UNIT 2
RANGKAIAN SOP DAN POS
LABORATORIUM DASAR ELEKTRO
Disusun oleh
MUHAMMAD ZIDAN ABDILLAH
3332200101
SS-07
A B F
0 0 1
0 1 0
1 0 1
1 1 1
A B C D X BENAR/ SALAH
0 0 0 0 1 BENAR
0 0 0 1 1 BENAR
0 0 1 0 0 BENAR
0 0 1 1 0 BENAR
0 1 0 0 1 BENAR
0 1 0 1 0 BENAR
0 1 1 0 1 BENAR
0 1 1 1 0 BENAR
1 0 0 0 1 BENAR
1 0 0 1 1 BENAR
1 0 1 0 1 BENAR
1 0 1 1 1 BENAR
1 1 0 0 0 BENAR
1 1 0 1 0 BENAR
1 1 1 0 1 BENAR
1 1 1 1 1 BENAR
Jawab :
Adapun ekspresi POS (product of sum) pada gerbang logika dan
tabel kebenaran diatas adalah:
F = (A+B+C’+D) (A+B+C’+D’) (A+B’+C+D’) (A+B’+C’+D’)
(A’+B’+C+D’)
Jawab:
Bentuk kanonik
Jawab:
Penyederhanaan menggunakan metode quine McCluskey
memberikan hasil yang pasti. Metode ini digunakan untuk
mempresentasikan minimasi ekspresi fungsi Boolean, dan
menyediakan sebuah prosedur sistematis untuk membangun semua
Prime implicant dan kemudian mengambil sebuah set minimum dari
prime yang ada..
Langkah-langkah metode quine Mccluskey untuk menyederhanakan
fungsi Boolean dalam bentul SOP terbagi dalam dua bagian, yaitu:
1) Menentukan term-term sebagai kandidat (prime implicant), dengan
langkah- langkah sebagai berikut:
Terlebih dahulu buatlah table kebenaran
Nyatakan tiap minterm (decimal) dalam n variable menjadi
string bit yang panjangnya n, yang dalam hal ini variable
komplemen dinyatakan dengan ‘0’, variable yang bukan
komplemen dengan ‘1’.
Kelompokan tiap minterm berdasarkan jumlah ‘1’ yang
dimilikinya.
Kombinasikan minterm dalam n variable dengan kelompok yang
lain yang jumlah ‘1’ nya berbeda satu, sehingga diperoleh
bentuk prima (prime implicant) yang terdiri dari n-1 variabel.
Minterm yang dikombinasikan diberi tanda.
Kombinasikan minterm dalam n-1 variabel dengan kelompok
lain yang jumlah ‘1’ nya berbeda satu, sehingga diperoleh
bentuk prima yang terdiri dari n-2 variabel.
Teruskan langkah diatas sampai diperoleh bentuk prima yang
sesederhana mungkin.
2) Memilih prime implicant untuk mendapatkan ekspresi dengan
jumlah literal paling sedikit. Langkah-langkahnya:
Ambil semua bentuk prima yang tidak bertanda. Buatlah table
baru yang memperlihatkan minterm dari fungsi Boolean semula
yang dicakup oleh bentuk prima tersebut. Setiap minterm harus
dicakup oleh paling sedikit satu buuah bentuk prima.
Pilih bentuk prima yang memiliki jumlah literal paling sedikit
namun mencakup sebanyak mungkin minterm dari fungsi
Boolean semula.
BAB III
ANALISA
Ekspresi POS dibentuk dari dua atau lebih fungsi OR yang di AND kan di
dalam
tanda kurung, dan di dalam tanda kurung tersebut bisa terdiri dari dua atau lebih
variable.
Contoh ekspresi POS adalah sebagai berikut :
X = (A+B).(B+C)
X = (B+C+D).(BC+E)
X = (A+C).(B+E).(C+B)
Ekspresi SOP dibentuk dari dua atau lebih fungsi AND yang di OR kan di
dalam
tanda kurung, dan di dalam tanda kurung tersebut bias terdiri dari dua atau lebih
variable. Contoh ekspresi SOP adalah sebagai berikut :
X =AB+AC+ABC
X =ACD+CD+B
X =BCD+ABDE+CD
Ekspresi SOP lebih banyak digunakan daripada ekspresi POS karena sesuai
dengan implementasi pada Tabel Kebenaran.
A B C F Minor
0 0 0 0 m0 (A’B’C’)
0 0 1 0 m1 (A’B’C’)
0 1 0 0 m2 (A’BC’)
0 1 1 1 m3 (A’BC)
1 0 0 0 m4 (AB’C’)
1 0 1 0 m5 (AB’C)
1 1 0 1 m6 (ABC’)
1 1 1 0 m7 (ABC)
tabel 3. 1 bentuk minor
dari tabel diatas mari kita lihat kepada output yang bernilai 1 pada m3 dan
juga m6 untuk kita selesaikan persamaan baru yang sederhana.
F(A,B,C) = m3+m6
F(A,B,C) = (A’.B.C) + (A.B..C’)
F(A,B,C)= B (A’.C + A C’)
Dari perhitungan yang ada diatan menyatakan bahawa dari table 3.1 kita
dapat menyelesaikan persamaan baru yang lebih sederhana yaitu F(a,b,c) =
B(A’.C + A.C’). akan tetapi sebenarnya pada rangkaian ini masih dapat
disederhanakan kembali dikarenakan variable A dan juga C tersebut
membentuk proses gerbang logika XOR.
F(A,B,C) = B (A’.C + A C’).
F(A,B,C) = B (A ⦹ C)
A B C F MAYOR
0 0 0 0 M0 (A+B+C)
0 0 1 0 M1 (A+B+C’)
0 1 0 0 M2(A+B’+C)
0 1 1 1 M3 (A+B’+C’)
1 0 0 0 M4 (A’+B+C)
1 0 1 0 M5 (A’+B+C’)
1 1 0 1 M6 (A’+B’+C)
Tabel 3. 2 Bentuk mayor
Pada bentuk mayor nilai yang perlu diperhatikan sendiri adalah angka 0 agar
bisa terbentuk persamaan baru yang lebih sederhana.
- F=M0*M1*M2*M4*M5*M7
- F=(A+B+C) (A+B+C’) (A+B’+C) (A’+B+C) (A’+B+C’)
(A’+B’+C)
- F=A+B (C+C’) (A+B+C’) A’+B(C+C’) (A’+B’+C)
- F=(A+B) (A+B+C’)(A’+B)(A’+B’+C)
- F=(A+B) (A+B+C’) (A’+(B+B’)+C)
- F= B(A+C)
Dari perhitungan yang ada diatas didapat persamaan baru pada bentuk
mayor yang lebih sederhana dimana pada fungsi F=(A+B+C) (A+B+C’)
(A+B’+C) (A’+B+C) (A’+B+C’) (A’+B’+C) memiliki nilai yang
hasilnya sama besar dengan fungsi yang baru yaitu F = B(A+C).
m0+m2+m3=1
nilai output yang bernilai 1 terletak pada m0,m2, dan m3
Maxterm F=A+B’
F= 0+1
F= M1=0
Nilai output yang bernilai 0 terletak pada M1
Maka sesuai dengan perhitungan yang di peroleh di dapat tabel sebagai berikut.
A B F
0 0 1
0 1 0
1 0 1
1 1 1
Gambar 3. 3 Perbandingan minterm dan maxterm
Selain dapat melihat melalui nilai pada output dari minterm dan juga
maxterm yang sudah di bahas. Kita juga dapat menghasilkan fungsi baru dari
kedua fungsi tersebut. Untuk contoh kita coba selesaikan persyamaan rumit
minterm di konversikan kedalam persamaan maxtterm yang sederhana.
F1=A’B’ +A.B’+A.B dan F2=A+B’
F1=F2
F1= A’B’ +A.B’+A.B
F1= A+B’ (A*A’)(B*B’)
F1= A+B’=F2
Dari penyelesaian diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa pada suatu
fungsi SOP bisa menjadi POS dan begitu juga sebaliknya. Untuk lebih
mempermudah lagi dalam menganalisa maka dibentuk rangkaian logika seperti
pada gambar di bawah ini.
(a)
(b)
3.2.4 Penyederhanaan fungsi logika
Gambar 3. 4 perbandingan a minor b mayor
Pada penyederhanaan fungsi logika kita akan mencoba menyederhanakan
bentuk persamaan SOP dimana, F1=A’B’C’+AB’C’+B.C+A’B’C+AB’C akan
dirubah menjadi F2=B’+BC. Di dalam proses penyederhanaan nya kita akan
menggunakan perhitungan dengan Boolean yang sudah dipelajari, dibawah ini
merupakan bentuk penyederhanaan secara perhitungan nya.
F1=A’B’C’+AB’C’+B.C+A’B’C+AB’C
F1= B’C’(A+A’)+BC (A+A’)+B’C’(A’+A)
F1=B’C’+BC+B’C’
F1=B’+BC=F2
Dari persamaan diatas jika kita menganalisa lagi secara matematis maka
kita dapat menentukan untuk melibatkan salah satu hukum pada Boolean yaitu
hukum komplementasi A+A’ = 1. Kemudian dari persamaan diatas kita dapat
menetukan nilai dari mn yang terdapat pada tabel 3.4 dibawah dimana
karakteristik sOP A = 1 sedangkan A’ = 0 dan juga dapat menghasilkan output
1 jika terdapat inputan yang ada didalam persamaan.
Maka
A’B’C’=000 Output sama dengan 1 [m0]
AB’C’=100 Output sama dengan 1 [m4]
B.C
ABC=111 Output sama dengan 1 [m7]
A’BC=011 Output sama dengan 1[m3]
A’B’C=001 Output sama dengan 1 [m1]
AB’C=101 Output sama dengan 1 [m5]
Bisa dilihat bahwasanya m0,m1,m3,m4,m5, dan m7 merupakan fungsi
SOP yang pasti bernilai 1 maka m2 dan juga m6 akan bernilai 0 karena tidak
termasuk ke dalam variable fungsi SOP. Agar lebih memudahkan dapat
disajikan tabel 3.4 seperti berikut ini,
mn A B C F
m0 0 0 0 1
m1 0 0 1 1
m2 0 1 0 0
m3 0 1 1 1
m4 1 0 0 1
m5 1 0 1 1
m6 1 1 0 0
m7 1 1 1 1
tabel 3. 3 penyederhanaan fungsi logika
Dari Tabel 3. 7 dibawah bisa pula kita konversi sesuatu Tabel Kebeneran Jadi
Peta Karnaugh. Peta Karnaugh ataupun K- mp merupakan sesuatu metode
penyederhanaan ekspresi aljabar Boole dengan metode pemetaan. Pemetaan
pada K- map apabbila keadaan 3 input dengan kriteria persamaan SOP
mempunyai kriteria selaku berikut,
A/BC 00 01 11 10
0 m0 m1 m3 m2
1 m4 m5 m7 m6
Tabel 3. 4 Konversi peta karnaugh
Penjelasan buat Tabel 3. 5 dimana sumbu Vertikkal ialah pemetaan input A
sebaliknya sumbu Horizontal ialah pemetaan dari campuran input BC pada
sebagian keadaan SOP. Hingga dari itu
dari Tabel 3. 4 apabila kita ganti jadi peta karnaugh membentuk hasil semacam
Tabel 3. 6 dibawah,
A/BC 00 01 11 10
0 1 1 1 0
1 1 1 1 0
Tabel 3. 5 peta karnaugh 1
3.2.5 Peta karnaugh
Peta karnaugh sendiri adalah suatu metode dalam pemetaan di percobaan
kali ini. Oleh sebab itu selain memiliki fungsi sebagai pengkolektif serta
perapihan data yang dilakukan secara parameter diatas peta KMAP dapat juga
dijadikan sebagai solusi dalam membentuk persmaan metode SOP ataupun
POS, dipercobaan kali ini diberitahukan data tabel sebagai berikut,
Mn A B C F
m0 0 0 0 0
m1 0 0 1 0
m2 0 1 0 0
m3 0 1 1 1
m4 1 0 0 0
m5 1 0 1 1
m6 1 1 0 1
m7 1 1 1 1
Tabel 3. 6 Kebenran fungsi f pada karnaugh
Maka KMAP yang akan terbentuk adalah sebagai berikut,
A/BC 00 01 11 10
0 0 0 1 0
1 0 1 1 1
Tabel 3. 7 Peta KMAP