Anda di halaman 1dari 9

76

PENGEMBANGAN BASIS DATA SISTEM SURVEILANS CAMPAK BERBASIS


KASUS ATAU CASE BASED MEASLES SURVEILLANCE (CBMS) DI
KABUPATEN SIDOARJO

DEVELOPMENT DATA BASE OF CASE BASED MEASLES


SURVEILLANCE IN SIDOARJO HEALTH DEPARTMENT

Nurul Kutsiyah1, Chatarina Umbul W2, Santi Martini2

Info Artikel Abstrak


Latar belakang: Campak termasuk salah satu penyakit yang dapat dicegah
Sejarah Artikel: dengan imunisasi (PD3I). Masih adanya kasus campak di Kabupaten Sidoarjo
Diterima 30 Mei 2016 perlu dikaitkan dengan data imunisasi sebelumnya, tetapi saat ini masih sulit
Disetujui 4 Juni 2016 menghubungkan data kasus campak dengan data imunisasi karena data imunisasi
Dipublikasikan 16 Juni belum dibuat secara individual. Tujuan: Mengembangkan basis data sistem
2016 surveilans campak berbasis kasus di Kabupaten Sidoarjo. Metode: Jenis
penelitian ini adalah actions research, berupa pengembangan sistem (system
development). Hasil: Pada analisis masalah sistem informasi surveilans campak
Kata Kunci:
berbasis kasus menyebutkan bahwa masalah sistem terdapat pada komponen input,
Pengembangan basis proses, dan output. Informasi baru yang dibutuhkan adalah jumlah populasi
data, surveilans campak berisiko, kecepatan penemuan kasus, status gizi kasus, penderita dirawat inap atau
berbasis kasus tidak, status imunisasi, dan komplikasi yang timbul. Hasil uji coba menunjukkan
bahwa basis data sistem surveilans campak cukup mudah dan bermanfaat bagi
Keywords: petugas surveilans campak di Puskesmas dan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Database development, Sidoarjo. Simpulan dan saran: Case Based Measles Surveillance di Dinas
case based measles Kesehatan Kabupaten Sidoarjo telah berhasil dikembangkan. Implementasi
surveillance CBMS memerlukan sosialisasi dan pelatihan khususnya bagi pertugas surveilans
dalam melakukan entri data, membuat rekapan serta membuat laporan dalam
mengimplementasikan sistem surveilans yang telah dikembangkan.

Abstract
Background: Measles is one preventable diseases by imunization (PD3I). There
still found measles cases in Sidoarjo districts that needs to be associated with the
data prior imunization, but it is still difficult to link data cases of measles
imunization because the data has not been made individually queried.. Objective:
develop a database case based measles surveillance in Sidoarjo Health
Department. Methods: This study is a type of research actions in the form of
system development (system development). Result: the analysis of the probelm of
information systems based surveillance of measles cases mentioned that the
system issues contained in the component input, process and output. New
information required are population at risk size, speed the discovery of a case,
the nutritional status of cases, patients are hospitalized or not, immunization
status, and complications. The trial results that case based measles surveillance
quite easy and useful for surveillance officers measles at health centers and at
the Sidoarjo Health Department. Conclusion and Recommendation: Case
Based Measles Surveillance in Sidoarjo District Health Office has been
successfully developed. CMBS Implementation requires socialization and
training especially for the surveillance that performs data entry, making recaps
and creates reports in implementing surveillance systems that have been
developed.

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555


Korespondensi :
1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi Universitas Airlangga . E-mail: krisnitadwijayanti@yahoo.co.id
2 Staf Pengajar Departemen Epidemiologi Universitas Airlangga
77

Nurul Kutsiyah | Pengembangan Basis Data Sistem….


Jurnal Wiyata, Vol. 3 No. 1 Tahun 2016

PENDAHULUAN
Rencana strategi penanggulangan Ini bukti bahwa sistem surveilans
penyakit campak tahun 2007-2010 campak berbasis kasus masih memiliki
mengarahkan pelaksanaan kegiatan surveilans banyak permasalahan, termasuk tentang
campak berbasis kasus (Case Based Meassles pengolahan data. Permasalahan tersebut
Surveillance). Insiden kasus campak masih antara lain keterlambatan, yaitu dari 26
cukup tinggi1, sedangkan pada saat ini Puskesmas yang ada di Kabupaten Sidoarjo
kegiatan surveilans campak di Indonesia sebesar 32% yang tepat waktu dan
masih berdasar agregate data. kelengkapan laporan sebesar 73%. Sedangkan
Untuk melaksanakan surveilans keakuratan dan kevalidan data, yaitu pada
berbasis kasus individu diperlukan kajian kolom yang harus diisi berapa kali dilakukan
data yang lebih mendalam yang meliputi imunisasi campak tetapi hanya diberi tanda
kajian terhadap cakupan imunisasi campak, checklist (√) begitu juga pada kolom tanggal.
besar insiden kasus campak, dan kesiapan Pada kasus campak berbasis kasus atau Case
laboratorium. Selanjutnya kegiatan surveilans Based Measles Surveillence (CBMS),
campak berbasis kasus individu (case based permasalahan ini menjadi sangat penting
surveillance) akan dilaksanakan secara karena penyakit campak mudah menular
bertahap2. sehingga perlu kecepatan dalam
Pengembangan sistem surveilans penanganannya. Solusi yang tepat dalam
campak dimaksudkan untuk melengkapi pengolahan data adalah membuat basis data2.
kekurangan yang ada baik pada komponen Data yang baik akan menghasilkan
input, proses, output sehingga sistem informasi yang baik pula. Kasus campak yang
surveilans yang dikembangkan dapat selalu ada dan meningkat, dengan sistem
menghasilkan informasi yang lebih lengkap CBMS, sehingga menjadi perhatian banyak
dan berkualitas agar keputusan yang diambil kalangan4,5,6. Kenyataan saat ini sistem
lebih tepat, kegiatan surveilans epidemiologi surveilans campak berbasis kasus di
lebih efektif dan efisien sehingga mampu Kabupaten Sidoarjo sering mengalami
memutus mata rantai penularan dan bisa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan data
mengeradikasi sehingga tidak ada lagi yang sewaktu-waktu diminta oleh Dinas
transmisi virus campak3. Kesehatan Provinsi atau Kementerian
Kasus campak di Kabupaten Sidoarjo Kesehatan Pusat Jakarta. Sesuai dengan hasil
selalu ada dan meningkat pada pada tiga wawancara dengan petugas surveilans Dinas
tahun terakhir. Seharusnya telah terkumpul Kesehatan Kabupaten Sidoarjo sebagai
data yang cukup untuk mengambil keputusan contoh dalam hal kesulitan dalam permintaan
dalam penanggulangannya, namun data yaitu saat akan dilaksanakan pilot project
kenyataannya data tidak terkumpul dengan Enhanced CBMS di Kabupaten Sidoarjo pada
baik, tindakan yang tepat belum bisa tahun 20157, Provinsi Jawa Timur dan WHO
dirumuskan dengan baik, dan kasus terus meminta data kasus campak dan juga hasil
meningkat. Kejadian Luar Biasa campak di laboratoriumnya, karena data masih belum
Kabupaten Sidoarjo selalu ada setiap tersimpan dengan baik maka Dinas Kesehatan
tahunnya. belum bisa memenuhi permintaan data sesuai
permintaan.

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555


78

Nurul Kutsiyah | Pengembangan Basis Data Sistem …..


Jurnal Wiyata, Vol. 3 No. 1 Tahun 2016

Selain itu mengingat peningkatan yang terlibat langsung dalam sistem


kasus campak yang sangat signifikan surveilans campak berbasis kasus pada Dinas
terutama pada tahun 2015 sebanyak 473 dari Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. Responden
143 kasus di tahun 2014 maka pengembangan pada saat uji coba, yaitu pemegang program
basis data sangat diperlukan agar data dapat PD3I di Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
tersimpan dengan baik dan sewaktu-waktu dan petugas surveilans di Puskesmas
diperlukan dapat dipanggil kembali dengan Kabupaten Sidoarjo.
mudah. Perancangan basis data meliputi
Macam dan jenis data juga selalu perancangan model fisik dan perancangan
berubah sesuai perkembangan kasus yang model logic. Perancangan model fisik
terjadi dan kebijakan yang diambil. Setiap meliputi menyusun diagram konteks, data
kebijakan yang dilakukan tentunya flow diagram, flow chart, normalisasi, relasi
memerlukan evaluasi dengan data yang antar tabel dan penyusunan kamus data.
dikumpulkan oleh petugas surveilans. Perancangan model logic meliputi
Semakin banyak kebijakan yang ditetapkan penyusunan software dalam program epiinfo
maka semakin banyak pula data yang yang dilengkapi dengan buku panduan cara
dibutuhkan. Ini berarti basis data merupakan menggunakannya.
suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi Selanjutnnya dilakukan uji coba
dan merupakan suatu keharusan. kepada semua yang terlibat langsung untuk
Oleh karena itu, penelitian ini akan memastikan bahwa seluruh komponen sistem
menyusun basis data sistem surveilans sudah berjalan sesuai yang diinginkan.
campak berbasis kasus atau Case Based Setelah melakukan uji coba diminta sarannya
Meales Surveillance (CBMS) yang dapat dengan kuesioner dan masalah yang
memenuhi kebutuhan informasi sistem ditemukan segera dicari pemecahan
surveilans campak berbasis kasus Case Based masalahnya sehingga mendapatkan desain
Meales Surveillance (CBMS) dengan cepat, yang sempurna.
tepat, relevan dan akurat. Penelitian ini akan
mengembangkan basis data sistem surveilans HASIL PENELITIAN
campak berbasis kasus di Kabupaten Informasi surveilans campak
Sidoarjo. berperan penting dalam sistem informasi,
antara lain sebagai sumber penyedia data
METODE PENELITIAN untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi
Jenis penelitian ini adalah actions pengguna atau pengambil keputusan. Tahapan
research berupa pengembangan sistem awal dalam pengembangan sebuah sistem
(system development). Penelitian adalah deskripsi dan analisis masalah pada
pengembangan sistem dapat dikatakan sistem surveilans campak. Hasil Analisis
menyusun sistem baru untuk menggantikan masalah pada sistem surveilans campak yakni
sistem yang lama secara keseluruhan atau pada Tabel 1.
memperbaiki sistem yang telah ada8. Lokasi Berdasarkan analisis masalah sistem
dan waktu penelitian ini adalah Dinas surveilans campak pada Tabel 1, maka dapat
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, mulai bulan disimpulkan bahwa perlu adanya penambahan
Februari hingga April 2016. Responden beberapa informasi pada sistem surveilans
untuk melengkapi data adalah semua petugas campak. Penambahan beberapa informasi

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555


79

Nurul Kutsiyah | Pengembangan Basis Data Sistem….


Jurnal Wiyata, Vol. 3 No. 1 Tahun 2016

pada sistem surveilans campak adalah jumlah


populasi terisiko, kecepatan penemuan kasus,
status gizi kasus, penderita dirawat inap atau
tidak, status imunisasi, serta komplikasi yang
timbul.
Tabel 1. Hasil analisis masalah sistem
surveilans campak
Analisis masalah sistem surveilans campak
Komponen Input
Data tidak segera terkumpul lengkap karena
beberapa data harus melihat catatan lain Gambar 1. DFD level 0 sistem surveilans
seperti tanggal imunisasi campak dan berapa campak berbasis kasus
kali pernah mendapat imunisasi sebelum sakit.
Kendala dalam pengambilan spesimen serum
adalah tidak semua orang tua mau anaknya
untuk dilakukan pengambilan darah.
Komponen Proses
Belum adanya basis data campak
Membuat analisis memerlukan waktu yang
lama karena menghitung manual, modifikasi
data, mencari data tambahan, menbuat rekapan
dan kegiatan lainnya.
Data tidak tersimpan dengan baik yang
berpengaruh pada proses pemberian informasi
yang dibutuhkan.
Komponen Output Gambar 2. Data flow diagram level 0
Informasi yang dihasilkan sering tidak sesuai sistem surveilans campak
dengan yang diharapkan karena informasi berbasis kasus
yang didapatkan sering tidak terisi lengkap
oleh petugas surveilans. Setelah sistem surveilans terbentuk
selanjutnya dilakukan pencarian data
Pengembangan sistem informasi ini informasi baru yang diperlukan. Hasil
merupakan perancangan pengelolaan berbagai informasi baru yang dibutuhkan, kebutuhan
data yang disimpan dalam file, sehingga satu data, dan sumber data dapat dilihat pada tabel
dengan yang lainnya dapat dihubungkan 2. Berdasarkan data informasi data baru yang
membentuk suatu informasi. Pengembangan diperlukan tersebut maka dilakukan
basis data surveilans campak ini pengembangan system CBMS.
menggunakan tahapan pembuatan diagram Pengembangan basis data sistem campak
konteks, DFD, Normalisasi data, dan Entity disajikan pada Gambar 3-8.
Relationship Diagram (ERD) (Gambar 1 dan
Gambar 2).

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555


80

Nurul Kutsiyah | Pengembangan Basis Data Sistem …..


Jurnal Wiyata, Vol. 3 No. 1 Tahun 2016

Tabel 2 Kebutuhan data dan sumber data


Info baru Kebutuhan Sumber data
Data
Jumlah Jumlah Hasil
populasi proyeksi pelacakan,
terisiko penduduk buku proyeksi
penduduk
Kecepatan Tanggal Hasil
penemuan mulai sakit, pelacakan,
kasus tanggal buku status
timbul rash, pasien Gambar 3. Menu entry data form C1
tanggal
laporan
diterima,
tanggal
pelacakan
Status gizi Berat badan Buku status
kasus penderita, pasien hasil
umur pelacakan
penderita
Penderita Tempat Hasil
di rawat berobat pelacakan
inap apa
tidak Gambar 4. Menu entry data form C2
Status Kapan Pelacakan,
imunisasi vaksinasi KMS, catatan
campak bidan/jurim,
yang kartu
tekahir imunisasi
diberikan,
apakah
penderita
pernah di
vaksinasi
campak Gambar 5. Menu entry data form C3
Komplikasi Penyakit Wawancara
yang lain yang Buu status
timbul timbul pasien
saat/setelah
sakit
campak
Pada menu utama tersedia pilihan
entry data dan tabel data. Entry data
digunakan untuk memasukkan data individu
pasien campak. Menu entry data form C-1,C-
2, C-3, dan CKLB-K tersaji berturut-turut Gambar 6. Menu entry data form CKLB-K
pada gambar 3, 4, 5, dan 6.

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555


81

Nurul Kutsiyah | Pengembangan Basis Data Sistem….


Jurnal Wiyata, Vol. 3 No. 1 Tahun 2016

entry data, dan melakukan analisis, juga cara


membuka Epi-map.

PEMBAHASAN
Pengembangan basis data sistem
surveilans campak berbasis kasus atau Case
Based Measles Surveillance (CBMS) di Dinas
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo merupakan
Gambar 7. Menu entry data form CKLB-K upaya untuk mendapatkan gambaran kasus
campak pasti maka dilakukan Sistem
surveilans campak berbasis kasus atau Case
Base Measles Surveillance (CBMS), yaitu
setiap kasus campak klinis dicatat secara
individual (case linelisted) dan konfirmasi
laboratorium dengan pemeriksan serologi
(IgM)10. Agar kegiatan surveilans campak
berbasis kasus atau Case Based Measles
Gambar 8. Menu entry data form CKLB-K Surveilans (CBMS) menjadi lebih baik maka
dalam penelitian ini dikembangkan basis data.
Gambar 3-8 menunjukkan bahwa ada Penelitian ini menggunakan
5 kelompok entitas yang berasal dari form C- pendekatan sistem Input, Proses dan Output.
1, C-2, C-3, dan CKLB-K. Pada relead dari Komponen input dalam pengembangan basis
riwayat sakit semua kasus akan terekam data ini meliputi data, jenis data sumber data
dalam data tersebut. Sedangkan pada relead dan sarana yang dibutuhkan dalam basis data
penyelidikan di Puskesmas KLB hanya yang akan dikembangkan. Komponen Proses
merekam data hasil penyelidikan di wilayah meliputi membuat struktur data yaitu
KLB. Tetapi pada relead pemeriksaan menyusun variabel, normalisasi,
laboratorium yang terekam pada data tersebut keterhubungan antar tabel, dan menyusun
yaitu pasien atau kasus yang diperiksa kamus data9.
laboratorium atau spesimen serumnya saja. Dalam komponen proses juga penting
Pada output akan diperoleh attack dilakukan desain untuk menghindari
rate, distribusi kasus menurut umur, kehilangan data dan mudah memanggil
kecepatan respon, case fatality rate, distribusi kembali apabila diperlukan. Komponen
kasus menurut jenis kelamin. Informasi yang Output adalah informasi yang dihasilkan dari
dibutuhkan akan otomatis muncul pada form proses analisis dan interpretasi data tentang
rekapan tersebut. Pengembangan system kasus campak di Kabupaten Sidoarjo.
CBMS akan diuji coba untuk mengetahui Basis data merupakan kumpulan dari
kemudahan dan kemanfaatan sistem yang data yang saling berhubungan satu dengan
telah dikembangkan. Subjek dari uji coba ini yang lainnya, tersimpan di simpanan luar
adalah petugas surveilans. Uji coba dilakukan komputer dan digunakan perangkat lunak
dengan memberi penjelasan singkat tentang tertentu untuk memanipulasinya. Basis data
cara membuka menu basis data, melakukan merupakan komponen yang penting dalam

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555


82

Nurul Kutsiyah | Pengembangan Basis Data Sistem …..


Jurnal Wiyata, Vol. 3 No. 1 Tahun 2016

sistem informasi, karena berfungsi sebagai berdasarkan kartu atau ingatan saja. Hanya
basis penyedia informasi bagi pemakainya10. kelemahannya pasien jarang sekali membawa
Input pada basis data akan lebih kartu imunisasi, dengan alasan tertinggal
mudah dalam melakukan entri data bila dirumah atau hilang. Ingatan orang tua
menggunakan formulir. Formulir bahkan terpaksa dipakai sebagai sumber data dengan
bukan hanya memudahkan entri data tetapi kelemahan disamping kurang akurat juga sulit
juga menampilkan catatan satu demi satu data mengingat tanggal diberikan imunisasi.
atau input sehingga memudahkan bagi Sumber data lain masih bisa didapatkan dari
pengguna dalam melihat data tersebut. catatan petugas terutama bila imunisasi
Kelebihan menggunakan formulir juga bisa diberikan di Posyandu, sebab biasanya
untuk menguji nilai yang dimasukkan dan memiliki catatan yang baik.
menolak nilai yang salah. Input pada basis
data ini juga menggunakan formulir khusus SIMPULAN
yang didesain sedemikian hingga keuntungan Simpulan yang diperoleh dari
seperti kemudahan dalam entry data, penelitian ini, yaitu:
kelengkapan data dan keuntungan lainnya 1. Hasil analisis terhadap kecukupan tenaga
bisa didapatkan11. Identitas pasien sebagai dan sarana yang dimiliki oleh Dinas
input sistem surveilans campak untuk Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
mengetahui karakteristik orang yang terkena memungkinkann untuk disusun basis data
campak. Variabel yang dicari meliputi umur, dengan menggunakan aplikasi Epi Info.
jenis kelamin, status imunisasi, dan gejala 2. Sistem surveilans campak berbasis kasus
yang timbulya rash12. Variabel umur pada atau Case Base Measles Surveilans di
basis data ini menggunakan cara menghitung Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
tahun mulai tanggal lahir sampai pertama kali yang sedang berjalan masih memiliki
gejala sakit dirasakan. Pekerjaan ini dilakukan masalah input, yaitu data yang di
oleh komputer agar terhindar dari kesalahan. butuhkan masih cukup banyak sehingga
Petugas tinggal memasukkan tanggal lahir petugas surveilans Puskesmas saat
dan tanggal mulai dirasakan sakit secara mengirim laporan ke Dinas kesehatan
otomatis didapatkan umur dalam basis data. Kabupaten Sidoarjo, masih banyak yang
Status imunisasi pasien dapat belum dilengkapi, sehingga saat petugas
digunakan untuk membuat evaluasi program surveilans Kabupaten melakukan input
imunisasi13. Anak yang memiliki kekebalan data harus mengkorfirmasi ulang kepada
meskipun kemasukan kuman campak tidak petugas Surveilans Puskesmas. Data
akan sakit14. Seharusnya ada kajian lebih belum tersusun dalam bentuk yang sesuai
lanjut untuk mengetahui mengapa sudah sehingga pada saat melakukan kompilasi
diimunisasi tetapi tidak kebal. Sistem data, analisis dan membuat informasi
surveilans ini memiliki keterbatasan dalam masih mengalami kesulitan dan
mencari data. Petugas surveilans tidak membutuhkan banyak waktu. Karrena
memiliki kewenangan melihat sistem harus melakukan secara manual.
pemberian vaksin mulai kualitas vaksin, Hambatan juga terjadi pada komponen
teknis pemberian dan sebagainya. Data yang output misalnya saat membuat informasi
bisa didapat adalah status imunisasi dan baru petugas tidak bisa memenuhi sesuai
jadwal imunisasi yang pernah diberikan

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555


83

Nurul Kutsiyah | Pengembangan Basis Data Sistem….


Jurnal Wiyata, Vol. 3 No. 1 Tahun 2016

permintaan karena tidak didukung data Reduction Goal: Results From A Model
yang lengkap. Of Surveillance Data. The Lancet
3. Penelitian ini berhasil menyusun basis 379(9832).
data untuk sistem surveilans campak 2. Rota, P.A., Brown, K.E., Hübschen, J.M.,
berbasis kasus atau Case Based Measles Muller, C.P., Icenogle, J., Chen, M.H.,
Surveillance di Dinas Kesehatan Bankamp, B., Kessler, J.R., Brown,
Kabupaten Sidoarjo. D.W., Bellini, W.J. dan Featherstone, D.,
4. Basis data ini telah dilakukan uji coba 2011. Improving Global Virologic
dan mengalami beberapa kali perubahan Surveillance for Measles and
dan perbailkan sehingga diharapkan Rubella. Journal of Infectious Diseases
mendapatkan desain yang sempurna. Uji 204 (1).
coba telah dilakukan mulai dari entry 3. Antona, D., Lévy-Bruhl, D., Baudon, C.,
data, hingga menghasilkan output yang Freymuth, F., Lamy, M., Maine, C.,
diinginkan , terbukti lebih mudah dan Floret, D. dan Du Chatelet, I.P. 2013.
lebih cepat dalam proses membuat Measles Elimination Efforts and 2008–
informasi serta lebih sesuai dengan yang 2011 Outbreak, France. Emerging
diinginkan Infectious Diseases 19(3).
4. Nyoman, G. 2012. Faktor-Faktor yang
SARAN Mempengaruhi Kejadian Campak di
Saran yang dapat direkomendasikan Wilayah Puskesmas Tejakula I
dari penelitian ini di antaranya sebagai Kecamatan Tejakuli Kabupaten Buleleng
berikut. Tahun 2012. Jurnal Kesehatan
1. Melihat manfaat yang besar dalam Lingkungan 4 (2).
meningkatkan kualitas data informasi 5. Althaus, C.L. dan Salathé, M., 2015.
yang dihasilkan oleh surveilans campak Measles Vaccination Coverage and Cases
berbasis kasus ini sebaiknya pengolahan among Vaccinated Persons. Emerging
data sistem surveilans campak berbasis Infectious Diseases 21(8).
kasus di Dinas Kesehatan Kabupaten 6. Dinkes Kab. Sidoarjo. 2015. Profil
Sidoarjo menggunakan basis data yang Kesehatan Gambaran Derajat Kesehatan
telah selesai disusun ini. Masyarakat di Kabupaten Sidoarjo
2. Sosialisasi dan pelatihan masih selama tahun 2014. Dinkes Kab. Sidoarjo.
diperlukan bagi pertugas surveilans Sidoarjo.
dalam melakukan entry data, membuat 7. Jogiyanto, H.M. 2005. Analisa dan
rekapan serta membuat laporan sehingga Desain Sistem Informasi : Pendekatan
terbiasa menggunakan dan menjadi Terstruktur Teori dan praktik Aplikasi
mudah dalam setiap pengerjaannya. Bisnis. Andi. Yogyakarta.
8. Cakici, B., Hebing, K., Grünewald, M.,
REFERENSI Saretok, P. dan Hulth, A. 2010. CASE: a
1. Simons, E., Ferrari, M., Fricks, J., Framework for Computer Supported
Wannemuehler, K., Anand, A., Burton, Outbreak Detection. BMC Medical
A., dan Strebel, P. 2012. Assessment of Informatics And Decision Making 10(1).
the 2010 Global Measles Mortality

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555


84

Nurul Kutsiyah | Pengembangan Basis Data Sistem …..


Jurnal Wiyata, Vol. 3 No. 1 Tahun 2016

9. Warrener, L., Slibinskas, R., Chua, K.B., 12. Banerjee, A.V., Duflo, E., Glennerster,
Nigatu, W., Brown, K.E., Sasnauskas, K., R. dan Kothari, D., 2010. Improving
Samuel, D. dan Brown, D., 2011. A Immunisation Coverage in Rural India:
Point-of-care Test for Measles Diagnosis: Clustered Randomised Controlled
Detection of Measles-Specific IgM Evaluation of Immunisation Campaigns
Antibodies and Viral Nucleic with and without Incentives. British
Acid. Bulletin of the World Health Medical Journal 340(1).
Organization 89(9). 13. Kroger, A.T., Sumaya, C.V., Pickering,
10. Chaudhry, B., Wang, J., Wu, S., L.K. dan Atkinson, W.L., 2011. General
Maglione, M., Mojica, W., Roth, E., Recommendations on Immunization:
Morton, S.C. dan Shekelle, P.G., 2006. Recommendations of the Advisory
Systematic Review: Impact of Health Committee on Immunization Practices
Information Technology on Quality, (ACIP). Morbidity and Mortality Weekly
Efficiency, and Costs of Medical Care. Report: Recommendations and Reports.
Annals of internal medicine 144 (10).
11. Stockwell, D.C. dan Kane-Gill, S.L.,
2010. Developing a Patient Safety
Surveillance System to Identify Adverse
Events In The Intensive Care Unit.
Critical care medicine 389(1).

P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555

Anda mungkin juga menyukai