Anda di halaman 1dari 10

Nama : Rudi Cawir Tuahta Ginting

NPM : 210600028
Mata Kuliah : Hukum Dagang
Nama Dosen : Dr. Yohanes Suhardin, S.H., M.Hum.

1. Apa alasan Pasal 2-5 KUH Dagang dicabut? Jelaskan!


Jawab:
Pasal 2-5 KUHD dicabut dengan alasan sebagai berikut:
a. Pengertian pedagang tidak jelas.
b. Sulit diterapkannya pasal-pasal tersebut.
c. Objek pedagang berubah.
Pasal 2-5 tersebut kemudian digantikan dengan Stb. No 267 Tahun 1938. Stb. 267 tahun
1938 menggantikan istilah pedagang dengan istilah perusahaan. Didalam ketentuan
tersebut tidak disebutkan pengertian perusahaan dengan tujuan agar pedagang/perusahaan
tidak terbelenggu dengan definisi (batasan).
Dalam aturan pengganti tersebut, definisi perusahaan yaitu kegiatan yang dilakukan terus-
menerus, terang-terangan, dalam kedudukan tertentu untuk mencari keuntungan (menurut
DPR Belanda saat itu).

2. Mengapa Persekutuan Perdata tidak diatur di dalam KUHD tetapi di dalam KUHPerdata,
padahal termasuk dalam bentuk-bentuk perusahaan? Dan mengapa tentang Perseroan
Terbatas (PT) dikeluarkan dari KUHD kemudian diatur dengan undang-undang tersendiri
yaitu UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas? Jelaskan jawaban saudara!
Jawab:
Menurut saya, Persekutuan Perdata diatur dalam KUHPerdata, bukan di dalam KUHD
adalah karena Persekutuan Perdata merupakan perusahaan yang bentuknya paling
sederhana. Hal tersebut karena cara pendiriannya hanya melalui perjanjian antara 2 orang
atau lebih, dan perjanjian tersebut dapat dilakukan baik secara tertulis bahkan dengan
tidak tertulis sekalipun. Selain itu, besarnya jumlah modal (inbreng) juga tidak ada
ketentuannya. Modal (ibreng) yang dimasukkan juga dapat berupa uang atau hanya
sekedar tenaga (keahlian tertentu). Yang terpenting Persekutuan Perdata dibentuk atas
kesepakatan bersama dari semua pihak yang melakukan perjanjian.
Alasan Perseroan Terbatas (PT) dikeluarkan dari KUHD dan kemudian diatur dengan UU
tersendiri, yaitu UU No.40 Tahun 2007 tentang PT, adalah karena KUHD tidak mampu
mengikuti dan menyesuaikan perkembangan kegiatan perusahaan sebagai dampak era
globalisasi. Menurut UU No.40 Tahun 2007, Perseoran Terbatas bahkan dapat dibentuk
oleh 1 orang saja. PT tersebut dinamakan PT Perorangan.

3. Sebutkan dan jelaskan alasan pembubaran Persekutuan Firma dan (Fa) dan pembubaran
Persekutuan Komanditer (CV)!
Jawab:
Alasan-alasan bubarnya Persekutuan Firma, yaitu:
 Waktu pendiriannya telah habis. Artinya, apabila masa pendirian Persekutuan telah
melewati jangka waktu yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, maka
dengan sendirinya Persekutuan Firma tersebut telah dianggap berakhir. Berakhirnya
Persekutuan Firma dengan cara ini disebut dengan berakhir atau bubar demi hukum.
 Atas kehendak anggota sebelum waktunya habis. Dalam hal ini, kehendak yang
dimaksud adalah atas kemauan dan kesepakatan bersama seluruh anggota Persekutuan
Firma. Dari kesepakatan tersebut, Persekutuan Firma ini dirasa perlu untuk
dibubarkan demi kebaikan bersama/seluruh anggota Persekutuan Firma, walaupun
jangka waktunya belum melewati jangka waktu yang tercantum dalam akta
pendiriannya.
 Anggota mengundurkan diri. Seluruh anggota Firma memakai nama bersama dalam
segala tindakannya terkait dengan perusahaan dan setiap anggota saling terikat atas
tindakan tersebut. Oleh karena itu, jika ada anggota Firma yang mengundurkan diri,
akan berpengaruh pada kinerja perusahaan, sehingga Firma dirasa lebih baik untuk
dibubarkan.
 Anggota diberhentikan. Penyebab anggota tersebut diberhentikan karena anggota
Persekutuan Firma ini melakukan perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad)
atau perbuatan-perbuatan yang berdampak merugikan kepada Firma. Oleh karena itu,
anggota Firma tersebut diberhentikan demi kebaikan perusahaan. Setelah anggota
tersebut diberhentikan, ternyata perusahaan masih mengalami kerugian akibat dari
perbuatan mantan anggota Firma tersebut, sehingga Firma dianggap lebih baik untuk
dibubarkan.
Pembubaran dengan 3 alasan terakhir harus dilakukan dengan akta otentik dan
diumumkan dalam Berita Negara. Jika lalai, pembubaran, pengunduran diri, dan
pemberhentian anggota tidak mengikat pihak ketiga. Pembubaran diikuti dengan
pemberesan oleh pengurus.

Tentang pembubaran Persekutuan Komanditer (CV) diatur dalam Pasal 31 KUHD.


Dalam pasal tersebut, pembubaran CV terjadi karena hal-hal berikut.
 Waktu pendiriannya telah habis. Artinya, apabila masa pendirian Persekutuan telah
melewati jangka waktu yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan, maka
dengan sendirinya CV tersebut telah dianggap berakhir. Berakhirnya CV dengan cara
ini disebut dengan berakhir atau bubar demi hukum.
 Atas kehendak anggota sebelum waktunya habis. Dalam hal ini, kehendak yang
dimaksud adalah atas kemauan dan kesepakatan bersama seluruh anggota CV. Dari
kesepakatan tersebut, CV ini dirasa perlu untuk diakhiri demi kebaikan
bersama/seluruh anggota CV, walaupun jangka waktunya belum melewati jangka
waktu yang tercantum dalam akta pendiriannya.
 Anggota mengundurkan diri. Dalam hal ini, anggota yang mengundurkan diri yang
dimaksud adalah anggota pasif (sekutu komplementer), yang dianggap berpengaruh
keberadaannya terhadap CV. Hal ini karena anggota aktif bertanggung jawab penuh
untuk mengurus perusahaan agar tercapai tujuan CV tersebut. Oleh karena itu, apabila
anggota aktif mengundurkan diri, maka akan berpengaruh terhadap kinerja CV,
sehingga CV dirasa lebih baik untuk dibubarkan.
 Anggota diberhentikan. Penyebab anggota tersebut diberhentikan karena anggota CV
ini melakukan perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) atau perbuatan-
perbuatan yang berdampak merugikan kepada CV. Oleh karena itu, anggota CV
tersebut diberhentikan demi kebaikan perusahaan. Setelah anggota tersebut
diberhentikan, ternyata perusahaan masih mengalami kerugian akibat dari perbuatan
mantan anggota CV tersebut, sehingga CV dianggap lebih baik untuk dibubarkan.

Jika pembubaran dilakukan karena 3 alasan terakhir, maka pembubaran CV harus


dilakukan dengan akta otentik dan diumumkan dalam Berita Negara. Jika lalai, maka
tidak mengikat pihak ketiga. Pembubaran diikuti dengan pemberesan oleh sekutu. Jika
harta aset/kekayaan CV tidak cukup untuk membayar utang-utang, maka
likuidator/pemberes dapat menarik uang dari sekutu aktif atau menggunakan harta
kekayaan lainnya milik sekutu aktif untuk dijual, dan uang dari hasil penjualan harta
kekayaan tersebut digunakan untuk melunasi utang-utang CV.

4. Mengapa sebaiknya Direksi dan Komisaris dalam sebuah PT berasal dari kalangan
profesional? Jelaskan pendapat saudara!
Jawab:
Lazimnya, Direksi suatu Perseroan Terbatas (PT) adalah pemegang saham mayoritas.
Sedangkan Komisaris suatu PT biasanya dari kalangan pemegang saham. Namun
menurut saya, sebaiknya Direksi dan Komisaris sebuah PT diangkat dari kalangan
professional dari luar. Hal ini dikarenakan apabila pemegang saham mayoritas dijadikan
sebagai Direksi dan pemegang saham dijadikan sebagai Komisaris, maka akan terjadi
benturan kepentingan antara posisinya sebagai Direksi dan pemegang saham mayoritas,
serta posisinya sebagai Komisaris dan pemegang saham. Oleh karena itu, dengan
diangkatnya Direksi dan Komisaris dari kalangan profesional dari luar (yang tidak ada
kaitannya dengan pemegang saham mayoritas), maka pelaksanaan tugas mereka sebagai
Direksi dan Komisaris akan lebih akuntabel (bertanggung jawab) dan transparan,
sehingga akan lebih mudah tercapai tujuan PT tersebut tanpa adanya benturan
kepentingan.

5. Istilah-istilah berikut dikenal dalam praktik Jual Beli Perusahaan yaitu FAS, FOB, CIF
dan CF! Jelaskan!
Jawab:
FAS, FOB, CIF, dan CF merupakan syarat-syarat dalam jual beli perusahaan yang
berkaitan dengan cara-cara penyerahan barang oleh penjual kepada pembeli.
 FAS (Free Alongside Ship), yaitu penyerahan barang di samping kapal. Pada
penyerahan dengan cara ini, pembeli harus menyediakan kapal di pelabuhan
pemuatan. Penjual hanya bertanggung jawab mengangkut barang dari gudangnya
hingga penyerahan di samping kapal yang telah disediakan oleh pembeli tadi. Risiko
dan hak milik barang beralih kepada pembeli setelah barang tersebut diserahkan di
samping kapal yang disediakannya. Oleh karena itu, premi asuransi serta segala biaya
dan ongkos lainnya, mulai dari pemuatan barang ke atas kapal sampai barang tersebut
tiba di gudang pembeli ditanggung oleh pembeli itu sendiri.
 FOB (Free on Board). Yaitu penyerahan barang di atas kapal. Pada penyerahan
dengan cara ini, penjual bertanggung jawab mengangkut barang dari gudangnya
hingga penyerahan di atas kapal yang telah disediakan oleh pembeli di pelabuhan
pemuatan. Oleh karena itu, segala biaya pengangkutan dan ongkos-ongkos lain mulai
dari gudang penjual hingga pemuatannya ke atas kapal, ditanggung oleh penjual.
Risiko dan hak milik barang beralih kepada pembeli sejak barang tersebut berada di
atas kapal yang disediakan oleh pembeli.
 CIF (Cost, Insurance, and Freight). Yaitu penyerahan barang di pelabuhan
pembongkaran pembeli. Pada penyerahan dengan cara ini, premi asuransi serta segala
biaya dan ongkos mulai dari pengangkutan barang dari gudang penjual hingga barang
tersebut diserahkan kepada pembeli di pelabuhan pembongkaran, ditanggung oleh
penjual. Risiko dan hak milik barang juga beralih kepada pembeli sejak barang
tersebut diserahkan kepada pembeli sejak barang tersebut diserahkan kepada pembeli
di pelabuhan pembongkaran pembeli.
 CF (Cost and Freight). Yaitu penyerahan barang yang juga dilakukan di pelabuhan
pembongkaran pembeli, Penyerahan dengan syarat CF hampir sama dengan syarat
CIF. Bedanya, pada penyerahan CF, premi asuransi (insurance) tidak ditanggung oleh
penjual dan dibebankan kepada pembeli, sedangkan biaya-biaya dan ongkos mulai
dari pengangkutan barang dari gudang penjual hingga barang tersebut diserahkan
kepada pembeli di pelabuhan pembongkaran tetap ditanggung oleh penjual.

6. Jelaskan tanggung jawab pengangkut dalam pelayaran (kapal laut), pengangkutan darat
baik dengan Kereta Api maupun dengan bus/truk dan pengangkutan perairan darat!
Jawab:
 Pengangkutan Laut (Pelayaran/Kapal Laut)
Tanggung jawab pengangkut pada Pengangkutan Laut, yaitu:
A. Pengangkutan Barang

 Pengangkut wajib mengganti kerugian pengirim, apabila barang yang diangkutnya
tidak dapat diserahkan (lenyap/musnah) atau rusak (baik sebagian atau
seluruhnya). Tetapi pengangkut tidak berkewajiban mengganti kerugian pengirim
apabila tidak dapat diserahkan atau rusaknya barang tersebut disebabkan karena:
1) suatu malapetaka yang tidak dapat dihindarkan terjadinya/keadaan kahar
(force majeure)
2) sifat, keadaan, atau cacat dari barang itu sendiri
3) suatu kelalaian atau kesalahan si pengirim itu sendiri
 Pengangkut bertanggung jawab terhadap:
1) segala perbuatan mereka yang dipekerjakan bagi kepentingan pengangkutan
itu
2) segala barang (alat-alat) yang dipakainya untuk menyelenggarakan
pengangkutan itu.

B. Pengangkutan Orang
 Pengangkut bertanggung jawab megangkut penumpang hingga sampai di tempat
tujuan dan berusaha semaksimal mungkin menghantarkan penumpang dengan
selamat. Pengangkut berkewajiban untuk menjaga keselamatan penumpang mulai
saat masuk ke dalam kapal sampai saat keluar dari dalam kapal. (Pasal 522 ayat
(1) KUHD)
 Kalau kewajiban tersebut tidak dipenuhi, pengangkut wajib menggantin kerugian
yang disebabkan karena luka, yang dialami penumpang karena pengangkutan itu,
kecuali apabila dapat dibuktikan bahwa luka itu disebabkan oleh:
1) Suatu kejadian yang selayaknya tidak dapat dicegah atau dihindari/keadaan
kahar (force majeure)
2) Salah penumpang itu sendiri (Pasal 522 ayat (2) KUHD).

 Pengangkutan Darat (dengan Kereta Api dan Bus/Truk)


Tanggung jawab pengangkut pada Pengangkutan Darat, yaitu:
A. Pengangkutan Barang
 Pengangkut memiliki kewajiban untuk mengangkut barang dari tempat pemuatan
barang sampai tempat tujuan dengan selamat, agar barang muatan tersebut dapat
diserahkan kepada penerima dengan lengkap dan utuh (tidak rusak atau
berkurang), dan tidak terlambat (Pasal 1235 jo 1338 ayat (1) dan (3)
KUHPerdata).
 Pengangkut bertanggung jawab membayar ganti kerugian terhadap barang yang
musnah, rusak, dan terlambat sampai ke tempat tujuan, dengan pengecualian:
1) Keadaan memaksa (overmacht/force majeure) (Pasal 1244 KHPerdata)
2) Cacat pada barang itu sendiri
3) Kesalahan dan kelalaian si pengirim atau si ekspeditur (Pasal 91 KUHD)
B. Pengangkutan Orang
 Pengangkut bertanggung jawab megangkut penumpang hingga sampai di tempat
tujuan dan berusaha semaksimal mungkin menghantarkan penumpang dengan
selamat. Pengangkut berkewajiban untuk menjaga keselamatan penumpang mulai
saat masuk ke dalam kereta api atau bus/truk sampai saat keluar dari dalam kereta
api atau bus/truk.
 Pengangkut, berdasarkan perjanjian pengangkutan, bertanggung jawab terhadap
kerugian yang diderita penumpang dalam jangka waktu pengangkutan, kecuali
kalua pengangkut dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut terjadi di luar
kesalahannya dan di luar perbuatan buruhnya.
 Gangguan teknis, terlambat berangkat dan terlambat dating, tidak menimbulkan
hak menuntut ganti kerugian
 Penumpang yang terlambat masuk kereta api atau bus/truk, tidak punya hak untuk
mendapat penggantian karcis
 Penumpang tidak berhas untuk mendapat kembali harga karcis/tiket apabila dia
salah masuk ke dalam kereta api atau bus/truk yang lain.

7. Sebutkan dan jelaskan dokumen pengangkutan udara!


Jawab:
Berikut dokumen-dokumen dalam pengangkutan udara:
 Tiket penumpang pesawat udara Yang dimaksud dengan tiket penumpang pesawat
udara adalah suatu tanda bukti bahwa seseorang telah membayar nang angkutan dan
akibatnya berhak untuk naik pesawat udara sebagai penumpang Tiket penumpang
juga merupakan tanda bukti telah ditutupaya perjanjian pengangkutan antara
penumpang dan pengangkut Jadi, penumpang adalah salah satu pihak dalam
perjanjian pengangkutan udara.
 Pas masuk pesawat udara (boarding pass). Yang dimaksud dengan "pas masuk
pesawat udara" adalah tanda bukti calon penumpang telah melapor untuk berangkat
dan dipergunakan sebagai tanda masuk ke pesawat udara.
 Tanda pengenal bagasi (baggage identification/claim tag). Yang dimaksud dengan
"tanda pengenal bagası" adalah tanda bukti pengambilan bagasi tercatat milik
penumpang Bagasi yang dimaksud adalah barang-barang yang dibawa penumpang
dalam perjanjian ada 2 (dua) macam, yaitu:
1) barang bawaan adalah barang-barang kecil yang dapat dibawa serta oleh
penumpang dalam tempat duduknya.
2) barang-barang bagasi adalah barang-barang yang dilaporkan kepada pengangkut
dan untuk ini penumpang mendapat tiket bagasi Pasal 6 ayat (2) Ordonansi
Pengangkutan Udara No. 100 Tahun 1939, bagasi adalah semua barang
kepunyaan di bawah kekuasaan seorang penumpang, yang olehnya/atas namanya.
sebelum ia menumpang pesawat terbang, diminta untuk diangkut melalui udara
 Surat muatan udara (airway bill). Surat muatan udara adalah bila seseorang akan
mengirimkan barang dengan pesawat udara, sedangkan dia sendiri tidak ikut pergi.
Maka pengirim barang itu akan memberikan surat muatan kepada pengangkut udara.

8. Nasabah Sukiman membeli produk asuransi di perusahaan PT. Tisani, pembelian produk
tersebut melalui petugas asuransi, asuransi yang dibeli ada produk unitlink. Adapun
program yang dibeli oleh Sukirman adalah uang kematian sebesar rp. 1 miliar, meninggal
karena kecelakaan Rp. 1 miliar, dan rawat rumah sakit Rp. 500 rb permalam. Sukirman
membeli produk unitlink dengan dijanjikan perkembangan investasi pada tahun ke 10
sebesar 5,5 miliar karena Sukirman menabung premi sebesar Rp. 500 jt pertahun. Dan
tahun ke 10 Sukirman meninggal dunia karena kecelakaan dan orang ditunjuk untuk
mendapatkan asuransinya adalah Sutinem dan ternyata tahun ke 10 asuransinya tidak
sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh petugas asuransi.
Pertanyaan:
a. Jelaskan apa nama yang benar dari program yang dibeli oleh Sukirman?
Jawab:
Program yang dibeli oleh Sukirman adalah program asuransi jiwa.

b. PT. TISANI sebagai apa di dalam soal ini, dan dasar hukumnya.
Jawab:
PT. TISANI berkedudukan sebagai pihak penanggung (Pasal 246 KUHD) atau
disebut juga perusahaan asuransi (Pasal 1 angka 1 UU No.40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian/UU Perasuransian).

c. Apakah nama menabung dalam produk asuransi sesuai atau tidak, dan dasar
hukumnya?
Jawab:
Menurut saya, isitilah menabung dalam produk asuransi tidak sesuai digunakan. Hal
tersebut karena dalam menabung, resiko tidak ada, karena menabung lebih
berorientasi pada keuntungan. Istilah yang lebih tepat digunakan adalah berinvestasi.
Investasi memiliki mengandung 2 unsur, yaitu keuntungan dan kerugian. Pihak
penanggung maupun pihak penanggung sama-sama memiliki peluang untuk
mengalami risiko kerugian maupun keuntungan. Hal ini tergantung dari besarnya
premi yang dibayarkan oleh pihak tertanggung sesuai dengan polis, dan juga besarnya
imbalan/dana asuransi yang akan diberikan/digantikan saat pemenuhan kewajiban
perusahaan asuransi dalam polis.
Dasar hukum:
 Pasal 1 angka 1 huruf a dan b UU Perasuransian
 Pasal 1 angka 20 UU Perasuransian
 Pasal 28 UU Perasuransian

d. Bagaimana penjualan produk asuransi unitlink tersebut, apakah sudah sesuai aturan
dan jelaskan dasar hukumnya?
Jawab:
Penjualan Asuransi tersebut sesuai karena dengan premi 500 juta/tahun maka pada
tahun ke 10 uang yang terkumpul seharusnya adalah 5 miliar dan pihak tertanggung
dijanjikan mendapatkan 5,5 miliar maka dia sudah mendapatkan keuntungan dari
perjanjian tersebut.
Dasar hukum: Pasal 28 UU No.40 Tahun 2014 tentang Perasuransian (UU
Perasuransian)

e. Yang mendapatkan asuransi Sukirman disebut sebagai apa? Dan apa saja yang
didapat? Dan dasar hukumnya?
Jawab:
Pihak yang mendapatkan dana asuransi Sukirman, disebut dengan penikmat. Karena
Sukirman sebagai pemegang polis dan tertanggung tidak dapat menerima dana
asuransi tersebut secara langsung karena telah meninggal dunia. Pihak keluarga
korban yang ditunjuk, yaitu Sutinem dapat menerima dana asuransi Sukirman tersebut
untuk dinikmati.
f. Apa nama petugas asuransi yang benar dan dasar hukumnya?
Jawab:
Sebutan bagi petugas asuransi adalah Agen Asuransi.
Dasar hukum: Pasal 1 angka 28 UU Perasuransian
“Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan usaha,
yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi
Syariah dan memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi atau
Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan produk asuransi atau produk asuransi
syariah.”

g. Bagaimana prosedur penyelesaian permasalahan di atas karena tidak sesuai dengan


janji?
Jawab:
Penyelesaian permasalahan atas dana asuransi yang tidak sesuai dengan janji (polis)
adalah pihak keluarga/penikmat (orang yang ditunjuk untuk menerima dana asuransi)
dapat mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri dengan pokok gugatan
“Wanprestasi”. Dasar hukum: Pasal 1238 KUHPerdata.
Selain itu, bisa juga meminta bantuan kepada Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi
Indonesia (BAMI).

Anda mungkin juga menyukai