Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PL3111 Perencanaan Kota
yang diampu oleh Dr. Ir. Iwan Kustiwan, M.T.
Disusun Oleh:
Rizqulloh Muthohhar Hamim
15420009
Chapter 3: Prinsip-Prinsip Biofisika Alami yang Tidak Bisa Diubah dan Perencanaan Tata
Guna Lahan
Berikut adalah prinsip-prinsip biofisika alami yang tidak bisa diubah dan penerapannya dalam
perencanaan tata guna lahan
1. Prinsip 1: Semua Hal Adalah Berhubungan
Alam semesta adalah jaringan tunggal yang terdiri atas jaringan loop biofisik yang terus
berkembang, bersifat baru, dan memperkuat diri. Dalam setiap loop, terjadi perpindahan
energi dari suatu tempat, dimensi, atau skala yang satu ke tempat, dimensi, atau skala yang
lainnya. Semua yang dilakukan oleh manusia berhubungan dengan jaringan loop ini karena
hal-hal yang terjadi adalah ekspresi dari hubungan yang ada di dalam jaringan melalui
pertukaran energi yang terus menerus. Proses perubahan yang konstan dan berkelanjutan
ini tidak bisa dikontrol. Manusia cenderung terus mempertahankan keadaan atau kondisi
“kehidupannya” melalui keputusan-keputusan yang dibuatnya. Pada akhirnya, semua
sistem yang ada merupakan sistem terbuka karena semuanya adalah bagian dari hubungan
tunggal dengan energi. Hubungan tunggal ini menggambarkan bahwa sistem loop yang
sepenuhnya mandiri adalah kemustahilan.
Penerapan Prinsip dalam Perencanaan Tata Guna Lahan
Keterhubungan atas segala sesuatu yang ada di dunia ini seringkali diabaikan dalam
perencanaan guna lahan. Karenanya, memahami konteks lingkungan biofisik dan
lingkungan binaan sangat penting ketika melakukan perencanaan pembangunan.
Pemhaman mengenai hubungan fungsional biofisik dapat tercermin dalam desain dan
fungsi pembangunan. Ketika merencanakan suatu pembangunan, banyak variabel yang
akan diingat dan dikelola. Oleh karena itu, diperlukan “checklist” untuk menyelesaikan
proses pertimbangan yang komprehensif ini yang dilakukan sejak awal perencanaan
proyek. Pendekatan ini akan menghasilkan bangunan dan lanskap yang berkelanjutan yaitu
menyatukan perhatian positif terhadap kualitas hidup dengan dampak ekologis yang paling
kecil.
3. Prinsip 3: Satu-Satunya Investasi yang Sejati pada Ekosistem Global Adalah Energi
Surya
Satu-satunya investasi sejati dalam ekosistem global adala energi dari radiasi matahari.
Segala sesuatu yang lain hanyalah daur ulang energi yang sudah ada. Berbeda dengan
investasi dalam bisnis, investasi modal biologis ini harus “didaur ulang” sebelum
keuntungan diperoleh agar ekosistem tetap seimbang. Hal ini berarti orang perlu
mengorbankan beberapa potensi keuntungan moneter dengan membiarkan ekosistem yang
cukup utuh agar berfungsi secara berkelanjutan. Tumbuhan hijau menggunakan molekul
klorofil untuk menyerap sinar matahari dan menggunakan energinya untuk mensisntesis
karbohidrat dari karbondoksida dan air (fotosintesis). Proses ini analog dengan susunan
panel surya organik — tanaman hijau. Dengan demikian, ketika makan tumbuhan hijau,
karbohidrat hasil fotosintesis diubah menjadi berbagai jenis energi. Ada energi yang
digunakan untuk menjalankan fungsi tubuh, ada juga energi berlebih yang digunakan untuk
beraktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa investasi energi yang sebenarnya berasal dari
matahari dan manusia hanya menggunakan hasil daur ulangnya saja.
Penerapan Prinsip dalam Perencanaan Tata Guna Lahan
Energi surya sebagaisistem penyangga kehidupan di bumi harus diperhatikan dalam
praktik dan peraturan perancanaan tata guna lahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah melalui pengaturan “solar access”, yang terbagi menjadi dua yaitu solar easement
dan solar rights. Solar easement merujuk pada kemampuan properti seseorang untuk
menerima sinar matahari yang melintasi garis properti tanpa halangan dari properti lain,
seperti bangunan, dedaunan, atau halangan lain. Adapun solar rights merujuk pada
instalasi sistem energi surya pada properti perumahan dan komersial, yang harus tunduk
pada pembatasan pribadi.
6. Prinsip 6: Semua Hubungan Adalah Lingkaran Umpan Balik yang Memperkuat Diri
Semua hal yang ada dalam jaringan kosmik saling terhubung antara yang satu dengan yang
lainnya. Hubungan ini bersifat interaktif dan terus memperkuat diri sehingga tidak pernah
berakhir. Setiap hubungan adalah perwujudan kendala interaktif untuk aliran energi yang
artinya sangat dinamis dan melanggengkan relativitas kebebasan semua hubungan. Oleh
karena itu, setiap perubahan, baik perubahan besar maupun perubahan kecil, merupakan
modifikasi sistemik yang menghasilkan hasil baru. Meskipun semua loop umpan balik
yang terbentuk terus memperkuat diri, efeknya terhadap alam adalah netral sebab alam
tidak memihak sehubungan dengan konsekuensi.
Penerapan Prinsip dalam Perencanaan Tata Guna Lahan
Penerapan prinsip ini dalam perenacnaan tata guna lahan adalah tentang meniru alam
sehingga menciptakan dan meningkatkan putaran umpan balik dalam prosesnya
merupakan kuncinya. Jadi, ketika merencanakan pada skala apa pun, berusaha menemukan
dan memahami loop umpan balik yang ada, membangunnya, atau memperluasnya
memiliki manfaat terhadap proses perencanaannya. Pada skala komunitas, penerapan
prinsip ini dapat dilihat dalam model eko-distrik, ekonomi kehidupan lokal, kotamadya,
dan Kota Transisi.
10. Prinsip 10: Semua Sistem Didasarkan pada Komposisi, Struktur, dan Fungsi
Kita melihat objek melalui struktur atau fungsinya yang jelas. Struktur adalah konfigurasi
unsur-unsur atau komposisi bagian-bagian penyusunnya. Fungsi adalah apa yang dapat
dilakukan atau diizinkan oleh struktur tertentu untuk dilakukan. Kita dapat mengubah
komposisi suatu ekosistem, seperti jenis dan susunan tanaman di hutan, padang rumput,
atau tanaman pertanian. Perubahan ini berarti bahwa komposisi dapat ditempa sesuai
keinginan manusia dan dengan demikian berpengaruh pada konteks sebab dan akibat.
Komposisi menentukan struktur, dan struktur menentukan fungsi. Jadi, dengan mengubah
komposisi, kita secara bersamaan mengubah struktur dan fungsinya. Di sisi lain, begitu
komposisinya ada, struktur dan fungsinya dapat ditetapkan. Sebagai contoh, komposisi
atau jenis tumbuhan dan kelas umurnya dalam suatu komunitas tumbuhan menciptakan
suatu struktur tertentu yang menjadi ciri komunitas tumbuhan pada suatu umur tertentu.
Pada akhirnya, komposisi, struktur, dan fungsi komunitas tumbuhanlah yang menentukan
jenis hewan apa yang dapat hidup di sana, berapa banyak, dan untuk berapa lama. Manusia
dan alam terus-menerus mengubah struktur dan fungsi ekosistem ini atau ekosistem itu
dengan memanipulasi komposisi tumbuhannya. Artinya suatu tindakan yang dapat
mengubah komposisi hewan tergantung pada struktur dan fungsi habitat yang dihasilkan.
Dengan mengubah komposisi tumbuhan dalam suatu ekosistem, manusia dan alam
mengubah struktur fungsinya.
Penerapan Prinsip dalam Perencanaan Tata Guna Lahan
Dengan prinsip ini, masyarakat harus merencanakan tata guna lahannnya dengan cara yang
melestarikan timbal balik lingkungan jika masyarakat ingin mengalami keberlanjutan
dalam lanskap sekitarnya dari waktu ke waktu. Prinsip ini juga menunjukkan bahwa perlu
adanya konsekuensi serius atas penghilangan spesies-spesies tertentu yang terancam
punah.
11. Prinsip 11: Semua Sistem Memiliki Efek Kumulatif, Periode Lag, dan Ambang Batas
Alam hanya memiliki nilai intrinsik dan dengan demikian memungkinkan setiap
komponen ekosistem untuk mengembangkan struktur yang ditentukan, menjalankan fungsi
biofisiknya, dan berinteraksi dengan komponen lain melalui proses evolusi mereka yang
saling bergantung dan putaran umpan balik yang memperkuat diri. Tantangan dalam
pengambilan keputusan penggunaan lahan adalah untuk menyadari bahwa tidak ada faktor
tertentu yang dapat dipilih sebagai satu-satunya penyebab—atau jawaban—apa pun.
Semua hal beroperasi secara sinergis sebagai efek kumulatif. Efek kumulatif, yang
mencakup banyak hal baru yang melekat, tidak dapat dipahami secara statistik karena
hubungan ekologis jauh lebih kompleks dan jauh lebih tidak dapat diprediksi daripada
model statistik. Pada skala waktu ini, kita cenderung menganggap dunia berada dalam
keadaan yang relatif stabil, dengan pengecualian teknologi dan bencana alam berkala.
Selain itu, kita biasanya meremehkan sejauh mana perubahan yang lambat dan tampaknya
tidak berbahaya telah terjadi—seperti pemanasan global. Kita tidak dapat merasakan
perubahan yang lambat secara langsung.
Jadi, dari sudut pandang perencanaan tata guna lahan, masa kini yang tak terlihat dapat
dipenuhi dengan tirani dari banyak keputusan lingkungan sosial yang tampaknya tidak
penting dan tidak terkait yang mengundang bencana. Namun, pada akhirnya, efek
kumulatif, yang berkumpul di bawah tingkat kesadaran kita, tiba-tiba menjadi terlihat. Pada
saat itu, sudah terlambat untuk menarik kembali keputusan dan tindakan kita, bahkan jika
hasil yang ditimbulkannya jelas-jelas negatif sehubungan dengan niat kita.
Penerapan Prinsip dalam Perencanaan Tata Guna Lahan
Prinsip ini memungkinkan pembuat kebijakan untuk membuat keputusan diskresi dalam
situasi di mana ada kemungkinan bahaya tertentu atau membuat keputusan tertentu ketika
pengetahuan ilmiah yang luas tentang masalah tersebut kurang. Prinsip tersebut
menyiratkan bahwa ada tanggung jawab sosial untuk melindungi masyarakat dari paparan
bahaya, ketika penyelidikan ilmiah telah menemukan risiko yang masuk akal.
Perlindungan ini dapat dilonggarkan hanya jika temuan ilmiah lebih lanjut muncul yang
memberikan bukti kuat bahwa tidak ada kerugian yang akan terjadi.
12. Prinsip 12: Semua Sistem Adalah Siklus, Tetapi Tidak Ada yang Membentuk
Lingkaran Sempurna
Sementara semua proses di alam adalah siklus tetapi tidak ada siklus yang merupakan
lingkaran sempurna. Mereka, sebaliknya, datang bersama dalam waktu dan ruang pada titik
tertentu, di mana satu "akhir" dari sebuah siklus mendekati "awalnya" di waktu dan tempat
tertentu. Antara awal dan akhir, sebuah siklus dapat memiliki konfigurasi kejadian kosmik
apa pun. Siklus biofisik dengan demikian dapat disamakan dengan pegas melingkar sejauh
setiap kumparan mendekati kelengkungan tetangganya tetapi selalu pada tingkat spasial
yang berbeda (tingkat temporal di alam), sehingga tidak pernah bersentuhan. Proses
biofisik alam adalah siklus dalam berbagai skala waktu dan ruang, sebuah fenomena yang
berarti semua hubungan secara simultan siklus dalam outworking mereka dan selamanya
baru dalam hasil mereka.
Penerapan Prinsip dalam Perencanaan Tata Guna Lahan
Prinsip ini mendorong kita tidak hanya untuk menerima bahwa semua sistem adalah siklus,
sebagai lawan dari lingkaran sempurna, tetapi juga untuk mengevaluasi di mana sistem
dalam pengembangan yang diusulkan berada dalam siklus perubahan. Ini berarti sistem
alam serta sistem sosial.
13. Prinsip 13: Perubahan Sistemik Didasarkan Pada Kekritisan yang Terorganisasi
Sendirinya
Perilaku sistem yang besar dan rumit dapat diprediksi dengan mempelajari elemen-
elemennya secara terpisah dan dengan menganalisis mekanisme mikroskopisnya secara
individual. Sebaliknya, sistem besar, rumit, dan interaktif tampaknya berkembang secara
alami ke keadaan kritis di mana peristiwa kecil memulai reaksi berantai yang dapat
mempengaruhi sejumlah elemen internal dan dapat menyebabkan perubahan dramatis
dalam sistem. Menurut teori yang disebut self-organized criticality, mekanisme yang
menyebabkan peristiwa kecil (analog dengan jatuhnya pin) adalah mekanisme yang sama
yang mengarah ke peristiwa besar (analog dengan gempa bumi). Dengan demikian, setiap
ekosistem pasti bergerak menuju keadaan kritis yang mengubahnya secara dramatis.
Dinamika ini membuat struktur disipatif ekosistem di mana energi yang dibangun melalui
waktu hanya untuk dilepaskan dalam beberapa jenis gangguan, seperti kebakaran, banjir,
atau tanah longsor dalam skala tertentu.
Penerapan Prinsip dalam Perencanaan Tata Guna Lahan
Dinamika inilah tepatnya mengapa keberlanjutan perencanaan penggunaan lahan
merupakan target yang bergerak bagi para pengambil keputusan, bukan titik akhir yang
tetap atau kondisi mapan, seperti yang diisyaratkan dalam apa yang disebut ekonomi
kondisi mapan dan teknologi loop tertutup, keduanya merupakan kemustahilan biofisik
Suksesi autogenik bekerja sebagai berikut: Rumput dan tanaman herba lainnya adalah yang
pertama tumbuh di area yang terbakar dan karenanya merupakan tahap suksesi pertama
setelah kebakaran. Dalam menempati tempat tertentu dan dalam pertumbuhannya, mereka
secara bertahap mengubah karakteristik tanah, seperti pH, hingga tidak lagi optimal untuk
kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Keturunan mereka mungkin berkecambah tetapi
tidak bertahan hidup, menciptakan area yang hanya ditempati oleh tanaman induk. Ketika
keturunannya menyerah pada perubahan tanah dan tanaman induk menua, mati, dan tidak
diganti, bukaan muncul di penutup vegetatif yang memungkinkan semak tumbuh. Enam
tahap autogenik umum dan suksesi yang dilalui oleh hutan konifer Barat dapat dicirikan
sebagai berikut: herba → bibit semak → pohon muda → hutan muda → hutan dewasa →
hutan tua → kebakaran atau gangguan lainnya, yang memulai siklus lagi.
KESIMPULAN
Terdapat prinsip-prinsip biofisik alam yang sifatnya tetap, statis, dan tidak bisa diganggu-gugat
oleh aktivitas manusia. Prinsip-prinsip ini membentuk batasan sejauh apa intervensi yang dapat
dilakukan manusia terhadap sistem yang terjadi di alam. Manusia dapat bernegosiasi dengan alam
dan ekosistem selama tidak keluar dari prinsip-prinsip tersebut. Negosiasi di sini artinya manusia
bisa melakukan modifikasi terhadap ekosistem atau alam. Secara umum, prinsip-prinsip biofisik
alam menunjukkan sifat unik alam atau ekosistem yang terdiri atas berbagai elemen penyusun di
dalamnya. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi dan bersifat memperkuat diri. Sebagai
manusia, ada kalanya kita keliru dalam menilai suatu hal sebab tidak melihat hal tersebut secara
sistem keseluruhan di alam. Banyak hal yang dianggap sepele saat ini, jika sudah diakumulasikan,
dapat menjadi hal yang besar dan penting, seperti bencana atau efek pemanasan global.
Prinsip-prinsip biofisika yang tidak bisa diganggu gugat ini dapat diterapkan dalam perencanaan
tata guna lahan. Perencana yang baik akan berusaha untuk mengatur dan mengelola objek
perencanaannya, baik pembangunan fisik, kegiatan manusia, maupun kegiatan ekonomi,
sedemikian rupa sehingga memberikan dampak negatif yang minimal kepada alam. Di sisi lain,
dalam perencanaan tata guna lahan juga, kemampuan analisis dan mempertimbangkan prioritas
merupakan hal yang utama sebab aktivitas perencanaan tidak bisa dipisahkan dari risiko dan trade-
off atas keputusan-keputusan yang diambil, terutama keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
modifikasi ekosistem dan alam.
Pada dasarnya, alam dan ekosistem terdiri atas komposisi, struktur, dan fungsi tertentu. Ketiga hal
ini saling berkaitan satu sama lain. Ketika manusia mengubah komposisi atau struktur lingkungan
alam, secara tidak langsung, manusia juga telah mengubah fungsi dari lingkungan alam tersebut.
Ketika fungsi alam sudah berubah, manusia akan sulit untuk mendapatkan manfaat kembali
darinya. Oleh karenanya, manusia harus merencanakan tata guna lahannya dengan cara yang
melestarikan timbal balik lingkungan agar tercapai keberlanjutan manfaat dari waktu ke waktu.