sendiri.
2 Asi Eksklusif Pemberian ASI yang diberikan dari Lembar 1 = Asi Nominal
hari pertama kelahiran sampai usia Ceklis Eksklusif
enam bulan tanpa tambahan 2 = Tidak
makanan atau minuman. Asi
Eksklusif

3.5 Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemuadian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2019).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia

6-12 bulan yang melakukan kunjungan ke PMB Cicih Sukaesih.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. (Sugiyono, 2019). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik accidental sampling.

Accidental Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan


51

kebetulan, yaitu siapa saja pasien yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data. (Sugiyono, 2016).

Adapun sampel target dalam penelitian ini adalah seluruh bayidengan

usia 6 bulan atau lebih yang memenuhi kriteria sebagai berikut.

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti yaitu :

1) Seluruh ibu yang memberikan Asi Eksklusif secara langsung tanpa

tambahan makanan/minuman lainnya sampai bayi usia 6 bulan atau

lebih.

2) Seluruh ibu yang memiliki bayi usia 6 bulan atau lebih yang lahir di

PMB Cicih Sukaesih.

b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, yaitu :

1) Semua ibu yang memiliki bayi usia 6 bulan atau lebih yang memiliki

kontraindikasi menyusui.

2) Semua ibu yang memiliki bayi usia 6 bulan atau lebih yang data IMD

di buku registernya tidak lengkap.

3.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan suatu

hubungan antara dua variabel yang berkaitan dengan suatu kasus tertentu dan
52

merupakan anggapan sementara yang perlu diuji benar atau tidak benar tentang

dugaan dalam suatu penelitian serta memiliki manfaat bagi proses penelitian agar

efektif dan efisien. Hipotesis merupakan asumsi atau dugaan yang dibuat untuk

menjelaskan hal tersebut dan dituntut untuk dilakukan pengecekan.

Pengujian hipotesis atau uji hipotesis digunakan untuk mengetahui kebenaran

dari dugaan sementara. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui korelasi

dari kedua variabel yang akan diteliti dengan menggunakan perhitungan statistic.

Pengujian hipotesis dimulai dengan menetapkan hipotesis nol (H0) dan hipotesis

alternatif (Ha), pemilihan nilai statistic dan perhitungan nilai statistic, penetapan

tingkat signifikan dan penetapan kriteria pengujian.

Hipotesis statistic yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : p > 0,05 Tidak terdapat hubungan positif diantara Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) dengan Keberhasilan Asi Eksklusif.

Ha : p < 0,05 Terdapat hubungan positif diantara Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

dengan Keberhasilan Asi Eksklusif.

3.7 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto,

2019) Dalam penelitian ini instrument yang digunakan berupa data dari buku
53

register untuk mengetahui data Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan lembar ceklis

untuk mengetahui ASI Eksklusif bayi.

3.8 Pengumpulan dan pengolahan data

3.8.1 Teknik pengumpulan data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Untuk data primer diperoleh dari hasil lembar ceklis yang diberikan pada ibu yang

memiliki bayi usia 6 bulan atau lebih. Untuk data sekunder diperoleh dari buku

register di BPM Cicih Sukaesih.

3.8.2 Pengolahan Data

1. Editing ( Penyuntingan Data )

Editing ialah cara untuk memeriksa kembali kebenaran data yang sudah

diperoleh. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data dan setelah

semua data terkumpul (Hidayat, 2007).

Dalam tahap ini peneliti melakukan evaluasi dan pemeriksaan terhadap

data yang dikumpulkan. Dalam pengambilan data penelitian ini, lembar

ceklis dan buku register yang telah diisi oleh responden maupun peneliti

akan diperiksa kembali kelengkapan dan kesesuaian datanya.

2. Coding ( Mengklarifikasi )

Memberikan tanda kode pada data dengan angka atau huruf, hal tersebut

dilakukan upaya lebih memudahkan dalam melakukan tabulasi dan analisa


54

data (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini peneliti memberi kode 1-2 untuk variable mengenai

ibu yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Dengan keterangan 1 :

Dilakukan, 2 : Tidak dilakukan. Untuk variable mengenai pemberian Asi

Eksklusif diberikan kode 1-2 dengan keterangan 1 : Asi Eksklusif, 2 : Tidak

Asi Eksklusif.

3. Tabulating ( Pengolahan )

Kegiatan melakukan pengolahan data ke dalam bentuk tabel dengan

memproses hitung frekuensi dari masing-masing kategori, baik secara

manual maupun dengan bantuan komputer.

3.8.3 Analisa data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi (Sugiyono, 2017). Pada penelitian ini analisis univariat

digunakan untuk menganalisis data tentang Inisiasi Menyusui Dini dan

Keberhasilan Asi Eksklusif menggunakan rumus statistic secara sederhana

berupa persentasi dengan rumus :

𝑓
P= x100%
𝑛

Keterangan :
55

P : Presentasi yang dicari

f : Frekuensi

N : Jumlah responden

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Dalam

penelitian ini analisis data menggunakan uji korelasi Chi – Square

digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh antara variabel.

Semua variabel yang akan dianalisa harus bersifat numerik kategorikal

atau nominal dan dapat juga berskala ordinal. Ketentuan uji chi – square

sebagai berikut :

a. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 1

b. Tidak boleh ada sel yang mempunyai harapan kurang dari 5 lebih dari

20% dari jumlah keseluruhan sel

Bila terjadi hal seperti diatas, solusinya :

a. Untuk table silang berukuran selain 2x2, maka dilakukan penggabungan

sel

b. Untuk table 2x2, gunakan uji “Fisher Exact”

Ketentuan yang berlaku pada uji chi – square :

a. Bila tabelnya 2 x2 dan tidak ada nilai Expected (harapan) / E<5, maka

uji yang dipakai sebaiknya “Continuity Correction (o)”


56

b. Bila tabelnya 2x2, dan ada nilai E<5, maka uji yang dipakai adalah

“Fisher’s Exact Test”

c. Bila tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3, dan lain – lain, maka

digunakan uji “Pearson Chi Square”

d. Sedangkan “Uji Likelihood Rotio” dan “Linear – by – linear” biasanya

digunakan lebih spesifik, misalnya analisis statifikasi pada bidang

epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linear dua variabel

kategorik, sehingga kedua jenis ini jarang digunakan

Berikut rumus uji Pearson Chi – Square :

(𝑓𝑜−𝑓𝑒)2
𝑥2 = ∑ 𝑓𝑒

Keterangan :

X² = Chi Kuadrat

fo = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan.

(Sugiyono, 2005)

Hasil uji korelasi Pearson Chi – Square juga menghasilkan nilai

signifikansi atau ρ-value (α<0,05)

3.9 Etika penelitian


57

3.9.1 Menghormati individu (Respect for persons)

Menghormati otonomi (Respect for autonomy) yaitu menghargai kebebasan

seseorang terhadap pilihan sendiri, Melindungi subyek studi kasus (Protection of

persons) yaitu melindungi individu/subyek penelitian yang memiliki keterbatasan

atau kerentanan dari eksploitasi dan bahaya. Pada bagian ini diuraikan tentang

informed consent, anonimity, dan kerahasiaan.

Dalam penelitian ini menggunakan informed concent kepada responden

dan memberikan surat izin untuk pengambilan data kepada BPM Cicih

Sukaesih. Tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan, tidak boleh menampilkan informasi

mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek.

3.9.2 Respect for privacy and confidentiality (menghormati privasi dan

kerahasiaan subjek penelitian)

Peneliti menjaga kerahasiaan data yang telah diberikan oleh responden. Peneliti

hanya akan menyajikan data yang diperlukan tanpa menyebutkan data pribadi

respoden.

Peneliti akan merahasiakan seluruh data yang akan di ambil dari buku register

maupun data pribadi yang diperoleh melalui ibu dan hanya pihak-pihak tertentu

saja yang mengetahui diantaranya peneliti, pembimbing dan penguji.

3.9.3 Justice (Keadilan)


58

Semua subyek diperlakukan dengan baik, ada keseimbangan manfaat dan

risiko. Risiko yang dihadapi sesuai dengan pengertian sehat, yang mencakup fisik,

mental dan sosial. Oleh karena itu, risiko yangmungkin dialami oleh subyek atau

relawan meliputi risiko fisik (biomedis),.risiko psikologis dan risiko social.

Prinsip keadilan perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan

kehati-hatian, karena untuk menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh

perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa harus membedakan gender, etnis dan

sebagainya.

3.9.4 Berbuat baik (Beneficence) dan Tidak merugikan (non – maleficence)

Prinsip etik berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain dilakukan

dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian minimal. Semua

penelitian harus bermanfaat dan harus memperhatikan beberapa hal yang dapat

merugikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian data Inisasi Menyusui

Dini (IMD) dan keberhasilan Asi Eksklusif di PMB Cicih Sukaesih dari bulan Juni

- Agustus 2022 dengan jumlah responden sebanyak 32 orang, dan menggunakan

data sekunder yang di ambil dari buku register ibu bersalin di PMB Cicih Sukaesih.

Data tersebut akan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ibu yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) di PMB Cicih Sukaesih

Freku Persentase
Inisiasi Menyusui
ensi(f) (%)
Dini
Dilakukan 20 62,5 %
Tidak Dilakukan 12 37,5 %
Total 32 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang lahir

di PMB Cicih Sukaesih melakukan Inisiasi Menyusui Dini yaitu sebanyak 20

orang (62,5%). Dan yang tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yaitu

sebanyak 12 orang (12%).

59
60

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu yang berhasil memberikan Asi

Eksklusif di PMB Cicih Sukaesih

Pemberian Asi Jumlah Persentase %

Asi Eksklusif 17 53,1 %


Tidak Asi Eksklusif 15 46,9 %
Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar Ibu berhasil

memberikan Asi Eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 17 orang (53,1%). Dan

yang tidak berhasil memberikan Asi Eksklusif yaitu sebanyak 15 orang (46,9%)

Tabel 4.3 Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan

Asi Eksklusif di PMB Cicih Sukaesih

Setelah dilakukan pengolahan data penetilian, selanjutnya dilakukan

pengujian data untuk menguji hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan

Keberhasilan Asi Eksklusif.

IMD Pemberian Asi Total P-Value

Asi Tidak Asi


Eksklusif Eksklusif
N % N % N %
Dilakukan 16 80 4 19 20 100 0,001
Tidak dilakukan 1 8,3 11 91,7 12 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa, pada ibu yang

melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sebagian besar mengalami


61

keberhasilan Asi Eksklusif sejumlah 16 orang (80%). Dan untuk ibu yang tidak

melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sebagian kecil tidak berhasil

memberikan Asi Eksklusif terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) keberhasilan Asi Eksklusif sejumlah 1 orang (8,3%).

Hasil uji statistik didapatkan hasil uji chi – square diperoleh p - value

0,001 < taraf signifikan (0,05), menunjukan ada hubungan Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) dengan keberhasilan Asi Eksklusif, hasil ini menunjukan ibu yang

telah melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) akan semakin berpengaruh

terhadap keberhasilan Asi Eksklusif.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 32 responden mengenai

hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan Asi Eksklusif di

PMB Cicih Sukaesih, akan dijelaskan sebagai berikut.

4.2.1 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Penelitian ini didapat bahwa sebagian besar ibu melakukan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sebanyak 20 orang (62,5%), dan ibu yang

tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sebanyak 12 orang

(37,5%).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses meletakkan bayi

baru lahir pada dada atau perut ibu agar bayi secara alami dapat mencari

sendiri sumber air susu ibu atau ASI dan mulai menyusu. Bayi akan
62

mendapatkan kekebalan tubuh. IMD bermanfaat bagi ibu karena dapat

membantu mempercepat proses pemulihan pasca persalinan. Dalam 1

jam kehidupan pertama bayi dilahirkan ke dunia, bayi dipastikan untuk

mendapatkan kesempatan melakukan IMD (Kemenkes RI, 2017).

IMD dianjurkan pada bayi bukan untuk pemberian nutrisi tetapi

untuk belajar menyusu atau membiasakan menghisap puting susu dan

juga guna mempersiapkan ibu mulai memproduksi ASI. Apabila bayi

tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan,

prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru

akan keluar hari ketiga atau lebih dan memperlambat pengeluaran

kolostrum. (Adam, 2016). Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini

dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya selama

satu jam, mempunyai hasil dua kali lebih lama menyusui. (Saputra,

2015).

IMD atau kemampuan untuk melakukan penyusuan segera

(immediate breastfeeding) merupakan salah satu faktor keberhasilan

ASI eksklusif. Bila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan untuk IMD

diharapkan interaksi ibu dan bayi ini akan segera terjadi. Dengan IMD,

ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI-nya dan bayi bisa

nyaman menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu

segera setelah lahir (Fikawati, 2009). Kontak kulit dengan kulit


63

bermanfaat bagi ibu dan janin. Kontak kulit dengan kulit berhubungan

dengan durasi menyusui secara eksklusif pada bayi. (Agudelo, 2016).

4.2.2 Asi Eksklusif

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang

berhasil memberikan Asi Eksklusif untuk bayinya yaitu sejumlah 17

orang (53,1%), dan yang tidak berhasil memberikan Asi Eksklusif

untuk bayinya yaitu sejumlah 15 orang (46,9%).

ASI atau Air Susu Ibu adalah cairan biologis kompleks yang

mengandung semua zat gizi untuk pertumbuhan fisik bayi. ASI

merupakan makanan pertama yang baik untuk bayi usia 0 – 6 bulan.

(Hariani, 2016). Pemberian ASI secara eksklusif yaitu bayi hanya diberi

ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu,

air teh, air putih dan juga tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,

pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai

usia 6 bulan. (Handayani, 2016).

Pemberian ASI Eksklusif diartikan sebagai pemberian ASI

sepenuhnya tapa disertai tambahan atau selingan apa pun sejak bayi

lahir hingga umur tertentu. (Budiasih, 2008). Menurut RISKESDAS

(2013) kriteria menyusu eksklusif ditegakkan bila anak umur 0-6 bulan

hanya diberi ASI saja pada 24 jam terakhir dan tidak diberi makanan

dan minuman lain selain ASI.


64

Menurut penelitian Sofia Mawaddah (2018) dengan judul

Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Dengan Pemberian Asi

Eksklusif Pada Bayi terdapat hubungan yang signifikan antara Inisiasi

Menyusu Dini dengan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif pada bayi

0-6 bulan dan menunjukkan bahwa responden yang tidak diberikan

inisiasi menyusu dini 9,17 kali lebih beresiko tidak mendapatkan asi

eksklusif dibandingkaan dengan responden yang dilakukan inisiasi

menyusu dini.

Faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif juga antara lain karakteristik ibu (pengetahuan, pendidikan,

pekerjaan, usia, paritas dan etnis), karakteristik bayi (berat lahir dan

kondisi kesehatan bayi), lingkungan (keyakinan, dukungan keluarga,

tempat tinggal dan sosial ekonomi). (Djami, 2013).

4.2.3 Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan Asi

Eksklusif

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara berat badan

lahir bayi dengan kejadian rupture perineum dengan p- value 0,001 <

taraf signifikan (0,05).

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu

melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sebanyak 20 orang (62,5%).

Dan untuk kategori Asi Eksklusif sebagian besar ibu yang berhasil
65

memberikan Asi Eksklusif untuk bayinya yaitu sejumlah 17 orang

(53,1%).

Kontak kulit membantu proses kolonisasi kulit,dimana bakteri

yang menempel pada kulit ibu dan dijilat oleh bayi, diketahui bahwa

bakteri tersebut bermanfaat bagi bayi, berperan sebagai zat antibodi

untuk melindungi bayi dari kuman penyakit di lingkungan luar bayi.

Menurut penelitian diketahui bahwa bayi yang diberi kesempatan

menyusu dini akan berhasil menyusu eksklusif delapan kali lebih besar

dibandingkan bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini. Ini

berarti bahwa bayi selanjutnya akan lebih mungkin untuk disusui

sampai usianya mencapai dua tahun bahkan lebih Manfaat IMD baik

bagi bayi maupun ibunya sangat besar. ( Edmond, 2009 ).

Dua jam pertama kehidupan bayi adalah waktu yang optimal

untuk bayi belajar menyusui. Kontak kulit dengan kulit antara bayi dan

ibu pada periode ini meningkatkan kesempatan bayi bisa menyusu di

jam pertama kehidupan dan dalam jangka panjang (Agudelo, 2016).

Pada usia 30 menit bayi dianjurkan untuk disusukan kepada ibunya,

bukan untuk pemberian nutrisi tetapi untuk belajar menyusu atau

membiasakan menghisap puting susu dan juga guna mempersiapkan ibu

mulai memproduksi ASI. Apabila bayi tidak menghisap puting susu

pada setengah jam setelah persalinan, prolaktin akan turun dan sulit
66

merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar hari ketiga atau

lebih dan memperlambat pengeluaran kolostrum (Adam, 2016).

Kontak kulit dengan kulit bermanfaat bagi ibu dan janin. Kontak

kulit dengan kulit berhubungan dengan durasi menyusui secara

eksklusif pada bayi. (Agudelo, 2016). Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Annisa Septy Nurcahyani (2011) yang dilakukan di Wilayah

Kerja Puskesmas Godean II dengan hasil ada hubungan erat antara

pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan Keberhasilan ASI eksklusif.

Dan juga pada penelitian oleh Fitri Harfa (2019) dengan Hasil

Penelitian menjelaskan bahwa ada Hubungan IMD dengan

Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Tegalrejo. yakni

responden yang mendapatkan perlakuan IMD dan memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 34 responden (68%) dan responden yang

melakukan IMD namun tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 3

responden (6%). Sementara itu, responden yang tidak melakukan IMD

namun memberikan ASI Eksklusif sebanyak 7 responden (14%), dan

responden yang tidak melakukan IMD serta tidak pula memberikan ASI

Eksklusif sebanyak 6 responden (12%). Sehingga dapat dikatakan

bahwa ada hubungan IMD dengan keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif pada Bayi di Puskesamas Tegalrejo. IMD merupakan faktor

yang terpenting sebagai penentu keberhasilan ASI eksklusif. Karena


67

dengan IMD, produksi ASI akan terstimulasi sejak dini. IMD juga

mempercepat pengeluaran placenta, dan mempercepat pengeluaran ASI

(Jana, 2015).

4.3 Keterbatasan Penulis

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya fokus pada Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) saja tanpa melihat faktor lain seperti usia ibu, paritas, pekerjaan, status

gizi ibu, juga faktor maternal neonatal lainnya dan faktor dari penolong. Padahal

hal tersebut dapat berpengaruh pada keberhasilan Asi Eksklusif.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan sebagai berikut

1. Sebagian besar ibu melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di PMB Cicih

Sukaesih sebanyak 62,5%

2. Sebagian besar ibu berhasil memberikan Asi Eksklusif pada bayinya di PMB

Cicih Sukaesih sebanyak 53,1%

3. Terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan

Asi Eksklusif dengan p – value 0,001 < taraf signifikan (0,05)

5.2 SARAN

Dengan memperhatikan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran :

1. Bagi Institusi

Diharapkan bagi institusi pendidikan Poltekes TNI AU Ciumbuleuit

Bandung dapat menjadi tempat mahasiswa untuk mencari bahan referensi

khususnya mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan keberhasilan Asi

Eksklusif

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan pelayanan kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan

pemberian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) kepada ibu dan bayinya segera setelah

lahir.

68
69

3. Bagi Peneliti Berikutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti dan mengembangkan

variabel penelitian, seperti faktor – faktor lain yang dapat memepengaruhi

keberhasilan Asi Eksklusif sehingga dapat melengkapi penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Afifah,D.N. (2007). Faktor yang Berperan dalam Kegagalan ASI Eksklusif. Artikel
Universitas Diponegoro.
Aprillia,Y. (2010). Hipnostetri: rileks, nyaman dan aman saat hamil & melahirkan.
Jakarta: GagasMedia.
Arifah, IN. (2009). Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini antara
Persalinan Normal dengan Caesar di Ruang An Nisa RSI Sultan Agung
Semarang. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. http://core.ac.uk/download/pdf/11710797.pdf,
diakses pada tanggal 10 April 2022.
Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Kemenkes. (2021). Profil kesehatan indonesia tahun 2021. Jakarta Kementrian
Kesehatan RI
Periselo, H. (2021). Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Keberhasilan Asi
Ekslusif di Puskesmas wara barat kota Palopo tahun 2019. Jurnal Kesehatan
Luwu Raya, 7(2), 156-161.
https://jurnalstikesluwuraya.ac.id/index.php/eq/article/view/53, diakses pada
tanggal 10 April 2022
Mawaddah, S. (2018). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Pemberian Asi
Ekslusif Pada Bayi. Jurnal Info Kesehatan, 16(2), 214-225.
https://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes/article/view/185,
diakses pada tanggal 10 April 2022
Rohemah, E. (2020). Dukungan Bidan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Jamblang Kabupaten Cirebon Tahun 2020. Syntax Literate; Jurnal
Ilmiah Indonesia, 5(7), 274-282.
https://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-literate/article/view/1459,
diakses pada tanggal 10 April 2022
Amin, dkk. (2014). Pengaruh Faktor Sosial Ibu terhadap Keberhasilan Menyusui pada
Dua Bulan Pertama.
Erna, dkk. (2013). Pengetahuan Inisiasi Menyusui Dini Berpengaruh Terhadap Proses
Laktasi Pada Ibu Nifas.
Kemenkes. (2021). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta Kementrian Kesehatan RI.

70
Roesli. (2012). Panduan Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka
Bunda.
Fikawati. (2009). Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik Pemberian ASI .
Eksklusif. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4 No. 3 .
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/kesmas/article/view/184/184, diakses pada
tanggal 10 April 2022
Novita. (2016). Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kemampuan .
Motorik Kasar Bayi 6-24 Bulan. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan 5 .
(1). http://ejournal.unesa.ac.id/article/18008/19/article.pdf, diakses pada
tanggal 12 April 2022
Harfa, Fitri. (2019). Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Keberhasilan
………Pemberian Asi Eksklusif di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta.
Anjasmara, Jana. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi
. Menyusui Dini (IMD) Dengan Partisipasi Ibu Melakukan IMD (Studi di .
Ruang Bersalin RS Wava Husada).
Septy, Annisa. (2011). Hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan keberhasilan .
ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Godean II.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : .
Alphabet
Adam, A., Alim, A., & Sari, N. P. (2016). Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada
………Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan MANARANG, 2(2), 7.
Roesli. (2012). Panduan Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka .
Bunda.
Fikawati Syafiq. (2009). Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik Pemberian .
ASI Eksklusif. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4 No. 3 .
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/kesmas/article/view/184/184, diakses pada
tanggal 13 April 2022
Hariani, R. Amareta, D.I. dan Suryana, A.L. (2016). Pola Pemberian ASI dan .
Makanan Pendamping ASI Terhadap Grafik Pertumbuhan Pada Kartu Menuju
. Sehat (KMS). Jurnal Ilmiah Inovasi 16 Nomor 1. 11 .
https://publikasi.polije.ac.id/index.php/jii/article/view/5, diakses pada tanggal
12 April 202

71
LAMPIRAN
Lampiran 1
RIWAYAT HIDUP

Nama : Gita Ramadhani Sartika


Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 28 November 2001
NIM : 10619014
Alamat : Jl. Karang pasundan raya no.1 rt 05 rw 13 Kel. Jatiendah,
Kec. Cilengkrang, Kab. Bandung
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Jatiendah.Bandung, lulus tahun 2013
2. SMP Plus Al-Ghifari Bandung, lulus tahun 2016
3. SMK Bhakti Kencana Bandung, lulus tahun 2019
Lampiran 2
LEMBAR CEKLIS
Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan Asi Eksklusif di

PMB Cicih Sukaesih

Tanggal Penelitian : ……………….

No. Responden : ……………….

A. Petunjuk Pengisian

1. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti.

2. Isilah pertanyaan di bawah ini dengan memilih jawaban yang telah disediakan.

3. Berilah tanda ceklist (√) pada jawaban yang anda pilih.

B. Identitas Responden

Nama : ..............................................

Umur : ..............................................

Pekerjaan : ..............................................

Anak Keberapa? : ..............................................

Jenis Persalinan? : ..............................................

Soal Kuesioner
1. Apakah ibu segera melakukan Inisiasi Menyusui Dini saat setelah bayi lahir ?

Ya Tidak
2. Apakah bayi berhasil menyusu dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir ?

Ya Tidak

3. Sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan, apakah bayi diberikan ASI ?

Ya Tidak

4. Apakah bayi pernah diberi susu formula saat usia 0-6 bulan ?

Ya Tidak

5. Apakah bayi pernah diberi makanan atau minuman saat usia 0-6 bulan ?

Ya Tidak

6. Sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan, apakah bayi hanya minum ASI saja secara

penuh tanpa pernah sekalipun diberi tambahan apapun selain ASI ?

Ya Tidak
Lampiran 3

MASTER TABEL
Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan keberhasilan Asi Eksklusif di
PMB CICIH SUKAESIH

ASI
NO NAMA (INISIAL) USIA PEKERJAAN PARITAS JP IMD EKSKLUSIF
1 Ny. D 32 IRT 3 NORMAL 1 1
2 Ny. S 27 IRT 2 NORMAL 1 1
3 Ny. I 20 IRT 1 NORMAL 1 1
4 Ny. S 19 IRT 1 NORMAL 2 2
5 Ny. R 33 IRT 3 NORMAL 1 2
6 Ny. E 28 IRT 2 NORMAL 1 1
7 Ny. E 27 IRT 2 NORMAL 1 1
8 Ny. A 23 IRT 1 NORMAL 2 2
9 Ny. S 26 IRT 3 NORMAL 1 2
10 Ny. I 31 WIRAUSAHA 2 NORMAL 1 1
11 Ny. M 36 IRT 2 NORMAL 2 2
12 Ny. D 24 IRT 3 NORMAL 1 1
13 Ny. U 28 IRT 2 NORMAL 1 1
14 Ny. R 27 IRT 2 NORMAL 2 2
15 Ny. P 25 BURUH 2 NORMAL 2 2
16 Ny. R 29 SWASTA 2 NORMAL 1 1
17 Ny. R 31 IRT 4 NORMAL 2 2
18 Ny. N 29 IRT 2 NORMAL 2 1
19 Ny. N 25 IRT 2 NORMAL 1 1
20 Ny. E 25 SWASTA 2 NORMAL 2 2
21 Ny. N 38 IRT 3 NORMAL 1 1
22 Ny. E 17 IRT 1 NORMAL 2 2
23 Ny. N 26 IRT 2 NORMAL 1 1
24 Ny. R 38 IRT 3 NORMAL 1 2
25 Ny. A 19 IRT 1 NORMAL 2 2
26 Ny.A 36 IRT 2 NORMAL 1 1
27 Ny. S 37 IRT 4 NORMAL 2 2
28 Ny. N 22 IRT 1 NORMAL 1 1
29 Ny. N 23 SWASTA 1 NORMAL 1 1
30 Ny. N 34 IRT 3 NORMAL 2 2
31 Ny. N 31 IRT 4 NORMAL 1 1
32 Ny. W 26 SWASTA 3 NORMAL 1 2

Frequencies

Statistics
Asi
IMD Eksklusif
N Valid 32 32
Missin 0 0
g
Mean 1.38 1.47
Median 1.00 1.00
Mode 1 1
Minimum 1 1
Maximum 2 2

Frequency Table

IMD
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Ya 20 62.5 62.5 62.5
Tidak 12 37.5 37.5 100.0
Total 32 100.0 100.0

Asi Eksklusif
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Asi Eksklusif 17 53.1 53.1 53.1
Tidak Asi 15 46.9 46.9 100.0
Eksklusif
Total 32 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
Usia Pekerjaan Jenis
Responden Responden Paritas Persalinan
N Valid 32 32 32 32
Missin 0 0 0 0
g

Frequency Table

Usia Responden
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid 17 1 3.1 3.1 3.1
19 2 6.3 6.3 9.4
20 1 3.1 3.1 12.5
22 1 3.1 3.1 15.6
23 2 6.3 6.3 21.9
24 1 3.1 3.1 25.0
25 3 9.4 9.4 34.4
26 3 9.4 9.4 43.8
27 3 9.4 9.4 53.1
28 2 6.3 6.3 59.4
29 2 6.3 6.3 65.6
31 3 9.4 9.4 75.0
32 1 3.1 3.1 78.1
33 1 3.1 3.1 81.3
34 1 3.1 3.1 84.4
36 2 6.3 6.3 90.6
37 1 3.1 3.1 93.8
38 2 6.3 6.3 100.0
Total 32 100.0 100.0

Pekerjaan Responden
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid BURUH 1 3.1 3.1 3.1
IRT 26 81.3 81.3 84.4
SWASTA 4 12.5 12.5 96.9
WIRAUS 1 3.1 3.1 100.0
AH
Total 32 100.0 100.0

Paritas
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid 1 7 21.9 21.9 21.9
2 14 43.8 43.8 65.6
3 8 25.0 25.0 90.6
4 3 9.4 9.4 100.0
Total 32 100.0 100.0

Jenis Persalinan
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid NORM 32 100.0 100.0 100.0
AL

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
IMD * Asi 32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Eksklusif

IMD * Asi Eksklusif Crosstabulation


Asi Eksklusif
Asi Tidak Asi
Eksklusif Eksklusif Total
IMD Ya Count 16 4 20
Expected Count 10.6 9.4 20.0
% within IMD 80.0% 20.0% 100.0%
% within Asi 94.1% 26.7% 62.5%
Eksklusif
% of Total 50.0% 12.5% 62.5%
Tidak Count 1 11 12
Expected Count 6.4 5.6 12.0
% within IMD 8.3% 91.7% 100.0%
% within Asi 5.9% 73.3% 37.5%
Eksklusif
% of Total 3.1% 34.4% 37.5%
Total Count 17 15 32
Expected Count 17.0 15.0 32.0
% within IMD 53.1% 46.9% 100.0%
% within Asi 100.0% 100.0% 100.0%
Eksklusif
% of Total 53.1% 46.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 15.469a 1 <.001
Continuity Correctionb 12.725 1 <.001
Likelihood Ratio 17.336 1 <.001
Fisher's Exact Test <.001 <.001
Linear-by-Linear 14.985 1 <.001
Association
N of Valid Cases 32
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5.63.
b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai