Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 (2023.1)

Nama Mahasiswa : PETRONELA LAHAI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043022382

Tanggal Lahir : 09 Mei 1981

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU 4533/ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Kode/Nama Program Studi : 50/ Ilmu Administrasi Negara

Kode/Nama UPBJJ : 50/Samarinda

Hari/Tanggal UAS THE : Rabu, 28 Juni 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : PETRONELA LAHAI


NIM : 043022382
Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU 4533/ ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
Fakultas : FHISP
Program Studi : 50/ ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UPBJJ-UT : 50/Samarinda

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Ujoh Bilang, 28 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

PETRONELA LAHAI
Soal 1
Banyaknya terjadi skandal dan penyelewengan dalam administrasi pemerintahan di berbagai
negara maju maupun berkembang hal ini membuktikan bahwa etika administrasi
pemerintahan sudah mengalami perkembangan yang sangat luas. Coba saudara analisa
terkait perkembangan etika administrasi pemerintahan dikaitkan dengan pemahaman John
Rohr dalam karangannya berjudul ”The Study of Ethics in the P.A. Curriculum!
Jawab :
 Etika administrasi pemerintahan merujuk pada prinsip-prinsip moral dan standar perilaku
yang mengatur tindakan dan keputusan dalam konteks administrasi pemerintahan. Ini
melibatkan pertimbangan tentang keadilan, integritas, akuntabilitas, transparansi, dan
pelayanan publik yang baik. Perkembangan etika administrasi pemerintahan dapat diamati
melalui analisis terhadap kejadian skandal dan penyelewengan yang terjadi di berbagai
negara maju maupun berkembang.
 John Rohr, dalam karangannya yang berjudul "The Study of Ethics in the P.A. Curriculum",
memberikan pemahaman yang penting mengenai etika administrasi pemerintahan. Dia
menekankan pentingnya mempelajari etika dalam kurikulum administrasi publik untuk
mempersiapkan para profesional pemerintahan yang dapat menghadapi tantangan moral
dan etika yang kompleks dalam pekerjaan mereka. Rohr berpendapat bahwa etika
administrasi pemerintahan bukan hanya tentang menerapkan aturan dan peraturan, tetapi
juga mempertimbangkan pertanyaan moral yang lebih luas, seperti keadilan sosial,
kepercayaan publik, dan perlakuan yang adil terhadap warga negara.
 Kaitan konsep etika administrasi pemerintahan dengan kasus Menteri Sosial, Juliari
Batubara, yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi bantuan sosial
Covid-19 adalah sebagai berikut. Kasus ini menunjukkan pelanggaran etika administrasi
pemerintahan dalam bentuk penyalahgunaan kekuasaan dan penyelewengan dana publik
yang seharusnya digunakan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan selama
pandemi. Penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi merupakan pelanggaran terhadap
prinsip-prinsip integritas, akuntabilitas, dan pelayanan publik yang baik.
 Perkembangan etika administrasi pemerintahan yang luas, seperti yang diamati dalam
kasus seperti ini, menunjukkan bahwa masih ada tantangan yang dihadapi dalam
menerapkan standar etika yang tinggi dalam administrasi pemerintahan. Hal ini
menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan yang kuat dalam bidang etika
administrasi pemerintahan, serta perlunya adopsi sistem pengawasan dan mekanisme
akuntabilitas yang efektif untuk mencegah penyelewengan dan korupsi.
 Dalam hal ini, pemahaman John Rohr tentang pentingnya mempelajari etika dalam
kurikulum administrasi publik menjadi relevan. Pelatihan dan pendidikan yang kuat dalam
bidang etika administrasi pemerintahan akan membantu mempersiapkan para pemimpin
dan profesional pemerintahan yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-
prinsip moral dan etika, serta dapat menghadapi dilema etika dengan bijaksana. Hal ini
diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penyelewengan dan skandal dalam
administrasi pemerintahan di masa depan.

Soal 2
Pertanyaan :
Ranah pemerintahan rentan sekali aspek keadilan itu diperhitungkan oleh masyarakat,
mengingat tumpuan mereka atas nasib dan kegiatan-kegiatan bermasyarakat yang tidak
lepas dari kebijakankebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Coba saudara analisa apakah
pembuat kebijakankebijakan yang ada di Indonesia menjunjung tinggi nilai keadilan?
Jawab :
 Konsepi keadilan sebagai suatu ide mempunyai banyak makna dan definisi. Makna keadilan
menunjuk pada arti atau maksud yang melekat pada istilah keadilan, seperti kepantasan,
kelayakan, persamaan perlakuan, sikap tidak memihak, perlakuan tepat atau kelurusan.
Pengertian “apa yang semestinya” bagi setiap orang mempunyai 2 bentuk penerapan
umum berupa :
a. Jaminan hak-hak agar bebas dari pelanggaran.
b. Perlakuan yang layak, yaitu memperlakukan hal-hal yang sama secara sama dan hal-hal
yang tidak sama secara tidak sama seimbang dengan ketidaksamaan itu.
Menurut saya pembuat keputusan di indonesia tidak menjunjung tinggi keadilan, seringkali
kebijakan diputuskan sesuatu secara sepihak tanpa melibatkan partisipasi publik
sebagaimana prinsip Good Governance yang semestinya mengiringi dalam tiap proses
pembahasan sebuah kebijakan. Saya mengindikasikan bahwa langkah tersebut dilakukan
demi kepentingan sejumlah pihak semata yang berkonsekuensi pada memburuknya kualitas
hidup masyarakat. Dan seringkali ada kebijakan yang terlihat adil dengan mementingkan
kesejahteraan rakyat namun kebijakan tersebut tidak teraplikasi dengan sesuai akibat
control kebijakan yang lemah.

Soal 3
Pertanyaan :
Pelanggaran etika jabatan di Indonesia saat ini masih ada, ICW selalu mengamani kaitan
kasuskasus korupsi yang ada di negeri ini. Indonesia Corruption Watch (ICW) sudah tidak
mempercayai komitmen pemerintah dalam upaya pemeberantasan korupsi Sebabnya,
menurut Peneliti ICW Kurnia Ramadhana pemerintah tidak segera mengesahkan RUU
Perampasan Aset Tindak Pidana yang bisa digunakan sebagai salah satu upaya upaya
pemberantasan korupsi. “Sejak awal ICW sudah tidak menaruh kepercayaan lagi pada
pemerintah akan komitmennya terhadap isu pemberantasan korupsi. Ada banyak suplemen
pemberantasan korupsi yang tidak ditindaklanjuti melalui proses legislasi, salah satunya RUU
Perampasan Aset,” kata Kurnia dihubungi Kompas.com, Rabu (14/4/2021). Artikel ini telah
tayang di Kompas.com dengan judul "ICW: Komitmen Pemerintah dalam Pemberantasan
Korupsi Tak Bisa Dipercaya", Klik untuk baca:
https://nasional.kompas.com/read/2021/04/14/18490901/icw-komitmen-pemerintah-
dalam-
Berdasarkan uraian diatas, coba saudara analisa kendala apa yang dihadapi dalam
penanganan pelanggaran etika jabatan (korupsi) dan seberapa penting ijin pemeriksaan
terhadap terdakwa?
Jawab :
A. Kendala/hambatan dalam penangan korupsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hambatan Struktural, yaitu hambatan yang bersumber dari praktik-praktik
penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang membuat penanganan tindak pidana
korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di
antaranya : egoisme sektoral dan institusional yang menjurus pada pengajuan dana
sebanyak-banyaknya untuk sektor dan instansinya tanpa memperhatikan kebutuhan
nasional secara keseluruhan serta berupaya menutupnutupi penyimpangan-
penyimpangan yang terdapat di sektor dan instansi yang bersangkutan; belum
berfungsinya fungsi pengawasan secara efektif; lemahnya koordinasi antara aparat
pengawasan dan aparat penegak hukum; serta lemahnya sistem pengendalian intern
yang memiliki korelasi positif dengan berbagai penyimpangan dan inefesiensi dalam
pengelolaan kekayaan negara dan rendahnya kualitas pelayanan publik.
2. Hambatan Kultural, yaitu hambatan yang bersumber dari kebiasaan negatif yang
berkembang di masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya : masih
adanya ”sikap sungkan” dan toleran di antara aparatur pemerintah yang dapat
menghambat penanganan tindak pidana korupsi; kurang terbukanya pimpinan instansi
sehingga sering terkesan toleran dan melindungi pelaku korupsi, campurtangan
eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam penanganan tindak pidana korupsi, rendahnya
komitmen untukmenangani korupsi secara tegas dan tuntas, serta sikap permisif (masa
bodoh) sebagian besar masyarakat terhadap upaya pemberantasan korupsi.
3. Hambatan Instrumental, yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya instrumen
pendukung dalam bentuk peraturan perundang- undangan yang membuat penanganan
tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam
kelompok ini di antaranya : masih terdapat peraturan perundangundangan yang
tumpang tindih21 sehingga menimbulkan tindakan koruptif berupa penggelembungan
dana di lingkungan instansi pemerintah; belum adanya “single identification number”
atau suatu identifikasi yang berlaku untuk semua keperluan masyarakat (SIM, pajak,
bank, dll.) yang mampu mengurangi peluang penyalahgunaan oleh setiap anggota
masyarakat; lemahnya penegakan hukum penanganan korupsi;serta sulitnya
pembuktian terhadap tindak pidana korupsi.
4. Hambatan Manajemen, yaitu hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau tidak
diterapkannya prinsip-prinsip manajemen yang baik (komitmen yang tinggi dilaksanakan
secara adil, transparan dan akuntabel) yang membuat penanganan tindak pidana
korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di
antaranya : kurang komitmennya manajemen (Pemerintah) dalam menindaklanjuti hasil
pengawasan; lemahnya koordinasi baik di antara aparat pengawasan maupun antara
aparat pengawasan dan aparat penegak hukum; kurangnya dukungan teknologi
informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; tidak independennya organisasi
pengawasan; kurang profesionalnya sebagian besar aparat pengawasan; kurang adanya
dukungan sistem dan prosedur pengawasan dalam penanganan korupsi, serta tidak
memadainya system kepegawaian di antaranya sistem rekrutmen, rendahnya ”gaji
formal” PNS, penilaian kinerja dan reward and punishment. Napisa, Salma & Yustio,
Hafizh. 2021. Korupsi Di Indonesia (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya
Pemberantasan, Serta Regulasi) Kajian Literatur Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial.
Jurnal Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial. Volume 2, Issue 2 :566-567.
B. Analisis seberapa penting ijin pemeriksaan terhadap terdakwa.
Berdasarkan perundang-undangan maka perlu adanya ijin pemeriksaan terhadap terdakwa,
maka hal ini termasuk ke dalam kendalam instrumental dalam penanganan korupsi. Aturan
mengenai izin Dewan Pengawas dalam proses penyidikan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (UU KPK) dinilai akan melemahkan proses penegakan yang dilakukan oleh Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK).

Soal 4
Pertanyaan :
Coba saudara analisa pentingnya pengawasan penyelenggaraan pemerintah berdasarkan
gambar diatas dan berikan gambaran proses pengawasan penyelengaraan pemerintah daerah!
Jawab :
 Pengawasan sangatlah diperlukan untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan pemerintahan
berjalan sesuai dengan perencanaan dan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
Perencanaan tersebut dapat diartikan sebagai fungsi manajemen yang menentukan
strategi terbaik dan taktik untuk mencapai tujuan dan target dalam organisasi. Selain itu,
dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik dan juga pemerintahan yang bersih
dari tindakan – tindakan yang tidak diinginkan, pengawasan juga diperlukan untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, transparan, filterisasi,
serta bersih dan bebas dari praktik-praktik korupsi.
 Pengawasan Atasan Langsung yang lebih familier disebut Pengawasan Melekat memiliki
dasar yaitu : Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan Presiden Republik Indonesia. Dalam Instruksi Presiden tersebut disebutkan
bahwa pengawasan terdiri dari Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atasan
langsung baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah dan Pengawasan yang dilakukan
secara fungsional oleh aparat pengawasan. Pengawasan yang dimaksud dalam kalimat
pertama itulah yang disebut sebagai pengawasan melekat.
 Pengawasan melekat dimaksud dilakukan melalui enam hal yaitu: Penggarisan struktur
organisasi yang jelas dengan pembagian tugas dan fungsi beserta uraiannya yang jelas
pula; Melalui perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis yang
dapat menjadi pegangan dalam pelaksanaannya oleh bawahan yang menerima pelimpahan
wewenang dari atasan; Melalui rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus
dilaksanakan, bentuk hubungan kerja antar kegiatan tersebut, dan hubungan antar
berbagai kegiatan beserta sasaran yang harus dicapainya; Melalui prosedur kerja yang
merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari atasan kepada bawahan; Melalui
pencatatan hasil kerja serta pelaporannya yang merupakan alat bagi atasan untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan serta penyusunan
pertanggung-jawaban, baik mengenai pelaksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan
keuangan; dan Melalui pembinaan personil yang terus menerus agar para pelaksana
menjadi unsur yang mampu melaksanakan dengan baik tugas yang menjadi
tanggungjawabnya dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan maksud serta
kepentingan tugasnya. Pemerintah melakukan tindakan-tindakan untuk meningkatkan
pengawasan melekat. Tindakan-tindakan tersebut berfokus pada program lima aspek
yaitu: Aspek sarana pengawasan melekat; Aspek manusia dan budaya; Aspek tugas pokok
dan fungsi unit kerja; Aspek langkah-langkah pelaksanaan pengawasan melekat yang biasa
disebut dengan Standard Operational Prosedure (SOP); dan Aspek pelaporan pengawasan
melekat.
 Pengawasan Fungsional. Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan dalam menjalankan
fungsi pengawasan di lingkungan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengawasan fungsional terdiri dari Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ; Inspektorat Jenderal Departemen, Aparat
Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen/instansi pemerintah lainnya; dan
Inspektorat Wilayah Provinsi; dan Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota Madya.
 Kegiatan pelaksanaan Pengawasan Fungsional dilaksanakan berdasarkan rencana program
kerja pengawasan tahunan yang disusun sesuai dan sejalan dengan petunjuk MENKO
EKUIN dan WASBANG. Usulan program kerja tahunan pengawasan tahunan tersebut
disusun oleh BPKP menjadi program kerja pengawasan tahunan setelah berkonsultasi
dengan aparat pengawasan fungsional yang bersangkutan. Koordinasi Pelaksanaan
Pengawasan Fungsional penting dilakukan untuk menjamin keserasian dan keterpaduan
pelaksanaan pengawasan. Kepala BPKP memberikan pertimbangan kepada Menteri
Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Ketua BAPPENAS
mengenai anggaran pelaksanaan program kerja pengawasan tahunan. Hasil pelaksanaan
pengawasan, baik berdasarkan program kerja, pengawasan tahunan maupun berdasarkan
pengawasan khusus, dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional masing-masing kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen/Pimpinan Instansi yang
bersangkutan dengan tembusan kepada Kepala BPKP disertai saran tindak lanjut mengenai
penyelesaian masalah yang terungkap daripadanya. Khusus untuk masalah yang
mempunyai dampak luas baik terhadap jalannya pemerintahan maupun terhadap
kehidupan masyarakat, aparat pengawasan fungsional masing-masing melaporkan kepada
MENKO EKUIN & WASBANG dan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen/Pimpinan Instansi Pemerintah yang bersangkutan, dengan tembusan kepada
Kepala BPKP.
 Pengawasan Politis/masyarakat.
Pengawasan politis disebut juga pengawasan informal karena biasanya dilakukan oleh
masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Pengawasan ini juga sering pula disebut
social control. Contoh-contoh pengawasan jenis ini misalnya pengawasan melalui surat-
surat pengaduan masyarakat, melalui media masa dan melalui badan-badan perwakilan
rakyat baik di tingkat pusat yaitu DPR, maupun di tingkat Provinsi dan tingkat
Kabupaten/Kodya (DPRD Provinsi, Kabupaten dan Kota).
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, khususnya terkait pelaksanaan fungsi
pengawasan, DPR dibekali tiga hak[2], yakni : Hak Interpelasi yaitu hak DPR untuk meminta
keterangan kepada Pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis
serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; Hak
Angket, yaitu hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-
undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; dan Hak Menyatakan Pendapat
yaitu hak DPR untuk menyatakan pendapat atas kebijakan pemerintah atau mengenai
kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia internasional; mengenai tindak
lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; atau dugaan bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela,
dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden.
Referensi :
George R. Terry, Dasar-dasar Manajemen, Bumi Aksara, 2005.
Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan
Presiden Republik Indonesia. http://www.dpr.go.id/tentang/hak-dpr
 Gambaran proses pengawasan penyelengaraan pemerintah daerah
Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana disebutkan dalam
ketentuan Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 adalah usaha,
tindakan, dan kegiatan yang ditujukan untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan
daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Pelaksana Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Pemerintahan daerah di Indonesia terdiri atas pemerintahan daerah provinsi dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota. Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan
daerah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan pemerintahannya dilakukan
pengawasan oleh pemerintah pusat dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pemerintahan daerah provinsi; pengawasan dilaksanakan oleh kementerian dalam
negeri untuk pengawasan umum dan menteri teknis/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian untuk pengawasan teknis.
2. Pemerintahan daerah kabupaten/kota; pengawasan dilaksanakan oleh gubernur
sebagai wakil pemerintah pusat untuk pengawasan umum dan pengawasan teknis.
 Jenis Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
a) Pengawasan Umum
Pengawasan umum yang dilakukan oleh kementerian dan gubernur dalam rangka
pelaksanaan pemerintahan daerah adalah sebagai berikut:
1. Pembagian urusan pemerintahan.
2. Kelembagaan daerah.
3. Kepegawaian pada perangkat daerah.
4. Keuangan daerah.
5. Pembangunan daerah.
6. Pelayanan publik di daerah.
7. Kerja sama daerah.
8. Kebijakan daerah.
9. Kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah.
10. Bentuk pengawasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Pengawasan Teknis
Pengawasan teknis dilakukan oleh kementerian teknis atau lembaga pemerintah
nonkementerian terhadap teknis pelaksanaan substansi urusan pemerintahan yang
diserahkan ke daerah provinsi.
Gubernur selaku wakil pemerintah pusat di daerah bertugas untuk melakukan
pengawasan umum dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan substansi urusuan
pemerintahan yang diserahkan ke daerah kabupaten/kota.
Indikator Pengawasan Teknis
Hal-hal yang menjadi indikator dalam melakukan pengawasan teknis adalah :
1. Capaian standar pelayanan minimal atas pelayanan dasar.
2. Ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk ketaatan
pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat dalam pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren.
3. Dampak pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang dilakukan oleh
pemerintah daerah.
4. Akuntabilitas pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dalam
pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren di daerah.

 Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Lainnya


Menteri dan menteri teknis/kepala lembaga pemerintah nonkementerian sesuai
kewenangannya di samping melakukan pengawasan umum dan pengawasan teknis,
juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengawasan yang menjadi tugas
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat.
Apabila gubernur sebagai wakil pemerintah pusat belum mampu atau tidak melakukan
pengawasan umum dan teknis, maka kementerian dan kementerian teknis/lembaga
pemerintah nonkementerian yang melakukan pengawasan umum dan pengawasan
teknis berdasarkan permintaan bantuan dan telaahan hasil pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

Anda mungkin juga menyukai