E Book Sosialisasi Akreditasi Rs Emanuel 2022
E Book Sosialisasi Akreditasi Rs Emanuel 2022
Email: rsemanuelklampok@gmail.com
Web: rsemanuel.com
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih-
Nya maka Electronic Book Akreditasi Rumah Sakit Emanuel ini dapat diselesaikan
sesuai dengan kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit Emanuel.
Electronic Book Akreditasi Rumah Sakit Emanuel ini disusun sebagai upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Emanuel dan sebagai
acuan pelayanan.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan karyawan Rumah Sakit
Emanuel akan Akreditasi yang mengacu kepada Standar Akreditasi Kementrian
Kesehatan maka diperlukan suatu buku elektronik yang dapat menjadi bahan belajar
untuk semua civitas hospitalia Rumah Sakit Emanuel dalam memahami standar
akreditasi yang ada dan mampu melaksanakan pelayanan di Rumah Sakit Emanuel
sesuai dengan standar pelayanan yang benar.
Electronic Book Akreditasi Rumah Sakit Emanuel ini akan dievaluasi kembali dan
akan dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan kondisi
Rumah Sakit Emanuel.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada komite/tim/panitia, yang dengan segala upayanya telah berhasil menyusun
Electronic Book Akreditasi Rumah Sakit Emanuel yang merupakan hasil kerja sama
yang baik dari semua pihak yang telah terlibat di dalamnya.
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) 1
BAB II Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) 3
BAB III Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) 9
BAB IV Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 12
BAB V Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (MRMIK) 17
BAB VI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 19
BAB VII Pendidikan dalam Pelayanan Kesehatan (PPK) 27
BAB VIII Akses Kesinambungan Pelayanan (AKP) 28
BAB IX Hak Pasien dan Keterlibatan Keluarga (HPK) 33
BAB X Pengkajian Pasien (PP) 35
BAB XI Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP) 39
BAB XII Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 47
BAB XIII Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) 48
BAB XIV Komunikasi dan Edukasi (KE) 51
BAB XV Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) 53
BAB XVI Program Nasional (Prognas) 63
Apa yang diatur dalam Standar Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) mengatur peran dan
TKRS? tanggung jawab Pemilik atau Representasi pemilik, Direktur,
Pimpinan Rumah Sakit dan Kepala Unit Kerja.
8 Rotasi, demosi dan 1. Rotasi dan mutasi jabatan adalah upaya pembinaan
retensi yang diberikan kepada karyawan dalam rangka
meningkatkan kemampuan, keterampilan serta
semangat kerja.
2. Demosi adalah perpindahan karyawan dari satu
bagian ke bagian atau jabatan lain yang tingkatannya
lebih rendah, sebagai salah satu bentuk sanksi dan
pembinaan terhadap karyawan.
3. Retensi diberikan kepada karyawan yang
berprestasi dan keahlian serta tenaga dan
pemikirannya dibutuhkan oleh Rumah Sakit diberikan
penghargaan baik perumahan maupun kesempatan
untuk duduk di struktural dan pengembangan diri
secara fungsional dengan pendidikan berkelanjutan.
Retensi dapat diberikan dalam bentuk lain untuk
mendukung proses kerja seorang karyawan,
khususnya bagi tenaga profesi tertentu sesuai
kebijaksanaan Direktur.
Jenis Downtime
DOWNTIME TERENCANA
• Maintenance Server Bulanan.
• Penambahan Harware
• Maintenance Jaringan
DOWNTIME TIDAK TERENCANA
• Overload Server sehingga menyebabkan sistem hang
• Listrik Mati/ Internet Mati
• Kabel Putus
Tatalaksana Antisipasi :
1. Mitigasi dan mencari penyebab terjadinya henti data (down time)
2. berkordinasi dengan unit-unit terkait untuk melakukan rencana pengatasan,
3. Memastikan apakah masalah bisa ditangani sendiri atau harus melibatkan pihak lain
4. Berkoordinasi dan menyampaikan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh unit-
unit terkait melalui KUK / Ka.Ru / Ka.Shift.
5. Melakukan upaya pemulihan dan perbaikan.
6. Memastikan sistem dapat bergunakan kembali.
7. Memberitahukan kepada unit-unit terkait bahwa sistem sudah bisa dipergunakan
kembali.
Kategori I
Penilaian dan pengobatan simultan segera
Gambaran klinis :
a. Henti jantung
b. Henti Nafas
c. Distress pernafasan
d. Frekuensi pernafasan < 10x/menit
e. Tekanan darah < 80 mmHg atau syok pada anak dan bayi
f. Tidak ada respon/respon hanya dengan rangsangan nyeri (GCS<9)
g. Kejang yang sedang berlangsung/berkelanjutan
h. Gangguan jiwa dengan ancaman kekerasan yang segera
i. Overdosis obat intravena dan tidak responsif atau hipoventilasi
Kategori III
Penilaian dan memulai pengobatan dalam waktu 20menit, berpotensi mengancam jiwa.
Gejala klinis :
a. Hipertensi berat
b. Kehilangan banyak darah apapun penyebabnya.
c. Nafas pendek
d. Saturasi oksigen 90-95%
e. Demam dengan sebab lain misalnya daya tahan tubuh menurun
f. muntah persisten
g. Dehidrasi
h. Cidera kepala
i. Nyeri sedang sampai berat apapun sebabnya sehingga memerlukan obat
analgesic
j. Nyeri dada bukan karena penyakit jantung
k. Nyeri perut pada pasien >65 tahun
l. Cedera ekstremitas sedang (deformitas, laserasi berat)
m. Terganggunya sensasi raba pada ekstermitas (denyut nadi tak teraba)
n. Trauma dengan riwayat risiko tinggi
o. Anak berisiko
p. Kasus kasus psikiatri : stres berat sehingga berisiko melukai diri sendiri, psikotik
akut, kecanduan/potensi untuk menyerang
q. Riwayat kejang
Kategori IV
Penilaian dan memulai pengobatan dalam waktu 30 menit.
Gejala Klinis :
a. Pendarahan sedang
b. Aspirasi benda asing, tidak ada distress pernafasan
c. Cidera dada tanpa mengganggu pernafasan
d. Cidera kepala ringan tanpa penurunan kesadaran
e. Nyeri sedang
f. Muntah atau diare tanpa dehidrasi
g. Visus normal, adanya inflamasi atau benda asing pada mata
Kategori V
a. Penilaian dan memulai pengobatan dalam waktu 60 menit
b. Gejala Klinis :
c. Nyeri ringan
d. Risiko ringan dan tidak ada gejala klinis
e. Gejala ringan dari sakit yang stabil
f. Gejala ringan dari kondisi risiko rendah
g. Luka lecet yang ringan
h. Imunisasi
i. Kasus-kasus psikiatrik : gejala konik.
Derajat 1
Pasien dengan risiko per-burukan kondisi atau
pasien yang sebelumnya dari perawatan tingkat
perawatan lebih tinggi (di ICU), dimana membu-
tuhkan perawatan ruang biasa dengan sarana
pen-dukung alat-alat kesehat-an (mis : infuse
pump, syring pump,oksigen, suc-tion, pulse
oxymetri, dll)
Derajat 3
Pasien yang membutuhkan bantuan pernafasan
lanjutan atau nafas dasar dengan dukungan lebih
dari 2 sistem organ
Tata laksana pasien dengan restrain 1. Yang berwenang membuat keputusan atau
instruksi mengenai penggunaan restraint
adalah DPJP, jika DPJP tidak ada saat
dibutuhkan instruksi, maka tanggung jawab
didelegasikan kepada dokter jaga.
2. Dokter atau perawat yang bertugas
menjelaskan tentang kondisi pasien,
perlunya pengaplikasian restraint, prosedur,
resiko yang mungkin timbul dalam
pengaplikasian restraint kepada pasien dan
atau keluarga.
3. Persetujuan pengaplikasian restraint
terutama untuk restraint yang melibatkan
alat harus diberikan oleh pasien atau
keluarga yang berkompeten.
4. Monitor tanda-tanda vital pasien
5. Obervasi pemasangan restrain meliputi :
a. Waktu dilakukan tindakan
b. Jenis ikatan
c. Lokasi restrain
d. Ada/ tidaknya edema
e. Ada atau tidaknya iritasi
f. Kondisi sensorik
g. Sirkulasi
6. Penggunaan restrain harus dipantau secara
berkala dan jika kondisi membahayakan
sudah teratasi segera hentikan penggunaan
restraint.
7. Evaluasi restrain dilakukan :
a. 4 jam untuk pasien dewasa > 18 tahun
b. 2 jam pasien anak-anak 9 – 17 tahun
Pelayanan kamar operasi dilaksanakan mulai pasien sampai di ruang persiapan operasi
dan diserah terimakan dengan petugas kamar operasi sampai dengan pasien selesai
dilakukan tindakan operasi di ruang pulih sadar/recovery room. Setelah itu pasien
dipindahkan ke ruang rawat atau ke ICU, atau langsung pulang untuk pasien one day
care surgery.
2. Pelayanan bedah
Pelayanan bedah sebagai sarana layanan terpadu untuk tindakan operatif terencana
maupun darurat dan diagnostik. Instalasi kamar bedah RS Emanuel merupakan
ruang operasi yang dilengkapi dengan peralatan canggih yang terdiri dari 4 (empat)
kamar operasi, ruang persiapan, dan ruang pulih sadar dapat melayani :
a. Tindakan operasi Bedah umum
b. Tindakan operasi Bedah syaraf
c. Tindakan operasi Kebidanan dan Kandungan
d. Tindakan operasi Ortopaedi
e. Tindakan operasi Urologi
f. Tindakan operasi THT
g. Tindakan operasi Mata
3. Pelayanan CSSD
Pelayanan CSSD melayani kebutuhan kondisi steril dari semua unit pelayanan di
Rumah Sakit.
6 Stiker High
alert dan LASA
7 Penyimpanan critical area Ruang Operasi (OK), Ruang Bersalin (VK), Instalasi
obat-obat High Gawat Darurat (IGD), Instalasi Perawatan Intensif (ICU/Mutiara), dan
Alert yang Ruang Hemodialisa. Diberi label yang jelas, disimpan terpisah
berupa dengan akses terbatas (restrict access)
elektrolit pekat
tidak
diperbolehkan
dilakukan di
unit pelayanan
pasien, kecuali
8 Sistem a. Distribusi Obat dan Alat Kesehatan dari Instalasi Farmasi ke
Distribusi Obat ruang rawat inap menggunakan sistem ODD (One Daily Dose)
Dan Alat b. Distribusi Obat dan Alat Kesehatan ke pasien rawat inap
Kesehatan menggunakan sistem UDD (Unit Dose Dispensing)
c. Distribusi Obat dan Alat Kesehatan dari Instalasi Farmasi ke
pasien rawat jalan menggunakan sistem Individual Prescribing
Gelang Risiko :
▪ Merah : alergi
▪ Kuning : jatuh
▪ Ungu : DNR
6 Identifikasi pasien a. Jika terdapat pasien dengan nama yang sama, harus
dengan nama yang diinformasikan kepada perawat yang bertugas setiap kali
sama di ruang rawat perganti
b. Berikan label / penanda berupa ‘pasien dengan nama yang
sama’ di lembar pencatatan, lembar obat-obatan, dan
lembar tindakan.
c. Kartu bertanda ‘pasien dengan nama yang sama’ harus
dipasang di tempat tidur pasien agar petugas dapat
memverifikasi identitas pasien.
10 Identifikasi pasien a. Pasien yang meninggal di ruang rawat rumah sakit harus
yang meninggal dilakukan konfirmasi terhadap identitasnya dengan gelang
pengenal dan rekam medis (sebagai bagian dari proses
verifikasi kematian).
b. Semua pasien yang telah meninggal harus diberi
identifikasi dengan menggunakan 2 gelang pengenal, satu
di pergelangan tangan dan satu lagi di pergelangan kaki.
c. Satu salinan surat kematian harus ditempelkan di kain
kafan. Salinan kedua harus ditempelkan di kantong jenazah
(body bag). Salinan ketiga disimpan di rekam medis pasien.
20 Tujuan SKP 4 agar ▪ Komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara
tidak terjadi anggota tim bedah
kesalahan akibat ▪ Kurangnya keterlibatan pasien di dalam penandaan lokasi
(site marking)
▪ Tidak adanya prosedur untuk memverifikasi sisi operasi..
4)Sign-Out
✓ Sign out yang dilakukan di area tempat tindakan
berlangsung sebelum pasien meninggalkan ruangan.
✓ Pada umumnya, perawat sebagai anggota tim melakukan
konfirmasi secara lisan untuk komponen sign-out sebagai
berikut:
1) Nama tindakan operasi/invasif yang dicatat/ditulis.
2) Kelengkapan perhitungan instrumen, kasa dan jarum (bila
ada).
3) Pelabelan spesimen (ketika terdapat spesimen selama
proses sign-out, label dibacakan dengan jelas, meliputi
nama pasien, tanggal lahir).
4) Masalah peralatan yang perlu ditangani (bila ada).
27 Intervensi
Pencegahan Jatuh
Risiko Sedang
28 Intervensi
Pencegahan Jatuh
Risiko Tinggi
29 intervensi untuk ▪ Pasien rawat jalan yang memiliki resiko jatuh tinggi tidak
pengurangan risiko perlu menggunakan gelang resiko jatuh tetapi bisa di pasang
cedera pasien akibat pita risiko jatuh berwarna kuning.
jatuh pada semua ▪ Resiko jatuh dicatat oleh perawat ke dalam rekam medis
pasien rawat jalan / rawat jalan pasien
igd ▪ Dilakukan analisa cara berjalan pada pasien sehingga
dapat ditentukan intervensi spesifik seperti menggunakan
terapi fisik atau alat bantu jalan untuk membantu mobilisasi.
▪ Meminta keluarga untuk menemani pasien selama dilakukan
perawatan.
▪ Keselamatan ruangan: lantai rata dan tidak licin, penerangan
cukup dan tidak terlalu banyak furniture/ kabel
30 Pelaporan insidens / ▪ Setiap petugas yang menemukan adanya kejadian pasien
kejadian pasien jatuh jatuh harus segera melapor kepada petugas yang
berwenang di ruang rawat / departemen tersebut, kemudian
melengkapi laporan insidens.
▪ Petugas harus berdiskusi dengan Kepala Instalasi atau
Manajer mengenai pemilihan cara terbaik dan siapa yang
memberitahukan kepada pasien / keluarga mengenai
kesalahan yang terjadi akibat pasien jatuh.
▪ Contoh kejadian jatuh pada pasien, yaitu jatuh dari tempat
tidur, jatuh di dalam kamar perawatan, jatuh di kamar mandi,
jatuh di luar kamar perawatan (masih di lingkungan rumah
sakit) yang terjadi tanpa disengaja atau bukan selama
menjalani perawatan di rumah sakit.
▪ Jatuh dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi
PROGNAS
1. Peningkatan Kesehatan Ibu dan Bayi
2. Penurunan Angka Kesakitan Tuberkulosis / TBC
3. Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS
4. Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting
5. Pelayanan Keluarga Berencana
HIV – AIDS
Adapun alur pelayanan CST(Care Support Treatment) /PDP (Pelayanan Dukungan
Pengobatan) yang ada di Rumah Sakit Emanuel adalah sebagai berikut :
a. Kasus Pasien Baru
b. Pengobatan Rutin
Pasien Pengambilan
Laboratorium
pulang Obat (Farmasi)
c. Tempat
➢ Klinik VCT ada di ruang Pastoral lantai II
➢ Klinik CST ada di Klinik False 3 lantai I