Anda di halaman 1dari 35

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/346584515

Buku Panduan Teknologi Silase

Book · November 2020

CITATION READS

1 4,376

3 authors, including:

Agus Hadi Prayitno Dadik Pantaya


Politeknik Negeri Jember Politeknik Negeri Jember
64 PUBLICATIONS   123 CITATIONS    28 PUBLICATIONS   60 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

HOW RUMINAL ACIDOSIS CAN ALTER THE ABSORPTION OF MYCOTOXINS AND THEIR DETOXIFICATIONS? View project

Hibah Bersaing in 2015 of Directorate Research and Higher Education View project

All content following this page was uploaded by Agus Hadi Prayitno on 15 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Buku Panduan
Teknologi Silase
Agus Hadi Prayitno, S.Pt., M.Sc.
Dr. Ir. Dadik Pantaya, M.Si., IPU.
Ir. Budi Prasetyo, S.Pt., MP., IPM.

2020
• Buku Panduan •
Teknologi Silase
• Buku Panduan •
Teknologi Silase

Penulis:

Agus Hadi Prayitno, S.Pt., M.Sc.


Dr. Ir. Dadik Pantaya, M.Si., IPU.
Ir. Budi Prasetyo, S.Pt., MP., IPM.

Politeknik Negeri Jember


Jember
2020
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kami kemudahan dalam menyelesaikan penulisan
buku panduan Teknologi Silase ini. Buku ini merupakan bagian
dari luaran pengabdian kepada masyarakat yang dibiayai oleh
DIPA Politeknik Negeri Jember Tahun Anggaran 2020.
Buku panduan ini difokuskan pada metode yang digunakan
untuk mengaplikasikan teknologi silase di masyarakat. Selain itu,
pada buku panduan ini juga menginformasikan tentang bahan
pakan ternak berupa rumput, legum, dan limbah pertanian yang
dapat digunakan oleh peternak sebagai pakan ternak.
Buku panduan ini kami sadari masih jauh dari sempurna dan
masih banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami harap
ada masukan, saran, dan kritik yang membangun dalam rangka
perbaikan dari buku panduan ini ke depannya. Akhir kata, kami
mengucapkan selamat membaca dan terima kasih.

Penulis

iii
DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................. iii


DAFTAR ISI ............................................................. iv
PENDAHULUAN.................................................... 1
BAHAN PAKAN TERNAK ..................................... 3
1.1 Rumput ......................................................... 3
1.1.1 Rumput gajah .................................................. 4
1.1.2 Rumput raja ..................................................... 4
1.1.3 Rumput benggala ............................................ 4
1.1.4 Rumput signal ................................................. 5
1.1.5 Rumput paitan................................................. 5
1.2 Legum .......................................................... 5
1.2.1 Gamal ............................................................... 6
1.2.2 Lamtoro ........................................................... 6
1.2.3 Kaliandra .......................................................... 6
1.2.4 Turi ................................................................... 7
1.2.5 Sentro ............................................................... 8
1.3 Limbah Pertanian ......................................... 8
1.3.1 Tongkol jagung ............................................... 9
1.3.2 Jerami jagung ................................................... 9
1.3.3 Jerami padi ....................................................... 10
1.3.4 Jerami kedelai .................................................. 10
1.3.5 Jerami kacang tanah ....................................... 10
1.3.6 Kulit coklat ...................................................... 11
1.3.7 Kulit kopi ......................................................... 11
1.3.8 Bungkil kelapa ................................................. 12
1.3.9 Pucuk tebu ....................................................... 12
TEKNOLOGI SILASE ............................................. 13
2.1 Definisi ......................................................... 13
2.2 Alat dan Bahan ............................................. 14

iv
2.2.1 Alat ................................................................... 14
2.2.2 Bahan................................................................ 14
2.2.3 Cara kerja ......................................................... 14
2.3 Manfaat Silase .............................................. 15
2.4 Kualitas Silase............................................... 15
2.4.1 Warna ............................................................... 16
2.4.2 Aroma .............................................................. 16
2.4.3 Tekstur ............................................................. 17
2.4.4 Nilai pH ........................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................ 18

v
PENDAHULUAN

Aktivitas peternak secara rutin setiap hari mencari hijauan


pakan untuk diberikan pada ternak. Di masa pandemi Covid-19
seperti saat ini masyarakat diminta untuk membatasi aktivitas di
luar rumah, termasuk peternak dalam hal ini. Rutinitas mencari
pakan yang dilakukan oleh peternak untuk diberikan kepada
ternak yang dipelihara tidak menjadi efektif dalam kondisi
pandemi Covid-19. Adanya pembatasan aktivitas di luar rumah
termasuk bagi peternak akan memberikan dampak negatif pada
penurunan produktivitas ternak.
Peternak juga mengeluh pada saat masuk ke musim kemarau
mengalami kesulitan untuk mendapatkan hijauan pakan ternak.
Peternak konvensional di Indonesia masih banyak yang kurang
pengetahuan dan keterampilan tentang teknologi pengolahan
pakan untuk mengantisipasi ketika menghadapi musim kemarau
dan pembatasan aktivitas di masa pandemi Covid-19.
Hijauan pakan ternak yang ketersediaannya sangat berlimpah
pada musim penghujan dapat diberdayakan untuk mengantipasi
kesulitan hijauan pakan ternak saat memasuki musim kemarau
atau musim kering. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
defisiensi hijauan pakan saat musim kemarau baik secara
kuantitas dan kualitas melalui penerapan teknologi pengolahan
pakan.

1
Buku Panduan Teknologi Silase

Salah satu teknologi pengolahan pakan ternak yang dapat


diaplikasikan oleh peternak yaitu teknologi silase. Teknologi
silase adalah suatu teknologi untuk mengawetkan hijauan pakan
ternak sehingga pakan tersebut dapat disimpan dalam jangka
waktu yang lebih lama. Selain pakan menjadi awet, teknologi
silase dapat mengurangi terjadinya kehilangan nutrien yang ada
pada hijauan sehingga dapat digunakan sebagai pakan pada masa
kesulitan mendapatkan hijauan segar.

2
BAHAN PAKAN TERNAK

Bahan pakan ternak merupakan semua zat baik organik dan


anorganik yang dapat dimakan, dicerna, dan digunakan sebagian
atau semuanya oleh ternak tanpa menganggu kesehatan. Bahan
pakan untuk ternak ruminansia dapat berupa rumput, legum, dan
limbah pertanian.
Perbedaan antara bahan pakan rumput dan legum umumnya
terlihat dari kandungan serat kasar dan protein kasar. Komposisi
nutrien yang terkandung dalam hijauan pakan sangat variatif dan
dapat dipengeruhi oleh spesies tanaman, tingkat umur tanaman,
iklim, musim, pemupukan, dan tipe tanah.

1.1 Rumput
Rumput adalah tumbuhan dari jenis ilalang yang memiliki
batang kecil, banyak jenisnya, batangnya beruas, daunnya sempit
panjang, bunganya berbentuk bulir dan buahnya dapat berupa
biji-bijian. Pakan ternak yang berasal dari rumput terbagi menjadi
2 yaitu rumput yang tumbuh bebas (tidak sengaja dibudidayakan)
dan rumput yang sengaja dibudidayakan. Rumput sebagai hijauan
pakan yang banyak dibudidayaakan di Indonesia yaitu rumput
gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum purpuroides),
rumput benggala (Panicum maximum), rumput signal (Brachiaria
decumbens), dan rumput paitan (Paspalum conjugatum).

3
Buku Panduan Teknologi Silase

1.1.1. Rumput gajah


Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan salah satu
jenis hijauan pakan yang memiliki keunggulan yaitu kemampuan
produksinya yang sangat tinggi sehingga pada saat produksi
rumput gajah melimpah sebagian dari hasil produksinya dapat
diawetkan dan disimpan sebagai bahan persediaan hijauan untuk
mengantisipasi terjadinya kekurangan hijauan pakan. Kadar serat
kasar rumput gajah sekitar 26,0 sampai 40,5% dengan tingkat
kecernaan bahan kering sekitar 48 sampai 71%.

1.1.2. Rumput raja


Rumpu raja (Pennisetum purpuroides) merupakan rumput yang
berasal dari Afrika tropis hasil persilangan Pennisetum purpureum
dan Pennisetum americanum (Amerika tropis). Kualitas rumput raja
lebih tinggi daripada rumput gajah. Kandungan protein kasar
rumput raja berkisar 8 sampai 11% dengan tingkat kecernaan
bahan kering sekitar 65,6%. Protein kasar rumput raja 25% lebih
tinggi daripada rumput gajah.

1.1.3. Rumput benggala


Rumput benggala (Panicum maximum) merupakan rumput
yang berasal dari Afrika tropis dan sub tropis yang banyak
dibudidayakan di Indonesia sebagai hiajuan pakan. Protein kasar
rumput benggala berkisar 5,5 sampai 7,5%. Kandungan dari serat

4
Buku Panduan Teknologi Silase

kasar rumput benggala berkisar 28 sampai 36% dengan tingkat


kecernaan bahan kering sekitar 40 sampai 62%.

1.1.4. Rumput signal


Rumput signal (Brachiaria decumbens) atau sering dikenal juga
dengan rumput bede merupakan rumput yang berasal dari Afrika
Timur. Rumput signal untuk hijauan pakan memiliki keunggulan
yaitu mudah ditanam, tahan terhadap renggutan dan injakan
ternak serta tahan terhadap kekeringan tetapi tidak tahan dengan
genangan air. Rumput signal mengandung protein kasar berkisar
6,1 sampai 10,1% dengan kandungan serat kasar sekitar 37%.

1.1.5. Rumput paitan


Rumput paitan (Paspalum conjugatum) atau sering dikenal juga
dengan rumput kerbau merupakan jenis rumput yang berasal dari
Amerika tropis. Pertumbuhan dari rumput paitan sangat cepat
sehingga dapat menjadi gulma di perkebunan dan pada tanaman
pangan. Rumput paitan juga biasanya banyak dijumpai sebagai
rumput pangonan.

1.2 Legum
Legum merupakan jenis tumbuhan yang memilki kandungan
protein kasar tinggi di atas 18% yang dapat digunakan sebagai
pakan ternak ruminansia. Legum yang banyak digunakan sebagai

5
Buku Panduan Teknologi Silase

pakan ternak diantaranya, yaitu gamal (Gliricidia sepium), lamtoro


(Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus), turi
(Sesbania grandiflora), dan sentro (Centrosema pubescens). Bagian
legum yang banyak digunakan sebagai pakan ternak yaitu bagian
daun. Daun merupakan bagian tanaman yang tumbuh berhelai-
helai pada ranting (biasanya hijau) sebagai alat bernapas dan
mengolah zat makanan.

1.2.1 Gamal
Gamal (Gliricidia sepium) merupakan jenis legum yang dapat
tumbuh dengan cepat pada daerah kering. Kandungan protein
kasar 18 sampai 24% pada waktu musim hujan dan 17 sampai
22% pada waktu musim kemarau. Kandungan serat kasar dari
gamal sekitar 30,83%. Gamal juga telah banyak digunakan
sebagai hijauan suplementasi untuk hijauan pakan yang memiliki
kualitas rendah dan menjadi sumber hijauan pakan pada lahan
kering.

1.2.2 Lamtoro
Lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan jenis legum yang
berasal dari Amerika tropis dan dikenal juga dengan petai cina.
Lamtoro mengandung nutrien yang lebih baik daripada rumput
lapangan. Kandungan protein kasar dari lamtoro yaitu 25 sampai
35% dengan kandungan serat kasar berkisar antara 33 sampai

6
Buku Panduan Teknologi Silase

66%. Lamtoro penggunaannya sebagai pakan ternak dibatasi


karena mengandung zat antinutrisi yaitu mimosin. Kandungan
mimosin pada daun lamtoro sekitar 2 sampai 10% dan biji
sekitar 2 sampai 5%. Tingkat kecernaan daun lamtoro dapat
mencapai 70%.

1.2.3 Kaliandra
Kaliandra (Calliandra calothyrsus) merupakan salah satu jenis
legum yang berasal dari Guatemala. Kaliandra memiliki tingkat
pertumbuhan yang cepat setelah ditanam dan toleran terhadap
pemotongan dan bahkan akan meningkat jumlah anak cabangnya
daripada jenis legum yang lain. Kaliandra telah banyak digunakan
sebagai pakan ternak dengan kandungan protein kasar sekitar 20
sampai 25%. Kaliandra mengandung zat antinutrisi yaitu tanin.
Kandungan tanin pada kaliandra sekitar 11%. Tingkat kecernaan
kaliandra bervariasi antara 30% sampai 60%.

1.2.4 Turi
Turi (Sesbania grandiflora) merupakan jenis legum yang berasal
dari Asia Tenggara. Tanaman turi di Indonesia banyak tumbuh
di sawah, tepi jalan, dan ditanam sebagai pembatas pekarangan.
Daun turi dapat dijadikan sebagai hijauan pakan ternak dengan
kandungan protein kasar sekitar 31,29% dan serat kasar sekitar
22,4%. Penggunaan dari daun turi sebagai bahan pakan ternak

7
Buku Panduan Teknologi Silase

perlu dibatasi karena mengandung zat antinutrisi yaitu saponin.


Saponin yang terkandung pada daun turi dapat diminimalkan
melalui perendaman dan pemanasan.

1.2.5 Sentro
Sentro (Centrosema pubescens) merupakan legum yang berasal
dari Amerika selatan yang mudah berbunga dan berbiji. Sentro
dapat digunakan sebagai tanaman campuran dengan tanaman
jenis rumput dan juga bisa sebagai tanaman sisipan pada padang
pengembalaan. Sentro memiliki kandungan protein kasar sekitar
11 sampai 24%. Sentro juga mengandung bahan kering sekitar
88,99% dengan kandungan serat kasar sekitar 12,47%.

1.3 Limbah Pertanian


Limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan
ternak diantaranya yaitu tongkol jagung, jerami jagung, jerami
padi, jerami kedelai, jerami kacang tanah, kulit coklat, kulit kopi,
bungkil kelapa, pucuk tebu, dan lain-lain yang sangat melimpah
tergantung dari kondisi daerahnya. Suatu daerah dapat dipetakan
potensi limbah dari hasil pertanian yang dihasilkan untuk dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak berdasarkan sentra pertanian
yang ada di sana.
Pada saat musim panen limbah pertanian selama ini belum
dimanfaatkan secara optimal atau bahkan hanya dibakar atau

8
Buku Panduan Teknologi Silase

bahkan hanya dibuang begitu saja di pinggir-pinggir jalan dan


menumpuk sehingga menjadi sampah yang dapat mengganggu
dan mencemari lingkungan apabila limbah tersebut mengalami
proses pembusukan.

1.3.1 Tongkol jagung


Tongkol jagung atau sering disebut juga dengan janggel adalah
bagian dari jagung yang bijinya telah dilepaskan dari tongkolnya
atau dipipil. Komposisi nutrien dari tonggol jagung dalam 100%
bahan kering terdiri dari 29,5% air, 70,45% bahan kering, 2,67%
protein kasar, dan 46,52% serat kasar. Pengecilan ukuran partikel
dan proses fermentasi dapat meningkatkan protein kasar dari
tongkol jagung dengan tingkat kecernaan bahan kering berkisar
antara 39,10 sampai 57,54%.

1.3.2 Jerami jagung


Jerami jagung merupakan hasil dari pengeringan daun jagung
yang ada di ladang dan dipanen ketika tongkol jagung dipetik.
Jerami jagung melimpah didapatkan pada daerah sentra tanaman
jagung yang diperuntukan untuk menghasilkan jagung bibit atau
jagung untuk kebutuhan industri pakan ternak dan tidak untuk
dikonsumsi sebagai sayur. Kandungan nutrien dari dari jerami
jagung yaitu 80% bahan kering, 9% protein kasar, dan 25% serat
kasar.

9
Buku Panduan Teknologi Silase

1.3.3 Jerami padi


Jerami padi merupakan hasil pengeringan dari bagian batang
tumbuh padi yang telah dipanen bulir-bulir buahnya bersama
atau tidak dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan bagian
batang padi yang tertinggal. Kandungan nutrien jerami padi yaitu
75,52% bahan kering, 6,63% protein kasar, 1,17% lemak kasar,
29,44% serat kasar, dan 51,50% total digestible energy (TDN).
Jerami padi dapat mensubstitusi penggunaan dari rumput segar
sampai 10% sebagai pakan ternak.

1.3.4 Jerami kedelai


Jerami kedelai adalah hasil dari pengeringan bagian batang
dan daun kedelai setelah dipanen. Jerami kedelai dapat diberikan
sebagai pakan ternak dalam bentuk atau campuran untuk ternak
ruminansia. Kandungan nutrien dari jerami kedelai yaitu 30,39%
bahan kering, 14,10% protein kasar, 3,54% lemak kasar, 20,97%
serat kasar, dan 61,59% TDN. Kecernaan bahan kering dari
jerami kedelai semakin menurun dengan semakin bertambahnya
umur panen kedelai.

1.3.5 Jerami kacang tanah


Jerami kedelai adalah bagian batang dan daun kacang tanah
setelah dipanen yang telah dikeringkan. Kandungan nutrien dari
jerami kacang tanah yaitu 29,08% bahan kering, 11,31% protein

10
Buku Panduan Teknologi Silase

kasar, 2,67% lemak kasar, 16,62% serat kasar, dan 52,09% TDN.
Jerami kacang tanah memiliki palatabilitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan jerami pagi sehingga disukai oleh ternak
dan secara alami memberikan pengaruh yang lebih baik.

1.3.6 Kulit coklat


Kulit coklat atau kakao merupakan limbah dari hasil proses
pengolahan biji coklat sekitar 70 sampai 80% dari bobot buah
coklat yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kandungan
nutrien kulit coklat yaitu 89,37% bahan kering, 14,99% protein
kasar, 6,26% lemak kasar, 23,24% serat kasar, dan 55,52% TDN.
Limbah kulit coklat sebelum diberikan pada ternak perlu diolah
terlebih dahulu menjadi bentuk bubuk. Kulit coklat dijemur
sampai kering sampai mudah dipatahkan atau mudah hancur.
Kulit coklat kemudian ditumbuk dan diayak. Bubuk kulit coklat
dapat digunakan dengan dicampur bahan pakan lainnya.

1.3.7 Kulit kopi


Kulit kopi merupakan limbah dari hasil proses pengolahan
biji kopi yang bisa digunakan sebagai pakan ternak. Kandungan
nutrien kulit coklat yaitu 91,77% bahan kering, 11,18% protein
kasar, 2,50% lemak kasar, 21,74% serat kasar, dan 57,20% TDN.
Limbah kulit kopi mengandung senyawa selulosa, hemiselulosa,
dan lignin. Lignin yang terkandung di dalam kulit kopi sekitar

11
Buku Panduan Teknologi Silase

52,59%. Limbah kulit kopi dengan kandungan lignin yang tinggi


dapat menghambat proses pencernaan sehingga perlu dioloh
sebelum diberikan pada ternak.

1.3.8 Bungkil kelapa


Bungkil kelapa merupakan hasil samping dari pengolahan
minyak kelapa. Kandungan nutrien dari bungkil kelapa yang
dihasilkan dari pembuatan minyak kelapa masih tinggi terutama
protein sehingga dapat diberdayakan sebagai bahan pakan
ternak. Kandungan nutrien bungkil kelapa yaitu 84,77% bahan
kering, 26,63% protein kasar, 10,40% lemak kasar, 14,71% serat
kasar, dan 73,40% TDN. Kadr lemak bungkil kelapa yang tinggi
menyebabkannya mudah terkontaminasi oleh jamur dan tengik
sehingga sebagai bahan penyusun ransum disarankan tidak lebih
dari 20%.

1.3.9 Pucuk tebu


Pucuk tebu merupakan salah satu limbah dari hasil proses
pemanenan tebu yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak
dalam keadaan segar, dikeringkan atau dibuat silase. Persentase
limbah pucuk tebu dapat mencapai 30% dari tanaman tebu.
Kandungan nutrien pucuk tebu yaitu 21,42% bahan kering,
5,57% protein kasar, 2,42% lemak kasar, 29,04% serat kasar, dan
55,29% TDN dengan tingkat kecernaan berkisar 43 sampai 63%.

12
TEKNOLOGI SILASE

1.4 Definisi
Teknologi silase adalah salah satu teknologi yang digunakan
untuk mengawetkan hijauan pakan ternak dengan prinsip hijauan
pakan ternak diperam dalam kondisi anaerob atau kedap udara
sehingga dapat digunakan pada waktu mengalami kekurangan
hijauan pakan ternak seperti musim kemarau atau musim kering.
Hijauan pakan ternak di musim penghujan ketersediaannya
berlimpah dengan adanya upaya pengawetan hijaun segar melalui
teknologi silase diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk
mengantisipasi kekurangan hijauan segar pada musim kemarau
yang sulit mendapatkan pakan.
Teknologi silase bertujuan untuk mempertahankan kualitas
atau juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari pakan
tersebut. Fungsi dari ketersediaan dan kualitas pakan yang terjaga
merupakan hal yang penting untuk menjaga produktivitas ternak.
Proses dalam teknologi pembuatan silase disebut ensilase.
Proses pembuatan silase atau yang disebut juga ensilage akan
dapat berjalan secara optimal apabila pada saat proses ensilage
dapat diberi penambahan akselerator. Akselerator dapat berupa
inokulum bakteri asam laktat ataupun karbohidrat mudah larut.
Tujuan penambahan akselerator adalah untuk menambahkan
bahan kering sehingga dapat mengurangi kadar air dari silase,

13
Buku Panduan Teknologi Silase

membentuk kondisi asam pada silase, mengakselerasi proses


ensilage, dapat mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk dan
munculnya jamur, merangsang produksi asam laktat, dan untuk
meningkatkan kandungan nutrien dari silase yang nantinya akan
dihasilkan.

1.5 Alat dan Bahan


1.5.1 Alat
Alat pendukung yang perlu dipersiapkan untuk membuat
silase yaitu sekop, silo berupa kantong plastik besar, sabit, terpal,
dan mesin chopper.

1.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat silase yaitu hijauan
segar, dedak padi, molases, dan EM4.

1.5.3 Cara Kerja


Pembuatan silase dengan akselerator. Hijauan segar dicacah
menjadi kecil-kecil dengan panjang 3 sampai 5 cm, lalu dilayukan
selama 4 jam. Hijauan ditimbang sebanyak 17 kg ditambah dedak
sebanyak 1 kg kemudian dicampur dengan molases dan EM4
(akselerator) masing-masing sebanyak 1% sampai merata. Semua
bahan yang sudah bercampur kemudian dimasukkan ke dalam
silo berupa kantung plastik berukuran tinggi 100 cm dengan

14
Buku Panduan Teknologi Silase

diameter 70 cm dengan cara dipadatkan sampai tidak ada udara


yang masuk agar tercipta kondisi anaerob atau kedap udara.
Proses ensilase atau pemeraman dapat berlangsung selama 21
hari.
Pembuatan silase tanpa akselerator. Pengolahan silase tanpa
akselerator dilakukan dengan cara hijauan segar dicacah dengan
panjang sekitar 3 sampai 5 cm, kemudian dilayukan sekitar 4 jam.
Hijauan kemudian ditimbang sebanyak 20 kg, 1,5 kg dedak, dan
molases sebanyak 2%. Setelah itu hijauan, dedak, dan molases
dicampur hingga merata lalu dimasukkan ke dalam silo berupa
kantong plastik berukuran tinggi 100 cm dengan diameter 70 cm
dengan cara dipadatkan sampai tidak ada udara yang masuk agar
tercipta kondisi anaerob atau kedap udara. Proses ensilase atau
pemeraman berlangsung selama 21 hari.

1.6 Manfaat Silase


Pembuatan silase bermanfaat untuk menambah masa simpan
dari hijauan pakan ternak, memberikan nutrien yang lebih baik
bagi ternak, dapat dijadikan sebagai pakan cadangan saat musim
kering, dan disukai oleh ternak.

1.7 Kualitas Silase


Ciri-ciari silase yang memiliki kualitas baik yaitu memiliki
nilai pH rendah yaitu 3 sampai 4, beraroma dan berasa asam,

15
Buku Panduan Teknologi Silase

memiliki bau yang segar dan tidak berbau busuk, tengik atau
apek, berwarna hijau kekuning-kuningan, dan apabila dipegang
terasa lembut serta empuk tetapi tidak basah atau berlendir,
sedangkan ciri-ciri untuk silase yang memiliki kualitas rendah
secara penampakan akan terlihat ada jamur, berwarna kehitaman,
berair, dan beraroma tidak sedap.

1.7.1 Warna
Warna silase adalah salah satu parameter dari kualitas fisik
silase. Warna silase yang seperti warna asal yaitu berwarna hijau
atau hijau kekuning-kuningan merupakan silase dengan kualitas
yang baik. Silase dengan warna yang menyimpang dari warna asal
seperti berwarna kehitaman merupakan silase yang berkualitas
rendah.

1.7.2 Aroma
Aroma silase merupakan salah satu parameter dalam
menentukan kualitas fisik silase. Aroma silase dapat dijadikan
sebagai petunjuk ada tidaknya penyimpangan yang terjadi pada
silase. Aroma pada silase memiliki aroma yang asam karena pada
proses ensilase berlangsung terjadi proses fermentasi. Selain itu,
silase yang berkualitas baik memiliki bau yang segar tidak berbau
busuk, tengik, atau apek. Silasae dengan aroma yang tidak sedap
merupakan silase berkualitas rendah.

16
Buku Panduan Teknologi Silase

1.7.3 Tekstur
Tekstur silase adalah salah satu indikator yang menjadi
penentu dari kualitas fisik silase. Tekstur silase yang semakin
padat menunjukkan bahwa silase memiliki kualitas yang baik,
tetapi untuk silase yang bertekstur tidak padat menunjukkan
bahwa silase tersebut memiliki kualitas yang rendah.

1.7.4 Nilai pH
Nilai pH silase merupakan salah satu parameter untuk
menentukan kualitas silase. Nilai pH silase yang berkualitas baik
yaitu antara 4,2 sampai 4,5. Nilai pH silase yang tinggi lebih dari
4,8 dan nilai pH silase yang rendah kurang dari 4,1 menunjukkan
bahwa silase tesebut memiliki kualitas yang rendah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abqoriyah, R. Utomo, dan B. Suwignyo. 2015. Produktivitas


tanaman kaliandra (Calliandra calothyrsus) sebagai hijauan
pakan pada umur pemotongan yang berbeda. Buletin
Peternakan. 39(2):103–108.
Aji, R. M., A. R. Nurfauzi, N. Fitrianingsih, dan N. P. Trias.
2018. Buku Saku Pertanian dan Peternakan. Yogyakarta:
KKN-PPM UGM JTM-15.
Anonim. 2011. Pengertian Pakan, Bahan Pakan, Ransum,
Konsentrat dan Zat Additif. http://info-
peternakan.blogspot.com/2011/07/pengertian-pakan-
bahan-pakan-ransum.html [Diakses pada November 24,
2020].
Anonim. 2013. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Bogor: CV
Nutri Sejahtera.
Anuraga, J., R. Muhammad, L. Erika, B., dan Nahrowi. 2019.
Komponen Antinutrisi pada Pakan. Bogor: PT Penerbit IPB
Press.
Aryani, A., Subandiyono, dan T. Susilowati. 2017. Pemanfaatan
daun turi (Sesbania grandiflora) yang difermentasi dalam
pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan mas (Cyprinus
carpio). Journal of Aquaculture Management and Technology.
4(4):95–100.
BPTP Balitbangtan Sulsel. 2018. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah
Kakao Sebagai Pakan Kambing. Makassar: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
Ghosh, M. K. dan S. Bandyopadhyay. 2007. Mimosine toxicity-a
problem leucaena feeding in ruminants. Asian Journal of
Animal and Veterinary Advances. 2(2):63–73.
Herdiawan, I., F. Achmad, dan A. Semali. 2005. Karakteristik

18
Buku Panduan Teknologi Silase

dan pemanfaatan kaliandra (Calliandra calothyrsus). Prosiding


Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. 141–148.
Hidayat, O. T., I. Heliati, dan I. Solihat. 1997. Teknik Budidaya
Rumput Brachiaria. Prosiding Lokakarya Fungsional Non
Peneliti. 1997. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian: 103–109.
Holik, Y. L. A., L. Abdullah, dan P. D. M. H. Karti. 2019.
Evaluasi nutrisi silase kultivar baru tanaman sorgum
(Sorghum bicolor) dengan penambahan legum indigofera sp.
pada taraf berbeda. Jurnal Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.
17(2):38–46.
Irianto, I. K. 2015. Diktat Pengelolaan Limbah Pertanian. Denpasar:
Universitas Warmadewa.
KBBI. 2020a. Rumput. https://kbbi.web.id/rumput [Diakses
pada November 15, 2020].
KBBI. 2020b. Daun. https://kbbi.web.id/daun [Diakses pada
November 15, 2020].
Khalil, M. 2016. Pengaruh pemberian limbah kulit kopi (Coffea
sp.) amoniasi sebagai pakan alternatif terhadap
pertambahan bobot ayam broiler. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Biologi. 1(1):119–130.
Khuluq, A. D. 2016. Potensi pemanfaatan limbah tebu sebagai
pakan fermentasi probiotik. Buletin Tanaman Tembakau,
Serat & Minyak Industri. 4(1):37.
Kuncoro, D. C., Muhtarudin, dan F. Fathul. 2015. Pengaruh
penambahan berbagai starter pada silase ransum berbasis
limbah pertanian terhadap protein kasar, bahan kering,
bahan organik, dan kadar abu. Jurnal Ilmiah Pertenakan
Terpadu. 3(4):235–240.
Kurniawan, D., E. Erwanto, dan F. Fathul. 2015. Pengaruh
penambahan berbagai starter pada pembuatan silase

19
Buku Panduan Teknologi Silase

terhadap kualitas fisik dan ph silase ransum berbasis limbah


pertanian. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(4):191–195.
Mariyono, U. Umiyasih, Y. N. Anggraeny, dan M. Zulbardi.
2004. Pengaruh Substitusi Konsentrat Komersial Dengan
Tumpi Jaging Terhadap Performans Sapi PO Bunting
Muda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
2004. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: 97–
101.
Martawidjaja, M. 2003. Pemanfaatan jerami padi sebagai
pengganti rumput untuk ternak ruminansia kecil. Wartazoa.
13(3):119–127.
Mayasari, D., E. D. Purbajanti, dan Sutarno. 2012. Kualitas
hijauan gamal (Gliricidia sepium) yang diberi pupuk organik
cair (poc) dengan dosis berbeda. Animal Agriculture Journal.
1(2):293–301.
Padmiswari, A. A. I. M., N. I. Wiratmini, dan I. W. Kasa. 2017.
Histologi testis tikus (Rattus norvegicus) jantan yang diberi
tepung daun lamtoro (Leucaena leucocephala Lamk. de wit)
hasil perendaman. Metamorfosa: Journal of Biological Sciences.
4(2):178.
Prastyawan, R. M., B. I. M. Tampoebolon, dan Surono. 2012.
Peningkatan kualitas tongkol jagung melalui teknologi
amoniasi fermentasi (amofer) terhadap kecernaan bahan
kering dan bahan organik serta protein total secara in vitro.
Animal Agricultural Journal. 1(1):611–621.
Puger, A. W. 2012. Pengaruh cara pengawetan terhadap
komposisi kimia dan efisiensi dalam bentuk hay dan silase
pada daun 16 provenan gamal (Gliricidia sepium). Majalah
Ilmiah Peternakan. 9(2):1–13.
Qadri, R. Semaun, dan B. Nohong. 2015. Kandungan kalsium
dan fosfor kombinasi tumpi jagung dan jerami kacang
tanah yang terfermentasi. Jurnal Galung Tropika. 4(1):28–35.

20
Buku Panduan Teknologi Silase

Rahayu, T. P., A. Rahayu, N. A. P. Pribadi, dan Deril Julio Putra.


2020. Kandungan Nutrien Ransum Itik Magelang Periode
Produksi Yang Disuplementasi Tepung Daun Sentro
(Centrosema Pubescens) dengan Tepung Daun Gamal
(Gliricidia Sepium). Prosiding Seminar Teknologi Dan Agribisnis
Peternakan VII–Webinar: Prospek Peternakan Di Era Normal
Baru Pasca Pandemi COVID-19. 2020. Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman: 701–706.
Rokhayati, U. A. 2002. Meramu Bungkil Kelapa Sebagai Sumber
Protein Nabati Untuk Pakan Ternak. Gorontalo: UNG Press.
Setiawan, E. 2018. Kandungan flavonoid dan serat sesbania
grandiflora pada berbagai umur bunga dan polong. Jurnal
Hortikultura Indonesia. 9(2):122–130.
Siswanto, Priyono, dan Suharyanto. 2010. Petunjuk Teknis
Aplikasi BioSilase untuk Pembuatan Silase Pakan Ternak
Berkualitas Prima. Jakarta: Pusat Penelitian Bioteknologi dan
Bioindustri Indonesia.
Sutedi, E., Sajimin, dan B. R. Prawiradiputra. 2005. Agronomi
dan Pemanfaatan Centrosema Pubescens. Lokakarya Nasional
Tanaman Pakan Ternak. 2005. Balai Penelitian Ternak: 131–
140.
Syamsu, J. A. 2007. Potensi Jerami Kacang Tanah Sebagai
Sumber Pakan Ruminansia di Sulawesi Selatan. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 2007. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian: 689–
694.
Syamsuddin. 2013. Pengaruh pupuk organik dan umur depoliasi
terhadap beberapa zat gizi silase rumput gajah (Pennisetum
purpureum). Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak. 9(1):9–17.
Umami, N., H. M. Wijayanti, D. A. M. Nurdani, R. Utomo, R.
D. Soetrisno, B. Suhartanto, B. Suwignyo, dan C.
Wulandari. 2012. Penambahan inokulum dalam

21
Buku Panduan Teknologi Silase

meningkatkan kualitas jerami kedelai edamame (Glycine max


var Ryokhoho) sebagai pakan ternak. Pastura: Journal of
Tropical Forage Science. 2(1):25–29.
Umiyasih, U. dan E. Wina. 2008. Pengolahan dan nilai nutrisi
limbah tanaman jagung sebagai pakan ternak ruminansia.
Wartazoa. 18(3):127–136.
Usman, B. M. W., S. Tirajoh, dan ... 2015. Potensi Jerami Kedelai
Sebagai Pakan Sapi Potong Mendukung Integrasi
Tanaman-Ternak di Kabupaten Keerom, Papua. Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi.
2015. 316–320.
Wahyono, D. E. dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan
Sumberdaya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Usaha
Sapi Potong. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong. 2004.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: 66–76.
Yurmiaty, H. dan K. Suradi. 2007. Penggunaan daun lamtoro
(Leucaena leucocephala) dalam ransum terhadap produksi pelt
dan kerontokan bulu kelinci. Jurnal Ilmu Ternak. 7(1):73–77.
(Siswanto dkk., 2010; Aji dkk., 2018) (Kurniawan dkk., 2015)
(Holik dkk., 2019) (Syamsuddin, 2013) (KBBI, 2020a)
(Puger, 2012) (KBBI, 2020b) (Kuncoro dkk., 2015)
(Anonim, 2011) (Anonim, 2013) (Hidayat dkk., 1997)
(Mayasari dkk., 2012)(Padmiswari dkk., 2017) (Anuraga
dkk., 2019) (Ghosh dan Bandyopadhyay, 2007) (Yurmiaty
dan Suradi, 2007) (Abqoriyah dkk., 2015) (Herdiawan dkk.,
2005) (Setiawan, 2018) (Aryani dkk., 2017) (Sutedi dkk.,
2005) (Rahayu dkk., 2020) (Irianto, 2015) (Prastyawan dkk.,
2012) (Mariyono dkk., 2004) (Umiyasih dan Wina, 2008)
(Wahyono dan Hardianto, 2004) (Martawidjaja, 2003)
(Usman dkk., 2015) (Umami dkk., 2012) (Syamsu,
2007)(Qadri dkk., 2015)(Khalil, 2016) (BPTP Balitbangtan
Sulsel, 2018) (Rokhayati, 2002) (Khuluq, 2016)

22
2020

Politeknik Negeri Jember


Jl. Mastrip Po Box 164, Jember 68101
www.polije.ac.id

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai