BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah salah satu mata kuliah yang membicarakan
tentang nilai-nilai, tentang kebudayaan, tentang berbagai macam masalah yang dihadapi
manusia dalam hidupnya sehari-sehari. Hal ini perlu, karena dirasakan kekurangan pada
sistem Pendidikan kita, baik pada tingkat menengah, maupun pada tingkat perguruan tinggi.
Tanpa memungkiri banyak faktor-faktor lain yang menyebabkan, salah satu yang penting
adalah sistem pendidikan kita amat sempit condong membuat manusia-manusia spesialis
yang tidak berpandangan luas, Para lulusan perguruan kita kurang mempunyai tempat yang
sama untuk berpijak.
Mereka relatif terlalu mengesampingkan bidang- bidang yang lain, ini tidak berarti, bahwa
mereka harus campur bidang-bidang lain, tetapi agaknya keadaan ini hanya membuat mereka
seakan-akan buta akan bidang lain.
BAB 2
PEMBAHASAN
Ilmu Budaya Dasar Sebagai Bagian Dari Mata Kuliah Dasar Umum
Ilmu Budaya Dasar merupakan salah satu komponen dari sejumlah mata kuliah dasar umum
(MKDU) yang mer upakan mata kuliah wajib disemua perguruan tinggi, baik yang sifatnya
eksakta aupun noneksakta. Secara khusus MKDU bertujuan untuk menghasilkan warga
negara sarjana yang berkualitas sebagai berikut:
2. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran
agamanya, dan memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain.
Jadi Pendidikan umum menitik beratkan pada usaha untuk mengembangkan kepribadian
mahasiswa , pada dasarnya berbeda dengan mata kuliah-mata kuliah bantu yang bertujuan
untuk menopang ke ahlian mahasiswa dalam disiplin ilmunya. Demikian pula berbeda
dengan pendidi kan keahlian yang bertujuan untuk mengembangkan keahlian mahasiswa
dalam bidang atau disiplin ilmunya.
Penyajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dasar dan pengertian tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian jelaslah ba
hwa mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam
salah satu bi dang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities)
akan tetapi ilmu budaya dasar semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan
kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan
kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam
sekitarnya, maupun yang menyangkut diri sendir.
Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut Ilmu Budaya Dasar diharapkan dapat:
3. Mengusahakan agar mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa dan negara serta ahli
dalam bidang disiplin masing-masing,tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan
pengkotaan disiplin yang ketat. Usaha ini erjadi karena ruang lingkup pendidikan kita amat
sempit dan condong membuat manusia spesialis yang berpandangan kurang luas. kedaerahan
dan pengkotaan disiplin ilmu yang ketat.
4. Mengusahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog
satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih
lancar dalam berkomunikasi.
Dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang
lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah :
2.Hakekat manusia yang satu atau universal,tetapi yang beragam wujudannya di kebudayaan
masing-masing jaman dan tempat.
Menilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas
bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai
obyek pengkajian.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Mata kuliah Ilmu Budaya Dasar merupakan salah satu dari MKDU yang wajib dipelajari
guna menghasilkan warga Negara sarjana yang bekualitas.yangmenitik beratkan pada usaha
untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa, sehingga diharapkan mahasiswa dapat
mememiliki pengetahuan yang cukup luas tentang kebudayaan Indonesia pada umumnya.
Daftar Pustaka
http://smartlearn.wordpress.com/2010/02/17/ibd-sebagai-salah-satu-mkdu/
2
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah. Makalah ini membahas “Manusia
danKebudayaan”
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Manusia dan kebudayaan adalah
satu hal yang tidak bisa di pisahkan karena di mana manusia itu hidup dan menetap pasti
manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya.
Manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu
kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka kembangankan dan kebiasaan-kebiasaan tersebut
akan menjadi kebudayaan. Setiap manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu
disebabkan mereka memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di manapun
memiliki kebudayaan yang berbeda masing-masing. Perbedaan kebudayaan disebabkan karna
perbedaan yang dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor alam, manusia itu sendiri dan
berbagai faktor lainnya yang menimbulkan Keberagaman budaya tersebut Seiring dengan
berkembangnya teknlogi informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonesia diharapkan
dapat dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kebudayaan masing – masing
daerah, karena kebudayaan merupakan jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang
lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan
atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk
material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai
dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi manusia menurut beberapa ahli:
NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan
tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
ABINENO J. I
Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang
terbungkus dalam tubuh yang fana”.
UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau
badan fisik.
SOKRATES
Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan
lebar.
KEES BERTENS
Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak dinyatakan.
I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan
karsa.
OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan
manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah
ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain.
PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban
tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola
berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.
B. Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata budh—> budhi—> budhaya dalam bahasa sansekerta
yang berarti akal, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan yang berasal dari kata budi dan daya.
Budi adalah akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti
perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil
dari akal dan ikhtiar manusia (supartono, 2001; Prasetya, 1998).
Dari definisi-definisi kebudayaan dapat dinyatakan bahwa inti pengertian kebudayaan
mengandung beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut :
a. Kebudayaan itu beraneka ragam.
b. Kebudayaan itu diteruskan melalui proses belajar.
c. Kebudayaan itu terjabarkan dari komponen biologi, psikologi, sosiologi, dan eksistensi
manusia.
d. Kebudayaan itu berstruktur.
e. Kebudayaan itu terbagi dalam aspek-aspek.
f. Kebudayaan itu dinamis.
g. Nilai-nilai dalam kebudayaan itu relatif
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba
atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran
warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang salingberinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan.
Manusia sebagai perilaku kebudayaan ya’ni dapat dipandang setara yang dinyatakan
sebagai dialektis, proses dialektis tercipta melalui tiga tahap:
1. Eksternalisasi, proses manusia mengekspresikan dirinya dalam membangun dunianya
2. Obyektivitas, proses msyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu kenyataan yang terpisah
dari manusia dan berhadapan dengan manusia
3. Internalisasi, proses masyarakat disergap kembali oleh manusia, yakni manusia yang
mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dapat idup dengan baik
Manusia dan kebudayaan pada dasarnya memiliki hubungan yang sangant erat kaitannya,
karena hampir seluruh kegiatan manusia yang di kerjakaannya setiap saatnya merupakan
sebuah kebudayaan. Berikut ini adalah 4 kedudukan manusia terhadap kebudayaan:
1) penganut kebudayaan,
2) pembawa kebudayaan,
3) manipulator kebudayaan, dan
4) pencipta kebudayaan.
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai
perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi
apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya
bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur
hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu
kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan
peraturan - peraturan
kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah
peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang
dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat
dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu
sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari
kemauan manusia yang membuatnya.
Dart sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan
hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling
terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian
masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk
perilaku manusia.
3. Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya
bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan
baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi
terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai
hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi
membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap
keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan
dapat dilakukan dengan lebih cermat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana hubungan manusia dan kebudayaan adalah sebagai perilaku
kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Dalam ilmu
sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal yang berarti walaupun
keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur kehidupan manusia
yang sesuai dengannya
B. Saran
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus
hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan
merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil
kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala
disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
Maka dari itu, sebagai manusia yang berbudaya kita harusnya mampu untuk terus dan
tetap berbudaya sebagaimana hakikat kita sebagai manusia
Daftar Pustaka
http://aghamisme.blogspot.com/2012/10/pengertian-kebudayaan-dan-wujud.html
3
Konsepsi Ilmu Budaya Dasar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya lah sehinggga kami bisa menyelesaikan tugas paper
dengan judul “Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan” ini guna
memenuhi tugas mata kuliahIlmu Budaya Dasar.
Seiring dengan terselesaikannya tugas paper ini, maka kami selaku penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan partisipasinya dalam bentuk apapun dalam proses penyusunan paper ini.
Semoga paper ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Gunadarma. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi materi maupun tata bahasa dalam paper ini. Oleh
karena itu dengan kami menerima segala saran dan kritik dari dosen maupun
pembaca lain agar kami dapat memperbaiki paper ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui pemahaman,
penghayatan, dan meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni
rupa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang dianugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah
memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif
dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Dalam
kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap seni rupa seolah-olah
kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Seni rupa sebagai karya seni yang
nampaknya rupa seolah-olah hanya dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu
kadang-kadang seni rupa itu lebih disamakan dengan seni visual.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan Kesusastraan
1. Pengertian sastra
Secara etimologis kata sastra berasal dari bahasa sansekerta, dibentuk dari akar kata sas-
yang berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran –tra yang berarti alat
untuk mengajar, buku petunjuk..Secara harfiah kata sastra berarti huruf, tulisan atau
karangan. Kata sastra ini kemudian diberi imbuhan su- (dari bahasa Jawa) yang berarti baik
atau indah, yakni baik isinya dan indah bahasanya. Selanjutnya, kata susastra diberi imbuhan
gabungan ke-an sehingga menjadi kesusastraan yang berarti nilai hal atau tentang buku-buku
yang baik isinya dan indah bahasanya.Selain pengertian istilah atau kata sastra di atas, dapat
juga dikemukakan batasan / defenisi dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu
sama lain. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah yang
menyebut fenomena yang sederhana dan gampang. Sastra merupakan istilah yang
mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Kita dapat berbicara
secara umum, misalnya berdasarkan aktivitas manusia yang tanpa mempertimbangkan
budaya suku maupun bangsa. Sastra dipandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati.
Orang-orang tertentu di masyarakat dapat menghasilkan sastra. Sedang orang lain dalam
jumlah yang besar menikmati sastra itu dengan cara mendengar atau membacanya.Batasan
sastra menurut PLATO, adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).
Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan
model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauhdari dunia
ide.ARISTOTELES murid PLATO memberi batasan sastra sebagai kegiatan lainnya melalui
agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Menurut kaum formalisme Rusia, sastra adalah sebagai
gubahan bahasayang bermaterikan kata-kata dan bersumber dari imajinasi atau emosi
pengarang. Rene Welleck dan Austin Warren, memberi defenisi bahasa dalam tiga hal :
3. Sebagai karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan dan
bermediumkan bahasa.
Pengertian Seni
Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna,
dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi
dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi
segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran
sejarah kesenian, adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di
dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara
seniman dan tukang. Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada
dan seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian itu
ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, juga terdapat di Barat pada masa
lampau.
Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan artista.
Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan
sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau
kemahiran; dan artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Maka
kiranya artista dapat dipersamakan dengan cilpa.
Ars inilah yang kemudian berkembang menjadi l’arte (Italia), l’art (Perancis), elarte
(Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinyapun berkembangan sedikit demi
sedikit kearah pengertiannya yang sekarang. Tetapi di Eropa ada juga istilah-istilah yang lain,
orang Jerman menyebut seni dengan die Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang
berasal dari akar kata yang lain walaupun dengan pengertian yang sama. (Bahasa Jerman juga
mengenal istilah die Art, yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan
kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang diangkat
untuk istilah kegiatan itu).
Dari dulu sampai sekarang karya sastra tidak pernah pudar dan mati. Dalam kenyataan karya
sastra dapat dipakai untuk mengembangkan wawasan berpikir bangsa. Karya sastra dapat
memberikan pencerahan pada masyarakat modern. ketangguhan yang sangat dibutuhkan
dalam pembangunan. Di satu pihak, melalui karya sastra, masyarakat dapat menyadari
masalah-masalah penting dalam diri mereka dan menyadari bahwa merekalah yang
bertanggung jawab terhadap perubahan diri mereka sendiri.
Sastra dapat memperhalus jiwa dan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpikir
dan berbuat demi pengembangan dirinya dan masyarakat serta mendorong munculnya
kepedulian, keterbukaan, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sastra mendorong
orang untuk menerapkan moral yang baik dan luhur dalam kehidupan dan menyadarkan
manusia akan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan memiliki
kepribadian yang luhur.
Sastra tidak hanya melembutkan hati tapi juga menumbuhkan rasa cinta kasih kita kepada
sesama dan kepada sang pencipta. Dengan sastra manusia dapat mengungkapkan perasaan
terhadap sesuatu jauh lebih indah dan mempesona.
Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan
dengan masalah sebagai berikut :
1. kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala
keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya
tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
Jenis-jenis prosa ;
1. Dongeng
Dongeng merupakan cerita yang banyak diwarnai peristiwa yang tidak masuk akal atau tidak
mungkin terjadi. Contoh: Pangeran Buruk Rupa, Si Kancil dan Buaya
2. Cerpen
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa.
3. Novel
Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan
seseorang atau beberapa orang tokoh.
4. Biografi
Biografi adalah riwayat yang ditulis oleh orang lain.
5. Esai
Esai merupakan karangan yang berisi ujaran populer dan dengan pola penyajian yang bersifat
santai. Ulasan-ulasannya bersifat pribadi, akrab, dan asyik dibaca layaknya obrolan biasa.
6. Kritik
Kritik merupakan tanggapan atau pertimbangan atas baik buruknya suatu karya (puisi,
cerepn, drama, dsb). Kritik biasanya disertai dengan analisis dan kesimpulan-kesimpulan.
7. Artikel
Artikel adalah karya tulis lengkap yang dimuat di Koran, majalah, atau internet.
1. Pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat baris yang bersajak bersilih dua-
dua (pola ab-ab), dan biasanya, tiap baris terdiri atas empat perkataan.
2. Gurindam adalah puisi Melayu lama yang terdiri dari dua larik (baris), mempunyai
irama akhir yang sama dan merupakan satu kesatuan yang utuh.
3. Mantera adalah merupakan satu daripada genra puisi Melayu tradisional yang diwarisi
sejak zaman primitif, prasejarah, animisme.
4. Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi,
tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris).
5. Sage merupakan cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan
keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang.
Komponen dalam prosa baru ;
1. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam
bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa italia novella
yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”.
2. Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih
kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan
seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami
kejadian-kejadian tersebut.
3. Cerpen adalah cerita yang berbentuk naratif. Jadi cerpen bukan argumentasi atau analisa
atau deskripsi.
4. Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
Kosakata ini berasal dari bahasa yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”.
5. Soneta adalah salah satu bentuk sastra baru yang berasal dari Italia. Soneta masuk
ke dalam sastra Indonesia baru.
1. Nilai penikmatan atau menyenangi. Tindakan operasionalnya pada tahap ini adalah
misahiya membaca karya sastra (puisi maupun novel}, menghadiri acara deklamasi, dan
sebagainya.
2. Nilai penghargaan. Tindakan operasionalnya, antara lain, melihat kebaikan, nilai, atau
manfaat suatu karya sastra, dan merasakan pengaruh suatu karya ke dalam jiwa, dan
sebagainya.
3. Nilai pemahaman. Tindakan opersionalnya adalah meneliti dan menganalisis unsur
intrinsik dan unsur ektrinsik suatu karya: astra, serta berusaha menyimpulkannya.
4. Nilai penghayatan. Tindakan operasionalnya adalah rnenganalisis lebih lanjut akan suatu
karya, mencari hakikat atau makna suatu karya beserta argumentasinya; membuat tafsiran
dan menyusun pendapat berdasarkan analisis yang telah dibuat.
5. Nilai penerapan. Tindakan operasionalnya adalah mclahirkan ide baru, mengamalkan
penemuan, atau mendayagunakan hasil operasi dalam mencapai material, moral, dan
struktural untuk kepentingan sosial, politik, dan budaya.
Contoh Karya Sastra:
Contoh Prosa:
– Contoh novel :Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer,
Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
– Contoh cerpen :Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani,
Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau
Kami oleh A.A. Navis.
– Contoh biografi :Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair
dalam membangun puisinya dengan menggunakan:
Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian yang mendasari penyajian puisi pada
perkuliahan ilmu budaya dasar adalah :
Puisi baru : Puisi yang muncul karena pengaruh sastra barat. Puisi baru adalah puisi yang
lebih bebas dalam penggunaan rima, pilihan kata, serta irama.
Puisi Lama : Puisi yang mengikuti ketentuan umum pada puisi seperti, rima, irama, dan baris.
Mantra
Karmina (Pantun singkat)
Talibun
Syair
Gurindam
Puisi Modern : Puisi bebas yang muncul pada tahun awal kemerdekaan yang dipelopori oleh
Chairil Anwar. Puisi ini tidak mengutamakan bentuk puisi namun lebih mengutamakan isi
dan makna dari puisi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://smoeland.blogspot.com/2011/10/pengertian-sastra-dan-seni-peranan.html
4
Manusia dan Cinta Kasih
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cinta merupakan pengalaman yang sangat menarik yang pernah kita alami dalam hidup ini.
Sangat disesali, orang pada umumnya masih bingung akan apakah cinta itu sesungguhnya.
Kebingungan mereka semakin bertambah ketika dunia perfileman memperkenalkan arti cinta
yang salah dimana penekanan akan cinta selalu dititik beratkan pada perasaan dan cerita
romantika.
Dari jaman dulu sampai sekarang hakikat cinta kasih masih menjadi perbincangan yang tidak
dibatasi secara jelas dengan makna yang luas pula. Walaupun, sulit juga untuk diungkapkan
dan diingkari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup
fundamental. Begitu fundamentalnya sampai-sampai membawa Khalil Gibran, seorang
punjagga terkenal, berpendapat bahwa “Cinta hanyalah sebuah kemisterian”. Cinta sangat
erat dalam kehidupan dan tidak bias di pisahkan dalam kehidupan. Tidak pernah selintas pun
orang berpikir bahwa cinta itu tidak penting. Mereka haus akan cinta, mereka butuh akan
cinta.
Kendati pun demikian, hampir setiap orang tidak pernah berpikir tentang apa dan bagaimana
cinta itu. Padahal berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu, cinta bisa diibaratkan sebagai
suatu seni yang sebagaimana bentuk seni lainnya sangat memerlukan pengetahuan dan
latihan untuk bisa menggapainya.
Begitupun dengan kasih sering sekali kita terkecoh bahkan sulit untuk membedakan cinta dan
kasih itu sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik mengambil judul makalah Manusia
dan Cinta Kasih, agar dapat membantu kita semua untuk lepas dari ketidak jelasan Cinta
Kasih yang selalu menjadi bahan perenungan, diskusi, cerita yang tidak pernah ada akhirnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cinta Kasih
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian cinta kasih, yaitu :
Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami dengan mudah tanpa dikaitkan
dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup manusia masih mendambakan tegaknya cinta
dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta didengkan dengan lagu dan organisasi perdamaian
dunia, tetapi di pihak lain dalam praktek kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan jauh dari
kenyataan. Atas dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada manusia.
Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang
seseorang mencintai dirinya sendiri. Kadang- kadang mencintai orang lain, atau juga istri dan
anaknya, harta, atau Allah dan Rasulnya. Berbagai bentuk cinta ini bisa kita dapatkan dalam
kitab suci Al-Qur’an.
Cinta Diri
Cinta diri erat kaitannya dengan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap
hidup,mengembangkan potensi dirinya,dan meng aktualisasikan dirinya dan ia pun mencintai
segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci segala
sesuatu yang menghalanginya untuk hidup. Berkembang, mengaktualisasikan diri,
mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara bahaya. Al –Qur’an telah mengungkapkan cinta
alamiah manusia terhadap dirinya sendiri ini, kecenderungannya untuk menuntut segala
sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghindari dari segala sesuatu yang
membahayakan keselamatan dirinya, melalui ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa
seandainya beliau mengetahui hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang
baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
“Diantara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah
kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginannya
dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan
hidup.” (QS,al-Adiyat, 100:8)
“Diantara gejala lain yang menunjukkan kecintaan manusia pada dirinya sendiri ialah
permohonannya yang terus menerus agar dikaruniai harta, kesehatan, dan berbagai
kebaikan dan kenikmatan hidup lainnya. Dan apabila tertimpa bencana, keburukan, atau
kemiskinan, ia merasa putus asa dan ia mengira tidak akan bisa memperoleh karunia lagi,”
(QS,Fushilat, 41:49)
Namun hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih-lebihan dan melewati
batas. Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta pada orang lain dan cinta
berbuat kebajikan pada mereka.
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia
lainnya , ia tidak boleh tidak harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya.
Oleh karena itu,Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri,
seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang
terus menerus untuk memperoleh kebaikan serta kebakhilannya dalam memberikan sebagian
karunia yang diperolehnya, setelah itu Allah langsung memberikan pujian kepada orang-
orang yang berusaha untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada dirinya sendiri dan
melepaskan diri dari gejala-gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan sholat,
memberikan zakat, bersedekah terhadap orang-orang miskin dan tak punya, dan menjauhi
segala larangan Allah.
Keimanan yang demikian ini akan bisa menyeimbangkan antara cintanya kepada diri sendiri
dan cintanya pada orang lain, dan dengan demikian bisa merelisasikan kebaikan individu dan
masyarakat. Al-Qur’an juga menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling
mencintai seperti cinta mereka pada diri mereka sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya
terkandung pengarahan kepada mukmin agar tidak berlebih-lebihan dalam mencintai diri
sendiri.
Cinta Seksual
Cinta erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan
kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antar suami dan istri. Ia merupakan faktor yang
primer bagi kelangsungan hidup keluarga :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasanNya ialah Dia yang menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung, dan merasa tentram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir.” (QS,Ar-Rum, 30:12)
Dorongan seksual melakukan suatu fungsi penting yaitu melahirkan keturunan demi
kelangsungan jenis.
Cinta Keibuan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling asli dan yang terdapat pada diri
seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin suatu ikatan fisiologi. Seorang ibu
akan memelihara anaknya dengan hati-hati penuh dengan kasih sayang dan naluri alami
seorang ibu. Sedangkan menurut para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa dorongan kebapakan
bukan karena fisologis, melainkan dorongan psikis.
Cinta Kebapakan
Mengingat bahwa antar ayah dan anak-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis
seperti yang menghubungkan si ibu dan anaknya , maka para ahli ilmu jiwa modern
berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti halnya
dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Dorongan ini nampak jelas dalam cinta bapak
kepada anak-anaknya , karena mereka sumber kesenangan, kegembiraan baginya , kekuatan,
kebanggan ,dan merupakan faktor penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan
tetap terkenangnya setelah dia meninggal dunia.
Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyaratkan dalam kisah Nabi Nuh as. Betapa cintanya ia
kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan penuh rasa cinta,kasih sayang,
belas kasihan, untuk naik perahu agar tidak tenggelam ditelan ombak :
“…Dan Nuh memanggil anaknya – sedang anak itu berada di trmpat yang jauh terpencil –
: “Hai ..anakku naiklah (kekapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama-sama
orang-orang yang kafir.” (QS, Yusuf, 12:84)
Biasanya cinta kebapakan nampak dalam perhatian seorang bapak kepada anak-anaknya,
asuhan, nasehat, dan pengarahan yang diberiaknnya kepada mereka , demi kebaikan dan
kepentingan mereka sndiri.
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling jernih, spiritual dan yang dapat memberikan
tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik dan sosial. Cinta
yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinyta menjadi kekuatan
pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan dan menundukkan semua bentuk cinta
yang lain. Semua tingkah laku dan tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan
penerimaan dan ridha-Nya :
“Katakanlah : “Jika kamu (benar-benar)mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah maha pengampun lagi maha
penyayang”(QS Ali Imran, 3:31)
Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjasi kekuatan
pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua bentuk
kecintaan lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada
sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam semesta.
Cinta kepada rasul, yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta, menduduki
peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi
manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
Untuk dapat mewujudkan cinta kasih dan sayang dalam kehidupan agar tentram damai dan
bahagia dapat dengan cara :
Dapat dilakukan dengan perbuatan yang bersifat sosial dan kemanusian. Contohnya saling
tolong menolong, kerja bakti, saling tepo seliro, Jean Henry Dunant ( 1882-1910) seorang
bankir dan penulis berkebangsaan Swiss yang atas suka relanya menolong setiap orang yang
menderita luka-luka dalam pertempuran Solferino (1859) mendirikan Palang Merah
International (1863).
Dapat dilakukan apabila dilandasi dasar cinta kasih yang bertanggung jawab dan tidak
melanggar adat atau norma yang ada. Contohnya cinta eotis seorang lelaki terhadap
perempuan yang di sudah di ikat pernikahan di dasari percintaan.
Dapat dilakukan dengan dilandasi rasa menghhormati, kasih sayang kepada anaknya dengan
cara mencari nafkah, memerhatikan perkembangan anak, mengetahui apa yang diperlukan
oleh anaknya.
Dapat dilakukan dengan dilandasi cinta yang teramat sangat dan meniadakan Tuhan selain
Allah dengan beraqidah yang kokoh dan bertaqwa atau menjalankan segala perintah dan
menjauhi larangan yang sudah di tentukan Nya.
Dapat dilandasi dengan cinta dengan mencontoh suri teladan yang baik yang ada pada diri
rasul yaitu sidiq, tablig, amanah, dan fatonah yang di laksanakan setiap saat selama masih
diberi kehidupan oleh sang maha hidup.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran guna
peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini.
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnya maka kita telah menyelesaikan sebuah karya tulis ini tepat waktu. Berikut ini
penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul Manusia dan Keindahan. Dalam
pembahasannya, makalah ini membahasa tentang pengertian keindahan, perbedaan antara
keindahan sebagai suatu kualitas abstrak, nilai etektik, perbedaan nilai ekstrinsik dengan nilai
instrinstik.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa hormat dan terima kasih.
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap manusia dilahirkan dan dibekali dengan banyak sekali keindahan. Keindahannya baik
dari dalam, dari luar, maupun yang ada disekitarnya. Kata keindahan berasal dari kata indah,
artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keidahan identik dengan
kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai
nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak
mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak
terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan
atau lokal.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keindahan
Kata keindahan berasal dari suku kata indah, artinya bagus, permai, cantik,
elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah
segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indah, pemandangan
alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung),
manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah
(halaman, tanaman, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna
dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengankebenaran.
Selanjutnya The Liang Gie menjelaskan bahwa keindahan dalam arti luas
mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak
yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan
keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
Nilai Etetik
Nilai ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana
untuk sesuatu hal lainnya (”instrumental! Contributory value”), yakni nilai
yang bersifat sebagai alat atau membantu contohnya puisi, bentuk puisi
yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai
ekstrinsik.
Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai
suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya :
pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda)
puisi itu disebut nilai intrinsik.
2.2 Renungan
1. Teori metafisika, plato mendalilkan adanya dunia ide para taraf yang
tertinggi, sebagai realita illahi itu.
2. Teori pengungkapan, dam teori ini dikatakan oleh Benedelto Croce. Bahwa
seni adalah pengungkapan kesan-kesan yang dimiliki seserang
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata rasi, artinya cocok, kena
benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung
unsur perpaduan,Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata rasi,
artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai
itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran, dan seimbang.
Yakni karena keindahan itu merupakan nilai yang intrinsik ada pada suatu
objek, artinya seekor kupu-kupu memang lebih indah dari pada seekor lalat
hijau.
Artinya kualitas keindahan itu baru ada apabila terjadi pertemuan antara
subjek manusia dan objek substansi.
Selain arti dari kata keindahan, keindahan dibagi lagi menjadi nilai etetik,
dan perbedaan nilai ekstensik dengan nilai instinsik, kontemplasi dan
ekstansi. Nilai etetik Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang
tercakup dalam pengertian keindahan. Nilai ekstrinsik adalah sifat baik
dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya
(”instrumental! Contributory value”), yakni nilai yang bersifat sebagai alat
atau membantu contohnya puisi. Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda
yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan
benda itu sendiri. Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk
menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi
merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-
nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil
penciptaan. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan,
merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
1. Teori metafisika, plato mendalilkan adanya dunia ide para taraf yang
tertinggi, sebagai realita illahi itu.
2. Teori pengungkapan, dam teori ini dikatakan oleh Benedelto Croce. Bahwa
seni adalah pengungkapan kesan-kesan yang dimiliki seserang
3. Teori psikolgis, dinyatakan bahwa proses penciptaan seni adalah
pemenuhan keinginan bawah sadar dari serang seniman.
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata rasi, artinya cocok, kena
benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung
unsur perpaduan, pertentangan, ukuran, dan seimbang. Keserasian dibagi
juga dalam teori-teorinya yaitu:
Yakni karena keindahan itu merupakan nilai yang intrinsik ada pada suatu
objek, artinya seekor kupu-kupu memang lebih indah dari pada seekor lalat
hijau.
DAFTAR PUSTAKA
http://sanusiadam79.wordpress.com/2013/04/04/manusia-dan-
keindahan/