Anda di halaman 1dari 9

Tugas Pokok Kepala Sekolah 

yang telah diatur berdasarkan Permendikbud Nomor 6 Tahun


2018 mengacu pada salah satu pasal yaitu terdapat pada pasal 15. Dalam pasal tersebut
dinyatakan bahwa Tugas Pokok Kepala Sekolah diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Beban kerja Kepala Sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial,
pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan tenaga kependidikan.
2. Beban kerja Kepala Sekolah bertujuan untuk mengembangkan sekolah dan
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan.
3. Dalam hal terjadi kekurangan guru pada satuan pendidikan, Kepala Sekolah dapat
melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan agar proses pembelajaran atau
pembimbingan tetap berlangsung pada satuan pendidikan yang bersangkutan.
4. Kepala Sekolah yang melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan, tugas
pembelajaran atau pembimbingan tersebut merupakan tugas tambahan di luar tugas
pokoknya
5. Beban kerja bagi kepala sekolah yang ditempatkan di SILN selain melaksanakan
beban kerja juga melaksanakan promosi kebudayaan Indonesia.

Untuk secara rincinya terdapat 3 Tugas Kepala Sekolah Terbaru, diantaranya ialah


Manajerial, Pengembangan Kewirausahaan dan Supervisi kepada Guru dan Tenaga
Kependidikan. Untuk Rincian dari 3 Tugas Pokok Kepala Sekolah adalah sebagai berikut;

1. Manajerial

1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.


2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/
madrasah secara optimal.
4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi
pembelajar yang efektif.
5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik.
6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal.
7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka pendayagunaan
secara optimal.
8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah.
9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah
dan tujuan pendidikan nasional.
11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan, dan efisien.
12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan
sekolah/ madrasah.
13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan
program dan pengambilan keputusan.
15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan
manajemen sekolah/madrasah.
16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

2. Pengembangan Kewirausahaan

1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.


2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi
pembelajar yang efektif.
3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah/madrasah.
5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
3. Supervisi

1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan


profesionalisme guru.
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan
dan teknik supervisi yang tepat.
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
MELR (Monitoring,, Evaluation, Learning, Reporting ( Monitoring, Evaluasi, Pembelajaran
dan Laporan).

Monitoring dan Evaluasi (Monitoring and Evaluation)

Monitoring dan evaluasi adalah suatu aktivitas yang sangat penting untuk mmendukung
tercapainya suatu tujuan dari proyek atau program yang dilakukan. Hobson,dkk menjelaskan
bahwa monitoring adalah proses menghimpun informasi dan analisis internal dari sebuah
proyek atau program. Evaluasi adalah sebuah penilaian retrospektif secara periodic pada satu
proyek atau program yang telah selesai. Monitoring dan evaluasi perlu disinergikan dengan
kegiatan atau program yang sedang berjalan dengan melakukan perencanaan, tindakan dan
refleksi. Ketiga aktivitas ini menjadi sebuah siklus yang dapat dilakukan berulang-ulang.
Dalam mmelakukan mmonitoring dan evaluasi, KertsyHobson menawarkan dua belas prinsif
dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman :

1. Mengapa perlu melakukan monitoring dan evaluasi ? Tahap awal sebelum melakukan
monitoring dan evaluasi adalah mengetahui alasan mengapa monitoring dan evaluasi
dibutuhkan.
2. Menyetujui prinsif-prinsif yang menjadi pedoman. Prinsif yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan monitoring dan evaluasi adalah hal penting yang harus
dimiliki. Beberapa prinsif yang harus dipenuhi adalah bahwa monitoring dan evaluasi
harus relevan, berguna, sesua dengan waktu yang ditetapkan dan kredibel.
3. Menentukan proyek atau program yang perlu dimonitor. Perlu untuk menentukan
program atau kegiatan yang harus dimonitor berdasarkan pada tingkat prioritasnya.
Dengan demikian perlu dipikirkan program mana yang akan dinilai. Untuk periode
kapan, dan apakah program tersebut adalah aktivitas yang sedang berlangsung
sehingga perlu dimonitoring, sebagai rangkaian aktivitas yang sudah selesai sehingga
perlu dievaluasi
4. Menentukan siapa saja yang terlibat dalamm setiap tahapan monitoring dan evaluasi.
Untuk itu,, identifikasi siapa saja dari pihak pemangku kepentingan yang mmenjadi
bagian internal program dan eksternal program adalah hal yang perlu diperhatikan.
5. Menentukan topic kunci dan pertanyaan untuk melakukan investigasi.
6. Mengklarifikasi sasaran, tujuan,, aktivitas dan langkah-langkah untuk berubah. Untuk
dapat menilai kemajuan, perlu diketahui apa yang sedang diraih dan bagaimana cara
meraihnya dengan tetap memperhatikan apa yang menjadi tujuan, target, dan kegiatan
yang sudah dilakukan. Strategi dan desain program untuk mencapai perubahan dapat
dijelaskan dengan tahapan : input – kegiatan – output – outcome – dampak.
7. Mengidentifikasi informasi yang perlu diketahui. Informasi yang diperlukan biasanya
ditujukan untuk memantau atau melihat apa saja yang berubah, memahami mengapa
bisa berubah, dan menginterpretasi perubahan. Informasi yang dibutuhkan bisa berupa
data kuantitatif maupun kualitatif.
8. Memutuskan bagaimana informasi bisa diperoleh. Biasanya data diperoleh melalui
berbagai sumber internal dan eksternal.
9. Menilai konstribusi / pengaruh yang diberikan. Bagian penting dari monitoring dan
evaluasi adalah menilai pengaruh atau konstribusi kegiatan terhadap dampak atau
outcome yang dapat diobservasi. Untuk melihat pengaruh atau konstribusi yang dapat
dirasakan, penilaian dapat dengan melakukan control secara acak, atau melakukan
penialaian restrospektif.
10. Menganalisis dan menggunakan informasi. Tujuan utama dari mmonitoring adalah
untuk mendukung pengambilan keputusan internal dan perencanaan sehingga
dilakukan analisis secara periodik, menilai dan menggunakan data tersebut.
11. Menjelaskan data. Data yang dijelaskan sangat tergantung pada tujuan. Data
disampaikan kepada pemangku kepentingan yang relevan dengan data yang
dijelaskan.
12. Etika dan proteksi data. Dalam etika memproteksi data, semua peserta atau responden
yang dilibatkan selama proses monitoring dan evaluasi wajib dijaga kerahasiannya.

PEMBELAJARAN (Learning)

Dr. Roger Greenaway merancang kerangka kerja pembelajaran melalui empat tingkat model,
yang biasa disebut 4 F yaitu :

1. Fact (Fakta), catatan obyektif tentang apa yang terjadi


2. Feeling (Perasaan), Reaksi emosional terhadap situasi
3. Finding (Temuan),, pembelajaran konkret yang dapat diambil dari situasi tersebut
4. Future (masa depan), menyusun pembelajaran digunakan di masa depan.
Laporan (Reporting)

Menurut Himstreet,et al. (1983), laporan adalah pesan yang disampaikan secara sistematis
dan objektif yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari satu bagian organisasi
kepada bagian lain atau lembaga lain untuk membantu pengambilan keputusan atau
memcahkan persoalan.

Laporan merupakan alat bagi pimpinan untuk menginformasikan atau memberi masukan
untuk setiap pengambilan keputusan . oleh karena itu, laporan harus akurat, lengkap dan
obyektif. Dalam prakteknya, laporan adalah sebuah dokumen yang merupakan produk akhir
dari suatu kegiatan. Laporan menyajikan informasi dengan cara yang sangat khusus informasi
yang terkandung dalam laporan sesungguhnya telah ditulis dan dikumpulkan dalam kertas
kerja.

Tujuan penyusunan laporan adalah untuk mmenjadikan informasi yang disampaikan jelas dan
mudah dipahami. Oleh karena itu materi laporan yang disampikan hanya yang perlu diketahui
oleh pihak pembaca.

Pada umumnya laporan digunakan untuk menyampaikan tujuan yang bersifat ummum
sebagai berikut :

1. Memantau dan mengendalikan suatu kegiatan


2. Membantu mengimplementasikan kebijakan dan prosedur yang telah ditentukan
3. Memenuhi persyaratan
4. Mendokumentasikan kegiatan
5. Merupakan pedoman untuk persoalan tertentu

Fungsi Laporan

1. Pertanggungjawaban dan pengawasan


2. Penyampaian informasi
3. Bahan pengambil keputusan dalam pelaksanaan manajemen
4. Sebagai salah satu alat untuk memperluas ide dan tukar menukar pengalaman.
Syarat-syarat laporan agar laporan yang dibuat dapat dengan mudah dibaca dan dimengerti
maka laporan tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Laporan mencerminkan isi lapran


2. Laporan harus langsung pada sasaran karena pimpinan mempunyai waktu yang sangat
terbatas
3. Laporan harus lengkap. Kelengkapan suatu laporan banyak ditentukan oleh
kemampun penyusun dalam mmengorganisir data yang mencakup semmua segi
masalaha yang dilaporkan.
4. Laporan harus tegas dan konsisten
5. Laporan harus tepat pada waktunya agar pimpinan dapat menentukan kebijakan dan
kebijaksanaan dan dapat menyelesaikan masalah dengan tepat dan benar.
6. Laporan harus tepat penerimaannya.

Manajemen Risiko

Dalam dunia pendidikan, kita mengenal istilah manajemen pendidikan yang dilakukan
sekolah untuk mengembangkan mutu sekolah, manajemen risiko merupakan salah satu hal
wajib yang harus dilakukan dalam merencanakan program sekolah.. manajemen risiko
haruslah mmenjadi satu kesatuan bagian yang tak terpisahkan dari pelaksanaan system
manajemen di sekolah. Dalam prinsif dasar manajemen risiko, adalah metode yang tersusun
secara logis dan sistematis dari rangkaian kegiatan, penetapan konteks, identifikasi, analisis,
evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko.

Risiko dalam sebuah program merupakan sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk
untuk mengantisipasi segala sesuatu yang kemungkinan besar dapat terjadi, termasuk juga
dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan. Oleh karena itu, sekolah
sebagai lembaga pendidikan wajib melakukan rangkaian analisis dan metodologi yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan dan mmengevaluasi risiko
yang mmungkin timmbul dari pelaksanaan program sekolah.

Risiko tidak dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan dikendalikan karena apabila risiko tidak
dikelola dengan baik maka akan mengakibatkan kerugian serta hambatan, sehingga program
sekolah yang telah direncanakan tidak berjalan dengan baik begitu pula sebaliknya apabila
risiko dapat dikelola dengan baik maka sekolah dapat meminimalisir segala kerugian yang
dapat menghambat jalannya program yang telah direnanakan.

Risiko merupakan sesuatu yang memiliki dampak terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Beberapa tipe risiko di lemmbaga pendidikan, meliputi :

1. Risiko strategis, merupakan risiko yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi


mencapai tujuan
2. Risiko keuangan, merupakan risiko yang mungkin akan berakibat berkurangnya asset
3. Risiko operasional, merupakan risiko yang berdampak pada kelangsungan proses
manajemen
4. Risiko pemenuhan, merupakan risiko yang berdampak pada kemmampuan proses dan
procedural internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku
5. Risiko reputasi, merupakan risiko yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga.

Pada akhirnya perubahan yang dilakukan sekolah akan mmenimbulkan suatu risiko, namun
tidak melakukan perubahan pun merupakan sebuah risiko. Oleh karena itu, setiap sekolah
harus mengidentifikasi risiko dan merencanakan pengelolaannya. Apabila semua sekolah
dapat menerapkan manajemen risiko maka setiap kerugian akan dapat diminimalisir. Adapun
tahapan manajemen risiko adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi jenis risiko,


2. Pengukuran risiko,
3. Melakukan strategi dalam pengendalian risiko,
4. Melakukan evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai