Anda di halaman 1dari 2

Semburat senja

Aku rasa, aku jatuh cinta.Aku jatuh cinta kepada cahaya itu,. Aku jatuh cinta kepada
kehangatan itu, namun, entah apa yang membuatku terus merasa, jika sesuatu yang begitu indah akan
cepat berlalu tanpa kita sadari?
Laiknya senja, kau pun sama, begitu adanya.. Kau terus membuatku jatuh cinta, kau terus
membuatku merasa hangat ketika di dekatmu, Namun, pada akhirnya kau pergi dengan segala
keindahan itu Di penghujung sore.
Senja menguning, hangat. Membaur di tengah gelap yang mulai merajut pekat. Dekap
langkah kaki telah sengaja kumulai, agar meneta. Namun, hingga senja menjadi senyap.
Hatimu tak pernah berujung tetap. Gelap, ufuk timur tak lagi terlihat. Aku buta, hilang arah
untuk melihat Tanganku dingin, tak lagi tergenggam erat. Lembayung jingga berubah kasat Aku
takut! Bisakah aku jatuh cinta lagi pada gugusan senja di ufuk barat? Masihkah ada pada ingatanmu
kala itu?
Sosok yang tiba-tiba mengambil alih duniaku Lalu tertuju pada cahayanya. Ya, sepertinya
sejak saat itu, Cerita yang tak pernah aku tau akan ada dalam hidupkumendadak ada, dan nyata.Suara
dari sosoknya, mengambil alih semuanya Alunan yang berputar semenjak suaranya diperdengarkan
kepadaku, diubahlah sosoknya menyerupai seorang penyanyi seolah-olah bernyanyi, menyanyikan
semua musik yang ingin aku dengarkan.
Laju malam setelahnya, membuatnya berpikir jika kami adalah sosok yang hidup dalam
imajinasi. Membuatnya berpikir bahwa dengan keberadaan sosoknya yang menyerupai ilusi semata,
akan membuatku merasa baik-baik saja saat semua masalah menjadi tak ada cela untuk diselesaikan
begitu saja.
Namun sebenarnya, sosoknya, suaranya, dan sikapnya yang hanya seolah ilusi itu, malah
menambah masalah baru dalam hidupku yang selalu datar-datar saja, awalnya. Jika memang terlalu
cepat, rasanya tidak. Bahkan aku bisa mencintai seorang hanya dalam hitungan hari. Apalagi aku,
kepada sosoknya.
Kau bukan ilusi semata bagiku. Aku mencintaimu dalam imajinasiku. Hingga aku rasa, pada
kenyataan aku tidak pernah menganggap sosoknya sekadar ilusi, kau nyata, ya, bernapas, kita berada
pada satu kawasan yang sama, meski berbeda waktu dan tanah berpijak.
Aku bisa menjadi tangguh sekaligus rapuh, setelah kepergianmu namu diselah waktu aku
kerap berfikir betapa lelahnya memikirkan hal yang ceroboh namun menuntut untuk berfikir Kembali,
namun tidak apa untuk menrima sesuatu yang seperti itu.
Ada kalanya aku merasa begitu marah,tetapi aku menerima apa adanya,setelah itu menjadi
dewasa,berkutat dengan segala masalah melatih jiwa ragaku menjadi tangguh.
Dahulu aku tidak sempat bertanya bagaimana caranya tetapi seiring berjalannya waktu
menuntunku menemukan jawaban cara melupakan dan sekaligus mencintai diri sendiri.supaya orang
sekitar merasakan positifnya semua ini.
Al kisah dengan semakin banyak kota yang kudatangi,aku bisa merasakan suasana yang
berbeda indah untuk menghilangkan semua rasa yang berkecamuk di raga dan jiwaku.
Banyaknya kota aku juga semakin bisa membedakan mana yang bisa kusebut rumah singgah
dan mana yang ku sebut tempat singgah,bisa membedakan kata pulang dan kata balik.
Dan yaaa…..
Terima kasih aku belajar darimu
Kurasa sudah cukup dirimu menghantui diriku,biarlah ini berakhir, suara derap langkah kita
yang biasa mengalung berputar di kepalaku kini ku heningkan, helaan nafas di tempat ini mengartikan
usainya cerita tentang kita, Bersama semburat langit orange yang semakin menggelap menandakan
hari mulai malam. Kini berakhir sudah.
Aku pulang.

Namanya Wilujeng Desti Nur Azizah biasa dipanggil Desti yang lahir di
Banjarnegara 27 Desember 2003 mempunyai hobi memasak dan traveling
ketika gabut.ia memulai pendidikan TK saat usia 4 tahun tetapi ia di TK 2
tahun karena umurnya masih terlalu muda,kemudian setelah TK ia ke
SD.setelah lulus SD ia melanjutkan di SMP 1 negri purwareja Klampok
selama 3 tahun kemudian ia melanjutkan perjalanan pendidikan SMA ia
sekarang duduk di kelas 12.

Anda mungkin juga menyukai