Anda di halaman 1dari 14

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 Genap (2023.1)

Nama Mahasiswa : Rizka Chairunisa

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 044750114

Tanggal Lahir : 02/10/2004

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4533 / Etika Administrasi Pemerintahan

Kode/Nama Program Studi : 50 / Ilmu Administrasi Negara

Kode/Nama UPBJJ : 21 / Jakarta

Hari/Tanggal UAS THE : Rabu,28 Juni 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Rizka Chairunisa

NIM : 044750114

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4533 / Etika Administrasi Pemerintahan

Fakultas : FHISIP

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

UPBJJ-UT : Jakarta

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Rabu, 28 Juni 2023

Yang Membuat Pernyataan

Rizka Chairunisa
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

(1) Etika administrasi pemerintahan merupakan penerapan studi filsafat dalam penyelenggaraan
administrasi pemerintahan.Etika ini termasuk ke dalam bidang pengetahuan tentang ajaran-ajaran
moral dan asas-asas kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan dalam menjalankan
tindakan jabatannya. Bidang pengetahuan ini diharapkan memberikan berbagai asas etis, ukuran
baku, pedoman perilaku, dan kebajikan moral yang dapat diterapkan oleh setiap petugas guna
terselenggaranya pemerintahan yang baik bagi kepentingan rakyat.

Dalam karangannya berjudul "The Study of Ethics in the P.A. Curriculum" (Studi Etika dalam Kurikulum
Administrasi Publik), John Rohr membahas pentingnya memasukkan kajian etika dalam kurikulum
administrasi publik.Ia menyoroti bahwa administrasi publik adalah bidang yang melibatkan
pengambilan keputusan yang kompleks dan memiliki dampak besar terhadap masyarakat.

Berikut ini adalah beberapa pemahaman yang diuraikan oleh John Rohr dalam karangannya:

1. Pentingnya Etika dalam Administrasi Publik

 John Rohr menyatakan bahwa studi etika dalam kurikulum administrasi publik adalah suatu
keharusan. Administrasi publik melibatkan pelayanan publik, pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan kebijakan publik, dan pengelolaan sumber daya publik. Etika menjadi
penting karena administrasi publik harus memastikan bahwa keputusan dan tindakan yang
diambil adalah moral, adil, dan bertanggung jawab.

2. Memperkuat Tanggung Jawab Moral


 John Rohr berpendapat bahwa studi etika dalam kurikulum administrasi publik dapat
membantu memperkuat tanggung jawab moral para profesional dalam bidang ini. Melalui
pemahaman tentang etika, para pejabat publik dapat lebih memahami implikasi moral dari
tindakan dan keputusan mereka, serta mengembangkan kesadaran akan konsekuensi yang
mungkin timbul dari tindakan yang tidak etis.

3. Memperluas Perspektif dan Memperkaya Diskusi


 Pemahaman etika dalam kurikulum administrasi publik juga membantu memperluas
perspektif para mahasiswa dan profesional. Etika melibatkan pemikiran kritis, refleksi, dan
penilaian moral terhadap situasi yang kompleks. Dengan memasukkan etika dalam kurikulum,
diskusi mengenai nilai-nilai, keadilan, dan moralitas dapat diperkaya, dan para profesional
dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang implikasi etis dalam tugas-
tugas mereka.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. Mendorong Pertimbangan Terhadap Dilema Etis


 Studi etika dalam kurikulum administrasi publik membantu mahasiswa dan
profesional untuk memahami dan menghadapi dilema etis yang mungkin terjadi
dalam praktik administrasi publik. Mereka diajarkan untuk mempertimbangkan
berbagai nilai dan perspektif yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan
memahami konsekuensi etis yang terkait dengan tindakan yang diambil.

5. Meningkatkan Kualitas Administrasi Publik


 Dengan memasukkan etika dalam kurikulum, tujuan utamanya adalah
meningkatkan kualitas administrasi publik secara keseluruhan. Etika memberikan
kerangka kerja bagi para profesional untuk bertindak dengan integritas,
mempertimbangkan kepentingan publik, dan melaksanakan tugas mereka dengan
moralitas yang tinggi. Hal ini diharapkan dapat membangun kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dan meningkatkan kinerja administrasi publik
secara keseluruhan.

Pemahaman John Rohr dalam karangannya menekankan bahwa studi etika dalam kurikulum administrasi
publik adalah penting untuk memperkuat tanggung jawab moral, memperluas perspektif, menghadapi dilema
etis, dan meningkatkan kualitas administrasi publik secara keseluruhan. Etika menjadi landasan yang penting
bagi para profesional administrasi publik dalam menjalankan tugas mereka dengan integritas dan moralitas
yang tinggi.

Kasus Menteri Sosial, Juliari Batubara, yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dalam kasus dugaan korupsi bantuan sosial Covid-19 memiliki kaitan erat dengan konsep etika
administrasi pemerintahan. Berikut ini adalah beberapa aspek yang terkait:
• Integritas

Salah satu aspek utama dalam etika administrasi pemerintahan adalah integritas, yaitu keselarasan antara
nilai-nilai dan prinsip moral dengan tindakan yang dilakukan. Kasus Juliari Batubara menyoroti pelanggaran
integritas, karena ia diduga terlibat dalam kegiatan korupsi terkait pengelolaan bantuan sosial Covid-19.
Integritas seorang pejabat pemerintahan harus terjaga agar mampu menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dengan kejujuran dan tanpa penyalahgunaan wewenang.
dalam korupsi, itu mencerminkan kegagalan dalam menjalankan tanggung jawab akuntabilitasnya kepada
masyarakat.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

• Akuntabilitas
Etika administrasi pemerintahan menuntut adanya akuntabilitas, yaitu kemampuan untuk bertanggung jawab
atas tindakan dan keputusan yang diambil. Dalam kasus ini, Juliari Batubara sebagai seorang Menteri Sosial
bertanggung jawab dalam pengelolaan dan penyaluran bantuan sosial Covid-19. Ketika ia diduga terlibat
dalam korupsi, itu mencerminkan kegagalan dalam menjalankan tanggung jawab akuntabilitasnya kepada
masyarakat.

• Transparansi
Etika administrasi pemerintahan juga mendorong transparansi dalam pengambilan keputusan dan
pengelolaan sumber daya publik. Kasus ini mengungkapkan ketidaktransparanan dalam proses pengelolaan
bantuan sosial Covid-19, di mana ditemukan indikasi korupsi yang melibatkan Menteri Sosial. Transparansi
yang buruk dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan menciptakan keraguan
terhadap kebijakan dan tindakan yang dilakukan.

• Keadilan
Konsep etika administrasi pemerintahan juga berhubungan dengan prinsip keadilan. Penyalahgunaan
wewenang dan korupsi dalam pengelolaan bantuan sosial Covid-19 dapat menciptakan ketidakadilan dalam
pemerataan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Keadilan menjadi prinsip penting dalam
administrasi pemerintahan untuk memastikan bahwa kebijakan dan tindakan yang diambil tidak memihak dan
adil bagi semua warga negara.

Kasus Juliari Batubara dalam dugaan korupsi bantuan sosial Covid-19 menunjukkan pelanggaran terhadap
prinsip-prinsip etika administrasi pemerintahan, seperti integritas, akuntabilitas, transparansi, dan keadilan.
Kejadian ini menegaskan pentingnya menjaga dan menerapkan standar moral yang tinggi dalam administrasi
pemerintahan guna memastikan pengelolaan yang adil, efektif, dan bertanggung jawab terhadap kepentingan
publik.

(2) Dalam konteks etika administrasi pemerintahan, pengertian adil berkaitan dengan perlakuan
yang objektif, setara, dan tidak diskriminatif dalam pengambilan keputusan, pengelolaan sumber
daya publik, dan pelayanan publik. Prinsip keadilan menjadi dasar untuk menjaga integritas,
akuntabilitas, dan transparansi dalam administrasi pemerintahan.
Pengembangan diri menjadi orang yang adil dalam etika administrasi pemerintahan melibatkan
pemahaman, penerapan, dan peningkatan praktek-praktek yang adil dalam konteks tugas dan
tanggung jawab sebagai pejabat pemerintahan. Berikut adalah beberapa aspek yang terkait dengan
pengembangan diri menjadi orang yang adil dalam etika administrasi pemerintahan seperti :
Pengetahuan tentang Etika Administrasi Pemerintahan,Objektivitas dan Imparsialitas,Transparansi
dan Akuntabilitas,Pemberdayaan Masyarakat,Kepemimpinan dan Contoh Teladan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Pengembangan diri menjadi orang yang adil memang tidak mudah karena adanya berbagai godaan
dan gangguan dalam masyarakat modern dewasa ini.Namun, keberhasilan seseorang administrasi
pemerintahan menjadi orang yang adil dan memiliki jiwa keadilan merupakan suatu pahala
tersendiri yang memberikan kebahagiaan sejati.Pengembangan diri menjadi orang yang adil dalam
etika administrasi pemerintahan adalah upaya untuk memastikan pelayanan publik yang adil,
keadilan distribusi sumber daya publik, dan perlakuan yang setara bagi semua individu. Dengan
memperkuat prinsip keadilan dan menerapkannya dalam praktik administrasi pemerintahan,
pejabat pemerintahan dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan membangun
kepercayaan yang tinggi dalam pemerintahan.

Proses pembuatan kebijakan yang menjunjung tinggi nilai keadilan adalah penting dalam
administrasi pemerintahan. Berikut adalah beberapa langkah atau prinsip yang dapat diterapkan
untuk memastikan nilai keadilan dalam pembuatan kebijakan :
- Analisis Kebijakan yang Teliti
Langkah awal dalam pembuatan kebijakan adalah melakukan analisis kebijakan yang komprehensif.
Ini melibatkan mengumpulkan dan menganalisis data, memahami isu yang terlibat, serta
mempertimbangkan berbagai dampak dan implikasi kebijakan pada berbagai kelompok
masyarakat.
- Keterlibatan dan Partisipasi Publik
Memastikan keterlibatan dan partisipasi publik adalah langkah penting untuk mencapai keadilan
dalam pembuatan kebijakan. Masyarakat harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
proses pengambilan keputusan, memberikan masukan, dan memberikan perspektif yang beragam.
Ini memungkinkan suara masyarakat yang terdampak untuk didengar dan mempengaruhi
keputusan kebijakan.
- Analisis Dampak Sosial
Melakukan analisis dampak sosial adalah penting untuk memahami bagaimana kebijakan akan
mempengaruhi kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Perlu dipertimbangkan implikasi
kebijakan terhadap kelompok yang rentan atau terpinggirkan untuk memastikan keadilan dan
kesetaraan dalam dampak kebijakan tersebut.
- Keadilan Distributif
Prinsip keadilan distributif berkaitan dengan cara distribusi sumber daya dan manfaat kebijakan di
antara masyarakat. Dalam pembuatan kebijakan, penting untuk memastikan distribusi sumber daya
yang adil, sehingga tidak ada kelompok yang diuntungkan secara berlebihan atau kelompok lain
yang dirugikan secara tidak adil.
- Keadilan Prosedural
Selain keadilan distributif, prinsip keadilan prosedural juga harus dijunjung tinggi dalam pembuatan
kebijakan. Proses pengambilan keputusan harus adil, terbuka, dan transparan. Semua pihak yang
terlibat harus memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi, memberikan masukan, dan
mempengaruhi keputusan kebijakan.

- Evaluasi dan Koreksi


Setelah kebijakan diimplementasikan, penting untuk melakukan evaluasi secara berkala untuk
memastikan bahwa kebijakan tersebut mencapai tujuannya secara adil. Jika ada ketidakadilan yang
teridentifikasi, perlu dilakukan koreksi dan perbaikan kebijakan untuk memperbaiki keadilan dalam
implementasinya.

- Mekanisme Penegakan Hukum


Penting juga untuk memiliki mekanisme penegakan hukum yang efektif dan adil dalam melindungi
keadilan dalam implementasi kebijakan. Ini termasuk mengatasi pelanggaran hukum,
penyalahgunaan wewenang, atau tindakan korupsi yang dapat mengganggu prinsip keadilan dalam
administrasi pemerintahan.

Setelah saya analisa pertanyaan mengenai apakah pembuat kebijakan di Indonesia menjunjung tinggi
nilai keadilan tidak dapat saya jawab secara definitif karena hal tersebut melibatkan berbagai faktor
dan konteks yang kompleks. Keberagaman sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia juga dapat
mempengaruhi cara kebijakan dirumuskan dan diimplementasikan.
Ada beberapa contoh kebijakan di Indonesia yang dirancang dengan tujuan mempromosikan
keadilan, seperti kebijakan pemberdayaan masyarakat, kebijakan pengentasan kemiskinan, kebijakan
perlindungan hak asasi manusia, dan kebijakan pengaturan distribusi sumber daya alam. Faktor-
faktor seperti korupsi, ketimpangan dalam distribusi kekayaan dan akses terhadap sumber daya,serta
perbedaan dalam perlakuan terhadap kelompok-kelompok masyarakat tertentu, dapat menjadi
hambatan dalam mencapai tingkat keadilan yang diinginkan.
Penting bagi pemerintah, pembuat kebijakan, dan masyarakat sipil untuk terus mendorong
transparansi, akuntabilitas, partisipasi publik, dan penegakan hukum yang kuat untuk memastikan
bahwa kebijakan yang dirumuskan dan diimplementasikan sesuai dengan prinsip keadilan.

(3) Dalam penanganan pelanggaran etika jabatan, seperti korupsi, terdapat beberapa kendala yang sering
dihadapi. Beberapa kendala utama adalah sebagai berikut :

 Keterbatasan Sumber Daya => Penanganan pelanggaran etika jabatan, terutama kasus korupsi,
membutuhkan sumber daya manusia, keuangan, dan teknis yang memadai. Namun, seringkali lembaga
penegak hukum dan sistem peradilan di negara-negara tertentu menghadapi keterbatasan sumber daya
yang signifikan. Kurangnya anggaran, fasilitas, dan personel yang berkualitas dapat mempengaruhi
kemampuan lembaga penegak hukum dalam melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan yang
efektif.

 Korupsi di Internal Sistem Peradilan => Salah satu kendala yang signifikan adalah adanya korupsi di
internal sistem peradilan itu sendiri. Ketika lembaga penegak hukum dan pengadilan terlibat dalam
praktik korupsi, penanganan kasus-kasus pelanggaran etika jabatan menjadi lebih sulit. Hal ini dapat
menghambat upaya untuk mengejar dan menghukum pelaku korupsi dengan adil dan tegas.
 Perlindungan terhadap Pelaku Korupsi => Beberapa pelaku korupsi memiliki pengaruh politik, kekuatan
ekonomi, atau hubungan yang kuat di dalam sistem pemerintahan. Mereka mungkin dilindungi oleh
jaringan korupsi atau terlibat dalam praktik nepotisme. Perlindungan semacam ini membuat sulit untuk
mengekspos dan menuntut mereka secara efektif. Juga, adanya ancaman terhadap saksi, pengadilan yang
tidak adil, atau intervensi politik dapat menjadi kendala dalam penanganan pelanggaran etika jabatan.

 Kompleksitas dan Keberlanjutan Kasus => Kasus pelanggaran etika jabatan, terutama korupsi, seringkali
melibatkan jaringan yang kompleks dan transaksi keuangan yang rumit. Menyusun bukti yang cukup
untuk membuktikan kasus tersebut membutuhkan waktu, sumber daya, dan keahlian yang memadai.
Selain itu, proses hukum yang panjang dan berlarut-larut dapat menghambat penyelesaian kasus dengan
cepat dan efisien.

 Ketidakpedulian atau Kompromi dari Pihak yang Berwenang => Dalam beberapa kasus, pihak yang
berwenang atau pejabat terlibat dalam pelanggaran etika jabatan dapat menunjukkan ketidakpedulian
atau bahkan melakukan kompromi terhadap proses penanganan kasus. Hal ini dapat terjadi karena alasan
politik, hubungan pribadi, atau tekanan dari kekuatan yang berpengaruh. Ketidakpedulian atau kompromi
semacam itu dapat menghambat penegakan hukum yang adil dan memberikan hukuman yang sesuai.

Untuk mengatasi kendala-kendala ini, diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk memperkuat
sistem peradilan, memberikan sumber daya yang memadai, serta melibatkan masyarakat sipil dalam
pengawasan dan pemantauan. Selain itu, penting untuk membangun kepercayaan publik terhadap lembaga
penegak hukum, meningkatkan transparansi, dan memperkuat mekanisme perlindungan bagi para
whistleblower yang melaporkan tindakan korupsi.

Ijin pemeriksaan terhadap pejabat yang menjadi terdakwa memiliki pentingan yang signifikan dalam sistem
peradilan yang adil dan transparan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa ijin pemeriksaan tersebut
penting :

~ Prinsip Kebebasan dan Kesetaraan


Ijin pemeriksaan memberikan perlindungan terhadap hak asasi individu, termasuk hak kebebasan dan
kesetaraan di hadapan hukum. Dengan adanya ijin pemeriksaan, setiap pejabat yang menjadi terdakwa
memiliki hak untuk menentukan apakah mereka akan bersedia memberikan kesaksian atau tidak. Hal ini
memastikan bahwa mereka tidak dipaksa atau ditekan untuk memberikan kesaksian yang dapat merugikan
diri mereka sendiri.

~ Perlindungan terhadap Penyalahgunaan Wewenang


Ijin pemeriksaan dapat mencegah penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berwenang. Dalam beberapa
kasus, pejabat yang menjadi terdakwa dapat menjadi sasaran penyalahgunaan kekuasaan atau intimidasi oleh
pihak yang ingin mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya ijin pemeriksaan, terdakwa memiliki kontrol atas
partisipasinya dalam proses pemeriksaan dan dapat melindungi diri mereka dari penyalahgunaan wewenang.

~ Mempertahankan Kepercayaan Publik


Ijin pemeriksaan juga penting untuk mempertahankan kepercayaan publik terhadap integritas dan
transparansi sistem peradilan. Ketika proses pemeriksaan dilakukan secara terbuka dan adil, masyarakat
memiliki keyakinan bahwa semua pihak yang terlibat akan diperlakukan dengan adil dan bahwa keputusan
yang diambil didasarkan pada fakta dan bukti yang sah. Ini memperkuat legitimasi sistem peradilan dan
membangun kepercayaan masyarakat terhadap keadilan.

~ Penguatan Hukum dan Keadilan


Ijin pemeriksaan juga berperan dalam penguatan hukum dan keadilan. Dalam proses pemeriksaan yang adil,
semua pihak yang terlibat memiliki kesempatan yang sama untuk menyajikan bukti dan argumen mereka. Ini
memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada prinsip-prinsip hukum yang adil dan mendorong
keadilan dalam penanganan kasus.

~ Perlindungan Terhadap Kekerasan dan Penyalahgunaan


Ijin pemeriksaan juga memberikan perlindungan terhadap risiko kekerasan atau penyalahgunaan terhadap
terdakwa. Dalam beberapa kasus, terdakwa mungkin berisiko menjadi korban penyerangan atau ancaman
fisik. Dengan adanya ijin pemeriksaan, mereka dapat mempertimbangkan faktor-faktor keamanan dan
melindungi diri mereka sendiri.

Penting untuk dicatat bahwa ijin pemeriksaan bukan berarti pelarian dari pertanggungjawaban hukum. Jika
terdapat kecurigaan adanya upaya menghindari atau menghalangi proses peradilan, maka hukum harus tetap
berlaku. Namun, ijin pemeriksaan memberikan perlindungan dan memastikan bahwa proses peradilan
dilakukan dengan prinsip-prinsip keadilan dan perlindungan hak asasi manusia yang sesuai.

Berdasarkan uraian yang diberikan, terdapat beberapa kendala dalam penanganan pelanggaran etika jabatan,
khususnya kasus korupsi, di Indonesia. Beberapa kendala yang mungkin dihadapi adalah sebagai berikut:

 Lemahnya Komitmen Pemerintah


Salah satu kendala utama yang disoroti adalah lemahnya komitmen pemerintah dalam upaya pemberantasan
korupsi. Jika pemerintah tidak memberikan prioritas yang cukup pada penanganan kasus korupsi atau tidak
mengambil langkah-langkah konkret untuk memperkuat lembaga-lembaga penegak hukum, hal ini dapat
menghambat efektivitas penanganan pelanggaran etika jabatan.

 Keterbatasan Sumber Daya


Penanganan kasus korupsi membutuhkan sumber daya manusia, keuangan, dan teknis yang memadai.
Namun, keterbatasan sumber daya seperti anggaran yang terbatas, kekurangan personel yang berkualitas,
dan kurangnya fasilitas yang memadai dapat menghambat penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan yang
efektif.

 Korupsi di Internal Sistem Peradilan


Jika terdapat praktik korupsi di internal sistem peradilan, seperti penyuapan hakim atau penghalangan proses
hukum, hal ini akan menyulitkan penanganan kasus korupsi. Korupsi di dalam sistem peradilan mengancam
integritas dan independensi lembaga-lembaga penegak hukum, serta merusak kepercayaan publik terhadap
proses peradilan.

 Perlindungan Terhadap Pelaku Korupsi


Tantangan lain adalah perlindungan terhadap pelaku korupsi yang memiliki pengaruh politik, kekuatan
ekonomi, atau hubungan yang kuat di dalam sistem pemerintahan. Pelaku korupsi sering kali dilindungi oleh
jaringan korupsi atau terlibat dalam praktik nepotisme. Hal ini membuat sulit untuk mengekspos dan
menuntut mereka secara efektif.

Dalam hal pentingnya ijin pemeriksaan terhadap terdakwa, ijin tersebut memiliki peran penting dalam
menjaga prinsip kebebasan dan kesetaraan di hadapan hukum. Ijin pemeriksaan memberikan perlindungan
terhadap hak asasi individu dan mencegah penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berwenang. Dengan
adanya ijin pemeriksaan, terdakwa memiliki kontrol atas partisipasinya dalam proses pemeriksaan dan dapat
melindungi diri mereka dari tekanan atau intimidasi yang mungkin terjadi. Ijin pemeriksaan juga memperkuat
prinsip keadilan, penguatan hukum, dan menjaga kepercayaan publik terhadap proses peradilan yang adil dan
transparan.
Namun, penting untuk memastikan bahwa ijin pemeriksaan tidak digunakan sebagai alat untuk menghalangi
proses hukum atau menghambat keadilan. Ijin pemeriksaan harus tetap mempertimbangkan kepentingan
umum dan kebutuhan untuk mengungkap kebenaran dalam penanganan kasus korupsi, sejalan dengan
prinsip-prinsip hukum yang adil.

(4) Pengawasan penyelenggaraan pemerintah memiliki peranan penting dalam menjaga akuntabilitas,
transparansi, dan integritas dalam tindakan dan keputusan pemerintah. Pengawasan ini melibatkan berbagai
lembaga dan mekanisme yang bertujuan untuk memastikan bahwa pemerintah beroperasi secara efektif,
efisien, dan sesuai dengan hukum serta kepentingan publik. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa
pengawasan penyelenggaraan pemerintah sangat penting :

o Akuntabilitas : Pengawasan membantu memastikan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas


tindakan dan keputusan yang diambil. Dengan adanya pengawasan, pemerintah harus
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya publik, kebijakan publik, dan program-program
pemerintah yang dilaksanakan. Ini membantu mengurangi risiko penyalahgunaan kekuasaan,
korupsi, atau pemborosan anggaran.

o Transparansi : Pengawasan menyediakan mekanisme untuk mengungkapkan informasi yang relevan


dan penting kepada publik. Dengan adanya transparansi, masyarakat dapat memahami bagaimana
pemerintah beroperasi, bagaimana keputusan dibuat, dan bagaimana sumber daya publik digunakan.
Ini memungkinkan partisipasi publik yang lebih baik dalam proses pengambilan keputusan dan
memperkuat prinsip demokrasi.

o Pencegahan dan deteksi korupsi : Pengawasan penyelenggaraan pemerintah dapat membantu


mencegah dan mendeteksi kasus korupsi. Dengan adanya mekanisme pengawasan yang kuat,
termasuk audit, investigasi, dan pengawasan oleh lembaga independen, peluang untuk melakukan
korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan dapat dikurangi. Ini membantu melindungi keuangan
negara dan kepentingan publik.

o Peningkatan efektivitas dan efisiensi : Melalui pengawasan, pemerintah dapat dievaluasi dalam hal
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kebijakan dan program-programnya. Temuan dari pengawasan
dapat memberikan masukan berharga untuk perbaikan dan peningkatan kinerja pemerintah. Dengan
adanya pengawasan yang baik, sumber daya publik dapat digunakan dengan lebih efektif,
meningkatkan kualitas pelayanan publik, dan mencapai tujuan pembangunan yang ditetapkan.

o Perlindungan hak asasi manusia : Pengawasan penyelenggaraan pemerintah juga penting dalam
melindungi hak asasi manusia. Dengan mengawasi tindakan dan kebijakan pemerintah, termasuk
dalam hal penegakan hukum, penegakan hak asasi manusia dapat ditegakkan. Pengawasan yang kuat
dapat mengidentifikasi pelanggaran hak asasi manusia dan memastikan pertanggungjawaban pelaku.

Dalam rangka menjaga pentingnya pengawasan penyelenggaraan pemerintah, diperlukan keberadaan


lembaga pengawas yang independen, adil, dan efektif. Selain itu, partisipasi aktif masyarakat sipil dalam
mengawasi penyelenggaraan pemerintah juga penting untuk mencapai pemerintahan yang lebih akuntabel,
transparan, dan responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi publik.
Proses pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah melibatkan beberapa tahapan yang dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana pengawasan tersebut dilakukan. Berikut ini adalah gambaran
umum tentang proses pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah:

1. Pembentukan Lembaga Pengawas


Proses pengawasan dimulai dengan pembentukan lembaga pengawas di tingkat daerah, seperti
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Inspektorat, atau Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). Lembaga ini memiliki tugas dan kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap
kegiatan pemerintah daerah.

2. Perencanaan Pengawasan
Lembaga pengawas akan melakukan perencanaan pengawasan yang mencakup penetapan prioritas,
target, dan metode pengawasan yang akan dilakukan. Perencanaan ini bertujuan untuk memastikan
penggunaan sumber daya pengawasan secara efektif dan efisien.

3. Pelaksanaan Audit
Salah satu bentuk utama pengawasan adalah melalui proses audit. Tim auditor dari lembaga
pengawas akan melakukan pemeriksaan terhadap kegiatan pemerintah daerah, seperti pemeriksaan
administrasi, pemeriksaan keuangan, atau pemeriksaan kinerja. Audit dilakukan berdasarkan standar
dan metode yang telah ditetapkan.

4. Pengumpulan Bukti dan Analisis


Selama proses audit, tim auditor akan mengumpulkan bukti dan informasi yang relevan terkait
kegiatan pemerintah daerah yang sedang diperiksa. Informasi ini akan dianalisis untuk mengevaluasi
kepatuhan terhadap peraturan, keefektifan program dan kebijakan, serta kinerja pemerintah daerah
secara umum.

5. Temuan dan Rekomendasi


Hasil analisis tersebut akan menghasilkan temuan-temuan yang mencakup kelemahan, pelanggaran,
atau perbaikan yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah. Lembaga pengawas akan menyusun
rekomendasi berdasarkan temuan tersebut, yang ditujukan untuk perbaikan dan perubahan dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah.

6. Penyampaian Laporan
Laporan hasil pengawasan akan disusun dan disampaikan kepada pemerintah daerah dan pihak yang
berwenang. Laporan ini akan mencakup temuan, rekomendasi, dan evaluasi terhadap kinerja
pemerintah daerah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

7. Tindak Lanjut
Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk memberikan tindak lanjut terhadap temuan dan
rekomendasi yang disampaikan oleh lembaga pengawas. Tindak lanjut ini dapat berupa perbaikan
prosedur, perubahan kebijakan, atau tindakan hukum terhadap pelanggaran yang serius. Pemerintah
daerah juga diharapkan untuk memberikan informasi tentang tindak lanjut yang diambil kepada
lembaga pengawas.

8. Partisipasi Publik
Selama seluruh proses pengawasan, partisipasi publik dapat berperan penting. Masyarakat memiliki
hak untuk mengawasi dan memberikan masukan terhadap kegiatan pemerintah daerah. Partisipasi
publik dapat dilakukan melalui mekanisme seperti pertemuan publik, forum diskusi, pengaduan
masyarakat, atau akses terhadap informasi publik.
Proses pengawasan ini dilakukan secara berkelanjutan dan terus-menerus untuk memastikan
pemerintah daerah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara transparan, akuntabel, dan
sesuai dengan kepentingan publik.

Anda mungkin juga menyukai