Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDUVIDU

MK : KARYA ILMIAH

PERILAKU BERISIKO KURANG GERAK

DOSEN PENGAMPU: M. Faizal Arianto, SKM., M. Kes

DI SUSUN OLEH

NAMA : YOSEP MADAI


NIM : 201913201037
PRODI : IKM
SIMESTER : V ( LIMA )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAPUA SORONG

STUDY ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SORONG
2022
KATA PENGANTAR

  Puji Dan Syukur Saya Panjatkan Kehadirat Tuhan Allah SWT, Karena
Dengan Rahmat Dan Hidayah-Nya Sehingga Saya Dapat Menyusun Makalah Ini
Sebagai Tugas Karya Ilmiah

“perilaku berisiko kurang gerak” tanpa suatu halangan

Apapun.Penulisan Makalah Ini Dimaksudkan Untuk Dimaksudkan Untuk


Memenuhi Tugas Sebagai Karya Ilmiah Perilaku Berisiko Kurang Gerak Dan
Mengenai Survelansi Bencana Sala Satu Akan Memenuhui Tugas Karya Ilmiah
Ini . Maka Saya Berharap Agar Makalah Ini Dapat Bermanfaat Khususnya
Bagi Saya Selaku Penulis Dan Umumnya Bagi Para Pembaca Secara
Umumnya.Saya Menyadari Bahwa Dalampenyusunan Makal Ini Masih Banyak
Kekurangan Dan Masih Jaudari Sempurna. Oleh Karena Itu, Saya Harapkan
Kritik Dan Saran Dari Pembaca Sehingga Dalam Pembuatan Tugas Ini
Selanjutnya Menjadi Lebih Baik Lagi. Semoga Tugas Ini Dapat Bermanfaat
Bagi Kta Semua.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER……………..……………………………………......….I

KATA PENGANTAR………………………………………….……..….......II

DAFTAR ISI…………………………………………………………..…...…III

BAB I PENDAHULAN

A. Latar belakang………………………………………………………...1
B. Rumusan masalah…………………………………………………….2
C. Tujuan penulisan……………………………………………………...3
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………....4

BAB II PEMBABASAN

A. Definisi Perilaku Berisiko Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle…..…..……1


B. Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Berisiko Kurang Gerak……….….….2
(Sedentary Lifestyle)
C. Dampak Perilaku Berisiko Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle………..….3
D. Upaya Mencegah Perilaku Berisiko Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle)...4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………1

B. Sanar……………………………………………………………………..2

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..….10

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi saat ini sangat berpengaruh


terhadap gaya hidup seseorang. Kemajuan teknologi membuat aktivitas
seseorang menjadi berkurang, hal ini disebut dengan sedentary lifestyle.
Sedentary lifestyle merupakan perilaku duduk atau berbaring dalam kehidupan
sehari-hari seperti kerja di depan komputer, membaca, menonton televisi(tv),
bermain game, menggunakan alat transportasi seperti bus, kereta, motor, mobil,
tetapi tidak termasuk tidur.

Sedentary lifestyle dapat menimbulkan dampak negative terhadap kesehatan.


Sedentary lifestyle merupakan perilaku berisiko terhadap penyakit penyumbatan
pembuluh darah, jantung, dan mempengaruhi umur harapan hidup. Sedentary
lifestyle dapat menimbulkan penyakit tidak menular atau penyakit degenerative
seperti overweight, obesitas, diabetes, kolesterol, hipertensi, osteoporosis, dan
penyakit jantung. Penurunan aktivitas fisik dan peningkatan perilaku sedentary
dapat menyebabkan penumpukan kalori dalam tubuh. Penumpukan kalori
berpengaruh terhadap system metabolisme. Kurangnya aktivitas fisik dapat
menyebabkan siklus metabolisme mengalami penurunan sehingga menyebabkan
penurunan massa otot dan menimbun lemak berlebihan dalam tubuh salah
satunya menyebabkan obesitas.

Faktor penyebab sedentary lifestyle antara lain karena pekerjaan, hobi, fasilitas
yang selalu mudah, kebiasaan dan kurang olahraga. Pekerjaan yang
mengeluarkan sedikit energy seperti progammer, penulis dan pekerjaan yang
selalu duduk didepan komputer. Hobi bermain game, menonton televise
membuat seseorang bertahan untuk duduk selama berjam-jam. Fasilitas yang
mudah membuat seseorang yang bekerja di gedung bertingkat tidak

4
menggunakan tangga tetapi lift. Kebiasaan menggunakan tarnsportasi untuk
bepergian jarak dekat merupakan faktor risiko sedentary lifestyle. Kurang
aktivitas olahraga membuat seseorang untuk berperilaku sedentary lifestyle

Penyebab lain sedentary lifestyle adalah teknologi, jenis kelamin, sosial


ekonomi, dan lamanya waktu bekerja. Sedentary lifestyle dilakukan oleh
kalangan masyarakat termasuk remaja. Remaja lebih banyak menghabiskan
waktu untuk menonton televisi, menggunakan komputer dan bermain game.
Lama menonton televise merupakan faktor yang berhubungan dengan indeks
massa tubuh (IMT) remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja laki-
laki lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain game dan menonton
video dibandingkan dengan remaja perempuan
Proporsi penduduk Indonesia kelompok umur lebih dari 10 tahun yang
berperilaku sedentary lifestyle 3-5,9 jam (42,0%), sedangkan yang berperilaku
sedentary lifestyle lebih dari 6 jam adalah Riau (39,1%), Maluku Utara (34,5%),
Jawa Timur (33,9%), Jawa Barat (33,0%), dan Gorontalo (31,5%). Proporsi
sedentary lifestyle lebih dari 6 jam lebih banyak pada perempuan, penduduk
dengan pendidikan rendah, tidak bekerja, dan tinggal di area perkotaan.
Prevalensi obesitas sentral tingkat nasional tahun 2013 adalah 18,8%. Prevalensi
diabetes tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%). Prevalensi penyakit jantung
koroner berdasarkan diagnosis dokter tertinggi Sulawasi Tengah (0,8%).
Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis atau gejala tertinggi
di Nusa Tenggara Timur (4,4%). Prevalensi osteoporosis tertinggi di Nusa
Tenggara Timur (33,1%), Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%).

5
B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas maka saya merumuskan masalah yang saat ini terjadi,
yaitu :

1. Apa saja faktor yang memengaruhi Perilaku Berisiko Kurang Gerak

(Sedentary Lifestyle) ?

2. Apa saja dampak dari Perilaku Berisiko Kurang Gerak (Sedentary

Lifestyle) ?

3. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah Perilaku Berisiko

Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle) ?

6
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi Perilaku Berisiko Kurang

Gerak (Sedentary Lifestyle) ?

2. Untuk mengetahui dampak dari Perilaku Berisiko Kurang Gerak

(Sedentary Lifestyle) ?

3. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah Perilaku

Berisiko Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle) ?

7
D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis ialah manfaat penelitian dari aspek teoritis, yaitu manfaat
penelitian bagi pengembangan ilmu. Penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai Perilaku Berisiko Kurang Gerak (Sedentary
Lifestyle).

2. Manfaat Prakti

Manfaat praktis ialah manfaat penelitian dari aspek praktis atau aplikatif, yaitu
manfaat penelitian bagi program.

1. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang


kesehatan untuk dapat digunakan sebagai dasar dalam mengadakan penelitian
lebih lanjut.

2. Sebagai masukkan guna meningkatkan kesehatan terutama Perilaku

Berisiko Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle).

3. Sebagai masukkan guna meningkatkan hidup yang sehat.

8
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Perilaku Berisiko Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle)

Kata "Sedentary" diciptakan dari kata Latin "Sedere" yang berarti "duduk”.
Perilaku adalah istilah yang digunakan untuk mengkarakterisasi perilaku yang
terkait dengan pengeluaran energi rendah jadi, sedentary lifestyle adalah sebuah
pola hidup dimana manusia tidak terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada
umumnya yang dianggap hidup sehat. Orang dengan sedentary lifestyle sering
mengabaikan aktivitas fisik atau melakukan kegiatan yang tidak membutuhkan
banyak energi. Hal ini dapat terlihat bahwa saat ini orang lebih suka duduk di
depan televise dan computer (Anpa, 2014).

Sedentary lifestyle merupakan sekelompok perilaku yang ditandai dengan sedikit


atau tidak ada gerakan fisik dan pengeluaran energi yang rendah kurang dari 1,5
MET (Metabolic Equivalent Task), MET digunakan untuk menilai pengeluaran
energi selama kegiatan. Berlari menghabiskan energi senilai 8 MET, jalan
cepat memiliki nilai 3-4 MET sementara perilaku menetap adalah setiap kegiatan
yang menghabiskan kurang dari 1,5 MET. Beberapa individu diklasifikasikan
sebagai sedentary karena kurang aktivitas fisik yang bisa dilihat berdasarkan
keterlibatan mereka dalam kegiatan yang tidak memerlukan konsumsi energi yang
tinggi. Para peneliti mengandalkan berbagai pendekatan untuk mengukur
sedentary lifestyle. Hal ini termasuk ; mengemudi mobil, duduk, diam dalam
ruangan dan screen time (Inyang dan Stella, 2015). Sedentary lifestyle
didefinisikan dalam dua posisi (duduk atau berbaring), dan pengeluaran energi
rendah dari 1,0 sampai 1,5 MET (satu MET merupakan pengeluaran rata-rata
energi saat istirahat pada remaja dan dewasa, yaitu 3,5 ml / kg / menit).

9
B. Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Berisiko Kurang Gerak (Sedentary

Lifestyle)

Menurut Inyang dan Stella (2015), ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan sedentary lifestyle, antara lain

1) Faktor demografi (usia dan gender)

Sedentary lifestyle meningkat selama masa kanak-kanak dan masa peralihan


menjadi remaja. Pada anak-anak menonton televisi dan penggunaan komputer
tidak tampak berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Selama masa remaja,
ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa anak laki-laki biasanya
menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan anak perempuan dalam hal
menonton televisi atau menggunakan komputer terutama bermain game komputer.

2) Kemajuan teknologi

Dengan majunya perkembangan teknologi seperti pada zaman sekarang,


kebanyakan anak-anak sudah meninggalkan permainan yang bersangkutan dengan
meningkatnya aktifitas fisik misalnya, bermain petak umpet, berkemah, piknik
serta bermain kejar-kejaran, permainan ini telah disederhanakan dengan
menggunakan computer dan berbagai jenis mesin yang mengurangi aktivitas fisik
sehingga meningkatkan sedentary lifestyles.

3) Etnis dan Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi seperti pendapatan orang tua atau pendidikan, yang
berbanding terbalik dengan sedentary life (yaitu, perilaku menetap cenderung
lebih tinggi pada kelompok status sosial ekonomi rendah). Tingkat menonton
televisi biasanya lebih tinggi pada kelompok etnis “non-white” misalnya, Afrika-
Amerika. Anak cenderung memiliki tingkat sedentary life yang lebih tinggi jika
orang tua atau saudara mereka juga terlibat dalam sedentary life.

4) Penggunaan waktu

Pada saat berakhir pekan rata-rata anak-anak menghabiskan waktu 4-5 jam untuk
melakukan sedentary life seperti duduk atau berbaring sambil menonton televisi,
bermain game elektronik, membaca, dan lain sebagainya. Kemajuan berbagai
bentuk kemudahan (instant) menyebabkan penurunan aktivitas fisik yang
menjurus pada peningkatan

sedentary life pada anak yang menghasilkan pola hidup santai yang
berakibat terhadap obesitas.

10
C. Dampak Perilaku Berisiko Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle)

1. Obesitas

Obestas diidentifikasi sebagai masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia


yang mempengaruhi lebih dari 100 juta orang. Sedentary lifestyle menyebabkan
kelebihan kalori dan asam lemak. Individu yang kurang melakukan aktivitas fisik
(sedentary lifestyle) menyimpan dan menyerap banyak kalori karena pengeluaran
energi berkurang. Penimbunan kalori berlebih yang dapat menyebabkan obesitas
(Setyoadi, Rini, & Novita, Hubungan penggunaan waktu perilaku kurang
gerak (sedentary behaviours) dengan obesitas pada anak usia 9- 11 tahun di SDN
Beiji 02 Kabupaten Tulung angung, 2015).

2. Diabetes Mellitus

Diabetes melitus adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia dan


gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta kekurangan sekresi
insulin. Gejala diabetes melitus ialah polidipsi, poliuria, polifagia, penurunan
berat badan dan kesemutan. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme
secara genetik dan klinis berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Diabetes melitus
terdiri dari dua kategori yaitu diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2.

Diabetes tipe 1 disebut dengan insulin dependent atau childhood onset diabetes
ditandai dengan gejala produksi insulin yang berkurang. Diabetes tipe 2 disebut
noninsulin dependent atau adult onset diabetes disebabkan karena penggunaan
insulin yang tidak efektif oleh tubuh. Diabetes melitus tipe 2 adalah 90% dari
seluruh diabetes. Diabetes gestasional merupakan diabetes yang dialami pada saat
kehamilan. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Impaired Glucose Tolerance
(IGT) dan Glukosa Darah Puasa terganggu (GDP terganggu) atau Impaired
Fasting Glycaemia (IFG) adalah masa transisi antara normal dan diabetes

11
3. Kolesterol

Kolesterol adalah zat lilin yang ditemukan dalam makanan berwarna putih.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dalam
tubuh, adanya ketidaknormalan genetika yang dapat meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Apabila seseorang mengkonsumsi lemak secara
berlebihan maka hati menjadi tidak efektif dalam menghilangkan kolesterol dalam
darah. Kolesterol merupakan susunan beberapa zat termasuk triglycerida, Low
Density Lipoprotein (LDL) cholesterol, dan High Density Lipoprotein (HDL)
cholesterol. Triglycerida merupakan lemak dalam darah yang sering mengalami
peningkatan. Salah satu cara menurunkan triglycerida yaitu dengan mengurangi
konsumsi alkohol, aktivitas fisik secara teratur, mengurangi konsumsi lemak dan
gula, serta menurunkan berat badan.

Seseorang yang melakukan aktivitas fisik, tubuh akan melakukan


pembentukan energi berupa Adenosin TriPhosphate (ATP) pada makanan yang
dikonsumsi. Makanan tidak banyak membentuk menjadi kolesterol sehingga
kadar kolesterol menurun. Seseorang dengan sedentary lifestyle maka kadar
kolesterol di dalam tubuh meningkat.

4. Kekurangan Vitamin

Gaya hidup menetap (sedentary lifestyle) dikaitkan dengan kekurangan vitamin,


terutama vitamin B dan D yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya
seperti osteoarthritis. Perpindahan dari lingkungan luar ke gaya hidup dalam
ruangan telah mengakibatkan tingginya kejadian kekurangan vitamin D yang pada
akhirnya menyebabkan berbagai penyakit tulang dan kerusakan organ seperti

osteoarthritis, hipertensi, gagal jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya


(Musthaq, et al., 2011).

5. Perubahan Otot dan Kulit

Sedentary lifestyle merupakan gaya hidup dengan aktivitas fisik yang sedikit
atau tidak ada aktifitas fisik secara teratur yang menimbulkan perubahan
otot dan kulit. Otot memerlukan olahraga teratur untuk menjadikannya kuat
dan kurangnya aktivitas fisik akan mengurangi kapasitas dan kekuatan otot.
Duduk dalam waktu yang panjang akan mengubah postur tubuh. Mereka yang
duduk selama lebih dari 5 jam sehari berisiko kehilangan kekuatan otot sebesar
1% setiap hari (Inyang & Stella, 2015).

12
6. Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular adalah bagian tubuh yang terdiri dari jantung, arteri dan
vena. Sistem ini bertanggung jawab untuk memompa darah ke seluruh tubuh
sehingga memberikan sistem transportasi yang cepat untuk mendistribusikan
oksigen ke sel-sel tubuh dan juga membuang karbondioksida dan sisa
metabolisme lainnya keluar dari tubuh. Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung
dan pembuluh darah. Proses kontraksi dan relaksasi jantung mengalirkan
darah ke seluruh tubuh dalam waktu 20 detik ketika tubuh sedang beristirahat.
Penyakit kardiovaskular disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat termasuk
merokok, pola makan yang buruk dan perilaku sedentary life (Sjarif D. R., 2011).

D. Upaya Mencegah Perilaku Berisiko Kurang Gerak (Sedentary Lifestyle)

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah sedentary lifestyle yaitu dengan
bergerak aktif. Olahraga adalah salah satu cara yang terbaik untuk mendapatkan
manfaat kesehatan dari aktivitas fisik. Berbagai macam bentuk olahraga dapat
dilakukan seseorang sesuai dengan waktu yang dimiliki. Aktivitas fisik seperti
berjalan kaki, bermain bola, senam, berkebun, dan mengerjakan pekerjaan rumah
tangga sehingga tubuh aktif bergerak dan bermanfaat untuk kesehatan

13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perilaku sedentary lifestyle tidak baik untuk kesehatan karena dapat


menyebabkan penyakit.

2. Kemajuan teknologi salah satunya media online menjadi salah satu faktor
sedentary lifestyle.

3. Kendala yang dihadapi seperti kebiasaan yang sulit diubah.

B. Saran

1. Meningkatkan akifitas fisik seperti berolah raga dan jogging.

2. Mengurangi kebiasaan bermain menonton tv dan bermain game online baik di


handphone dan computer.

3. Mengubah kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada perilaku sedentary


lifestyle.

14
DAFTAR PUSTAKA

F. Fajanah. (2018). “Faktor Determinan Sedentary Lifestyle Pada Remaja (Studi


SMP Negri 29 Semarang”. Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Fadhilatul Mar’ah. (2017). “Hubungan Sedentary Life Dengan Kejadian Obesitas


Pada Anak Di Sdn Mangkura 1 Makassar”. Makassar. Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin.

Riska Risty Wardhani. (2021). “Identifikasi sedentary behaviour di masa


pandemic

covid-19: narrative review”. Yogyakarta. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai