Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN MINI RISET

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS


PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI SMP NEGERI 35 MEDAN

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 4

1. ERSY WIDIANI 0305173207


2. LILIS SRI WAHYUNI 0305173186
3. MUHAMMAD APRIANDA 0305172113
4. PURNAMA HASIBUAN 0305173181
5. SEPTI SYAHMAWATI 0305171033
6. SUMIRAH LUBIS 0305173174
7. WINDI REZEKI INDAH 0305173182
8. ZAINAB 0305173182

DOSEN PENGAMPU : REFLINA, M.Pd

PENDIDIKAN MATEMATIKA 5
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis ucaapkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sebagaimana yang diharapkan. Tidak lupa pula shalawat dan juga
salam penulis hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
merupakan contoh tauladan dalam kehidupan manusia, semoga kita termasuk
dalam umat-umatnya yang akan mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir kelak,
Aamiin.

Penulis merasa bahwa laporan mini riset ini masih belum lengkap baik
dari segi isi, susunan, maupun tutur kata dan bahasanya. Hal ini disebabkan
keterbatasan dan daya serap penulis yang terbatas. Untuk itu, penulis mengharap
kritik dan saranyang membangun dari pembaca demi kesempurnaan dan
kelengkapan isi dari makalah-makalah berikutnya.

Akhir kata kepada Allah SWT jugalah penulis mohon ampun, semoga
makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu kita dan juga bagi yang
membacanya khususnya bagi penulis sendiri.Aamiin.

Medan, Desember 2018

Kelompok 4
ABSTRAK
Pemecahan masalah adalah suatu proses untuk dalam menyelesaikan
permasalahan dalam matematika disekolah SMP Negeri 35 Medan pada materi
kubus dan balok. Pentingnya pemecahan masalah ini dapat dilihat dari tujuan
pembelajaran matematika disekolah yang termuat dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan, diantaranya agar siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang, menerapkan,
menyelesaikan dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Pemecahan masalah
merupakan salah satu tujuan utama pendidikan matematika dan bagian sangat
penting dalam aktivitas matematika dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci : Pemecahan Masalah, Kubus, Balok

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting


dikembangkan dalam pembelajaran matematika disekolah. Matematika
merupakan ilmu yang selalu berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan
manusia akan teknologi. Oleh sebab itu matematika merupakan suatu mata
pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang dan jenis pendidikan, sesuai dengan
tingkatan kebutuhan setiap jenjang dan jenis pendidikan. Hal ini bertujuan untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan dan keahlian berpikir tingkat tinggi.

Guna mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran matematika, mata


pelajaran matematika. Hal ini menyebabkan matematika menjadi salah satu mata
pelajaran yang ditakuti oleh sebagian peserta didik, yang menjadikan sebagian
pendidik dan peserta didik merubah haluan tujuan pembelajaran matematika, dari
yang mencapai kemampuan dan keahlian berfikir tingkat tinggi. Menurut
Hyronium Ladodkk, berpendapat banyak faktor penyebab siswa beranggapan
matematika itu sulit dan membosankan yaitu cara mengajar guru dalam
menyampaikan materi, sehingga menyebabkan nilai matematika turun ini
diakibatkan tidak hanya karna guru tetapi juga siswa itu sendiri, pendekatan
pembelajaran. Ada tiga tahap belajar yang stimulus, perilaku dan penguat. Dalam
belalar ada proses menerima dan transformasi psikolgi. Peserta didik menerima
materi dari pendidik kemudian mengolah didalam dirinya berkenaan dengan
kejiwaan dan daya nalarnya.

Dalam mencapai tujuan pendidikan, maka proses pembelajaran


matematika yang diharapkan dalam praktek pembelajaran dikelas adalah
Pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa, dengan memberikan kebebasan
berfikir memahami masalah, membangun strategi penyelesaian masalah. Menurut
Ali shodiki menyatakan terdapat Teori Pemecahan Masalah merupakan persoalan
yang tidak langsung diketahui bagaimana cara untuk menyelesaikannya.
Sedangkan pemecahan masalah adalah proses untuk memecahkan suatu masalah.

2
Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting
dikembangkan dalam pembelajaran matematika disekolah. Pentingnya pemecahan
masalah ini dapat dilihat dari tujuan pembelajaran matematika disekolah yang
termuat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, diantaranya agar siswa
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah
merupakan salah satu tujuan utama pendidikan matematika dan bagian penting
dalam aktivitas matematika dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Suatu
soal atau pertanyaan merupakan suatu masalah jika soal atau pertanyaan tersebut
menantang untuk diselesaikan atau dijawab, dan prosedur untuk menyelesaikan
atau menjawabnya tidak dapat dilakukan secara rutin.

Menyatakan ada dua macam masalah lalu memecahkan kedua masalah


tersebut Aep juga mengemukakan strategi pemecahan dapat berbeda, tergantung
pada jenis atau substansi pembelajaran matematika yang tertulis dalam buku
NCTM (National Council of Teachersof Mathematics) tahun 2000 yang terdiri
dari kemampuan pemecahan masalah (problem solving, kemampuan penalaran
danbukti (reasoning), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan
koneksi (connection), dan kemampuan representasi (representation). Leni
marliana berpendapat terdapat teori yang mendukung dalam pembelajarn
matematika yaitu : Teori John Dewey yaitu Teori ini menyatakan bahwa
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika terdapat lima tahap, yaitu:

(1) Mengenali/menyajikan masalah, tidak diperlukan strategi pemecahan


masalah jika bukan masalah

(2) Mendefenisikan masalah, strategi pemecahan masalah menekankan


pentingnya defenisi masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan
penyelesaian

(3) Mengembangkan beberapa hipotesis, hipotesisa dalam hal ternatif


penyelesaian dari pemecahan masalah

(4) Menguji beberapa hipotesis, mengevaluasi kelemahan dan kelebihan


hipotesis

3
(5) Memilih hipotesis yang terbaik.

Rencana Menguji kembali atau verifikasi. Feri Viona Pasaribu (2005),


berpendapat Teori Vygossky Teori ini lebih menekankan pada kemampuan siswa
memecahkan masalah dengan menerapkan empat prinsip dalam proses
pembelajarannya, yaitu sosiokultural, konsep zone of proximal development,
scaffolding, dan perkembangan mental berangkat dan bidang sosial kebidang
individu. Sehingga dengan menerapkan cara tersebut, siswa akan lebih mudah,
cepat dan mandiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Para siswa
juga akan mampu memotivasi diri sendiri dalam mengkontruksi pengetahuan dan
berusaha mencapai tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu.

Dengan demikian, tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa akan


baik. Berdasarkan uraian diatas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting
dikembangkan dalam pembelajaran matematika disekolah SMP Negeri 35 Medan
pada materi kubus dan balok. Penelitian diharapkan pada pendidik khususnya
guru dapat mengetahui pemecahan masalah soal matematika yang rumit dan
membosankanpadamateritersebutdengan membuat kualitas berfikir tingkat tinggi.
Penelitian ini berdasarkan wawancara, tes, dan dokumentasi. Penelitian ini
menggunakan intrumen pertama yaitu menyertakan Soal tes dan wawancara
sebagai instrumen mendukung.

B. IDENTIFIKASI MASLAH

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengidentifikasikan beberapa


masalah yang akan dijadikan bahan penelitian selanjutnya.

1. Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang ditakuti oleh sebagian
peserta didik.

2. Kurikulum sebagai tingkat satuan pendidikan dalam memecahkan


masalah.

3. Jenis soal yang sulit

4
4. Proses dalam pembelajaran dan tahapan belajar yang kurang stimulus dan
efektif

5. Para siswa kurang mampu memotivasi diri sendiri dalam mengkontruksi


pengetahuan dan berusaha mencapai tujuan yang sudah direncanakan
terlebih dahulu.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh rumuun masalah sebagai


berikut:

1. Bagaimana Pembelajaran Matematika kelas IX di SMP N 35 Medan?

2. Bagaimana Kemampuan Siswa kelas IX di SMP N 35 Medan Dalam


Pemecahan Masalah Matematis?

3. Bagaimana Kemampuan Siswa kelas IX di SMP N 35 Medan Dalam


Pemecahan Masalah dalam Materi Kubus Dan Balok?

5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Matematika merupakan ilmu yang selalu berkembang sesuai dengan
tuntutan kebutuhan manusia akan teknologi. Oleh sebab itu matematika
merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang dan jenis
pendidikan, sesuai dengan tingkatan kebutuhan setiap jenjang dan jenis
pendidikan. Di Indonesia, matematika merupakan salah satu pelajaran utama
dijenajang pendidikan dasar, sampai dengan pendidikan menengah atas. Hal ini
bertujuan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan dan keahlian
berpikir tingkat tinggi. Guna mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
matematika. Hal ini menyebabkan matematika menjadi salah satu mata pelajaran
yang ditakuti oleh sebagian peserta didik, yang menjadikan sebagian pendidik dan
peserta didik merubah haluan tujuan pembelajaran matematika, dari yang
kmmencapai kemampuan dan keahlian berfikir tingkat tinggi menjadi hanya lulus
UN. (Kamarullah,2017: )
Pasal 1 butir 20 UU No.20 Tahun 2013 pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar belajar.
Ada terkandung lima komponen pembelajaran yaitu: interaksi, peserta didik,
sumber belajar, dan lingkungan belajar.( Ali hamzah dan Muhlisrarini, 2016: 42)
Banyak faktor yang menyebabkan siswa beranggapan matematika adalah
pelajaran yang sulit dan membosankan, dan salah satunya adalah cara mengajar
guru yang belum sesuai. Rendahnya hasil belajar matematika bukan hanya
disebabkan karena matematika yang sulit, melainkan disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu, siswa itu sendiri, pendekatan pembelajaran, dan lingkungan belajar
yang saling berhubungan satu sama lain. Prestasi belajar siswa yang rendah
disebabkan oleh sejumlah faktor yang salah satunya adalah kompetensi guru yang
tidak memadai.
Ada tiga tahap belajar yang stimulus, perilaku dan penguat. Dalam belalar
ada proses menerima dan transformasi psikolgi. Peserta didik menerima materi
dari pendidik kemudian mengolah didalam dirinya berkenaan dengan kejiwaan

6
dan daya nalarnya. Ada tiga sistem pengungkapan proses transformasi psikologis
dalam belajar yaitu :
(a) Berbuat tanpa memakai citra
(b) Berbuat dengan memakai citra tapi tanpa kata-kata
(c) Berbuat dengan citra dengan menggunakan bahasa
Dalam mencapai tujuan pendidikan, maka proses pembelajaran
matematika yang diharapkan dalam praktek pembelajaran dikelas adalah :
(a) Pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa, dengan memberikan
kebebasan berfikir memahami masalah, membangun strategi penyelesaian
masalah, mengajukan ide-ide secara bebas dan terbuka
(b) Guru melatih dan membimbing sisiwa berfikir dalam menyelesaikan
masalah
(c) Upaya guru mengorganisasikan bekerjasama dalam kelompok belajar,
melatih siswa berkomunikasi menggunakan grafik, diagram, skema, dan
variable
(d) Seluruh hasil kerja selalu dipresentasikan didepan kelas untuk menemukan
berbagai konsep, hasil penyelesaian masalah, aturan matematika yang
ditemukan melalui proses pembelaran.
Agar terjadi proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman,
siswa diarahkan untuk belajar menggunakan keterampilan berfikir kritis. Kegiatan
guru harus diubah dari menyajikan dan menentukan siswa kepada kegiatan yang
mengutamakan kegiatan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berfikir siswa, bukan hanya penilaian hasil penyelesaian soal rutin semata.
(Hyronium Lado dkk, 2016: )

B. KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


A) Teori Pemecahan Masalah
Masalah adalah suatu persoalan yang tidak langsung diketahui bagaimana
cara untuk menyelesaikannya. Sedangkan pemecahan masalah adalah proses
untuk memecahkan suatu masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan
hal yang sangat penting dikembangkan dalam pembeljaran matematika di sekolah.
Pentingnya pemecahan masalah ini dapat dilihat dari tujuan pembelajaran

7
matematika di sekolah yang termuat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan,
diantaranya agar siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model, menerapkan model,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (Ali Shodikin,
2015)
Pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan utama pendidikan
matematika dan bagian penting dalam aktivitas matematika dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari. Suatu soal atau pertanyaan merupakan suatu masalah jika
soal atau pertanyaan tersebut menantang untuk diselesaikan atau dijawab, dan
prosedur untukmenyelesaikan atau menjawabnya tidak dapat dilakukan secara
rutin. Polya menyatakan ada dua macam masalah yaitu menemukan (bilangan,
lukisan dan sebagainya) dan membuktikan. Untuk memecahkan kedua masalah
tersebut strategi pemecahan dapat berbeda,tergantung pada jenis atau substansi
masalahnya. Masalah ‘menemukan” kadang-kadang bersifat terbuka atau
investigative, maka yang perlu dimiliki pemecahan masalah adalah kreativitas
melalui latihan.
Standar proses pembelajaran matematika tersebut juga sesuai dengan
standar pembelajaran matematika yang tertulis dalam buku NCTM (National
Council of Teachers of Mathematics) tahun 2000 yang terdiri dari kemampuan
pemecahan masalah (problerm solving, kemampuan penalaran dan bukti
(reasoning), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi
(connection), dan kemampuan representasi (representation). (Aep Sunendar,
2017:)
Terdapat beberapa teori yang mencakup dalam pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika, yaitu :
a) Teori John Dewey
Teori ini menyatakan bahwa pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika terdapat lima tahap, yaitu :
1) Mengenali / menyajikan masalah, tidak diperlukan strategi
pemecahan masalah jika bukan masalah

8
2) Mendefenisikan masalah, strategi pemecahan masalah menekankan
pentingnya defenisi masalah guna menentukan banyaknya
kemungkinan penyelesaian
3) Mengembangkan beberapa hipotesis, hipotesis adalah alternatif
penyelesaian dari pemecahan masalah
4) Menguji beberapa hipotesis, mengevaluasi kelemahan dan
kelebihan hipotesis
5) Memilih hipotesis yang terbaik. (Vina Mumthmainna, dkk, 2015)

b) Teori Polya
Teori Polya menyebutkan empat langkah-langkah utama dalam
memecahkan masalah, yaitu :
1) Memahami masalah
 Apakah yang diketahui dan yang ditanyakan ?
 Apakah datanya cukup untuk memecahkan masalah itu / atau
datanya tidak cukup sehingga perlu pertolongan?atau bahkan
datanya berlebih sehingga harus ada yang diabaikan/
 Jika perlu buat diagram yang menggambarkan situasinya
 Pisah-pisahkan syarat-syarat jika ada. Dapatkah masalahnya situlis
kembali dengan lebih sederhana sesuai dengan yang diperoleh di
atas?
2) Menyusun rencana memecahkan
 Apakah yang harus dilakukan/pernahkan anda menghadapi
masalah tersebut?
 Tahukah anda masalah lain yang terkait dengan masalah
itu?Adakah teoma yang dapatuntuk digunakan?
 Jika anda menghadapi masalah serup, dapatkah strategi atau cara
memecahkannya digunakan disini?
 Dapatkah masalahnya dinyatakan kembali dengan lebih sederhana
dan jelas?
 Dapatkah anada menarik suatu gagasan dari data yang tersedia?

9
 Apakah semua data telah anda gunakan? Apakah semua syarat
telah anda gunakan?
3) Melaksanakan rencana
 Melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan setiap kali
mengecek kebenaran setiap langkah
 Dapatkah anda peroleh bahwa setiap langkah benar?
 Dapatkah anada buktikan bahawa setiap langkah sengguh benar?
4) Menguji kembali atau verifikasi
 Periksalah atau ujilah hasilnya dan periksa juga argumennya.
 Apakah hasilnya berbeda? Apakah secara sepintas dapat dilihat?
(Leni Marlina, Portal garuda ac.id.)

c) Teori Vygossky
Teori ini lebih menekankan pada kemampuan siswa memecahkan
masalah dengan menerapkan empat prinsip dalam proses pembelajarannya, yaitu
sosiokultural, konsep zone of proximal development, scaffolding, dan
perkembangan mental berangkat dan bidang sosial ke bidang individu. Sehingga
dengan menerapkan cara tersebut, siswa akan lebih mudah, cepat dan mandiri
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Para siswa juga akan mampu
memotivasi diri sendiri dalam mengkontruksi pengetahuan dan berusaha
mencapai tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian,
tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa akan semakin baik. (Feri Viona
Pasaribu, 2015: )
Jadi kemampuan pemecahan masalah tergantung pada setiap siswa yang
memilki laatar belakang yang berbeda dan di pengaruhi oleh beberapa faktor.
Yang peling utama dalam kemapuan pemecahan masalah, sisiwa diharapan
memiliki modal awal yaitu keyakinan dan kepercayaan diri serta pengetahuan
yang dapat menyokong tingkat kesulitan dalam pemecahan masalah tersebut.
Selain itu minat juga penting dalam memecahkan suatu masalah , jika minat siswa
yang kurang terhadap suatu materi yang akan dipecahkan maka akan sulit bagi
siwa memecahkan masalah yang ada.

10
C. KUBUS DAN BALOK
1. Balok

Balok dalah bangun ruang yang alas dan atapnya memiliki bentuk dan
ukuran yang sama. Alas dan atapnya bisa berupa persegi atau persegi panjang.
(Rika Setyaningsih, 2017: hal 101-103)

Contoh gambar Balok dalam kehidupan sehari-hari :

Ciri-ciri Balok
Sebuah balok memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Alas dan atap memiliki dan ukuran yang sama, bisa persegi atau
persegi panjang.
b. Sisi-sinya ada 6, yaitu ABCD, EFGH, BCGF, ADHE, ABFE, dan
CDHG.
c. Rusuknya ada 12, yaitu AB, CD, EF, GH, BC, FG, AD, EH, AE,
BF, CG, dan DH.

11
d. Titik suutnya ada 8, yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H
e. Diagonal sisi (diagonal bidang) ada 12, yaitu AC,

Luas Permukaan dan Volume


Untuk menghitung luas permukaan balok, kita dapat menjumlahkan 6 sisi-
sisinya. Balok memiliki 6sisi dengan 3 pasang sisi berukuran sama.
Luas permukaan balok = 2 × 𝐿𝐴𝐵𝐵𝐹 + 2 × 𝐿𝐵𝐶𝐺𝐹 + 2 𝐿𝐴𝐵𝐶𝐷

= 2 × (𝐿𝐴𝐵𝐵𝐹 + 𝐿𝐵𝐶𝐺𝐹 + 𝐿𝐴𝐵𝐶𝐷

Luas Permukaan balok 2 × ( p × t + l × t + p × l

Untuk menghitung volume balok , gunakan rumus sebagai berikut.

Volume = p × l × t

Dengan :

𝐿𝐴𝐵𝐵𝐹 : Luas Bidang ABFE

𝐿𝐵𝐶𝐺𝐹 : Luas Bidang BCGF

2. Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang sisi-sisinya memiliki bentuk dan


ukuran yang sama. (Rika Setyaningsih, 2017: hal 97-99)

Contoh kubus :

12
Ciri- ciri K ubus

Sebuah kubus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Sisi-sisinya berjumlah 6 dengan bentuk dan ukuran yang sama, yaitu


ABCD, EFGH, ABFE, CDGH, dan ADHE.

b. Rusuknya sama panjang berjumlah 12, yaitu AB, BC, CD, AD, AE,
BF, CG, DH, EF, FG,GH, dan EH.

c. Titik sudutnya ada 8 yaitu A,B, C, D, E, F, G, dan H.

Selain yang disebutkan di atas kubus memiliki diagonal sisi dan diagonal
ruang.

1) Diagonal sisi atau biasa disebut sebagai diagonal bidanmg adalah garis
yang menghubungkan dua titik yang sberurutan pada bangun ruanmg
sisi data

2) Diagonal Ruang
Diagonal ruang dalalah garis yang menghubungkan dua titik yang
berseberangan pada bangun ruang.

Luas Permukaan dan Volume Kubus


Kubus memiliki 6 sisi dengan bentuk dan ukuran yang sama. Hal
ini terlihat jelas pada jarring-jaring kubus berikut. Luas permukaan

13
kubus dapat dihitung dengan menjumlahkan semua luas sisi-sisinya.
Oleh karena itu, Luas Kubus = 6 × luas persegi

=6×s×s

Luas Kubus adalah 6 × 𝑠 2

Volume kubus dapat dihitung dengan mengalikan sis panjang, sisi


lebar, dan sisi tinggi. Karena sisinya memiliki panjang yang sam. Kita
dapat menulis rumusnya sebagai berikut.

Volume = sisi × sisi × sisi

= s×s×s

Volume adalah 𝑆 3

Dengan S = panjang sisi kubus.

Contoh :

Jika sebuah kubus memiliki panjang sisisnya adalah 4 cm, Maka


hitunglah

a. Luas permukaan kubus

b. Volume kubus
Pembahasan :

a. Luas Permukaan = 6 × s × s
=6×4×4
= 96 𝑐𝑚2
Jika, luas permukaan kubus tersebut adalah 96 𝑐𝑚2
b. Volume =s×s×s =4 × 4 × 4 = 64𝑐𝑚3
c. Jadi, volume kubus tersebut adalah 64𝑐𝑚3 .

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


SMPN 135 Medan dilaksanakan pada tanngal 15 Oktober 2018
B. Populasi dan Sampel
 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMPN 135 Medan
 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 135 Medan
C. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif yaitu :
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah pengumpulan informasi yang
dilakukan peneliti terhadap informan (guru). Pengumpulan data ini
bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam.
2. Angket
Angket yang dilakukan adalah merupakan teknik pengumpulan
data yang sangat baik. Dengan jumlah responden 20 siswa yang bertujuan
untuk mengetahui variabel yang akan diukur.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Dari penelitian yang kami melakukan wawancara dan pemberian soal


kepada siswa. Dari hasil wawancara yang kami lakukan kepada guri matematika
di SMPN 35 Medan bahwa tingkat prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
matematika sangat rendah. Terbukti dalam saat ulang harian banyak nilai siswa
yang mendapatkan nilai di bawah KKM bahkan tidak ada siswa yang memenuhi
nilai KKM yang telah di tetapkan di sekolah tersebut. Segala upaya yang telah
dilakukan guru dalam meningkatkan kemapuan siswa dalam pembelajaran
matematika sudah dilakukan terutama dalam pergantian model pembelajaran
matematika. Namun tingkat prestasi pelajaran matematika siswa masih rendah.
Dalam menguji kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kami
memberi 5 soal tentang kubus dan balok kepada siswa kelas IXA. Soal tersebut

15
berisi pertanyaan essay berkaitan kemampuan sisiwa dalam memacahkan masalah
sistematis dalam kubus dan balok yang sesuai standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indicator matematika SMP kelas IX semester I.

A. Deskriftif Soal
Pada soal nomor satu kita ketahui bahwa soal tersebut membahas
mengenai jaring-jaring balok. Soal tersebut mengacu kepada bagaimana anak
tersebut menganalis soal ini. Pada soal ini diperlukan imajinasi anak dalam
membayangkan bagaimana bentuk balok dan membayangkan bagian-bagian mana
yang disebut sebagai alas, sisinya, dan penutupnya. Pada soal tersebut sudah
diberi nomor untuk mempermudah anak dapam menentukannya.

Pada soal nomor dua sama seperti soal nomor satu hanya saja mengenai
jaring-jaring kubus. Seperti yang diketahui bahwa ukuran kotak pada jaring kubus
berukuran sama. Mungkin akan membuat anak bingung. Maka diperlukan
pemahaman anak mengenai bentuk kubus dan kreativitas anak dalam menjawab
soal tersebut.

Pada soal nomor tiga siswa dituntut harus mampu menyelesaikan dan
memecahkan soal. Soal tersebut berisikan tentang kemampuan analisis anak
bagaimana ia dapat membentuk kubus dengan hanya memiliki 6 kertas berbentuk
persegi. Dan menghitung volume kubus itu.

Pada soal nomor empat siswa harus lebih menganalisis soal tersebut
karena pada soal ini, siswa harus lebih paham mengenai rumus tentang volume
balok. Dimana siswa harus mencari lebar dari suatu volume balok.

Pada soal nomor lima siswa hanya perlu memahami rumus dari volume
balok. Sama halnya dengan soal nomor empat, siswa diminta menentukan tinggi
dari suatu voleme balok.

B. Hasil Uji
1) Soal Nomor 1

Pada sampel pertama, dapat disimpulkan bawha siswa tersebut tidak dapat
menganalisis gambar jarring-jaring tersebut. Siswa tersebut menjawab nomor 6
yang merupakan sisi samping dari balok.

16
Pada sempel kedua, dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut tidak dapat
menganalisis soal yang di berikan, dan kurang memahami konsep dasar balok.
Nomor 3 adalah sisi samping balok yang ukuranya sama dengan alasnya,
namun bukan merupakan sisi atasn suatu jarring-jaring balok.

Pada sampel ketiga, kita dapat menyimpulkan bahwa siswa tersebut dapat
menganalisis soalnya. Siswa tersebut menjawab soal dengan benar.

2) Soal nomor 2

Pada sampel pertama, dapat disimpulkan bahwa siswa belum dapat


menganalisis soal yang diberikan sehingga jawabnya salah. Siswa menjawab
no 3 yang merupakan sisi samping kubus.

Pada sampel kedua, kita dapat mengetahui bahwa siswa tersebut sudah
mampu menganalisis soal dan menjawab dengan benar.

17
Pada sampel ketiga, dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut tidak paham
dalam menganalisis soal tersebut. Siswa tersebut menjawab no 4 yang
merupakan sisi samping dari kubus.

3) Soal Nomor 3

Pada sampel pertama, kita dapat menyimpulkan bahwa siswa tersebut sudah
mampu menyelasaikan soal dan memecahkan masalah tersebut. Siswa tersebut
menyelesaikannya dengan tepat dan benar sudah tersusun dengan rapi.

Pada sempel kedua, kita dapat menyimpulkan bahwa siswa tersebut kurang
teliti dalam memperhatikan jawabannya. Walaupun nilainya sama namun tidak
memiliki satuan. Satuan itu sangat penting untuk menyatakan ukuran sesuatu.

Pada sampel ketiga, kita mengetahui bahwa siswa tersebut telah memahami
cara menyelesaikan soal tersebut sehingga ia mampu menyelesaikannya
dengan benar. Namun siswa tersebut harus memperhatikan satuannya.

18
4) Soal Nomor 4

Pada sampel pertama, kita mengetahui bahwa siswa telah paham dalam
menganalisis soal tersebut. Karena siswa mampu mengejakan soal dan
menjawabnya dengan sangat tepat.

Pada sampel kedua, kita dapat mengetahui bahwa siswa tersebut kurang
teliti dalam penyelesaian hasil akhirnya. Walaupun jalan penyelesaiannya
sudah tepat namun hasil akhirnya salah.

Pada sampel ketiga, kita dapat memahami bahwa kekurangan siswa tersebut
adalah dalam menganalisis soal sehingga melupakan satuannya.

5) Soal Nomor 5

19
Pada sampel pertama, siswa telah memahami dengan baik bagaimana cara
menyelesaikan soal tersebut sehinggan jawaban tersebut di jawab dengan
benar, namun tidak mencatumkan satuan.

Pada sampel kedua, kekurangan dalam siswa tersebut adalah kurang teliti
dalam hasil akhirnya.

Pada sampel ketiga, siswa telah memahami dengan baik bagaimana cara
menyelesaikan soal tersebut. Walaupun jawabanya benar namun jia ada
keliruan dalam proses penyelesaian.

20
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Matematika merupakan ilmu yang selalu berkembang sesuai dengan


tuntutan kebutuhan manusia akan teknologi. Oleh sebab itu matematika
merupakan suatu mata apelajaran yang diajarkan disetiap jenjang dan jenis
pendidikan, sesuai dengan tingkatan kebutuhan setiap jenjang dan jenis
pendidikan. Masalah adalah suatu persoalan yang tidak langsung diketahui
bagaimana cara untuk menyelesaikannya. Sedangkan pemecahan masalah adalah
proses untuk memecahkan suatu masalah. Kemampuan pemecahan masalah
merupakan hal yang sangat penting dikembangkan dalam pembeljaran
matematika di sekolah. Pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan utama
pendidikan matematika dan bagian penting dalam aktivitas matematika dan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Suatu soal atau pertanyaan merupakan
suatu masalah jika soal atau pertanyaan tersebut menantang untuk diselesaikan
atau dijawab, dan prosedur untukmenyelesaikan atau menjawabnya tidak dapat
dilakukan secara rutin.

Dari penelitian menunjukkan bahawa tingkat kempuan pemecahan


masalah sistematis di SMPN 35 Medan menunjukkan tingkat yang rendah.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan yaitu bagi para pembaca dapat
menelaah lebih jauh tentang geometri agar dapat diketahui pengetahuan
mendalam tentang teori teori didalamnya dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari hari. Kritik dan saran yang membangun untuk penulis adalah keinginan
agar tulisan yang kami buat bisa lebih baik dan bermanfaat bagi pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah,Ali dkk. 2016. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika,


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kamarullah. 2017. Pendidikan Matematika Disekolah Kita, Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Matematika, Vol.1, http://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/alkhawarizmi/article/view/1729
Lado, Hyronium dkk. 2016. Penggunaan Media Bungkus Rokok Untuk
Memahamkan Konsep Barisan Dan Deret Melalui Pendekatan Rme,
Jurnal Pembelajaran Matematika, vol.1,
http://matematika.um.ac.id/jurnal/JPM%2520TAHUN%2520III&2520NO
&25201&252026.pdf&ved=2ahUKEwizncl28bneAhXYknAKHSn5DxoQ
FACegQICBAB&usg=AOvVaW06wY_5_GVuDV2ZZTINB9WC
Marlina, Leni. Penerapan teori polya dalam menyelesaikan soal cerita keliling
dan luas persegi panjang.Portal garuda ac.id. Vol 1 no1
Muthmainna Rianto,Vina, dkk. 2015. Kemampuan pemecahan masalah siswa
berdasarkan teori john dewey pada materi trigonometri. Vol 2 no 1
Tiona Pasaribu, Feri. 2015. Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dengan penerapan teori vygotsky pada materi
geometri di SMPN 3 padangsidimpuan. Portal garuda,portal garuda,ac.id.
Vol 03 no 01
Shodikin, Ali. 2015. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui
strategi abduktif-deduktif pada pembelajaran matematika.jurnal ilmiah
pendidikan khusus.Vol 3,No 3
Sunendar, Aep. 2017. Pembelajaran matematika dengan pemecahan masalah.
Jurnal 2017.Vol 2 no 1
Setyaningsih, Rika. 2017. Matematika. Sidoarjo: Mesmedia Buana Pustaka

22
LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai