Anda di halaman 1dari 57

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA LAJU PERTUMBUHAN MIKROBA

PADA NATA DE WHEY KEFIR BERBASIS INKUIRI TERBIMBING


TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Sidang Munaqasyah

YUSUF JAELANI
1192060119

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2023 M/1444 H
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan salah satu bagian dari sistem pendidikan
yang dilakukan dengan sengaja, bertujuan, dan terkendali untuk membuat
pembelajar atau peserta didik dapat belajar dan mencapai hasil belajar
yang maksimal. Selain itu, dalam pembelajaran terjadi proses interaksi
peserta didik dengan pendidik serta sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran bertujuan untuk membantu proses belajar peserta
didik, yang didalamnya terdapat serangkaian peristiwa yang disusun dan
dirancang secara terstruktur guna mempengaruhi serta mendukung
terjadinya proses belajar peserta didik (Djalal, 2017).
Pembelajaran biologi sangat berhubungan erat dengan kehidupan
sehari-hari. Dalam pembelajaran biologi, peserta didik dituntut untuk
mampu menghubungkan teori yang dipelajari dengan peristiwa kehidupan.
Pembelajaran biologi hendaknya dikaitkan dengan manfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Materi biologi memiliki peranan penting dalam
proses membelajarkan peserta didik terkait fenomena alam secara
bermakna dan utuh (Jamil, G.H, & Darussyamsu, 2021).
Pembelajaran biologi dapat membangun keterampilan tingkat
tinggi pada peserta didik yang menjadi kebutuhan pola pikir seseorang
pada abad ke-21. Keterampilan peserta didik dapat diimplementasikan
melalui kegiatan secara langsung yakni dengan melakukan praktikum,
melalui praktikum dapat meningkatan keterampilan peserta didik salah
satunya keterampilan berpikir kreatif (Suryaningsih, 2017).
Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan
menciptakan ide atau gagasan baru dalam menghasilkan suatu cara untuk
memecahkan masalah (Yudhanegara, 2015). Keterampilan berpikir kreatif
dapat membuat peserta didik mampu menemukan hal-hal baru dalam
penyelesaian suatu permasalahan. Akan tetapi, fokus serta perhatian pada
peningkatan keterampilan berpikir kreatif jarang tersentuh (Zakiah, 2017).
Keterampilan berpikir kreatif menjadi sangat penting yang harus dimiliki
oleh peserta didik untuk mengatasi berbagai permasalahan kompleks di era
industry 4.0 (Santoso & Wulandari, 2020). Selain itu, keterampilan
berpikir kreatif dibangun oleh konsep-konsep yang sudah tertanam pada
diri peserta didik yang kemudian dapat diaplikasikan dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Keterampilan berpikir kreatif ini dapat dikembangkan
melalui kegiatan praktikum salah satunya pada materi bioteknologi
(Wahida, Rahman, & Gonggo, 2015).
Bioteknologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari
tentang pemanfaatan makhluk hidup baik hewan, tumbuhan, maupun
bakteri yang digunakan untuk mengembangkan dan menciptakan produk
baru dengan tujuan memperoleh produk yang lebih baik dari segi kualitas
maupun kuantitas serta singkat dalam waktu produksi (Ningsih, 2021).
Berdasarkan teknik yang digunakan, bioteknologi diklasifikasikan menjadi
dua yaitu bioteknologi modern dan bioteknologi konvensional.
Bioteknologi modern dilakukan melalui pemanfaatan keterampilan
manusia dalam melakukan manipulasi makhluk hidup agar dapat
digunakan untuk menghasilkan produk yang diinginkan manusia, misalnya
melalui teknik rekayasa genetika. Bioteknologi modern berkembang pesat
setelah genetika molekuler berkembang dengan baik yang ditandai dengan
pemahaman struktur DNA hingga berkembangnya molekuler telah
menjadikan pemahaman tentang gen menjadi lebih baik (Nurcahyo, 2011).
Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang
memanfaatkan mikroba untuk memodifikasi bahan dan lingkungan untuk
memperoleh produk optimal. Bioteknologi konvensional memainkan
peran penting dalam pengolahan produk pertanian untuk meningkatkan
nilai gizi, umur simpan dan harga jualnya serta berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas pangan (Pramashinta, Alice, Riska, Listiyana, &
Hadiyanto, 2014). Dalam bioteknologi pangan, mikroorganisme dapat
mengubah substrat suatu bahan menjadi produk yang berbeda melalui
proses fermentasi. Proses fermentasi menghasilkan berbagai macam
produk makanan dan minuman. Adapun contoh pemanfaatan makanan dan
minuman yang termasuk bioteknologi pangan diantaranya roti, tape,
tempe, kecap, yoghurt, tauco, kefir dan nata.
Nata dibuat dari berbagai substrat yang mengandung gula. Starter
yang digunakan dalam pembuatan nata adalah bakteri Acetobacter
xylinum, sehingga jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula,
bakteri ini akan menghasilkan asam asetat dan lapisan putih yang
terapung-apung di permukaan media cair tersebut. Lapisan putih itu yang
dikenal sebagai nata, substrat lain yang sering digunakan dalam
pembuatan nata yaitu nata (nata de pina), kedelai (nata de soya), kelapa
(nata de coco) dan lain sebagainya (Hamad, Handayani, &
Puspawiningtyas, 2014).
Acetobacter xylinum merupakan bakteri gram negatif yang
mensintesis selulosa sebagai bagian dari metabolisme glukosa. Bakteri ini
juga berperan dalam produksi nata de kefir. Menurut Fadilah (2021)
Acetobacter xylinum dapat menghasilkan asam dari glukosa, etil alkohol,
dan propil alkohol serta memiliki kapasitas untuk mempolimerisasi
glukosa untuk membuat selulosa dan tidak menghasilkan indol. Selulosa
kemudian membentuk matriks yang disebut nata. Ketersediaan unsur hara,
pH, suhu dan ketersediaan oksigen menjadi beberapa faktor yang
mempengaruhi fisiologis bakteri tersebut dalam perkembangan nata.
Pada penelitian ini substrat yang digunakan merupakan bagian dari
kefir yang disebut dengan whey kefir kemudian diolah menjadi produk
nata de whey kefir. Kefir merupakan susu fermentasi yang memiliki rasa,
warna dan aroma yang khas. Kefir bergizi tinggi dengan kandungan gula
susu (laktosa) yang relatif rendah dibandingkan susu murni. Whey kefir
dihasilkan dari proses pembuatan kefir, susu terpisah menjadi dadih dan
whey dikarenakan adanya aktivitas mikroba yang terjadi. Whey kefir
dianggap sebagai produk sampingan. Hal ini dikarenakan kebanyakan
orang yang mengkonsumi kefir cenderung lebih memilih dadih yang
menyerupai susu yang berwarna putih dan kental dibandingkan dengan
whey kefir. Namun sebenarnya whey kefir memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan karena di dalamnya mengandung laktoferin tinggi yang berguna
untuk detoksifikasi racun dalam tubuh (Julianto, 2016).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan kepada
mahasiswa semester VIII yang sebelumnya telah melaksanakan praktikum
pembuatan nata diperoleh suatu permasalahan yaitu mahasiswa mengalami
kesulitan dalam merancang pelaksanaan praktikum dan tidak mengetahui
karakteristik mikroba serta laju pertumbuhan mikroba dalam pembuatan
nata. Selain itu, mahasiswa tidak mengetahui produk nata yang substratnya
berasal dari pemanfaatan whey kefir yang masih memiliki kandungan
nutrisi baik bagi tubuh. Kandungan nutrisi yang terdapat dalam whey kefir
diantaranya karbohidrat, protein, dan serat (Kurniati & Listiawati, 2016).
Maka dengan itu, diperlukan adanya perangkat pembelajaran yang
menunjang keberhasilan proses praktikum pembuatan nata de whey kefir.
Perangkat pembelajaran menjadi salah satu alat yang mendukung
dalam keberhasilan pembelajaran. Pada perangkat pembelajaran tertuang
rencana proses pembelajaran, media, dan metode yang akan di gunakan
dalam pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam
mengelola proses belajar mengajar dapat berupa silabus, RPP, dan lembar
kerja yang tentunya dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini perlu
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai guna menjadikan
pembelajaran yang diharapkan dan efektif (Amir, 2015).
Dalam melaksanakan praktikum laju pertumbuhan mikroba pada
nata de whey kefir tentunya diperlukan lembar kerja untuk membantu
melaksanakan praktikum yang dirancang sesuai dengan karakteristik
materi ajar sehingga kompetensi pengetahuan kognitif dan proses sains
pada peserta didik atau mahasiswa dapat optimal. Maka diperlukan adanya
fasilitator dalam melaksanakan praktikum tersebut. Sehingga lembar kerja
perhitungan laju pertumbuhan mikroba pada nata de whey perlu digunakan
untuk memberikan pemahaman ataupun arahan dalam melaksanakan
praktikum.
Lembar kerja merupakan bahan ajar yang dapat digunakan sebagai
penunjang dalam proses pembelajaran serta menjadi solusi dalam
keberhasilan proses pembelajaran terutama dalam praktikum. Lembar
kerja dirancang disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan
disampaikan. Menurut Asnaini (2017) menyatakan bahwa lembar kerja
mampu meningkatkan pemahaman terhadap konsep materi serta mampu
mengefektifkan proses pembelajaran.
Lembar kerja bermanfaat untuk menampilkan informasi terkait
materi yang diajarkan dengan jelas sehingga dalam proses pembelajaran
dapat berjalan dengan lancar dan terstruktur. Selain itu, dengan adanya
lembar kerja dapat dengan mudah mengarahkan peserta didik untuk
menemukan berbagai konsep pembelajaran yang dilaksanakannya baik
individu maupun kelompok (Septantyningtyas, 2021).
Lembar kerja yang dibuat berbasis inkuiri terbimbing karena
metode inkuiri membelajarkan peserta didik berpikir secara analitis dan
mampu memecahkan masalah berdasarkan data penelitian yang diperoleh.
Dalam inkuiri, peserta didik bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist),
melakukan eksperimen dan mampu memiliki sikap ilmiah, antara lain
objektif, ingin tahu, keterbukaan serta tanggung jawab (Yamin, 2013).
Penerapan lembar kerja ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran praktikum mahasiswa serta mampu mengetahui efektifitas
penggunaan lembar kerja berbasis inkuiri terbimbing terhadap
keterampilan berpikir kreatif mahasiswa.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Laju
Pertumbuhan Mikroba Pada Nata de Whey Kefir Berbasis Inkuri
Terbimbing Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yang diperoleh
berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diantaranya sebagai
berikut:
1. Bagaimana tahapan pengembangan lembar kerja laju pertumbuhan
mikroba pada nata de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing?
2. Bagaimana validitas lembar kerja laju pertumbuhan mikroba pada
nata de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing?
3. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa
setelah menggunakan lembar kerja kerja laju pertumbuhan mikroba
pada nata de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing?
4. Bagaimana respon mahasiswa terhadap lembar kerja laju pertumbuhan
mikroba pada nata de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan tahapan pengembangan lembar kerja laju
pertumbuhan mikroba pada nata de whey kefir berbasis inkuiri
terbimbing.
2. Untuk menganalisis validitas lembar kerja laju pertumbuhan mikroba
pada nata de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing.
3. Untuk menganalisis peningkatan keterampilan berpikir kreatif
mahasiswa setelah menggunakan lembar kerja laju pertumbuhan
mikroba pada nata de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing.
4. Untuk mendeskripsikan respon mahasiswa terhadap lembar kerja laju
pertumbuhan mikroba pada nata de whey kefir berbasis inkuiri
terbimbing.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai lembar kerja berbasis inkuiri terbimbing.
Selain itu, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi, acuan
atau bahan dalam penelitian pendukung selanjutya serta menjadi
tambahan informasi dalam menentukan media pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
memahami konsep pembuatan nata serta dapat memiliki ide-ide
dan kreatifitas dalam memanfaatkan produk nata.
b. Bagi Dosen Biologi
Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai media
pembelajaran dalam praktikum bioteknologi khususnya materi
pembuatan nata.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai pengalaman dan
wawasan bagi peneliti tentang upaya meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif mahasiswa melalui penerapan lembar kerja
berbasis inkuiri terbimbing.
E. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini didasarkan pada perhitungan populasi mikroba dalam
nata de whey kefir salah satu materi bioteknologi. Pembelajaran di
laboratorium dilakukan untuk menunjang mahasiswa dalam memahami
konsep biologi salah satunya terkait dengan bioteknologi konvensional.
Praktikum tentunya sangat diperlukan dalam pembelajaran bioteknologi
agar mahasiswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Tentunya dalam
berlangsungnya proses pembelajaran praktikum diperlukan lembar kerja
agar pelaksanaan praktikum efektif dan terarah serta dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif mahasiswa.
Lembar kerja digunakan untuk mengembangkan keterampilan
sains mahasiswa dalam membuat perencanaan, penyelesaian masalah dan
pengambuilan keputusan (Sani, 2014). Lembar kerja berbasis inkuiri yang
digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk membantu proses
pembelajaran biologi yang dapat menjadikan mahasiswa lebih aktif serta
dapat meningkatkan keterampilan sains mahasiswa. Untuk
merealisasikannya, maka dikembangkan lembar kerja berbasis inkuiri
terbimbing (Diniaty, 2015). Lembar kerja inkuiri terbimbing cocok untuk
digunakan pada proses pembelajaran yang melibatkan praktikum.
Pembelajaran dengan lembar kerja berbasis inkuiri terbimbing merupakan
cara yang tepat karena di dalamnya melibatkan mahasiswa dalam
memecahkan masalah (Komalasari, Wahab Jufri, & Didik Santoso, 2019).
Adapun inkuiri terbimbing meliputi 6 tahapan menurut Dasep
(2021) diantaranya:
1. Mengidentifikasi masalah, dimana pada tahap ini mahasiswa diberikan
wacana dan juga pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
akan di praktikumkan.
2. Membuat hipotesis, pada tahap ini mahasiswa diarahkan untuk
merumuskan masalah dan juga merancang hipotesis atau dugaan
sementara berdasarkan wacana yang telah disajikan.
3. Merancang percobaan, pada tahap ini mahasiswa diarahkan atau
dituntun untuk merencanakan percobaan dengan beberapa pertanyaan
yang disajikan.
4. Melakukan percobaan, mahasiswa diarahkan menggunakan alat dan
bahan sesuai dengan prosedur percobaan kemudian mengobservasi
hasil percobaan yang telah dilakukan.
5. Mengumpulkan dan menganalisi data, pada tahap ini mahasiswa
mengidentifikasi hasil percobaan yang telah dilakukan.
6. Membuat kesimpulan, pada tahap ini mahasiswa dituntun untuk
membuat kesimpulan berdasarkan data hasil penelitian.
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berpikir pada penelitian
ini dapat digambarkan pada gambar 1.1.
Analisis Capaian Mata Kuliah Praktikum Bioteknologi

1. Lembar kerja diperlukan untuk membantu Membutuhkan pengembangan


melaksanakan praktikum yang dirancang lembar kerja yang valid, praktis
sesuai karakteristik materi ajar dan efektif untuk digunakan
2. Mahasiswa mengalami kesulitan dalam mahasiswa dalam praktikum
memahami lembar kerja bioteknologi

Pengembangan lembar kerja laju


Tahapan Lembar Kerja Berbasis pertumbuhan mikroba pada nata
Inkuiri terbimbing yaitu : de whey berbasis inkuiri
terbimbing
a. Menganalisis Masalah
b. Membuat Hipotesis
c. Merancang Percobaan
d. Melakukan Percobaan
e. Menganalisis Percobaan
Model pengembangan 3D
f. Membuat Kesimpulan
Studi pendahuluan
Define Analisis Kebutuhan
Studi literatur

Lembar observasi

Design Penyusunan lembar kerja Revisi

Penyusunan soal berpikir Indikator:


kreatif
1. Kelancaran berpikir
2. Fleksibilitas
3. Orisinalitas
4. Elaborasi
(Meida, 2020)

Development Uji validitas para ahli

Pelaksanaan praktikum menggunakan lembar kerja laju


pertumbuhan mikroba pada nata de whey berbasis
inkuiri terbimbing
Lembar
F. Hasil-hasil kerja laju
Penelitian pertumbuhan
Yang Relevan mikroba pada nata de whey
berbasis inkuiri terbimbing
1. Penelitian Hakim (2018) menunjukkan bahwa Lembar Kerja berbasis
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
inkuiri terbimbing direspon baik oleh peserta didik dengan skor 85-
100 yang dikategorikan sangat baik.
2. Penelitian Aisyah (2019) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
lembar kerja berbasis inkuiri terbimbing pada produksi edible film
Nata de Whey Kefir dinilai sangat baik, dibuktikan dengan nilai rata-
rata dosen validator yaitu 82,25 dan nilai rata-rata keterbacaan lembar
kerja dari tanggapan mahasiswa yaitu 88, 12. Sampel CMC memiliki
parameter kuat Tarik tertinggi yaitu 50,95 Mpa; sampel penambahan
0,5% dan 1% memiliki nilai elongasi tertinggi, yaitu 8,3% dan sampel
dengan penambahan CMC 0,5% memiliki ketebalan paling tinggi
yaitu 0,08 mm.
3. Penelitian Syamsu (2018) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
penuntun praktikum IPA berbasis inkuiri terbimbing sangat valid
dengan nilai 3,23, sangat praktis dengan nilai 3,68 oleh guru oleh guru
dan 3,47 oleh siswa dan sangat efektif dengan nilai aktivitas 75,333%,
motivasi dengan nilai 81,81%, dan hasil belajar dengan nilai 81,84%.
4. Menurut Yustinah (2012) dalam jurnal ilmiah penelitian, nata
diproduksi dengan mengolah media fermentasi dengan konsentrasi
sukrosa 6% memfermentasinya selama 8 hari pada pH 5, dan
memanen produk dengan konsentrasi 26,40%
5. Menurut Haris (2015) dalam jurnal biospecies, Acetobacter xylinum
dapat tumbuh dan eberkembang membentuk nata karena mengandung
air, protein, lemak dan karbohidrat.
6. Aspek sikap dan keterampilan proses sains peserta didik mencapai
100 sedangkan aspek pengetahuan mencapai 84,85 % dalam
penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2017). Hal ini
menunjukkan bahwa hasil penelitian pengembangan terhadap lembar
kerja inkuiri terbimbing mendapatkan kriteria sangat baik dan layak
digunakan.
7. Penelitian Indriani dan Bening Bidhi (2019) menunjukkan bahwa
lembar kerja berbasis PjBL yang dibuat tergolong valid dengan skor
rata-rata 82,33% dari tiga dosen professional. Tes terbatas lembar
kerja PjBL memiliki skor rata-rata kategori sangat baik sebesar 89,22.
Nilai rata-rata jawaban siswa terhadap penggunaan lembar kerja PjBL
dalam membuat nata adalah 86,9 termasuk dalam kategori sangat
baik. Uji organoleptic mengungkapkan bahwa 10% Acetobacter
xylinum adalah dosis ideal untuk mengahasilkan nata de dragon.
8. Penelitian Nurhamidah (2018) menunjukkan bahwa lembar kerja
peserta didik berbasis inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dibuktikan dengan hasil analisis soal evaluasi pre-
test dan post-test meningkat diperoleh rerata N-gain 0,70 dengan rata-
rata nilai pre-test 23,97 dan rata-rata nilai post-test 91,47. Kemudian,
hasil uji t menunjukkan bahwa t hitung > t (0,05)(66) yaitu 30,40 > 1,66.
9. Angket respon peserta didik menunjukkan sangat baik terhadap bahan
ajar karena 77,8% peserta didik beranggapan bahwa bahan ajar
berbasis inkuiri terbimbing menarik. Pada ujicoba skala luas, nilai N-
gain yang diperoleh pada kelas eksperimen sebesar 70,74 dengan
kriteria tinggi dalam penelitian yang dilakukan oleh Komala Sari
(2019). Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar IPA berbasis inkuiri
yang dikembangkan dalam kategori layak sehingga dapat diterapkan
dalam pembelajaran.
10. Menurut Rose (2018) dalam jurnal kimia khatulistiwa, koloni bakteri
Acetobacter xylinum dalam jumlah sedikit dapat mempengaruhi
ketebalan nata yang dihasilkan, volume Acetobacter xylinum yang
semakin tinggi menyebabkan meningkatnya kerapatan sel bakteri
sehingga ketersediaan oksigen dalam cairan fermentasi menjadi
rendah, hal ini menyebabkan nata semakin tebal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembar Kerja

Lembar kerja merupakan media, alat instrument atau bahan ajar


yang dapat membantu peserta didik dalam memahami materi. Lembar
kerja sangat berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik mengenai
teori sehingga mampu menghubungkannya dengan kegiatan praktikum.
Lembar kerja ini digunakan sebagai panduan bagi peserta didik selama
proses pembelajaran berlangsung (Diana, 2018). Selain itu, lembar kerja
juga dapat mempermudah pendidik dalam menyampaikan materi yang
diajarkan kepada peserta didik (Islamia, 2019).
Menurut (Nursat, 2016) lembar kerja dapat dijadikan sebagai
bahan ajar berupa beberapa instruksi dalam melakukan kegiatan
pembelajaran yang berkaitan dengan mahasiswa, baik pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas ataupun di laboratorium. Lembar kerja dijadikan
sebagai sarana yang dapat membantu mempermudah kegiatan
pembelajaran dalam mengarahkan pemahaman untuk memahami konsep
materi yang dipelajari. Selain itu, lembar kerja juga digunakan pengajar
untuk dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa menjadi aktif dalam proses
pembelajaran (Afifah R. N., 2018).
Menurut (Ni'mah, 2016) lembar kerja dalam pembelajaran meliputi
beberapa tujuan diantaranya :
1. Membantu mahasiswa untuk mengembangkan dan menemukan
konsep berdasarkan hasil data pengamatan dan data yang diperoleh
melalui eksperimen.
2. Melatih peserta didik menemukan konsep melalui pendekatan
keterampilan proses.
3. Mengaktifkan peserta didik dalam belajar.
4. Membantu pengajar merencanakan kegiatan pembelajaran yang tepat
berdasarkan karakteristik mahasiswa.
Lembar kerja mahasiswa (LKM) adalah salah satu bentuk program
yang berlandaskan tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai
alat untuk mengarahkan peserta didik untuk menemukan konsep-konsep
melalui aktivitas sendiri dan memberikan pengalaman langsung kepada
diri sendiri (Prastowo, 2014).
Lembar kerja digunakan sebagai panduan untuk melatih
pengembangan aspek kognitif mahasiswa maupun semua aspek
pembelajaran dalam bentuk panduan percobaan. Dalam menyusun lembar
kerja yang baik terdapat syarat-syarat yang harus terpenuhi menurut
(Ysiyar, 2017) diantaranya:
1. Syarat didaktik, lembar kerja ini harus bersifat universal yang mana
bisa digunakan bagi peserta didik yang pandai ataupun lamban, dan
mengutamakan penemuan konsep.
2. Syarat kontruksi, yang mana syarat ini berhubungan langsung dengan
tata aturan penulisan dalam KBBI, mencakup susunan kalimat,
kosakata dan juga yang lainnya.
3. Syarat teknis, syarat ini berhubungan dengan penempillan lembar
kerja itu sendiri dan daya kreativitas seperti dalam penempatan
gambar, pemilihan jenis hurup dan yang lainnya.

Struktur lembar kerja secara umum terdiri dari judul, semester,


mata pelajaran atau mata kuliah, petunjuk pembelajaran, capaian
pembelajaran yang harus dicapai mahasiswa dan langkah-langkah yang
harus dilakukan oleh mahasiswa. Langkah-langkah pembelajaran tersebut
disusun sesuai dengan model pembelajaran yang akan diterapkan. Lembar
kerja harus disusun semenarik mungkin sehingga menarik mahasiswa
dalam menggali materi yang dipelajari. Lembar kerja membantu
mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau praktikum
serta mendorong mahasiswa untuk belajar secara mandiri (Rosdiana,
2016).
Langkah-langkah penyusunan lembar kerja menurut (Prastowo,
2014) yaitu sebagai berikut:

1. Analisis kurikulum/Analisis RPS mata kuliah


Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang
berkaitan dengan RPS bioteknologi. Adapun analisis yang dilakukan
merupaakan analisis terhadap materi pembelajaran praktikum
bioteknologi, capaian pembelajaran, dan tujuan pembelajaran yang
harus dicapai oleh mahasiswa.
2. Menyusun peta kebutuhan lembar kerja
Pada tahap ini, dilakukan analisis materi pembelajaran praktikum
yang memerlukan lembar kerja. Kemudian dilakukan analisis pada
lembar kerja yang dibutuhkan.
3. Menentukan judul-judul lembar kerja
Pada tahap ini, judul lembar kerja menentukan ketertarikan
mahasiswa dalam membacanya. Judul lembar kerja ditentukan
berdasarkan capaian pembelajaran, materi pokok dan juga
keterampilan berpikir mahasiswa pada materi sebelumnya.
4. Penulisan lembar kerja
Penggunaan bahasa, susunan kalimat, serta kejelasan kalimat harus
amat diperhatikan sehingga dapat dipahami oleh mahasiswa.
Sistematikan penulisan perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan
tingkat pemahaman mahasiswa dan disusun semenarik mungkin.

Berdasarkan penjelasan diatas, mengenai lembar kerja dapat


disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran terutama pembelajaran
praktikum menggunakan lembar kerja akan mendorong siswa lebih aktif
dan dapat mengembangkan konsep materi yang telah dipelajari serta dapat
meningkatkan keterampilan berpikir. Selain itu, dalam penyusunannya
lembar kerja perlu memperhatikan syarat-syarat yang harus terpenuhi serta
langkah-langkah yang harus dilakukan agar tujuan dari pembuatan lembar
kerja tercapai.
B. Inkuiri Terbimbing

Guided inquiry atau inkuiri terbimbing merupakan salah satu jenis


dari model pembelajaran inkuiri dimana dalam kegiatannya peserta didik
disiapkan dalam situasi pelaksanaan belajar secara mandiri dengan
mengeksplorasi untuk menemukan hasil dari eksperimen, mencari jawaban
atas pertanyaan dengan menghubungkan hasil penemuan dengan
penemuan lainnya yang bertujuan untuk merangsang peserta didik agar
dapat berfikir secara analitis untuk menemukan jawaban dari masalah yang
diberikan (Damayanti & Ngazizah, 2013).
Pada hakikatnya inkuiri terbimbing merupakan tangga untuk
mencari inti dari sebuah informasi di mana hal itu tidak dapat diolah tanpa
adanya masalah. Kegiatan dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing
sangat bervariasi yang mencakup berbagai kegiatan dengan berlandaskan
metode ilmiah, seperti observasi/mengeksplorasi, perumusan masalah serta
pertanyaan, perencanaan investigasi/penyelidikan, melakukan review
informasi yang telah diketahui, pelaksanaan eksperimen atau percobaan
dibantu alat dengan tujuan untuk memperoleh data, analisis juga
interpretasi hasil data yang telah diperoleh, serta memprediksi dan
mengkomunikasikan hasil akhir yang diperoleh (Oktaria, 2017).
Pembelajaran inkuiri terbimbing melibatkan mahasiswa dalam
merumuskan masalah yang mengarahkan untuk melakukan investigasi
dalam membangun pengetahuan dan makna baru. Pendekatan
pembelajaran melalui inkuiri terbimbing dapat mengembangkan atau
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tingg dalam proses
pembelajaran secara mandiri dengan bimbingan pendidik (Wiguna, 2013).
Dalam inkuiri terbimbing mahasiswa diberikan atau disediakan
pentunjuk dan bimbingan eksperimen, sehingga mampu melakukan
penyelidikan materi dan menemukan konsep-konsep yang diharapkan
dengan suatu penuntun berupa pertanyaan-pertanyaan ilmiah serta
didalamnya terdapat bimbingan dari pengajar yaitu petunjuk berupa
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing mahasiswa (Wicaksono,
2013).
Inkuiri terbimbing memiliki beberapa karakteristik menurut
(Hamidah, 2018) yaitu:
1. Inkuiri terbimbing menekankan mahasiswa untuk mencari atau
menemukan pemahaman secara mandiri. Mahasiswa dijadikan sebagai
subjek pembelajaran, dimana bukan hanya menerima materi saja akan
tetapi berperan aktif secara mandiri selama proses pembelajaran
berlangsung.
2. Pada inkuiri terbimbing mahasiswa diarahkan untuk menemukan
jawaban dari pertanyaan dan perintah dari pengajar sehingga dapat
menumbuhkan rasa percaya diri.
3. Inkuiri terbimbing bertujuan agar mahasiswa lebih berperan aktif
selama proses pembelajaran berlangsung, lebih kreatif, mudah
memahami materi dalam setiap pembelajaran secara mandiri, dan
mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik.
Menurut (Wulaningsih, 2012) inkuiri terbimbing dapat membantu
mengembangkan keterampilan proses sains pada kemampuan siswa dalam
semua tingkatan, baik pada jenjang bawah maupun jenjang tinggi yang
dapat membuat siswa turut aktif dalam proses pembelajaran.
Adapun tahap-tahap inkuiri terbimbing menurut (Dasep, 2021)
diantaranya sebagai berikut:
1. Menyajikan masalah atau mengidentifikasi masalah
Pada tahap ini, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok
selanjutnya dengan bimbingan guru, peserta didik
mengidentifikasikan masalah yang terdapat dalam lembar kerja.
2. Membuat hipotesis
Pada tahap ini peserta didik diarahkan untuk merumuskan masalah
dan juga merancang hipotesis atau dugaan sementara berdasarkan
wacana yang telah disajikan.
3. Merancang percobaan
Pada tahap ini, peserta didik diarahkan atau dituntun untuk
merencanakan percobaan dengan beberapa pertanyaan yang disajikan.
4. Melakukan percobaan
Pada tahap ini, peserta didik diarahkan menggunakan alat dan
bahan sesuai dengan prosedur percobaan kemudian mengobservasi
hasil percobaan yang telah dilakukan.
5. Mengumpulkan dan menganalisis data
Pada tahap ini, peserta didik dituntun untuk mengidentifikasi hasil
percobaan yang telah dilakukan.
6. Membuat kesimpulan
Pada tahap ini, peserta didik dituntun untuk membuat kesimpulan
berdasarkan data hasil penelitian.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Berpikir merupakan aspek dari eksistensi manusia dengan


mewujudkan eksistensinya melalui jalan proses berpikir. Proses berpikir
manusia terdiri dari dua bentuk yaitu proses berpikir tingkat rendah dan
proses berpikir tingkat tinggi. Berpikir kreatif termasuk kedalam proses
berpikir tingkat tinggi. Pada hakikatnya, berpikir kreatif berhubungan
dengan kebaruan, mencipta sesuatu yang baru, serta membuat sesuatu
yang telah ada menjadi sesuatu yang unik (Zubaidah, 2017).
Berpikir kreatif dapat menghasilkan pemikiran yang bermutu,
pengetahuan tersebut tentunya perlu dilaksanakan dengan pengetahuan
serta pengembangan pemikiran yang baik (Febrianti, 2018). Berfikir
kreatif merupakan cara untuk mengahsilkan kemungkinan ide ataupun
gagasan yang baru untuk memecahkan suatu permasalahan.
Berdasarkan beberapa definisi para ahli yang telah dipaparkan
dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kreatif merupakan cara
berpikir dengan memperhatikan intuisis serta merangsang pengetahuan
untuk mendapatkan wawasan serta ide-ide baru yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan secara sistematis dan fleksibel.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk
menganalisis sesuatu berdasarkan informasi atau data yang tersedia dan
menemukan banyak kemungkinan jawaban pada suatu permasalahan yang
penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
Kemampuan berpikir kreatif atau kreativitas, dari segi keilmuan dikatakan
sebagai pemikiran yang orisinil, dan gagasan yang solutif dalam mengatasi
permasalahan. Keterampilan berpikir kreatif sendiri memiliki komponen
yaitu fluency, flexibility, originality, elaboration (Qomariyah, 2021).
Komponen atau indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kreatif

Indikator Kemampuan
No Penjelasan
Berpikir Kreatif
1. Kemampuan seseorang menghasilkan
Berpikir lancar (fluency)
banyak gagasan
2. Kemampuan seseorang menciptakan
gagasan atau ide dari kategori yang berbeda-
Berpikir luwes (flexibility) beda atau kemampuan seseorang dalam
memandang suatu objek, situasi, atau
masalah
3. Bentuk keaslian berpikir seseorang
mengenai sesuatu yang belum dipikirkan
Berpikir orisinil (originality) oleh orang lain atau pemikirannya tidak
sama dengan pemikiran orang-orang pada
umumnya
4. Kemampuan seseorang dalam memerinci
Kemampuam memerinci
suatu gagasan pokok ke dalam gagasan yang
(Elaboration)
lebih kecil

Kemampuan berpikir kreatif artinya tidak hanya mengaitkan aspek


kognitif tetapi juga afektif, motivasi, dan karakteristik lain sehingga dapat
menimbulkan pemahaman baru, ide atau produk yang bermakna. Oleh
karena itu, kemampuan berpikir kreatif menjadi salah satu jenis berpikir
yangsangat menarik, terkait dengan keterampilan kognitif dan kemampuan
menemukan solusi terhadap suatu permasalahan (Mardhiyana, 2016).

D. Bioteknologi

Bioteknologi merupakan pemanfaatan sistem kehidupan dan


organisme untuk menggambarkan atau membuat produk baru dengan
memanfaatkan makhluk hidup atau hasil turunanya untuk menghasilkan
atau hasil turunannya untuk menghasilkan atau memodifikasi produk atau
proses untuk penggunaan tertentu (Wardani & Agustin, 2017).
Bioteknologi pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu
bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern. Bioteknologi
konvensional merupakan sebuah penerapan bioteknologi untuk
menghasilkan produk yang hanya menggunakan organisme sebagai
pengaruh bentuk dan gizi melalui proses fermentasi. Contohnya pada
pembuatan kefir, nata, yoghurt dan lain-lain. Sedangkan bioteknologi
modern merupakan proses memproduksi produk dan jasa dengan
menggunakan peralatan canggih sehingga produk dan jasa yang dihasilkan
dijamin keseterilannya, kualitasnya serta dapat di produksi dalam jumlah
yang besar. Contohnya tanaman trasngenik (Zulfiani, 2012).
Bioteknologi tradisional/konvensional yaitu bioteknologi yang
sudah ada sejak lama yang digunakan tanpa rekayasa genetika atau
memfokuskan pada cara seleksi alam makhluk hidup seperti mikroba yang
digunakan dalam memodifikasi lingkungan untuk menghasilkan produk
(Wusqo, 2014). Sejalan dengan pendapat (Prasetyo, 2021) yang
menyatakan bahwa bioteknologi tradisional/konvensional adalah
bioteknologi yang menggunakan prinsip yang sederhana dan
menghasilkan produk dalam jumlah terbatas dengan memanfaatkan
organisme secara langsung untuk menghasilkan suatu produk pangan atau
sandang melalui proses fermentasi.
Karakteristik dari bioteknologi konvensional yaitu menggunakan
mikroba sebagai agen pengubah substrat menjadi produk. Selain itu,
menggunakan alat yang sederhana, pengolahannya menggunakan proses
fermentasi, sehingga membutuhkan waktu yang lama dan menghasilkan
produk yang terbatas. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi produk
dari bioteknologi konvensional ini seperti waktu proses fermentasi, hal ini
akan berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan (Prasetyo, 2021).
Perkembangan bioteknologi konvensional tidak terjadi hanya pada
teknologi pengolahan pangan, seperti pembuatan minuman beralkohol
(bir, anggur) dan makanan (roti dan keju). Akan tetapi, berkembang
hingga pada aspek kesehatan, pemuliaan tanaman, dan peternakan. Berikut
ini beberapa pemanfaatn bioteknologi dalam beberapa bidang kehidupan
(Firmansyah, 2017).
1. Bidang Pertanian
Budidaya pertanian dan peternakan juga tidak lepas dari pengaruh
bioteknologi konvensional. Berbagai cara dilakukan manusia mulai
dari penyilangan yang menghasilkan varietas baru, perbanyakan
vegetatif, hingga radiasi untuk mendapatkan sifat baru yang dapat
dikembangkan. Teknologi pemupukan juga mengalami perubahan.
Pemupukan alami dan buatan dari bahan sintesis telah dikembangkan
untuk meningkatkan produksi pertanian.
Perbanyakan vegetatif yang dikembangkan untuk meningkatkan
produksi pertanian, antara lain setek, cangkok, dan kultur jaringan.
Berbeda dengan setek dan cangkok yang dilakukan di lingkungan
terbuka, kultur jaringan dilakukan di laboratorium. Kultur jaringan
merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi dan
menumbuhkan bagian tanaman atau jaringan tersebut dalam medium
buatan secara aseptik.
2. Bidang Peternakan
Penerapan bioteknologi konvensional juga terjadi pada
peningkatan produksi di bidang peternakan. Sejak dahulu, manusia
telah berusaha mengawinkan hewan-hewan ternak untuk memperoleh
bibit unggul. Para peternak menyadari pentingnya bibit unggul untuk
meningkatkan produksi daging, telur, dan susu yang berkualitas.
3. Pengobatan dan Kesehatan
Pada bidang pengobatan dan kesehatan, bioteknologi konvensional
telah menghasilkan berbagai macam obat, di antaranya adalah
antibiotik dan vaksin. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh
mikro organisme seperti jamur atau bakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan hingga mematikan mikroorganisme lainnya.
4. Lingkungan
Bioteknologi lingkungan adalah salah satu pemanfaatan
bioteknologi yang banyak melibatkan mikroorganisme untuk
menungkatkan kualitas lingkungan hidup manusia dan alam
sekitarnya. peningkatan kualitas lingkungan tersebut seperti
pencegahan terhadap masuknya berbagai polutan agar lingkungan
tidak terpolusi. membersihkan lingkungan yang terkontaminasi oleh
polutan dan membendayakan sumber daya alam yang masih memiliki
ulai tambah untuk meningkatkan kesehajteraan hidup manusia.
5. Bidang Pengolahan Makanan
Mikroorganisme merupakan kelompok makhluk hidup
mikroskopis yang dapat dijumpai hampir di semua tempat dan
biasanya berasal dari kelompok bakteri atau jamur. Salah satu
kemampuan mikroorganisme tersebut adalah dapat menghasilkan
enzim yang disekresikan keluar tubuhnya. Enzim tersebut secara
alami berfungsi untuk menguraikan substrat atau bahan makanan di
sekelilingnya menjadi makanan baginya. Proses ini dikenal dengan
fermentasi. Proses ini dapat mengubah berbagai bahan mentah
menjadi bahan yang berguna bagi manusia. Sejak lama, manusia
menggunakan ragi atau khamir (Saccharomyces cereviceae) dalam
pembuatan minuman beralkohol dan sebagai pengembang roti. Pada
kondisi anaerob ragi memfermentasikan gula menjadi alkohol dan
CO2. Selain ragi, banyak agen biologi lain berperan dalam
pengolahan bahan pangan. Adapun beberapa contoh pemanfaatan
bioteknologi konvensional disajikan pada Tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2. Contoh Pemanfaatan Bioteknologi Konvensional

Makhluk Hidup yang


No. Kegunaan/Hasil Bahan Mentah
Berperan

Saccharomyces
1. Roti
cereviceae

Gambar 2.1 Roti


Sumber : (Nur'utami, 2020)

Streptococcus
2. Yoghurt thermopilus,
Lactobacillus bulgaricus

Gambar 2.2 Yoghurt


Sumber : (Rangkuti, 2017)

Rhizopus oligosphorus
3. Kedelai
Rhizophus oryzae

Gambar 2.3 Tempe


Sumber : (Suknia, 2020)

Kedelai Aspergillus oryzae

4.

Gambar 2.4 Tauco


Sumber : (Djajasoepena,
2014)
Aspergillus oryzae
5. Kedelai
Saccaharomyches rouxxi

Gambar 2.5 Kecap


Sumber : (Meutia, 2016)

Monilia sitophila
6. Bungkil kedelai
Rhizophus oligosporus

Gambar 2.6 Oncom


Sumber : (Darmawan, 2022)

Saccharomyces
7. Donat
cereviceae

Gambar 2.7 Donat


Sumber : (Yunindya, 2020)

VCO
Saccharomyces
8. (Virgin Coconut
cereviceae
Oil)

Gambar 2.8 VCO (Virgin


Coconut Oil)
Sumber : (Aditiya, 2014)

9. Kefir Lactobacillus bulgaricus

Gambar 2.9 Kefir


Sumber : (Safitri, 2013)
10. Kelapa Acetobacter xylinum
Gambar 2.10 Nata de coco
Sumber : (Hamad,
Handayani, &
Puspawiningtyas, 2014)

E. Fermentasi

Fermentasi merupakan proses perubahan secara biokimia pada


bahan pangan yang melibatkan aktivitas mikroorganisme dan metabolit
aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut. Produk
fermentasi dihasilkan oleh aktivitas bakteri asam laktat, jamur dan khamir.
Mikroba yang melakukan fermentasi membutuhkan energi yang diperoleh
dari glukosa. Terdapat dua jenis berdasarkan mikroorganismenya menurut
(Setiarto, 2020) yaitu:
1. Fermentasi spontan, dalam fermentasi ini tidak ditambahkan
mikroorganisme dalam bentuk starter, tetapi mikroorganisme yang
berperan aktif tumbuh secara spontan karena kondisi lingkungan
hidupnya, dimana aktivitas dan pertumbuhannya dirangsang dengan
adanya garam. Contohnya pada pembuatan sayur asin.
2. Fermentasi tidak spontan, ditambahkan mikroorganisme dalam bentuk
starter. Mikroorganisme akan merubah bahan yang difermentasi
menjadu produk yang diinginkan, contohnya pada nata.

Menurut (Firmansyah, 2017) agar fermentasi dapat berjalan


optimal, maka terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Aseptis
Aseptis merupakan proses sterilisasi atau menurunkan adanya
kontaminasi pada alat, bahan, produk dan ruang proses. Hal ini
dilakukan pada disinfeksi terhadap udara maupun benda yang ada
dalam proses pembuatan fermentasi.
2. Komposisi medium pertumbuhan
Suatu bahan yang terdiri dari campuran yang digunakan dalam
pembiakan mikroba dalam fermentasi. Faktor-faktor penting bagi
komposisi medium pertumbuhan adalah nutrisi, oksigen, kelembaban,
pH, suhu dan kontaminan lainnya.
3. Inokulum
Inokulum yaitu kegiatan pemindahan mikroorganisme yang telah
diinokulasikan ke dalam sebuah inang, dalam proses pemindahan
tersebut mikroorganisme yang digunakan harus dalam keadaan hidup
atau berada pada kondisi sehat.
4. Kultur dalam fermentasi
Kultur yaitu bahan yang terdiri dari nutrient yang digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme. Kultur dalam fermentasi dapat
dibedakan berdasarkan susunan kimia, konsistensi dan fungsinya.
Kultur dalam fermentasi digolongkan menjadi empat, yaitu kultur
anorganik, kultur organik, kultur sintetik serta kultur non sintetik
(Kristiandi, 2021).

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup mikroskopis yang


dapat dijumpai di hampir semua temoat dan biasanya berasal dari
kelompok bakteri atau jamur. Salah satu kemampuan mikrooganisme
tersebut adalah dapat menghasilkan enzim yang disekresikan keluar
tubuhnya. Enzim tersebut secara alami berfungsi untuk menguraikan
substrata tau bahan makanan di sekelilingnya menjadi makanan baginya.
Proses ini dikenal dengan fermentasi. Proses ini dapat mengubah berbagai
bahan mentah menjadi bahan yang berguna bagi manusia (Kristiandi,
2021). Mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi pembuatan
nata adalah Acetobacter xylinum.
Acetobacter xylinum merupakan bakteri gram negatif yang tidak
membentuk endospora, tidak membentuk pigmen, dan permukaan dinding
selnya berlendir. Adapun penampakan bakteri Acetobacter xylinum dapat
dilihat pada Gambar 2.11 berikut:

Gambar 2.11 Bakteri Acetobacter xylinum


Sumber: (Giswantara, 2019)
Menurut Madigan, dkk (2012) klasifikasi ilmiah bakteri
Acetobacter xylinum adalah sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Protobacteria
Kelas : Alphaproteobacteria
Ordo : Rhodospirllales
Famili : Acetobacteraceae
Genus : Acetobacter
Spesies : Acetobacter xylinum
Dalam pembuatan nata, peranan dari Acetobacter xylinum
diperlukan untuk menyintesis kandungan gula dalam media menjadi
selulosa. Untuk memperoleh hasil yang baik, media harus disesuaikan
dengan syarat tumbuh Acetobacter xylinum, konsentrasi gula, lama
fermentasi, sumber nitrogen, serta kandungan nutrient dalam media
bersangkutan (Putri, 2021). Selain itu, bakteri Acetobacter xylinum mampu
memproduksi biofilm selulosa. Selulosa yang dihasilkan oleh bakteri
tersebut dimanfaatkan sebagai pangan, salah satunya dalam pembuatan
nata de whey kefir.
F. Kefir

Kefir merupakan produk fermentasi yang dapat dibuat dari susu


sapi, kambing, kerbau, unta dan kedelai dengan penambahan biji kefir
sebagai starter yang terdiri dari sejumlah bakteri asam laktat (BAL) dan
yeast yang terikat dalam matriks polisakarida (O'Brien, 2016). Susu yang
telah difermentasi akan mengalami penurunan pH yang mengakibatkan
protein susu mengalami koagulasi sehingga akan membentuk bagian
padatan (curd) yang terpisah dari bagian cairan (whey) (Julianto, 2016).
Kefir memiliki konsistensi dan penampakan seperti yoghurt
dengan sedikit beraroma alkohol. Kefir tergolong sebagai pangan
fungsional karena teruji secara klinis memiliki efek menguntungkan bagi
kesehatan dan termasuk kedalam makanan probiotik karena mengandung
bakteri baik yang dapat memperbaiki sistem mikroflora usus dan
menghambat pertumbuhan bakteri patogen di dalam usus (Sawitri, 2011).
Kefir optima merupakan jenis kefir yang banyak dikonsumsi
masyarakat. Apabila kefir optima mengalami pemisahan antara fraksi cair
dan padat, maka terbentuklah kefir whey berbentuk cairan dan kefir prima
yang berbentuk padatan. Manfaat kesehatan akan diperoleh dari whey kefir
apabila dikonsumsi sesuai dengan anjuran yang biasanya tergantung dari
berat badan seseorang. Penduduk di eropa mengonsumsi kefir whey untuk
diet, karena diduga kefir whey memiliki kandungan lemak yang rendah
dan protein yang tinggi. Kefir whey mengandung protein, laktosa (gula
susu), mineral serta dapat menjadi minuman isotonik karena sesuai dengan
cairan tubuh manusia (Rizqiati, 2022).
Menurut (Julianto, 2016) dalam proses fermentasinya, kefir akan
terpisah menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat dan fraksi cair. Fraksi padat
mengandung sebagian protein dan lemak susu. Kefir fraksi padat tersebut
memiliki ukuran yang kecil sehingga mudah dicerna dan mengandung
lactase yang merupakan enzim untuk mencerna laktosa serta mengandung
banyak vitamin dan mineral meliputu kalsium, fosfor, magnesium, vitamin
B2, vitamin B12, vitamin A dan vitamin D.
G. Whey Kefir

Menurut (Kurniati & Listiawati, 2016) pembentukan whey


berlangsung selama proses pembentukan kefir, susu terpisah menjadi
dadih dan whey dikarenakan adanya aktifitas mikroba yang terjadi di
dalam kefir. Whey kefir merupakan salah satu jenis kefir yang berupa
cairan bening yang dibentuk saat terjadi proses pemisahan susu oleh kefir
grain menjadi dua bagian yaitu curd (dadih) dan whey adalah cairan
beningnya (Yoanda, 2022).
Whey kefir masih kaya akan nutrisi terutama kandungan
karbohidrat yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk dijadikan produk
lanjutan salah satunya dalam pembuatan nata de whey kefir (Aisyah,
2019). Bahan organik yang terkandung dalam whey merupakan media
yang bak bagi pertumbuhan mikroorganisme sebagai sumber karbon,
hidrigen, nitrogen dan oksigen (Febrisiantosa, 2013).
Kandungan yang terdapat dalam whey kefir dapat dimanfaatkan
sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Adapapun
kandungan whey kefir berdasarkan lama konsentrasi starter optimum dapat
dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini:
Tabel 2.3 Kandungan Whey Kefir

No. Komposisi Jumlah


1. Asam laktat 0,36%
2. Protein 1,07%
3. Lemak 1,45%
4. Karbohidrat 7,96%
5. Serat 0,57%
(Kurniati & Listiawati, 2016)

H. Nata de Whey Kefir

Nata merupakan produk hasil fermentasi menggunakan mikroba


Acetobacter xylinum. Nata dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku
air kelapa, limbah cair tahu, whey kefir, dan lainnya. Nata merupakan
suatu gel, tidak larut dalam air dan terbentuk pada permukaan media
fermentasi. Mikroba Acetobacter xylinum akan membentuk nata jika
ditumbuhkan pada media yang sudah diperkaya karbon (C) dan nitrogen
(N) melalui proses yang di kontrol (Anam, 2019).
Nata memiliki bentuk gel dengan tekstur yang kenyal, padat,
berwarna putih dan sedikit transparan. Nata biasanya digunakan sebagai
bahan makanan pencuci mulut maupun sebagai makanan kaleng yang
dicampur dengan buah-buahan segar. Acetobacter xylinum yang terdapat
pada pembuatan nata berperan dalam produksi selulosa (Majesty, 2014).
Nata termasuk makanan dengan nutrisi kaya akan serat yang sangat
baik bagi tubuh dan salah satu produk SCP (Single cell protein) yang
potensial dikembangkan. Pembuatan nata dilakukan untuk menghasilkan
nata dengan serat yang baik bagi tubuh dan juga merupakan penghasil
bakteri selulosa (Santosa, 2012). Nata tersusun oleh jaringan mikrofibril
yang merupakan tipe selulosa dengan struktur kimia mirip selulosa yang
disintesis oleh tumbuhan tingkat tinggi. Nata memiliki kalori yang rendah,
kadar serat 2,5% dan kadar air 98%. Adanya serat yang terkandung inilah
yang menajadikan nata termasuk makanan sehat karena dapat membantu
penderita diabetes dan melancarkan pencernaan (Sihmawati, 2014).
Saat ini, nata tidak hanya dibuat dari kelapa, namun dalam
perkembangannya berbagai media dapat digunakan dngan syarat cukup
sumber karbon dan nitrogen serta persyaratan tumbuh yang lain seperti pH
dan suhu. Nata dapat dibuat dari berbagai media baik itu limbah pertanian
atauppun bukan. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengolah
limbah pertanian menjadi prosuk yang memiliki nilai ekonomi dan
manfaat bagi kesehatan (Afifah D. , 2019).
Pembuatan nata dilakukan dengan menggunakan substrat whey
kefir kemudian ditambahkan gula dan urea. Hal tersebut sangat penting
agar dapat mengetahui bahwa komponen penting dari media pertumbuhan
nata adalah karbon dan nitrogen yang akan memberikan nutrisi untuk
Acetobacter xylinum. Kedua zat tersebut berpotensi mengatur sumber daya
nutrisi untuk Acetobacter xylinum, meskipun belum optimal. Menurut
(Nurdiansyah, 2022) faktor lain selain dari nutrisi yang diperlukan, dalam
pembuatan nata juga harus diperhatikan faktor suhu dan tingkat keasaman
(pH). Suhu optimal yang diperlukan untuk pembuatan nata pada umumnya
berkisar 28-32°C. Sedangkan pH optimal 3,5-4 yang akan membentuk
nata menjadi lebih tebal.
Proses pembuatan nata dapat melalui 6 tahapan menurut (Rizal,
2013) diantaranya: pertama, penyaringan dan pengenceran cairan, kedua,
pemanasan, ketiga inokulasi dengan starter, keempat fermentasi, kelima
panen nata dan penetralan, dan keenam dilakukan pengemasan nata. Hal
ini pun berlaku dalam proses pembuatan nata de whey kefir. Adapun
mekanisme pembuatan nata de whey kefir disajikan dalam Gambar 2.12
sebagai berikut:

Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu, 1 Liter whey kefir dimasukkan kedalam panci
serta dilakukan pengukuran pada setiap yang sebelumnya telah disaring untuk
bahan yang akan digunakan sesuai takaran menghilangkan kotoran

Pengukuran pH dilakukan menggunakan Whey kefir dipanaskan diatas kompor hingga


kertas lakmus hingga pH 4-4,5. Apabila mendidik, kemudian tambahkan gula 25 gr,
tidak sampai pH 4-4,5 maka ditambahkan urea 3 gr dan diaduk hingga merata
asam cuka

Pengukuran pH dilakukan menggunakan


Larutan whey kefir dituangkan pada nampan
kertas lakmus hingga pH 4-4,5. Apabila
menggunakan saringan untuk menghilangkan
tidak sampai pH 4-4,5 maka ditambahkan
buih dan busa
asam cuka

Kertas buram yang steril disimpan diatas Cairan pada nampan ditunggu hingga dingin,
nampan yang kemudian direkatkan kemudian ditambahkan bibit/starter bakteri
menggunakan karet Acetobacter xylinum sebanyak 500 ml

Nata de whey kefir difermentasi selama 14 Setelah 14 hari, nata de whey kefir dicuci
hari pada suhu ruang dan dilakukan hingga bersih dan direbus selama 10 menit
pengamatan setiap 2 hari sekali sampai hari pada air mendidih, lalu ditiriskan dan dipotong
ke 14 fermentasi untuk siap dikonsumsi

Gambar 2.12 Mekanisme pembuatan nata de whey kefir


Dalam proses pembuatan nata, terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatanya. Menurut (Putri, et al.,
2021) untuk menghasilkan produk nata yang maksima perlu diperhatian
beberapa faktor diantaranya:

1. Jenis dan konsentrasi medium


Medium fermentasi ini harus banyak mengandung karbohidrat
(gula) disamping vitamin dan mineral, karena pada hakekatnya nata
tersebut adalah slime (menyerupai kapsul) dari sel bakteri yang kaya
selulosa yang diproduksi dari glukosa oleh bakteri (starter).
2. Jenis dan konsentrasi starter
Pada umumnya starter yang digunakan yaitu yang lebih produktif
dari jenis starter lainnya, sedang konsentrasi 5-10% merupakan
konsentrasi yang ideal.
3. Lama fermentasi
Lama fermentasi yang digunakan dalam pembuatan nata pada
umumnya 2-4 minggu. Minggu ke-4 dari waktu fermentasi merupakan
waktu maksimal produksi nata, yang berarti lebih dari 4 minggu
produksi nata akan menurun.
4. Suhu fermentasi
Pada umumnya suhu untuk pertumbuhan bakteri pembuat nata
adalah suhu kamar (28°C) suhu yang terlalu rendah maupun terlalu
tinggi akan mengganggu pertumbuhan bakteri pembuat nata yang
akhirnya juga akan menghambat produksi nata.
5. Tempat fermentasi
Tempat fermentasi sebaiknya tidak terbuat dari unsur logam karena
mudah korosif yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme
pembuat nata. Disamping itu, tempat fermentasi diupayakan untuk
tidak mudah terkontaminasi, tidak terkena cahaya matahari secara
langsung, jauh dari sumber panas, dan jangan sampai langsung
berhubungan dengan tanah.

I. Pertumbuhan Mikroba

Pembuatan nata tentunya terdapat pengaruh dari pertumbuhan


mikroba yang berperan dalam keberhasilan dalam pembuatan nata.
Mikroba yang berperan dalam pembuatan nata adalah Acetobacter
xyilinum. Acetobacter xyilinum dapat membentuk selulosa pada nata Pada
saat awal pertumbuhan bakteri akan meningkat dengan konsumsi oksigen
sebelum terbentuk lapisan yang ditandai dengan perubahan fisik pada nata
yaitu terjadi keruhnya larutan. Ketika bertumbuhan tersebut, hanya bakteri
yang berada dalam permukaan yang bisa berhubungan dengan udara
menghasilkan selulosa dengan bentuk lembaran gel.
Adapun tahap-tahap pertumbuhan bakteri Acetobacter xyilinum
dalam kondisi normal menurut (Hamad, Handayani, & Puspawiningtyas,
2014) yaitu sebagai berikut:
1. Fase adaptasi
Pada fase ini bakteri akan menyesuaikan diri dengan substrat dan
kondisi lingkungan di sekitarnya. Pada fase inipun akan terjadi
aktivitas metabolisme dan pembesaran sel. Lama sel ditentukan oleh
medium dan lingkungan pertumbuhan serta jumlah inokulum. Fase
adaptasi akan dicapai antara 0-24 jam atau 1 hari sejak dilakukannya
inokulasi.
2. Fase pertumbuhan awal
Pada fase ini, sel akan mulai membelah dengan kecepatan rendah.
3. Fase pertumbuhan eksponensial
Pada fase ini pertumbuhan mikroba sangat cepat sehingga disebut juga
dengan fase pertumbuhan logaritmik. Fase ini dapat dicapai dalam
waktu antara 1-5 hari tergantung kondisi lingkungan disekitar proses
fermentasi. Bakteri Acetobacter xyilinum akan mengeluarkan enzim
ekstraseluler polymerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun
polimer glukosa menjadi selulosa. Fase ini akan sangat menentukan
tingkat kecepatan suatu starter Acetobacter xyilinum dalam
membentuk nata.
4. Fase pertumbuhan lambat
Pada fase ini ketersediaan nutrisi akan berkurang dikarenakan
terdapatnya metabolic yang bersifat toksit dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan umur sel telah tua. Pertumbuhan bakteri
tidak lagi stabil akan tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih
banyak di produksi pada fase ini.
5. Fase pertumbuhan
Pada fase ini, jumlah sel yang tumbuh relative sama dengan jumlah sel
yang mati. Hal ini dikarenakan dalam media sudah terjadi kurangnya
nutrisi pada fase sebelumnya. Pada fase ini sel akan lebih tahan
terhadap kondisi lingkungan yang tidak stabil jika dibandingkan
dengan fase-fase yang lainnya.
6. Fase menuju kematian
Pada fase ini, bakteri mulai mengalami kematian karena nutrisi telah
habis dan sel kehilangan banyak energi cadangannya.
7. Fase kematian
Pada fase kematian, sel dengan cepat mengalami kematian yang
dipengaruhi oleh nutrisi, lingkungan dan jenis bakteri yang
terkandung didalamnya. Bagi bakteri Acetobacter xyilinum, fase ini
dicapai setelah hari kedelapan sampai dengan hari kelima belas.
Adapun tahap-tahap pertumbuhan bakteri Acetobacter xyilinum
dalam kondisi normal dapat dilihat pada Gambar 2.13 berikut ini :
Gambar 2.13 Laju Petumbuhan Acetobacter xyilinum
(Sumber: Hamad, 2014)

J. Lembar Kerja Berbasis Inkuiri Terbimbing

Penggunaan lembar kerja dalam proses pembelajaran praktikum


dapat mempermudah mahasiswa dalam memahami konsep materi
praktikum serta meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan
berdampak pada kualitas hasil belajar mahasiswa (Murti, 2022). Lembar
kerja yang digunakan berbasis inkuiri terbimbing, dimana setiap tahapan
pada lembar kerja disesuaikan dengan sintaks atau tahapan pembelajaran
yang ada dalam inkuiri terbimbing.
Inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang
memotivasi mahasiswa untuk belajar melalui kegiatan pengamatan atau
penyelidikan. Inkuiri terbimbing dapat membantu mahasiswa berpikir
kreatif dan menemukan solusi kreatif dari suatu permasalahan. Hal ini
sejalan dengan pernyataan (Santoso & Wulandari, 2020) yang menyatakan
bahwa aspek-aspek pada berpikir kreatif dapat ditingkatkan melalui tahap-
tahap model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dalam inkuiri terbimbing
mahasiswa tidak hanya diberikan pengetahuan melainkan dibimbing untuk
membangun sendiri pengetahuannya (Kurniati, Soetjipto, & Indana, 2018).
Tahapan pembelajaran pada inkuiri terbimbing yang diterapakan
dalam lembar kerja mampu melatih setiap aspek kemampuan berpikir
kreatif mahasiswa. Pada tahap identifikasi masalah mampu melatih
mahasiswa dalam berpikir lancara (fluency). Hal ini disebabkan karena
pada tahap ini mahasiswa mencoba untuk memberikan banyak cara atau
saran terhadap hal yang diamatinya dengan memberikan sejumlah
gagasan, jawaban penyelesaian masalah atau pertanyaan. Sesuai dengan
pernyataan (Kurniati, Soetjipto, & Indana, 2018) yang menyatakan bahwa
pengajuan masalah dengan mengungkapkan berbagai macam pertanyaan
dari suatu informasi merupakan salah satu bentuk kegiatan yang mengarah
pada pengembangan berpikir kritis dan kreatif.
Pada tahapan membuat hipotesis dan rumusan masalah dapat
melatih aspek berpikir luwes (flexibility). Sesuai dengan pernyataan (Fitri
& Lestari, 2013) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir luwes pada
mahasiswa dicirikan dengan kemampuan mahasiswa dalam memikirkan
berbagai macam cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Tahapan mengumpulkan dan menganalisis data dalam sintaks
inkuiri terbimbing mampu meningkatkan aspek berpikir orisinal
(originality) Hal ini dikarenakan mahasiswa selalu mencoba memikirkan
ide, cara-cara baru, unik, dan tidak biasa dilakukan oleh orang lain dalam
melakukan penyelidikan. Berpikir orisinal (originality) menyebabkan
seseorang mampu melahirkan ungkapan-ungkapan yang baru dan unik
ataupun mampu menemukan kombinasi-kombinasi yang tidak biasa dari
unsur-unsur yang biasa (Qomariyah, 2021).
Tahapan merancang percobaan, melakukan percobaan,
mengumpulkan dan menganalisis data serta membuat kesimpulan pada
sintaks inkuiri terbimbing mampu meningkatkan aspek berpikir memerinci
(elaboration). Hal ini dikarenakan dalam setiap tahapan pada inkuiri
tersebut mahasiswa selalu mencoba untuk memperkaya atau
mengembangkan gagasan yang ada serta menganalisi data yang lebih
detail dari data yang sudah ada. Hal ini sejalan dengan pernyataan
(Qomariyah, 2021) yang menyatakan bahwasannya berpikir memerinci
(elaboration) menyebabkan seseorang mampu memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan yang sudah ada.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap
tahapan inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam lembar kerja dapat
meningkatkan semua aspek yang ada pada berpikir kreatif yaitu berpikir
lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinal (originality),
dan berpikir memerinci (elaboration). Tahapan inkuiri terbimbing dapat
meneukan solusi kreatif dari suatu permasalahan sehingga membantu
mahasiswa dalam berpikir kreatif.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian dalam penelitian ini menggunakan


pendekatan campuran yaitu kualitatif dan kuantitatif yang disesuaikan dan
merujuk pada data yang diperoleh dan digunakan berupa angka dan
deskripsi. Pendekatan kuantitatif merujuk pada teknik analisis dan
penafsiran angka sedangkan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif
analitik dengan hasil penelitian berupa pemaparan data (Salim & Haidir,
2019).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian dan
pengembangan (Research and Development). Research and Development
merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan
suatu produk baru atau menyempuranakan produk yang telah ada.
Prosedur penelitian dalam mengembangkan suatu produk memperlihatkan
adanya proses penelitian dan pengembangan (Sutarti & Irawan, 2017).
Tahapan dalam penelitian pengembangan merujuk pada model 4-D
menurut Khotim (2015) yang terdiri atas analisis kebutuhan (define), tahap
perancangan (design), tahap pengembangan (development), dan tahap uji
coba (disseminate). Akan tetapi, pada penelitian ini tahapan penelitian
pengembangan hanya sampai tahap pengembangan (development). Model
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model 3-D (Three-D).
Menurut Alqadri (2021) menyebutkan bajwa model 4D dimodifikasi
menjadi 3D (Define, Design, dan Development) yang dikembangkan oleh
Thiagarajan.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut:

1. Jenis Data
Jenis data penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil lembar observasi,
validator berupa komentar, kritik dan saran untuk perbaikan terhadap
produk yang dikembangkan serta respon siswa berupa angket
mengenai pembelajaran praktikum. Sedangkan, jenis data kuantitatif
diperoleh dari penilaian oleh validator ahli materi dan ahli lembar
kerja serta data hasil kemampuan berpikir kreatif melalui pretest dan
posttest.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer yang didapatkan pada penelitian
pengembangan ini berasal dari hasil studi pendahuluan, hasil
validitas lembar kerja, hasil penelitian berupa pretest dan posttest,
serta lembar observasi dan angket respon. Data yang didapatkan
dari hasil studi pendahuluan dengan mahasiswa semester VIII
yang telah melaksanakan praktikum bioteknologi, digunakan
sebagai sumber informasi studi pendahuluan. Adapun data yang
diperoleh dari hasil validasi yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kelayakan kualitas produk dilakukan oleh tiga orang
validator. Dua dosen pendidikan biologi sebagai ahli materi dan
satu dosen pendidikan biologi sebagai ahli lembar kerja.
Kemudian data yang diperoleh dari hasil penelitian kepada
mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Biologi di UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, berupa hasil pretest dan posttest
yang dalam peningkatan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa
menggunakan lembar kerja laju pertumbuhan mikroba pada nata
de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing. Selanjutnya dari
lembar observasi dan angket respon mahasiswa terkait dengan
pembelajaran praktikum menggunakan lembar kerja laju
pertumbuhan mikroba pada nata de whey kefir berbasis inkuiri
terbimbing.
b. Data Sekunder
Data ini digunakan peneliti sebagai penunjang data primer
pada penelitian yang dilakukan. Data tersebut diperoleh dari RPS
mata kuliah praktikum bioteknologi serta literatur, buku dan
jurnal. Data ini akan dijadikan sebagai bahan kajian pustaka yang
mendukung keberhasilan penelitian.
3. Populasi dan Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian harus representatif atau
yang mewakilkan populasi penelitian. Sampel pada penelitian ini
diambil menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini
merupakan metode penerapan sampel melalui pemilihan beberapa
sampel tertentu yang dianggap sesuai dengan tujuan atau
permasalahan penelitian pada sebuah populasi (Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
2016).
a. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh mahasiswa yang
terlibat sebagai sumber pemilihan pengambilan suatu sampel.
Pada penelitian ini populasinya merupakan mahasiswa dari
semester VI Program Studi Pendidikan Biologi UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, yang terdiri dari 5 kelas dengan total 118
orang
b. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 21 mahasiswa dari kelas
VI E. Sampel dari populasi ditentukan oleh pihak dosen
pengampu mata kuliah praktikum bioteknologi dengan teknik
sampling yang digunakan yaitu teknik purposive sampling.

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data


penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
tercantum pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik
Instrumen
No. Sumber Data Jenis Data Pengumpulan
Penelitian
Data
Aktivitas peneliti dan
mahasiswa selama
Lembar
pembelajaran
observasi
Peneliti dan praktikum pembuatan
1. Observasi aktivitas
Mahasiswa nata de whey dengan
peneliti dan
menggunakan lembar
mahasiswa
kerja berbasis inkuiri
terbimbing
Validitas materi dan Angket
2. Dosen Ahli Validasi ahli
validitas lembar kerja validasi
Peningkatan berpikir Soal uraian
kreatif mahasiwa dengan
Test (Pretest
3. Mahasiswa sesudah menggunakan indikator
dan posttest)
lembar kerja berbasis keterampilan
inkuiri terbimbing berpikir kreatif
Respon mahasiswa
terhadap pembelajarna
Lembar angket
praktikum dengan Respon
4. Mahasiswa respon
menggunakan lembar mahasiswa
mahasiwa
kerja berbasis inkuiri
terbimbing

D. Instrumen Penelitian

Instrumen digunakan untuk untuk memudahkan pengambilan data.


Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar
observasi, angket validasi, soal tes dan lembar angket respon. Instrumen
penelitian ini dipaparkan lebih lanjut pada poin-poin berikut :
1. Lembar Validasi Ahli
Angket validasi ini diberikan kepada validator yang ahli dalam
bidang materi. Penggunaan lembar validasi bertujuan untuk menilai
kelayakan lembar kerja berbasis inkuri terbimbing. Lembar validasi
terdiri atas lembar validasi ahli materi dan validasi ahli lembar kerja.
Lembar validasi ahli materi terdiri dari 15 pertanyaan mengenai aspek
kelayakan isi, kelayakan penyajian. Lembar validasi ahli lembar kerja
terdiri dari 15 pertanyaan mengenai aspek fisik lembar kerja, desain
lembar kerja dan desain isi lembar kerja.
2. Soal Tes Keterampilan Berpikir Kreatif
Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengukur kemajuan atau
perkembangan mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaran
praktikum dengan menggunakan lembar kerja laju pertumbuhan
mikroba pada nata de whey berbasis inkuiri terbimbing. Instrumen
yang digunakan untuk mengetahui peningkatan mahasiswa dalam
keterampilan berpikir kreatif pada mata kuliah praktikum bioteknologi
khususnya pada materi pembuatan nata de whey kefir. Tes dilakukan
dalam bentuk tulisan sebanyak 15 soal uraian. Indikator keterampilan
berpikir kreatif yang diukur dalam penelitian ini yaitu fluency,
flexibility, originality dan elaboration.
Soal-soal tersebut terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing, kemudian dilakukan revisi pada soal tersebut,
selanjutnya soal yang telah divalidasi oleh dosen pembimbing
dilakukan uji coba soal. Uji coba ini dilakukan pada 20 orang
mahasiswa semester VIII di Prodi Pendidikan Biologi UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Mahasiswa tersebut sebelumnya telah
menerima materi praktikum bioteknologi khususnya dalam pembuatan
nata pada saat semester VI.
3. Angket atau Kuisioner
Angket ini digunakan untuk mengetahui respon mahasiswa
terhadap pembelajaran praktikum bioteknologi khususnya pembuatan
nata menggunakan lembar kerja laju pertumbuhan mikroba pada nata
de whey berbasis inkuiri terbimbing. Pertanyaan yang digunakan
terkait pada aspek tanggapan mahasiswa terhadap lembar kerja yang
digunakan pada proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini
dapat dijadikan data pendukung dalam analisis data (Idrus, 2021).
Angket yang digunakan merupakan angket skala likert dengan jenis
pertanyaan positif dan negatif. Kisi-kisi angket respon mahasiswa
disajikan pada Tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Respon Mahasiswa
Nomor Angket
Pertanyaan Jumlah
Positif Negatif
Aspek Kemenarikan Tampilan dan Isi Lembar Kerja Mahasiswa 5
(LKM)
Tampilan lembar kerja berbasis inkuiri 1
terbimbing menarik untuk dipelajari
Design Lay-out (tata letak, teks, dan 2
gambar) membuat lembar kerja menarik
untuk dipelajari
Sedikitnya penggunaan warna dalam lembar 3
kerja membuat tidak tertarik untuk
membaca lembar kerja
Adanya ketertarikan pada isi lembar kerja 4
membuat mudah dalam mengisi lembar
kerja tersebut
Tulisan yang digunakan dalam lembar kerja 5
ini tidak dapat terbaca dengan jelas
Aspek Kemudahan dalam Membaca Isi Lembar
Kerja Mahasiswa (LKM)
2
Tata bahasa yang digunakan dalam lembar 6
kerja ini mudah dipahami
Lembar kerja tidak dapat dibaca dengan 7
mudah
Aspek Keterpahaman terhadap Isi Lembar Kerja
Mahasiswa (LKM)
Kalimat dan paragraf yang digunakan dalam 8
lembar kerja ini jelas dan mudah dipahami
Huruf yang digunakan tidak mudah dibaca 9 3
Materi yang disajikan dalam lembar kerja 10
ini tidak mudah dipahami

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah kemudian


dianalisis. Data penelitian yang dianalisis berasal dari soal uji coba,
validasi ahli, hasil pretest dan postest, serta angket respon mahasiswa.
Teknik analisis data yang digunakan peneliti yakni analisis soal uji coba,
analisis validasi, analisis data hasil keterampilan berpikir kreatif dan
analisis respon mahasiswa. Adapun cara dilakukannya analisis
menggunakan perhitungan sebagai berikut :
1. Analisis Soal Uji Coba
Sebelum dilakukannya penelitian peneliti terlebih dahulu
menganalisis butir soal berpikir kreatif, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan 25 soal uji coba berbentuk uraian. Uji coba soal
dilakukan kepada mahasswa yang telah melakukan praktikum
bioteknologi yaitu mahasiswa semester VIII Program Studi
Pendidikan Biologi. Tujuan dari analisis uji coba ini untuk melihat
kekurangan dari setiap soal tes agar layak digunakan. Analisis butir
soal meliputi tahapan uji validitas, uji reliabilitas, daya beda, dan
tingkat kesukaran. Hasil analisis butir soal dilakukan menggunakan
bantuan software ANATES URAIAN dengan tujuan agar lebih akurat
dan mempermudah proses analisis.
a. Uji Validitas Soal
Analisis validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan mahasiswa terkait materi praktikum yang telah
dilaksanakan. Untuk menafsirkan koefisien korelasi uji validitas,
disajikan pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Soal

Batasan Kriteria
0,90≤ rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,70≤ rxy ≤ 0,90 Tinggi
0,40≤ rxy ≤ 0.70 Sedang
0,20≤ rxy ≤ 0,40 Rendah
0,00≤ rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah
rxy < 0,00 Tidak valid
(Arikunto S. , 2013)

b. Uji Reliabilitas Soal


Uji reliabilitas berkaitan dengan derajat konsistensi suatu
instrument, suatu tes dapat dikatakan reliabel apabila selalu
memberikan hasil yang sama bila diteskan pada waktu yang sama,
namun pada waktu yang berbeda. Interpretasi koefisien derajat
reliabilitas yang digunakan untuk menafsirkan hasil disajikan
pada Tabel 3.4 dibawah ini:
Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas

Besarnya Reliabilitas Kategori


0,00 – 0,19 Sangat rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto S. , 2013)

c. Daya Pembeda
Daya pembeda dari suatu butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut membedakan antara mahasiswa
yang dapat menjawab soal dengan tepat dan mahasiswa yang
tidak dapat menjawab soal tersebut dengan tepat. Tabel klasifikasi
daya pembeda yang digunakan disajikan pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal

Daya Pembeda Klasifikasi Soal


0,00-0,19 Buruk
0,20-0,39 Cukup
0,40-0,69 Baik
0,70-1,00 Baik Sekali
(Lestari & Yudhanegara, 2015)

d. Uji Tingkat Kesukaran


Perhitungan tingkat kesukaran soal merupakan pengukuran
seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Tabel kriteria indeks
kesukaran yang digunakan disajikan pada Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran

Besar P Interpretasi
0,00 – 0,30 Soal sukar
0,31 – 0,70 Soal sedang
0,71 – 1,00 Soal mudah
(Arikunto, 2015)
Berdasarkan pada hasil analisis uji coba soal, terdapat 19 soal
yang dinyatakan valid untuk digunakan sebagai soal penelitian.
Peneliti memilih 15 soal valid, yang mana soal-soal tersebut telah
mewakili seluruh indikator keterampilan berpikir kreatif dan capaian
pembelajaran praktikum bioteknologi.

2. Analisis Data Penelitian


a. Validasi Ahli Lembar Kerja Berbasis Inkuiri Terbimbing
Untuk mengetahui apakah lembar kerja berbasis inkuiri
terbimbing yang dikembangkan telah memenuhi standar, maka
digunakan uji validasi ahli. Instrumen penelitian yang digunakan
disusun dengan skala pengukuran rating-scale. Penelitian
mengunakan angket berbentuk rating scale yang memiliki empat
poin alternatif jawaban, yaitu sangat baik = 4, cukup baik = 3,
kurang baik = 2 dan tidak baik = 1 (Arikunto, 2015).
Untuk menghitung nilai validasi ahli (Va) dapat
mengunakan rumus sebagai berikut :
TSe
Va= × 100
TSh
Keterangan : Va : Validasi ahli
TSe : Total skor empiris
TSh : Total skor maksimal
Adapun kriteria validitas lembar kerja berbasis inkuiri
terbimbing akan disajikan pada Tabel 3.7 berikut ini:

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Uji Validasi

No. Kriteria Validitas Tingkat Validitas


Sangat valid, atau dapat digunakan tanpa
1. 85,01% - 100,00%
revisi.
Cukup valid, atau dapat digunakan namun
2. 70,01% - 85,00%
perlu direvisi kecil
Kurang valid, atau dapat digunakan namun
3. 50,01% - 70,00%
perlu direvisi besar
4. 01,00% - 50,00% Tidak valid, atau tidak boleh dipergunakan
(Akbar, 2013)
3. Analisis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa
Menggunakan Lembar Kerja Berbasis Inkuiri Terbimbing
Pada rumusan masalah ketiga terkait dengan peningkatan
keterampilan berpikir kreatif mahasiswa pada praktikum pembuatan
nata de whey kefir menggunakan lembar kerja berbasis inkuiri
terbimbing dianalisis dengan data yang diperoleh dari pretest dan
posttest melalui langkah berikut:
1) Analisis N-gain
Analisis N-gain ini digunakan untuk melihat apakah terjadi
peningkatan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa ketika
mahasiswa menggunakan lembar kerja berbasis inkuiri
terbimbing. Gain pada penelitian ini adalah perubahan
keterampilan yang dimiliki oleh mahasiswa setelah menerima
treatment atau mengikuti pembelajaran praktikum menggunakan
lembar kerja berbasis inkuiri terbimbing. Gain yang diperoleh
kemudian dinormalisasi oleh selisih antar skor. Perubahan yang
terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran kemudian dihitung
menggunakan faktor gain (N-Gain) dengan rumus sebagai
berikut:
Skor Post Test−Skor Pre Test
N−Gain=
Skor Ideal−Skor PreTest
Keterangan :
Skor ideal = nilai tertinggi yang diperoleh mahasiswa
Setelah diperoleh hasil skor N-Gain dari masing-masing
mahasiswa maka dapat ditentukan apakah lembar kerja tersebut
efektif atau tidak berdasarkan kategori pada Tabel 3.8 di bawah
ini:
Tabel 3.8 Kategori pembagian skor N-Gain
No Nilai N-Gain Kategori
1 g > 0,7 Tinggi
2 0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
3 g < 0,3 Rendah
(Wahyuni, 2018)

4. Analisis Angket Respon Mahasiswa


Penggunaan angket pada penelitian ini bertujuan menjawab
rumusan masalah kelima untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan lembar kerja laju pertumbuhan populasi pada nata de whey
kefir berbasis inkuiri terbimbing. Untuk mengetahui data kuantitatif
dari hasil angket yang dikumpulkan penulis menggunakan skala
Likert, jawaban yang menggunakan skala Likert memiliki opsi gradasi
dari sangat positif sampai sangat negative seperti SS (Sangat Setuju)
dan STS (Sangat Tidak Setuju). Kemudian untuk mengukur variable
penulis menjabarkan indikator yang dimiliki variabel dan dijadikan
sebagai tolak ukur untuk menyusun pertanyaan-pernyataan (Sugiyono,
2019). Berikut adalah rumus untuk menghitung presentase hasil
angket respon yang diberikan kepada mahasiswa:
Jumlah skor
Persentase angket= × 100 %
Jumlah skor ideal
(Sugiyono, 2013)
Skor dari tiap pernyataan dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini:

Tabel 3.9 Skor Jenis Pernyataan

Skor Jenis Pertanyaan


Alternatif Jawaban
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Skor tersebut dapat diimplementasikan dari tinggi ke
rendah dengan kategori yang ada pada Tabel 3.10 berikut ini:

Tabel 3. 10 Kategori Kualifikasi Angket


Kualifikasi Kategori
0% - 20% Sangat lemah
21% - 40% Lemah
41% - 60% Cukup
61% - 80% Kuat
81% - 100% Sangat kuat
(Riduwan, 2013)

F. Tahapan Penelitian

Penelitian pengembangan lembar kerja laju pertumbuhan nata de


whey kefir berbasis inkuiri terbimbing ini menggunakan model
pengembangan merujuk pada model 4-D menurut Khotim (2015) yang
terdiri atas analisis kebutuhan (define), tahap perancangan (design), tahap
pengembangan (development), dan tahap uji coba (disseminate). Akan
tetapi, pada penelitian ini tahapan penelitian pengembangan hanya sampai
tahap pengembangan (development). Model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model 3-D (Three-D). Menurut Alqadri (2021)
menyebutkan bajwa model 4D dimodifikasi menjadi 3D (Define, Design,
dan Development) yang dikembangkan oleh Thiagarajan.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian pengembangan
akan dipaparkan sebagai berikut :

a. Define (Analisis Kebutuhan)


Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan mahasiswa dan
mengidentifikasi masalah yang terjadi bertujuan untuk menetapkan
serta mendefinisikan kebutuhan pembelajaran praktikum yang
dihadapi dan masalah yang dialami dalam pembelajaran praktikum
terkait dengan bahan ajar berupa lembar kerja yang akan
dikembangkan. Melalui analisis kebutuhan, peneliti dapat mengetahui
keadaan yang terjadi dalam proses praktikum bioteknologi.
1) Analisis Masalah
Tahap analisis masalah, peneliti mencari informasi dengan
melakukan observasi berupa penyebaran angket studi
pendahuluan kepada mahasiswa semester VIII yang telah
melaksanakan praktikum bioteknologi terkait masalah yang
terjadi dalam praktikum bioteknologi khususnya pada pembuatan
nata. Dari hasil pencarian informasi ini bertujuan sebagai bahan
dasar dan masukan untuk proses penyusunan lembar kerja
berbasis inkuiri terbimbing pada praktikum pembuatan nata.
2) Analisis Konsep
Tahap analisis konsep, peneliti menentukan konsep-konsep
penting dan menganalisis materi praktikum pembuatan nata yang
harus dikuasai oleh mahasiswa.
3) Analisis RPS Mata Kuliah Bioteknologi
Tahap ini peneliti menentukan capaian pembelaran dan tujuan
praktikum yang akan dicapai mahasiswa.
b. Design (Perancangan)
Tahap design merupakan tahap lebih lanjut yang dilakukan peneliti
setelah dilakukannya tahap analisis. Tahap ini bertujuan untuk
menemukan cara yang efektif untuk mengembangkan produk
berdasarkan data yang telah diperoleh sebelumnya. Pada tahap ini
dilakukan beberapa kegiatan yaitu:

1) Penyusunan Instrumen
Instrumen yang disusun dalam penelitian ini yaitu instrumen
lembar validasi produk dan instrumen lembar angket respon
mahasiswa. Instrumen lembar validasi produk merupakan
instrumen yang diberikan kepada validator bertujuan untuk
menilai kelayakan lembar kerja laju pertumbuhan mikroba pada
nata de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing dalam praktikum
bioteknologi.
2) Pemilihan Bahan Ajar
Pemilihan bahan ajar dilakukan untuk mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam bahan ajar.
Adapun hasil pengembangan tersebut menghasilkan keputusan
untuk mengintegrasikan lembar kerja dengan pendekatan inkuiri
terbimbing. Perancangan lembar kerja berbasis inkuiri terbimbing
disusun sesuai dengan kebutuhan siswa, adapun langkah inkuiri
terbimbing meliputi: (1) menganalisis masalah; (2) membuat
hipotesis; (3) merancang percobaan; (4) melakukan percobaan;
(5) menganalisis percobaan; (6) membuat kesimpulan. Kemudian
dihasilkan produk pengembangan yaitu lembar kerja laju
pertumbuhan mikroba pada nata de whey kefir berbasis inkuiri
terbimbing.
3) Rancangan Awal
Rancangan awal dihasilkan dari lembar kerja laju pertumbuhan
mikroba pada nata de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing yang
dikembangkan berdasarkan rancangan yang telah dibuat dan
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing I dan pembimbing II
c. Development (Pengembangan)
Lembar kerja yang telah di design kemudian dilakukan
pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk akhir lembar
kerja serta menerapkannya dalam pelaksanaan praktikum
bioteknologi. Tahap pengembangan ini merupakan tahap terakhir
dalam penelitian ini. Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini
sebagai berikut:
1) Validasi Ahli
Tahap validasi ahli pengembangan lembar kerja laju
pertumbuhan mikroba pada nata de whey kefir berbasis inkuiri
terbimbing pada praktikum bioteknologi dilakukan sebelum
digunakan dalam pelaksanaan praktikum, lembar kerja yang telah
dikembangkan diperikan kepada dosen ahli materi dan dosen ahli
lembar kerja untuk divalidasi sehingga akan diketahui hasil
kelayakan dari lembar kerja yang dikembangkan tersebut. Apabila
lembar kerja tidak memenuhi kriteria valid, maka dilakukan revisi
berdasarkan saran dan masukan dari ahli materi dan ahli lembar
kerja.
2) Pelaksanaan Praktikum
Pada tahapan ini, lembar kerja laju pertumbuhan mikroba
pada nata de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing yang sudah
valid digunakan dalam pelaksanaan praktikum yang dilakukan
kepada salah satu kelas praktikum bioteknologi sebanyak 21
orang.
Sebelum dilaksanakan praktikum menggunakan lembar
kerja laju pertumbuhan mikroba nata de whey kefir berbasis
inkuiri terbimbing dilakukan pretest untuk melihat kemampuan
awal mahasiswa kemudian dilaksanakan praktikum menggunakan
lembar kerja. Setelah praktikum menggunakan lembar kerja laju
pertumbuhan mikroba nata de whey kefir berbasis inkuiri
terbimbing dilaksanakan maka dilakukan posttest untuk melihat
kemampuan berpikir kreatif mahasiswa.
3) Uji Respon Mahasiswa
Pada tahapan ini, peneliti memperoleh respon mahasiswa
terhadap penggunaan lembar kerja laju pertumbuhan mikroba
pada nata de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing yang
kemudian dilakukan analisis dan pengolahan data hasil penelitian.
Setelah melalui berbagai tahapan pelaksanaan dan pengolahan
data maka dihasilkan produk akhir lembar kerja berbasis inkuiri
terbimbing.
Rincian kegiatan penelitian disajikan pada Tabel 3.11 dan
alur penelitian secara keseluruhan disajikan pada Gambar 3.1
berikut ini:
Tabel 3.11 Rincian Kegiatan Penelitian

No. Tanggal Kegiatan Keterangan


1. Rabu, 1 Maret Studi pendahuluan Memberikan angket studi
2023 pendahuluan kepada
mahasiswa semester VIII
2. Jum’at 10 Uji Coba Soal Mahasiswa semester VIII
Maret 2023
3. Selasa, 14 Pretest dan Memberikan Pretest dan
Maret 2023 pembelajaran pada mahasiswa semester
praktikum 1 VI kelas E dan melakukan
pembelajaran praktikum 1
pembuatan kefir
4. Sabtu, 21 Pembelajaran Melakukan pembelajaran
Maret 2023 praktikum ke 2 praktikum 2 pembuatan
nata de whey kefir
5. Rabu, 12 April Pembelajaran Melakukan analisis hasil
2023 praktikum ke 3 pembuatan nata
6. Rabu, 03 Mei Pengujian sampel Pengujian sampel di
2023 nata de whey kefir laboratorium (Uji TPC)
7. Selasa, 16 Mei Uji Organoleptik Pengujian organoleptic
2023 pada mahasiswa semester
VI kelas E
8. Selasa, 23 Mei Posttest dan Memberikan Postest dan
2023 pengisian angket pengisian angket pada
mahasiswa semester VI
kelas E

Analisis RPS Mata Kuliah Bioteknologi

Identifikasi Masalah
Analisis Kemampuan Analisis Tujuan Praktikum
Berpikir Kreatif Bioteknologi Materi Analisis Lembar Kerja
Mahasiswa Pembuatan Nata

Define

Perancangan Lembar Kerja berbasis Inkuiri Terbimbing

Pembuatan Lembar Kerja berbasis Inkuiri Terbimbing


Design

Uji Validasi Lembar Kerja Berbasis Inkuiri Terbimbing

Materi Lembar Kerja

Revisi Tidak Valid Valid

Produk Lembar Kerja Berbasis


Inkuiri Terbimbing
Develop

Pretest

Pelaksanaan praktikum menggunakan Lembar Kerja


berbasis inkuiri terbimbing

Posttest Angket
Respon
Mahasiswa
Analisis Data

Kesimpulan
Gambar 3.1 Alur Penelitian Pengembangan Lembar Kerja Laju
Pertumbuhan Mikroba pada Nata de Whey Kefir Berbasis Inkuiri
Terbimbing

G. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium terpadu UIN Sunan Gunung
Djati Bandung, yang beralamat di Jalan A.H Nasution No.105, Cipadung,
Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada tanggal 1
Maret 2023 – 12 April 2023.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian pengembangan lembar kerja laju pertumbuhan mikroba
pada nata de whey kefir berbasis inkuiri terbimbing bertujuanuntuk
mengembangkan suatu produk perangkat pembelajaran berupa lembar
kerja yang berbasis model pembelajaran. Pengembangan lembar kerja
berbasis inkuiri terbimbing mengacu pada kebutuhan dalam proses
pembelajaran praktikum yang sebelumnya telah dianalisis melalui tahap
studi pendahuluan. Susunan lembar kerja terdiri dari penyajian capaian
pembelajaran praktikum, tujuan praktikum, sintaks inkuiri terbimbing
yang diintegrasikan dalam lembar kerja diantaranya identifikasi masalah,
membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan,
mengumpulkan dan menganlisis data hasil percobaan serta membuat
kesimpulan.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, hasil penelitian
dan pengembangan lembar kerja laju pertumbuhan mikroba pada nata de
whey kefir berbasis inkuiri terbimbing digunakan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif mahasiswa. Data-data penelitian meliputi
hasil tahapan pengembanganlembarkerja berbasis inkuiri terbimbing, hasil
uji validasi ahli oleh ahli validator materi danlembar kerja, hasil pretest
dan posttest soal kemampuan berpikir kreatif, danhasil respon mahasiswa
terhadap penggunaan lembar kerja berbasis inkuiri terbimbing. Adapun
deskripsi data hasil penelitian dan pengembangan dipaparkan sebagai
berikut :
1. Hasil Tahapan Pengembangan Lembar Kerja Laju Pertumbuhan
Mikroba pada Nata de Whey Kefir Berbasis Inkuiri Terbimbing
Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa

2.
3.
B. Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai