Disusun Oleh
TGt,
TDAHF
Oleh
Dibawah Bimbingan
Ade Masturi, M. A.
NIP. 197506062007101001
ii
LE,MBAR PEi\GESAHAN
Ketua .i
Penguji 2
Thatritha Sacharissa 13 Oktob er 2020
Rosviid
NIP . 19910211201 8012004
Mengetahui
Dekan,
NIP,197 3301998031004
ABSTRACT
iv
ABSTRAK
Sifqa Amalia Ramadhanti
11160510000123
Interaksi Simbolik Dalam Komunikasi Guru dan Murid di
Sekolah Dasar Luar Biasa-B (SDLB-B) Nurasih Jakara
Selatan
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalammu’alaikum Wr. Wb
vi
4. Dr. Armawati Arbi M. Si, selaku Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr.
H. Edi Amin, S.Ag, M.A, selaku Sekertaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dra. Rochimah Imawati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing
Akademik (PA) yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis selama menjadi mahasiswi.
6. Ade Masturi, M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan arahan, kritik dan saran yang
membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Semoga Allah SWT melimpahkan
kebaikan kepada beliau, diberikan kesehatan dan
kelancaran rezeki, Aamiin.
7. Segenap seluruh Staff dan Dosen Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu, wawasan, dan
pengalamannya serta membimbing selama penelitian
menjalani studi.
8. Pimpinan, Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Bapak Suratno, M.Pd selaku Kepala Sekolah Luar Biasa
BC Nurasih Jakarta Selatan yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di SLB BC Nurasih Jakarta
Selatan.
vii
10. Ibu Elizabeth Erna Susilowti, S.Pd selaku guru yang
mengajar di SLB Nurasih Jakarta Selatan yang telah
mengizinkan peneliti mengikuti kegiatan belajar mengajar
secara langsung di kelas dan memberikan banyak
pengalaman dalam pendekatan terhadap siswa-siswi
tunarungu. Terima kasih Ibu, semoga berkah dan kebaikan
selalu menyertai langkah Ibu.
11. Teruntuk adik-adik tersayang Kharis Julianto, Nadia Salma
Salsabila, Irfan Nurul Fajri, Risma Dwi Safitri yang telah
memberikan pengalaman kepada peneliti bahwa semangat
dalam menuntut ilmu adalah keharusan yang wajib
dilakukan walau memiliki keterbatasan. Terima kasih
banyak. Semoga sukses selalu menyertai adik-adik.
12. Teruntuk kedua orang tua peneliti, Mama dan Papa
tersayang yang sudah memberikan seluruh dukungan, do’a,
semangat yang tiada henti penuh cinta dan kasih. Terima
kasih tak terhingga atas semua yang telah diberikan ke
Kakak. Semoga Mama dan Papa selalu diberikan kesehatan
Panjang umur, dan rizki sehingga dapat melihat Kakak
menjadi anak yang dapat membanggakan kalian. Aamiin.
13. Teruntuk Nenek tersayang, terima kasih telah menjadi
nenek yang penuh cinta, yang sangat memperhatikan
Kakak, selalu menjadi pendengar yang baik, nenek yang
selalu ada, dan tak pernah berhenti mendo’akan Kakak.
Semoga Nenek selalu diberi kesehatan dan umur Panjang
oleh Allah SWT. Teruntuk adikku satu-satunya, Difqa
Alvie, terima kasih sudah menjadi seorang adik yang
viii
pengertian. Semoga lancar dan sukses untuk sekolahnya.
Dan mampu membanggakan Mama dan Papa. Aamiin.
14. Teruntuk Ibu dan Bapak pegawai di Kemenag Bimas Islam
Thamrin dan terkhusus bagi Bapak dan Ibu Subdit. MTQ
yang telah mendo’akan dan selalu memberikan motivasi
kepada penulis baik selama magang hingga saat ini.
15. Teruntuk sahabatku tersayang Zianun Najibah dan Nur
Afifah yang sudah sedari awal selama empat tahun
menemani perkuliahan di kampus, menjalani susah dan
senang bersama. Terima kasih untuk segala rasa,
dukungan, saran, dan setiap warna yang tercipta. Semoga
kita sukses kedepannya, dan lulus tahun ini. Aamiin.
16. Teruntuk sahabat sedari masa putih abu-abu, Efri Nitasari,
Melly Reza Chisti, Anis Fadhilah Khansa terima kasih
untuk selalu ada setiap saat. Menjadi orang yang paling
mengerti. Tidak pernah berhenti menjadi orang baik di
samping peneliti selama tujuh tahun ini. Menjadi tempat
segala kesah ditumpahkan, dan segala indah dirasakan.
Semoga setiap harapan dan mimpi kalian didukung oleh
Semesta. Aamiin.
17. Tidak terlupa, terima kasih untuk diri sendiri yang berusaha
dengan sekuat tenaga, dan jerih payah yang teramat sangat
hingga penelitian ini mampu terselesaikan dengan baik.
18. Terakhir, terima kasih untuk semua pihak yang telah
membantu memberikan kontribusi serta doanya dalam
tahap penyelesaian skripsi, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat peneliti.
ix
Semoga seluruh kontribusi dan doa mendapat pahala yang
berlimpah dan dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT.
Aamiin.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu peneliti
berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa
mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga
untuk pembaca serta segenap keluarga besar akademika
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................... iii
ABSTRACT ................................................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................. xiv
BAB I ............................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Batasan Masalah................................................................. 4
C. Rumusan Masalah .............................................................. 4
D. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................. 5
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 6
G. Metodologi Penelitian .................................................... 8
H. Sistematika Penulisan ................................................... 13
BAB II ......................................................................................... 16
KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 16
A. Kajian Teori ..................................................................... 16
1. Teori Interaksi Simbolik ............................................... 16
2. Tinjauan Anak Tunarungu ............................................... 29
3. Bahasa Isyarat .................................................................. 33
4. Kerangka Berpikir ............................................................ 37
BAB III ....................................................................................... 40
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ......................... 40
A. Sejarah Sekolah Luar Biasa BC Nurasih ......................... 40
B. Identitas Lengkap Sekolah Luar Biasa B-C Nurasih ....... 41
xi
C. Visi, Misi, Tujuan, dan Program Sekolah ........................ 43
D. Keadaan Guru dan Tenaga Non Guru di SLB BC Nurasih
Jakarta Selatan ......................................................................... 46
E. Keadaan Murid Sekolah Dasar Luar Biasa-B Nurasih
Jakarta Selatan ......................................................................... 48
F. Kurikulum Sekolah Luar Biasa ........................................ 49
BAB IV ....................................................................................... 51
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...................................... 51
1. Konsep Pikiran (Mind) dalam Komunikasi Guru dan Murid
51
2. Konsep Diri (Self) dalam Komunikasi Guru dan Murid .. 55
3. Konsep Sosial (Society) dalam Komunikasi Guru dan Murid
57
BAB V......................................................................................... 59
PEMBAHASAN ......................................................................... 59
1. Analisis Pikiran (Mind) dalam Komunikasi Guru dan Murid
59
2. Analisis Diri (Self) dalam Komunikasi Guru dan Murid . 61
3. Analisis Sosial (Society) dalam Komunikasi Guru dan
Murid ....................................................................................... 62
BAB VI ....................................................................................... 64
PENUTUP ................................................................................... 64
A. Kesimpulan ...................................................................... 64
B. Implikasi ........................................................................... 64
C. Saran ................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 67
LAMPIRAN ................................................................................ 70
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Tahun 2017, jumlah Anak Berkebutuhan Khusus di
Indonesia mencapai 1,6 juta anak.1 Anak penyandang
disabilitas yang cenderung lebih sulit dalam memahami
pelajaran adalah anak tunarungu dan tunagrahita.
Tunarungu memiliki keterbatasan sulit mendengar dan sulit
dalam berbicara, sedangkan tunagrahita memiliki
keterbelakangan mental dan fisik sejak masih dalam
kandungan.2
Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan lembaga
pendidikan yang bertujuan untuk membantu anak
penyandang disabilitas dalam memberikan pendidikan
sebagaimana layaknya anak-anak normal pada umumnya.
Tujuan Pendidikan Luar Biasa dalam Sekolah Luar Biasa
(SLB) yaitu membantu peserta didik yang menyandang
kelainan fisik atau mental agar mampu mengembangkan
sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi,
maupun sebagai anggota masyarakat dalam hubungan
timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam
1
Jumadil Awwal. 2017. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
(BPS), jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia, (Jakarta : MINA)
2
Yani Hendrayani, dkk, Pola Komunikasi Guru Terhadap Penyandang
Siswa Disabilitas, h. 185
1
2
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak melebar jauh, penulis
membatasi penelitian pada empat (4) orang siswa Sekolah
Dasar kelas IV yang diajar oleh satu orang Guru. Dalam
prakteknya, melalui pengajaran langsung di kelas yang
disampaikan melalui komunikasi antarpribadi dalam
bentuk komunikasi secara verbal dan non verbal.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang digunakan dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, terdapat tujuan
yang diharapkan mendapatakan hasil yang baik dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui konsep mind dalam proses
komunikasi antara guru dan murid di SDLB Nurasih.
2. Untuk mengetahui konsep self dalam proses
komunikasi antara guru dan murid di SDLB Nurasih.
3. Untuk mengetahui konsep society dalam proses
komunikasi antara guru dan murid di SDLB Nurasih.
E. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menjadi wacana ilmiah
dalam Ilmu Komunikasi, di Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi dalam keilmuan komunikasi serta dalam
hal penelitian.
2. Bagi mahasiswa lain, penelitian ini diharapkan
mampu memberikan stimulus untuk memahami dan
6
3
Muhammad Arifal, Komunikasi Interaksi Simbolik Guru Dengan
Siswa Kelas X Dalam Membangun Komunikasi Efektif Di SMKS YPPI Tualang,
(Riau: UIN Syarif Kasim, 2020), h. 12
7
4
Leni Wastika, Bahasa Tubuh Siswa Tunarungu di Sekolah Luar Biasa
B Negeri Cicendo Bandung dalam Proses Interaksi dengan Gurunya, (Bandung:
Universitas Negeri Islam Bandung, 2014), h.14
5
Muhammad Syukron Anshori, Interaksi Simbolik Dalam Proses
Komunikasi Nonverbal Pada Suporter Sepak Bola (Studi pada Anggota
Juventus Club Indonesia Chapter Malang, (Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang, 2014), h.10
8
G. Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang
diperlukan, maka metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Paradigma dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma
konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme adalah
sebuah paradigma yang memandang sebuah fenomena
atau realitas dalam berbagai macam bentuk yang telah
dikonstruksi oleh pengalaman.8 Individu dengan
paradigma konstruktivis melihat sebuah realitas tidak
apa adanya, tetapi dikonstruksi oleh pengalaman
individu, paradigma konstruktivis memandang dunia
adalah valid.9 Penulis menggunakan paradigma
konstruktivis dalam penelitian ini karena ingin
mendapatkan pengembangan pemahaman yang dialami
oleh guru dalam berkomunikasi dengan memberikan
pembelajaran melalui komunikasi secara verbal dan
nonverbal.
Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
8
Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial
Empirik Klasik, (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Indonesia, 2003), h. 3
9
Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation
Methods, 3rd Edition, (California: SAGE Publications, Inc., 2002), h. 96-97
9
10
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), h.4
10
11
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 64
12
Jozef R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 52
11
b. Wawancara
Merupakan percakapan dengan maksud
tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak,
yaitu penulis sebagai pewawancara dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada individu
yang bersangkutan.13 Peneliti melakukan tanya
jawab secara langsung dengan narasumber utama
yaitu Kepala Sekolah dan Guru di SDLB Nurasih
dengan tujuan mendapatkan keterangan secara jelas
terkait penelitian.
c. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data melalui
dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi.
Dokumentasi dilakukan untuk mencari data
mengenai permasalahan yang diteliti dari berbagai
macam dokumen seperti, arsip-arsip milik SLB
Nurasih, tulisan lain yang memiliki keterkaitan
dengan bahasan penelitian ini dan juga
dokumentasi selama kegiatan penelitian
berlangsung terakhir adalah bukti wawancara
melalui transkrip.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dan bahan-
13
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Deskriptif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2002), h. 25
12
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, Cet IV:2008), h. 224
13
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini,
secara sistematis penulisan laporan hasil penelitian dibagi
kedalam enam bab yang terdiri dari sub-sub. Adapun
sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab yang pertama ini diawali dengan
membahas pendahuluan meliputi hal seperti
latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, h.
372
14
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini memberikan penjelasan tentang
analisis dari hasil pengumpulan data dengan
menggunakan teori Interaksi Simbolik
George Herbert Mead..
15
BAB VI PENUTUP
Bab ini memberikan simpulan, implikasi
dan saran dari masalah yang dibuat melalui
adanya hasil pengumpulan, pengamatan,
dan analisis data.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teori Interaksi Simbolik
Beberapa ilmuan yang memiliki andil utama
sebagai perintis interaksionalisme simbolik,
diantaranya James Mark Baldwin, William James,
Charles H. Cooley, John Dewey, William I. Thomas,
dan George Herbert Mead. Akan terapi George Herbert
Mead-lah yang paling popular sebagai perintis dasar
Teori Interaksi Simbolik, ia sangat mengagumi
kemampuan manusia untuk menggunakan simbol; dia
mengatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna
simbolik yang muncul di dalam sebuah situasi tertentu.
Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory)
menekankan pada hubungan antara simbol dan
interaksi.1
1
Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi,
Analisis dan Aplikasi, h. 97
16
orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain
maupun dengan dirinya sendiri, atau pikiran
17
dipengaruhi oleh sikap positif terhadap uang, karier,
dan keberhasilan pribadi.2
2
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss All, Teori Komunikasi Edisi
9, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 122
3
Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi,
Analisis dan Aplikasi, h. 104-108
18
digambarkan sebagai cara orang menginternalisasi
masyarakat.
2. Diri (Self)
Definisi diri (self) menurut Mead dipahami sebagai
kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari
perspektif orang lain. Dalam hal ini diri berkembang
dari sebuah jenis pengambilan peran yang khusus,
maksudnya membayangkan bagaimana kita dilihat oleh
orang lain. Mead menyebut hal tersebut sebagai cermin
diri (looking-glassself). Maksud dari ‘cermin diri’ ini
adalah kemampuan seseorang untuk melihat dirinya
sendiri dalam pantulan orang lain. Adapun tiga konsep
pengembangan yang dihubungak dengan cermin diri
yang sekaligus menjadi unit analisis pada penelitian ini
(1) kita membayangkan bagaimana kita terlihat di mata
orang lain, (2) kita membayangkan penilaian mereka
19
mengenai penampilan kita, (3) kita merasa tersakiti
atau bangga berdasarkan perasaan pribadi. Inti dari
konsep ini adalah seseorang belajar mengenai diri
sendiri dari cara orang lain memperlakukan,
memandang, dan memberi label pada dirinya.
20
menyadari adanya pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan ketimbang berpesta. Mead melihat diri
sebagai sebuah proses yang mengintegrasikan antara I
dan Me.
3. Sosial (Society)
Mead beragumen interaksi mengambil tempat di
dalam sebuah struktur sosial yang dinamis-budaya,
masyarakat, dan sebagainya. Individu-individu ke
dalam konteks sosial yang sudah ada. Mead
mendefinisikan masyarakat (society) sebagai jejaring
sosial yang diciptakan manusia. Individu-individu
terlibat di dalam masyarakat melalui perilaku yang
mereka pilih secara aktif dan sukarela. Jadi, masyarakat
menggambarkan keterhubungan beberapa perangkat
perilaku yang terus disesuaikan oleh individu-individu.
Masyarakat ada sebelum individu, tetapi juga
diciptakan dan dibentuk oleh individu dengan tindakan
sejalan dengan orang lainnya.
21
lain secara khusus terebut untuk mendapatkan rasa
penerimaan dan rasa mengenai diri.
B. Kajian Pustaka
1. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi atau communication dalam
bahasa Inggris berasal dari kata latin communis
yang berarti sama, communico, communication,
atau communicare yang berarti membuat sama (to
make common). Istilah pertama (communis) paling
sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang
22
merupakan akar dari kata-kata pikiran, suatu
makna, atau suatu pesan dianut secara sama.4 Akan
tetapi definisi-definisi kontemporer menyarankan
bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal-
hal tersebut, seperti dalam kalimat “berbagi
pikiran”, mendiskusikan makna, dan mengirimkan
pesan.5
Deddy Mulyana juga memberikan beberapa
definisi komunikasi secara istilah yang
dikemukakan beberapa pendapat para ahli antara
lain:6
1. Theodore M. Newcomb, “Komunikasi merupakan
setiap tindakan yang dipandang sebagai suatu
transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang
diskriminatif, dari sumber kepada penerima.”
2. Carl I. Hovland, “Komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-
lambang verbal) untuk mengubah prilaku orang lain
(komunikate).”
3. Gerald R. Miller, “Komunikasi terjadi ketika suatu
sumber menyampaikan suatu pesan suatu penerima
4
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002), h.41
5
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 4
6
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Cet. XIV
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 68-69
23
dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi
perilaku penerima.”
Dari beberapa pernyataan di atas,
komunikasi dapat diartikan sebagai suatu
penyampaian pesan yang mengandung arti atau
makna tertentu atau lebih jelasnya dapat dikatakan
penyampaian informasi atau gagasan dari
seseorang kepada orang lain baik itu berupa pikiran
dan perasaan-perasaan melalui sarana atau saluran
untu menimbulkan efek dan umpan balik.
b. Unsur-unsur Komunikasi
Dalam pelaksanaan terjadinya sebuah
komunikasi memiliki beberapa unsur. Hal ini yang
nantinya menciptakan komunikasi terebut. Unsur-
unsur komunikasi yang dimaksud, sebagai berikut:7
1. Sumber
Sumber ialah pihak yang menyampaikan
atau mengirim pesan kepada penerima. Sumber
sering disebut dengan komunikator, pengirim,
source, sender, atau encoder.
2. Pesan
` Pesan ialah pernyataan yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pernyataan bisa
dalam bentuk verbal (bahasa tertulis atau lisan)
7
Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2013), h.34-35
24
maupun non-verbal (isyarat) yang bisa
dimengerti penerima. Pesan biasa disebut
dengan kata massage, content, atau
information.
3. Media
Media ialah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada
penerima. Media dalam pengertian ini bisa
berupa media massa mencakup surat kabar,
radio, film, televisi, dan internet. Bisa juga
berupa saluran misalnya kelompok pengajian
atau arisan, kelompok pendengar dan pemirsa,
organisasi masyarakat, rumah ibadah, pesta
rakyat, panggung kesenian, serta media
alternatif lainnya misalnya poster, brosur, buku,
spanduk, stiker dan semacamnya.
4. Penerima
Penerima ialah pihak yang menjadi sasaran
pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima
biasa disebut dengan berbagai macam sebutan,
antara lain khalayak, sasaran, target, adopter,
komunikan atau dalam bahasa asing disebut
receiver, audience, decoder.
5. Pengaruh atau efek
Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara
apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
25
pesan. Pengaruh bisa terjadi pada pengetahuan,
sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu
bisa juga diartikan perubahan atau penguatan
keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan
tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan
pesan.
6. Umpan Balik
Umpan balik ialah tanggapan yang
diberikan oleh penerima sebagai akibat
penerimaan pesan dari sumber. Sebenarnya ada
juga yang beranggapan umpan balik sebenarnya
efek atau pengaruh.
8
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009), h. 52
9
Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra,
2004), h.123
26
mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran
komunikator, baik hal konkret atau pun hal
abstrak. Semua hal dapat dibicarakan melalui
komunikasi verbal, baik itu yang terjadi saat ini, di
masa lampau maupun rencana-rencana yang
disusun untuk masa mendatang. Oleh karena itu,
komunikasi ini merupakan jenis komunikasi yang
paling sering digunakan oleh manusia. Dengan
adanya bahasa, memungkinkan kita untuk
mengungkapkan hal-hal yang ada di dalam pikiran
yang tidak mungkin untuk diungkapkan dengan
lambang lain.
Dalam komunikasi verbal, bahasa
mempunyai dua jenis pengertian, yaitu makna
denotatif dan makna konotatif.10 Makna denotatif
merupakan jenis bahasa yang mengandung arti
sebenarnya (tercantum di dalam kamus) dan dapat
diterima secara umum oleh masyarakat yang
berbudaya serta berbahasa yang sama. Pesan
denotatif tidak akan menimbulkan interpretasi
pada komunikan ketika pesan itu disampaikan.
Sedangkan makna konotatif merupakan jenis
bahasa yang mengandung pengertian emosional
atau evaluatif. Hal ini disebabkan karena orang
yang satu dengan yang lainnya dapat
10
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, h. 35
27
menginterpretasikan pesan konotatif secara
berbeda-beda. Maka dari itu, ketika suatu pesan
konotatif tidak dapat terhindari, komunikator
harus bisa menjelaskannya agar semua dapat
mengerti dan mengiterpretasikannya secara sama.
Sedangkan komunikasi nonverbal
didefinisikan sebagai komunikasi tanpa kata-kata
atau dengan selain kata-kata yang digunakan.11
Selain itu, komunikasi nonverbal juga merupakan
bentuk penyampaian pesan yang dikemas tanpa
kata-kata.12 Jadi bisa dikatakan juga sebagai
pertukaran pesan dengan menggunakan media
body language (gerak tubuh), mimik wajah,
kontak mata dan sentuhan
Menurut Larry A, Samovan dan Richard E
Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua
rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam
suatu seting komunikasi, yang dihasilkan oleh
individu dan penggunaan lingkungan individu,
yang mempunyai nilai pesan potensial bagi
pengirim atau penerima.13
11
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), h. 308
12
Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Inerpersonal,
(Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 26.
13
Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Cet. 1, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
h.69
28
Komunikasi nonverbal adalah proses
komunikasi dimana pesan disampaikan tidak
menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi
nonverbal adalah menggunakan gerak isyarat,
bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata,
penggunaan objek seperti pakaian, potongan
rambu, dan sebaginya, simbol-simbol, serta cara
berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas
suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
14
Fatma Laili Khoirun Nida, Komunikasi Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus, AT-TABSYIR, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 1, No. 2,
(Desember 2013), h. 173
29
b. Ciri-ciri Anak Tunarungu
Anak dengan masalah pendengaran pada umumnya
mengalami hambatan-hambatan pekembangan sebagai
berikut:15
1. Perkembangan bahasa dan komunikasi
i. Kurang memperhatikan saat guru memberikan
pelajaran.
ii. Selalu memiringkan kepalanya, sebagai upaya
untuk berganti posisi telinga terhadap sumber
bunyi, seringkali ia meminta pengulangan
penjelasan guru.
iii. Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk
secara lisan.
iv. Keengganan untuk berpartisipasi secara oral,
mereka kesulitan untuk berpartisipasi secara oral
dan dimungkinkan karena hambatan
pendengarannya.
v. Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau
intruksi saat dikelas.
vi. Mengalami hambatan dalam perkembangan
bahasa dan bicara.
vii. Perkembangan intelektual peserta didik
tunarungu wicara terganggu.
viii. Mempunyai kemampuan akademik yang rendah
khususnya dalam membaca.
15
Fatma Laili Khoirun Nida, Komunikasi Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus, h. 173-174
30
2. Perkembangan sosial dan emosi
Perkembangan sosial dan emosi anak-anak
yang memiliki masalah pendengaran sangat
dipengaruhi oleh pengalaman mereka, perlakuan
yang diterima, dan melalui kemampuan
berkembang mereka sendiri mengungkapkan
perasaan mereka, keinginan, kebutuhan dan untuk
memahami perasaan orang lain. Atau dengan kata
lain masalah komunikasi memberi implikasi
terhadap kemandirian, kemampuan untuk bermain,
dan berbagi dengan rekan sebayanya.
Perkembangan tersebut melingkupi:
a. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif merujuk pada cara
untuk memahami dan mengatur dunia mereka.
Ini termasuk kemampuan untuk menyerap,
menyimpan dan mengingat informasi,
mengklasifikasi benda, mendefinisikan,
menilai, membandingkan dan membedakan,
menciptakan sesuatu, menyelesaikan masalah
dan sebagainya. Keterlambatan bahasa anak
yang memiliki masalah pendengaran juga
memperlambat perkembangan kognitif mereka.
b. Perkembangan fisik dan motorik
Perkembangan fisik dan motorik anak
dengan masalah pendengaran tidak berbeda
dengan anak-anak normal lain.
31
c. Klasifikasi Pendengaran Anak Tunarungu
Klasifikasi mutlak diperlukan untuk layanan
pendidikan khusus. Hal ini sangat menentukan dalam
pemilihan alat bantu mendengar yang sesuai dengan
sisa pendengarannya dan menunjang lajunya
pembelajaran yang efektif. Dalam menentukan
ketunarunguan dan pemilihan alat bantu dengar serta
layanan khusus akan menghasilkan akselerasi secara
optimal dalam mempersepsi bunyi bahasa dan
wicara.
Klasifikasi ketunarunguan adalah sebagai berikut:16
1) Kelompok I, kehilangan 15-30 dB, mild
hearing losses atau ketunarunguan ringan; daya
tangkap terhadap suara cakapan manusia
normal.
2) Kelompok II, kehilangan 31-60, moderate
hearing losses atau ketunarunguan sedang;
daya tangkap terhadap suara cakapan manusia
hanya sebagian.
3) Kelompok III, 61-90 dB, severe hearing losses
atau ketunarunguan berat; daya tangkap
terhadap suara cakapan manusia tidak ada.
16
Murni Winarsih, Intervensi Dini bagi Anak Tunarungu dalam
Pemerolehan Bahasa, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 23
32
4) Kelompok IV, 91-120 dB, profound hearing
losses atau ketunarunguan sangat berat; daya
tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak
ada sama sekali.
5) Kelompok V, kehilangan lebih dari 120 dB,
total hearing losses atau ketunarunguan total;
daya tangkap terhadap suara cakapan manusia
tidak ada sama sekali.
3. Bahasa Isyarat
Penguasaan bahasa sangat penting bagi seseorang
individu dapat menguasai ilmu pengetahuan yang ingin
diperolehnya sebagai alat utama dalam berkomunikasi.
Namun hingga saat ini pengertian teori mengenai bahasa
belum ada yang baku, banyak pendapat mengenai teori
bahasa yang berbeda-beda bergantung pada latar
belakang keilmuan yang dirumuskan oleh para ilmuan.
Menurut ilmu linguistic, sebagai ibunya bahasa, definisi
bahasa adalah “a system of communication symbolis,
I,ethrough the organs of speech and hearding, among
human beings of certain group or community, using
vocal symbols processing arbitrary conventional
meanings.”17
Sedang menurut pada ahli antropologi, “Sandi
konseptual sistem pengetahuan yang memberikan
17
A Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar, (Bandung:
Aksara, 1990), h.82
33
kesanggupan kepada penutur-penuturnya guna
menghasilkan dan memahami ujaran.”18
Jika kita merujuk pada definisi bahasa di atas, maka
penggunaan bahasa hanya dapat dilakukan jika organ
pendengaran dan berbicara kita berfungsi, sehingga
informasi yang berupa simbol sandi konseptual secara
vokal dapat tersampaikan kepada penerima pesan.
Bahasa yang terbatas penggunaan pada suatu komunitas
dimana Bahasa tersebut diangkat untuk disetujui dan
dipahami bersama pengertiannya. Karena itulah kita
mengenal perbedaan bahasa bergantung pada tiap
kebudayaan atau kelompok manusia yang
menggunakannya.
Namun syarat bahasa ternyata tidak hanya terbatas
pada pengunaan organ pendengaran dan bicara, jauh
sebelum Bahasa lisan terbentuk manusia telah mengenal
bentuk bahasa yang lain yakni berbahasa tubuh dimana
komunikasi menggunakan alat gerak tubuh untuk
membentuk smbol tertentu yang membentuk makna
tertentu. Penggunaan bahasa tubuh tersebut
diaplikasikan ke dalam bentuk Bahasa isyarat sebagai
bentuk komunikasi kaum tunarungu. Bahasa isyarat
merupakan komunikasi utama pada kaum tunarungu
dimana ciri bahasa tersebut memanfaatkan indra
penglihatan dan alat gerak tubuh.
18
Roger Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer,
(Edisi kedua, Jakarta: Erlangga, 1992), h.79
34
A. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)
Abjad Jari (Finger Spelling/Finger Alphabet).
merupakan usaha untuk menggambarkan alpabet
secara manual dengan menggunakan satu tangan.
Berikut adalah contoh abjad jari:
Gambar 2.1
Bahasa Isyarat Huruf19
Gambar 2.2
Bahasa Isyarat Angka20
19
https://geometryarchitecture.wordpress.com/2013/03/24/interpretasi
-jari-dalam-bahasa-isyarat/ diakses pada Senin, 24 Agustus 2020 Pukul 13.15
WIB
20
https://meenta.net/belajar-bahasa-isyarat-dasar/ diakses pada Senin,
24 Agustus 2020 Pukul 13.15 WIB
35
Abjad jari adalah isyarat yang dibentuk dengan jari-
jari tangan (tangan kanan atau tangan kiri) untuk mengeja
huruf atau angka. Bentuk isyarat bagi huruf dan angka di
dalam SIBI serupa dengan International Manual Alphabet.
Abjad jari digunakan untuk mengisyaratkan nama diri,
mengisyaratkan singkatan atau akromim, dan
mengisyaratkan kata yang belum ada isyaratnya.21
SIBI juga merupakan salah satu media yang
membantu sesama kaum difabel rungu di dalam
masyarakat yang lebih luas. Wujud SIBI adalah tatanan
yang sistematis tentang seperangkat isyarat jari tangan, dan
berbagai gerak yang melambangkan kosakata bahasa
Indonesia Kamus SIBI mengacu pada sistem isyarat
struktural bukan sistem isyarat konseptual.22
B. Bahasa Isyarat Konseptual / BISINDO
Bahasa isyarat konseptual merupakan bahasa
isyarat yang resmi digunakan sebagai bahasa pengantar di
sekolah. Bahasa isyarat ini sering digunakan oleh difabel
rungu dalam berinteraksi dengan sesama kelompok
mereka. Adapun sistem bahsa isyarat konseptual adalah
BISINDO. BISINDO adalah sistem komunikasi yang
praktis dan efektif untuk penyandang difabel rungu
Indonesia yang dikembangkan oleh difabel rungu sendiri.
21
https://Psibkusd.Wordpress.Com/About/B-Tunarungu/Metode-
Pengajaran-Bahasa-Bagi-Anak-Tunarungu diakses pada Senin, 24 Agustus 2020
Pukul 15.15 WIB
22
Ahmad Wasita, Seluk Beluk Tunarungu dan Tunawicara Serta
Strategi Pembelajarannya, (Yogyakarta: Javalitera, 2012), h. 72-73
36
BISINDO adalah bahasa isyarat yang mengadopsi
nilai budaya asli Indonesia dan mudah dapat digunakan
untuk berkomunikasi diantara kaum tunarungu dalam
kehidupan sehari - hari. Kecepatan dan kepraktisannya dari
BISINDO membuat lebih mudah untuk memahami dan
mengerti bagi kaum tunarungu walaupun tidak mengikuti
faedah tata bahasa dari bahasa Indonesia.
4. Kerangka Berpikir
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian
pesan dari komunikator kepada komunikan agar terjadi
kebersamaan dan persamaan makna. Komunikasi bisa
menggunakan bahasa, gerak tubuh, isyarat serta simbol-
simbol.
Teori interaksi simbolik menekankan pada
hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari
pandangan pendekatan ini adalah individu.6 Interaksi
Simbolik merupakan komunikasi atau pertukaran simbol
yang diberi makna lalu menjadikan kesepamahaman
makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain melalui
penggunaan simbol-simbol, interpretasi, dan pada akhirnya
tiap individu tersebut akan berusaha saling memahami
maksud dan tindakan masing-masing untuk mencapai
kesepakatan bersama.
Peneliti menggunakan Teori Interaksi Simbolik
karena objek peneliti sendiri merupakan penyandang
6
Dadi Ahmadi, Interaksi Simbolik: Suatu Pengantar, Mediator Jurnal
Komunikasi, Vol. 9, No. 2, (Desember 2018), h. 304
37
tunarungu yang berkomunikasi menggunakan simbol.
Pemaknaan tersebut muncul dari interaksi sosial yang
dipertukarkan diantara mereka. Untuk selanjutnya
berkembang melalui konsep diri yang terbentuk. Ditahap
akhir, individu pasti melakukan kontak sosial dengan
masyarakat luas.
Interaksi Simbolik yang dikemukakan oleh George
Herbert Mead memiliki tiga asumsi, diantaranya:7
1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia.
2. Pentingnya konsep mengenai diri.
3. Hubungan antara individu dengan masyarakat.
Pemikiran Interaksi Simbolik menjadi dasar untuk
menjelaskan bagaimana guru atas simbol-simbol yang guru
pahami dan pikirkan menentukan tindakan mereka. Makna
atas simbol yang yang guru pahami akan semakin
sempurna oleh karena interaksi diantara guru dan anak
tunarungu. Simbol-simbol yang diciptakan, pikirkan dan
dipahami mereka merupakan bahasa yang mengikat
aktivitas diantara mereka.
7
West Richard dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi:
Analisis Dan Aplikasi Edisi 3, Buku 1, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h.
96
38
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Sumber : Olahan Peneliti 2020
Interaksi
Guru Siswa Tunarungu
Komunikasi
39
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Sekolah Luar Biasa BC Nurasih
Pada mulanya, sejarah SLB Nurasih berawal dari
sebuah Sanggar yang bernama Sanggar Srikandi. Berdiri
dari tahun 1972 hingga tahun 1978. Visi dan misinya ialah
melakukan kegiatan kemanusiaan dengan cara melatih
keterampilan remaja baik putra maupun putri yang putus
sekolah dan penyandang disabilitas.
Adanya perkembangan dan kebutuhan di
masyarakat, membuat sanggar tersebut mulai melebarkan
sayapnya dan berkembang menjadi sebuah Yayasan yang
diberi nama Yayasan Nurasih. Yayasan tersebut resmi
didirikan pada tanggal 12 Agustus 1978. Tujuan Yayasan
tersebut lebih spesifik lagi yaitu memberikan Pendidikan
dan ketrampilan bagi para penyandang disabilitas dari usia
6 tahun hingga dewasa.
Barulah dimulai tahun 1981, Yayasan Nurasih
berdiri sebagai sebuah sekolah formal, yaitu SLB-B
Nurasih untuk anak dengan kebutuhan Tunarungu, dan
SLB-C untuk anak dengan kebutuhan Tunagrahita. Hingga
saat ini SLB-BC Nurasih memiliki tingkat jenjang
Pendidikan dimulai dari SDLB, SMPLB, SMALB.
Perizinan yang dimiliki untuk SLB Nurasih sendiri
antara lain adalah Akta Pendirian No. 54/1978. Akta
40
41
Gambar 3.1
Logo SLB BC Nurasih Jakarta Selatan
2. Fasilitas Sekolah
3) GTY : 4 orang
c. Latar belakang Pendidikan Guru
1) S1 PLB : 4 orang
2) S1 Umum : 5 orang
3) SMA : 2 orang
c. Fasilitas SLB Nurasih Jakarta Selatan
1) Bangunan Utama Terdiri dari :
- Ruang Perkantoran
- Ruang Belajar
- Ruang Keterampilan
- Ruang Perpustakaan
- Laboratorium Komputer
- Laboratorium Bina Diri
- Ruang UKS
- Toilet Guru dan Siswa
2) Unit Gedung Olahraga
3) Arena Bermain
4) Lapangan Upacara
5) Unit Dapur
6) Tempat Ibadah/Mushola
7) Tempat Parkir
4. Program Sekolah
a. Membudayakan membaca do’a sebelum dan
sesudah belajar.
b. Membudayakan mengikuti senam pagi setiap hari
sebelum masuk kelas di sekolah.
c. Membudayakan berliterasi selama 15 menit
sebelum melanjutkan belajar sesuai jadwal.
d. Membiasakan shalat dan ibadah secara berjama’ah.
46
Tabel 3.1
Data Guru dan Tenaga Non Guru di SLB-BC Nurasih
Jakarta Selatan
Status
No Nama Jabatan Pendidikan Pegawai
Kepala PNS
1. Suratno, M.Pd S1. PLB
Sekolah
Dra.Dewi PNS
3. Guru S1. PLB
Parasmitha
Elizabeth Erna
4. Guru S1. BK GTY
Susilowati, S.Pd
Tabel 3.2
Data Murid Sekolah Dasar Luar Biasa-B Nurasih Jakarta
Selatan
Jenis Agama
No Nama Kelas
Kelamin
1
file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/07_persesjen_pedoman_
K13_kntor_16_200218-1.pdf diakses pada Selasa, 25 Agustus 2020 pukul 19.00
WIB
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
1. Konsep Pikiran (Mind) dalam Komunikasi Guru dan
Murid
Komunikasi seperti yang kita tahu adalah suatu
kegiatan menyampaikan pesan dari komunikator kepada
komunikan, dengan tujuan-tujuan tertentu. Pada umumnya
komunikasi terjadi ketika ada pihak yang menjadi
komunikator atau yang mengawali kegiatan komunikasi
dan akan semakin intens dengan adanya kesamaan dari
kedua belah pihak.
51
52
8
Ade Pratiwi, Dr. Amsal Amri, M. Pd, Penggunaan Sistem Isyarat
Bahasa Indonesia (SIBI) sebagai media komunikasi (Studi pada siswa
tunarungu di SLB Yayasan Bukesra Ulee Kareng, Banda Aceh), Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 4. No 3. Agustus 2019
53
Gambar 4.1
Guru berkomunikasi melalui Bahasa SIBI
Gambar 4.2
Guru berkomunikasi melalui BISINDO
54
9
Hasil Wawancara dengan Suratno, S.Pd (Kepala Sekolah) pada
tanggal 30 Juli 2020 di SLB Nurasih Jakarta Selatan Pukul 10.00 WIB
10
Hasil Wawancara dengan Erna Susilowati, S.Pd (Guru) pada tanggal
4 Agustus 2020 di SLB Nurasih Jakarta Selatan Pukul 10.00 WIB
55
11
Hasil Wawancara dengan Erna Susilowati, S.Pd (Guru) pada
tanggal 4 Agustus 2020 di SLB Nurasih Jakarta Selatan Pukul 10.00 WIB
57
12
Hasil Wawancara dengan Suratno, S.Pd (Kepala Sekolah) pada
tanggal 30 Juli 2020 di SLB Nurasih Jakarta Selatan Pukul 10.00 WIB
58
13
Hasil Wawancara dengan Erna Susilowati, S.Pd (Guru) pada tanggal
4 Agustus 2020 di SLB Nurasih Jakarta Selatan Pukul 10.00 WIB
BAB V
PEMBAHASAN
59
60
1
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss All, Teori Komunikasi, h.
232
61
2
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss All, Teori Komunikasi, h.
233
62
3
Uliviana Restu Handaningtias dan Helmy Agustina, Peristiwa
Komunikasi dalam Pembentukan Konsep Diri Otaku Anime, Jurnal Kajian
Komunikasi, Vol. 5, No. 2, Desember 2017, h. 205
63
3
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss All, Teori Komunikasi, h.
235
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mind, merupakan kesepemahaman bersama antara guru
dan siswa terhadap simbol dalam interaksi yang menjadi
pencetus dalam komunikasi yaitu bahasa isyarat, SIBI
dan BISINDO.
2. Self, proses dari interaksi tersebut berlangsung yang
membentuk diri siswa tunarungu di lingkungan sekolah.
Kebiasaan menggunakan bahasa isyarat dilakukan siswa
dalam cara berkomunikasi sehari-hari karena sesuai
dengan keinginannya. Akan tetapi, anak tunarungu
melihat guru dalam sudut pandang orang lain dan
mengharuskan mengikuti untuk dapat mengambil peran
yang sama. Maka dari itu, bahasa verbal berupa
pengucapan suara ditambahkan dalam cara guru dan
murid berkomunikasi.
3. Society, anak tunarungu yang tinggal di tengah
masyarakat menimbulkan harapan-harapan dalam
norma masyarakat.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan
implikasi secara teoritis dan praktis sebagai berikut.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini bisa menjadi acuan bagi
pembaca dalam pempelajari Teori Interaksi Simbolik
64
65
Buku
67
68
Jurnal
Sumber Lain
https://geometryarchitecture.wordpress.com/2013/03/24/i
nterpretasi-jari-dalam-bahasa-isyarat/
https://meenta.net/belajar-bahasa-isyarat-dasar/
https://Psibkusd.Wordpress.Com/About/B-
Tunarungu/Metode-Pengajaran-Bahasa-Bagi-Anak-Tunarungu
file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/07_persesjen_
pedoman_K13_kntor_16_200218-1.pdf
LAMPIRAN
70
Lampiran 01
71
Dengan membawa surat izin penelitian skripsi dari
Fakultas beserta proposal skripsi, pihak sekolah dalam hal terebut
Kepala SLB Nurasih, Bapak Mustam menyetujui peneliti untuk
melakukan penelitian skripsi. Dihari itu juga, peneliti langsung
diberikan data-data terkait profil lengkap sekolah. Untuk
selanjutnya kemudian peneliti diberikan nomor telepon guru yang
mengajar agar komunikasi selanjutnya melalui guru tersebut.
Mengenai kebutuhan apa saja yang dibutuhkan peneliti, bisa
menghubungi nomor telepon guru tersebut dalam hal ini Bapak
Suratno.
72
HASIL OBSERVASI LAPANGAN II
73
Wawancara dilakukan kurang lebih 20 menit. Mengenai
pertanyaan yang ditanyakan terlampir dibagian transkip
wawancara. Secara umum, yang ditanyakan mengenai
perkembangan tentang SLB Nurasih, bagaimana metode-metode
pembelajaran yang diterapkan, komunikasi yang dipakai untuk
siswa dengan tunarungu dan hambatan yang paling sulit ketika
berkomunikasi dengan siswa tunarungu.
74
HASIL OBSERVASI LAPANGAN III
75
beliau menggabungkan mereka dalam satu kelas secara bersamaan.
Untuk penelitian pada hari tersebut Kharis dan Nadya digabung
karena jarak kelas mereka yaitu kelas IV dan V.
76
Hari/Tanggal : Selasa, 11 Agustus 2020
Lampiran 02
77
Transkrip Wawancara Penelitian
78
SMALB. Tunarungu maupun tunagrahita semua
sama.
79
Penulis : Siswa dalam belajar ini pasti membutuhkan media
atau alat langsung agar lebih mengerti lagi. Yang
digunakan medianya berupa apa saja?
80
adanya omongan yang kurang enak. Kalau di
kegiatan luar, lomba 17an itu juga suka disisihkan.
Cuma saya beri arahan lagi, kalau dia adalah anak
spesial. Bisa bergaul dengan siapapun
81
Informan : Anjuran dari Dinas untuk kondisi seperti ini
adalah pembelajaran melalui daring, yang dimana
semi offline. Tidak ada target kurikulum yang harus
dicapai karena anak-anak bisa tertekan. Dinas
menyarankan juga memberikan materi yang
bermakna dan menyenangkan dengan menjaga
keselamatan guru maupun siswa.
82
Penulis : Untuk penilaian terhadap siswa apakah berubah?
83
kebawa tidak mau masuk kelas dan lain-lainnya.
Iitulah yang menjadi tugas guru bagaimana
mampu membujuk, merayu agar bisa stabil
kembali. Kadang-kadang juga kalua lewat dari
pengawasan, siswa tiba-tiba main pukul ke
temannya dengan emosi yang tidak stabil itu perlu
ditenangkan dulu oleh gurunya. Karena
pembelajaran di Sekolah Luar Biasa ini pada
prinsipnya adalah untuk sosialisasi dirinya, saling
toleransi, hidup rukun, dan tolong menolong yang
selalu diterapkan dalam kehidupan anak nantinya.
84
Cuma bisa aoa yah, belum ada himbauan dari
pemerintah kita hanya bisa menunggu sampai
kapan pembelajaran ini kembali normal.
85
Narasumber : Elizabeth Erna Susilowati, S.Pd
86
suara kalau memang masih ada sisa pendengaran,
meskipun anak tidak bisa berbicara dengan jelas.
Karena ketika anak tunarungu berbicara,
dilehernya itu sakit. Itu yang membuat dia malas.
Diajarkan sedini mungkin karena anak tunarungu
memiliki keterbatasan Bahasa, kata benda. Tidak
tahu kalau tidak kita kasih tau. Harus banyak
diajarkan perbendaharaan kata. Semisal ini
“meja”, “kursi”. Meja itu untuk menulis, kursi itu
untuk duduk. Setelah itu kita baca “me…ja” kalau
sudah bisa diucapkan baru nanti mengenal tulisan.
Paling tidak anak mampu mengenal huruf melalui
Sibi (Bahasa isyarat Indonesia). Satu-satu dan
secara perlahan sampai dimana anak tau dengan
benar.
87
Penulis : Fungsi dari alat bantu sendiri yang dipasang pada
telinga anak itu untuk apa?
88
kompetensi dimiliki tiap tingkatan kelas.
Sedangkan media pembelajaran berupa poster
seperti didinding-dinding kelas yang membantu
anak memahami materi yang akan disampaikan.
Menambah perbendaharaan kata dan benda.
Bersifat visual karena bisa dilihat langsung oleh
siswa.
89
Penulis : Berarti ekspresi Ibu ketika di dalam kelas ibu
tunjukkan kepada siswa?
90
kecil, dan spasi harus jelas. Dimulai dari menulis
nama anak sendiri, nama orang tua, keluarga dan
biasanya hal-hal seperti data diri.
91
“hebat murid Bu Erna” tidak hanya melalui kata-
kata saja tetapi kadang saya memberi reward
berupa makanan. Hal-hal kecil saja berupa permen
atau kue membuat mereka senang. Supaya
memotivasi juga ke yang lain agar semangat
belajar.
Penulis : Yang menjadi faktor keberhasilan dalam
menyampaikan materi itu apa Bu?
92
sebuah bahasa isyarat yang membantu anak agar
lebih paham.
93
Informan : Pasti ada. Untuk kelas besar ada mata pelajaran
PPKN dan kelas kecil itu Budi Pekerti. Kalau
PPKN itu tentang kebangsaan, seperti Pancasila,
dasar negara, burung garuda. Kalau Budi Pekerti
tentang pengamalan agama dan menyangkut
kedisiplinan. Seperti, kebersihan diri, sopan santun
dengan siapapun, minta maaf, dengan teman tidak
boleh nakal. Kalau agama tentang membaca do’a,
mengenal tempat ibadah, surat-surat pendek,
pelaksanan nilai-nilai agama di rumah maupun di
sekolah.
94
guru tidak bisa membantu banyak tanpa dukungan
orang tua yang turut partisipasi juga mendidik
anaknya. Walaupun kami memang memiliki
tanggung jawab sama besarnya.
95
Semua itu saya usahakan pelan-pelan dari awal.
Saya ajarkan, saya bimbing, dan saya dekati dari
hati ke hati akhirnya pun anak terbiasa.
96
Hari/ Tanggal : Selasa, 11 Agustus 2020
Waktu Wawancara : 10.30 WIB
Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka
Informan : Tau sekolah ini karena sempat waktu itu lewat aja.
Rumah saya tidak jauh dari sini soalnya. Anak saya
bilang sudah minta sekolah. Setelahnya saya temui
Kepala Sekolah, waktu itu masih Bapak Mustam.
Saya tau ya sekolah seperti ini pasti biayanya
mahal. Saya sudah tanyakan ke Kepala Sekolah
dan akhirnya beliau memperbolehkan pembayaran
uang sekolah dengan dicicil. Alhamdulillah anak
saya bisa sekolah disini.
97
Penulis : Pandangan mengenai pola pengajaran guru-guru
disini seperti apa?
98
Intinya saling kerja sama sih baik orang tua dan
guru.
99
Informan : Semoga lebih bagus, dan berkembang lagi.
Tenaga pengajar juga lebih ditingkatkan lagi.
Semoga semakin maju dan sukses.
Lampiran 03
100
Surat Pengajuan Seminar Proposal
Lampiran 04
101
Surat Pengajuan Dosen Pembimbing
102
Lampiran 05
103
Lampiran 06
Lampiran 07
104
Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 08
105
DOKUMENTASI
106
Ruang Kelas SLB Nurasih Jakarta Selatan
Lapangan Belakang
107
Pojok Baca Siswa
108
Foto Belajar Mengajar
109
110
Bersama dengan Kepala
Sekolah Luar Biasa (SLB)
Nurasih, Bapak Suratno,
S.Pd
Bersama dengan
Guru SDLB
Nurasih, Ibu
Erna Susilowat,
S.Pd
111
Bersama
dengan Orang
Tua Murid, Ibu
Mastri
112
C.