PRAKTIKUM FISIKA
Alhamdulilah,Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Alat alat
ukur dasar” ini pada tepat waktu.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pemasaran 1,Ibu Firda Herlina, ST .,M.Eng
yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
adanya keterbatasan referensi dan ilmu kami sebagai penyusun. Oleh karena itu, saran dan
tanggapan sangat kami harapkan untuk menyusun makalah yang lebih baik.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................
A. Latar Belakang ......................................................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................
D. Manfaat Penulisan .................................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .....................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran merupakan kegiatan yang sangat penting dalam setiap percobaanilmiah
seperti penelitian dan praktikum. Kegiatan pengukuran yang akurat merupakankunci
keberhasilan dalam pengolahan data dan penyedia informasi. Namun,
dalamsetiap pengukuran selalu ada ketidakpstian nilai pengukuran. Hal itu dapat
akibatnyaoleh keterbatasan alat maupun ketidaktelitian orang yang melakukan
pengukuran. Untukmendapatkantepat nilaiyangakurat pengukuranbiasanyadilakukan
menggunakanalat ukur yang memiliki nilai keakuratan tinggi dan dilakukan secara
berulang-ulangsehingga diperoleh sejumlah data yang mendekati nilai
sebenanya yang kemudiandapat diolah kembali menggunakan kaidah-kaidah
statistika (Burhanuddin, 2011)kesalahan merupakan unsur yang tidak dapat
dihindari dalam proespengukuran. Kesalahan dalam pengukuran biasanya
didefinisikan sebagai perbedaananatar nilai sebenarnya dengan nilai terukur.
Efek kesalahan adalah menciptakanpengontrol dalam nilai sebuah pengukuran.
Mencari nilai ketidakpstian dalam prosespengukuran sangatlah penting untuk
dilakukan agar hasil pengukuran menjadi akurat.Ketika digunakan dalam konteks
pengukuran, derajat mempunyai sebuah angkadan satuan yang berhubungan
dengannya. Lebih spesifik lagi, derajatpengukuran mempunyai satuan yang
sama dengan hasil pengukuran. Analisisketidakpstian merupakanalat yangsangat
berguna untukmengatur tingkatreliabilitassebuah pengukuran dan untuk validasi
model-model teoritis dan simulasi. Prosespenentu ketidakpstian pengukuran
menjadi kemampuan dasar yang haurs dimilikiuntuk melakukan sebuah percobaan
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Mistar atau penggaris biasa kita gunakan untuk mengukur panjang. Misalnya
mengukur panjang meja, buku, pensil, dan sebagainya. Mistar mempunyai skala terkecil 1
mm sehingga nilai tidak pastiannya (Δx) adalah ½ x skala terkecil atau 0,5 mm atau 0,05 cm.
Hasil pengukuran dengan mistar tersebut, dapat di tuliskan:
Jangka Sorong
Untuk mengukur diameter suatu benda, diameter dalam maupun diameter luar, serta untuk
mengukur kedalaman suatu benda, dapat menggunakan jangka sorong.
Skala nonius ini panjangnya 10 mm yang terbagi menjadi 10 skala, yang berarti skala
terkecilnya 0,1 mm. Ketidakpastian dari jangka sorong adalah: Δx = ½ x skala terkecil =
½ (0,1) = 0,05 mm = 0,005 cm. Hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong
dapat dibaca pada skala utama dan ditambah angka pada skala nonius yang dihitung dari
0 sampai dengan garis skala nonius yang berimpit dengan garis skala nonius yang
berimpit dengan garis pada skala utama.
2
2. Gunakan mistar untuk mengukur :
a. Lebar dasar statif
b. Panjang Batang Statif
c. Ulangi semua pengukuran sebanyak 5 kali
1.5 HASIL PENGAMATAN
A. Jangka sorong
3
B. MISTAR
1. Tabel Hasil Pengamatan
1.6. PEMBAHASAN
1.7. KESIMPULAN
4
5
PRAKTIKUM 2
GAYA PADA BIDANG MIRING
Gaya gesek adalah gaya yang dihasilkan dari pertemuan dua buah permukaan bidang
benda. Arah gaya gesek selalu melawan arah gerak benda.
Gaya yang bekerja pada benda bergerak disebut gaya gesek kinetik
fk = μk . N
Gaya gesek yang bekerja pada benda yang diam disebut gaya gesek statik (fs)
fs = μs . N
fs ¿ fk → μ s> μ k → 0≤ μ ≤ 1
Sedangkan dalam bidang miring, berlaku gaya-gaya yang bekerja seperti gambar dibawah.
Σ Fy=0
N – W cosθ=0
N = W cos θ
Σ Fx=0 (Benda tepat akan bergerak /diam)
W sin θ−¿fg = 0
sin θ−¿fg
sin θ=¿fg
sin θ=μ s.N → N = W cos θ
wsinθ
μ= =tan θ
wcosθ
2.3 ALAT DAN BAHAN
6
2.4 PROSEDUR PRAKTIKUM
A. Persiapan Percobaan
Setelah seluruh alat dan bahan disiapkan maka :
1. Rakit statif sesuai gambar 1
2. Pasang balok pendukung pada batang statif
3. Rakit bidang miring pada balok pendukung dengan menggunakan jepitan
penahan
4. Untuk mengatur kemiringan, dapat dipergunakan balok bertingkat (bila
diperlukan)
B. Langkah-langkah percobaan
1. Tentukan berat gabungan katrol (w = m.g) menggunakan dynamometer
2. Letakkan balok diatas ketinggian bidang miring
3. Naikkan ketinggian balok pendukung secara perlahan, sambil mengamati
balok alumunium
4. Hentikan kenaikkan balok pendukung tepat pada saat alumunium akan
bergerak (bergeser). Pada saat itu ukur h (tinggi ujung atas bidang miring)
untuk menentukan sin a atau cos a (panjang bidang miring l=50 cm)
5. Ulangi langkah 2 s.d.4 dengan menggunakan permukaan balok yang berbeda
(kayu, karet, kaca, dan plastik).
6. Hitung gaya gesekan antara permukaan bidang miring dengan permukaan
kayu, karet, kaca dan plastik tersebut.
7
2.5 HASIL PENGAMATAN
2.6 PEMBAHASAN
1. Bahas ttg data pengamatan
2. Bahas hasil perhitungan koefiesen gesek
3. Penjelasan gaya-gaya mekanis yang bekerja pada bidang miring
2.7 KESIMPULAN
8
PRAKTIKUM 3
HUKUM HOOKE
Suatu benda yang dikenai gaya akan mengalami perubahan bentuk (volume dan
ukuran). Misalnya suatu pegas akan bertambah panjang dari ukuran semula,
apabila dikenai gaya sampai batas tertentu. Perhatikan gambar di atas! Pemberian
gaya sebesar F akan mengakibatkan pegas bertambah panjang sebesar Δ X . Besar
gaya F berbanding lurus dengan Δ X .
Secara matematis dirumuskan dengan persamaan berikut.
F=k. ΔX
Dimana :
F = gaya yang dikenakan pada pegas (N)
Δ X = penambahan panjang (m)
K=¿ konstanta pegas ( N ∕ m 2 ¿
9
3.5. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel hasil pengamatan
3.6. PEMBAHASAN
1. Data pengamatan
2. Konstanta pegas (jika berbeda, uraikan kenapa?)
3. Terangkan grafik hubungan pertambahan panjang dengan beban yang
diberikan
10
PRAKTIKUM 4
GERAK HARMONIS SEDERHANA
Dengan mengambil sudut θ cukup kecil sehingga BB’ = busur BAB‘, maka dapat
dibuktikan bahwa :
T =2 π
1
g √
Dengan mengetahui panjang tali dan periode, maka percepatan gravitasi bumi dapat dihitung.
11
5. Ulangi langkah a sampai c dengan panjang tali yang berbeda-beda sesuai
dengan tabel
4.5. HASIL PENGAMATAN
penyimpan I II I II I II I II I II I II
gan
Massa 50 50 100 50 100 50 100 50 100 50 100 50
beban (gr)
Panjang tali 0,3 0,3 0,3 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
(m)
Waktu 10 4,35 4,35 4,37 4,37 4,36 4,36 4,39 4,39 4,40 4,40 4,42 4,42
ayunan
periode 0,435 0,435 0,43 0,437 0,436 0,436 0,439 0,439 0,44 0,44 0,442 0,442
7
Perc. 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8
Gravitasi
T =2 π
√
1
g
⇒ g=4 π 2
2 1
T
4.6. PEMBAHASAN
Bahas tabel hasil pengamatan (titik beratkan pada periode), amati periode dan
sebutkan faktor yang mempengaruhi nilai periode
Bahas hasil perhitungan percepatan gravitasi bumi (g), perlu diperhatikan nilai g = 9,8
m ∕ s2 – 10 m ∕ s2 jika terjadi perbedaan dengan hasil percobaan, bahas kemungkinan
kesalahan yang telah terjadi.
4.7 KESIMPULAN
12