Anda di halaman 1dari 4

Nama : Made Sukma Rahayu

Nim : P07125022038

Kelas : 1 ( B )

KEJAKSAAN NEGERI BULELENG UNGKAP KASUS KORUPSI DANA HIBAH

PEN ( PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL ) PARIWISATA

Mantan Kadis Pariwisata Buleleng. Dalam sidang virtual di PN Denpasar, Selasa (5/10/2021),
Diana dinyatakan terbukti melakukan tindak pidana korupsi dana pemulihan ekonomi (PEN)
pariwisata 2020 dampak Covid-19 senilai Rp 738 juta, Made Sudama Diana, dituntut 4 tahun
penjara dengan uang pengganti Rp131.285.622 subsider 2 tahun penjara. Hal itu terungkap pada
lanjutan persidangan dengan agenda sidang tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan
Negeri (Kejari) Buleleng dalam kasus korupsi penyimpangan dana hibah Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) Pariwisata pada kegiatan Eksplore Buleleng yang dikelola Dispar Buleleng.
Kerugian Negara dalam kasus itu mencapai Rp783 juta lebih. Proses persidangan yang
berlangsung secara virtual, 8 orang terdakwa yang merupakan mantan staf di lingkungan Dinas
Pariwisata (Dispar) Buleleng, dituntut hukuman pidana kurungan penjara yang berbeda-beda
sesusai masing-masing berkas perkara dalam kasus tersebut. Setidaknya ada 6 berkas perkara
kasus itu dengan 8 orang terdakwa. Untuk berkas perkara satu dengan terdakwa Made Sudama
Diana, yakni terdakwa Nyoman Ayu Wiratini dituntut 2 tahun penjara dengan uang pengganti Rp
15.500.000 subsider 1 tahun penjara. Sedangkan berkas kedua dengan terdakwa Putu Budiani
dituntut 3 tahun penjara dengan nominal uang pengganti Rp 17 juta subsider 1 tahun 6 bulan.
Lalu berkas ketiga dengan terdakwa Kadek Widiastra dituntut 3 tahun penjara dengan nominal
uang pengganti Rp 51,6 juta subsider 1 tahun 6 bulan penjara. Selanjutnya berkas keempat yakni
terdakwa Sempiden dituntut 3 tahun penjara dengan nominal uang pengganti Rp 42.320.000
subsider 1 tahun 6 bulan penjara. Kemudian berkas kelima dengan terdakwa Sudarsana dituntut 3
tahun penjara dengan uang pengganti sebesar Rp 38.717.186 subsider 1 tahun 6 bulan penjara.
Sementara berkas ke-enam yakni dengan terdakwa IGA Maheri Agung dituntut 3 tahun penjara
dengan uang pengganti sebesar Rp 275.571.592 subsider 1 tahun 6 bulan penjara, serta terdakwa
Gunawan dituntut 2 tahun penjara dengan uang pengganti Rp 7 juta subsider 1 tahun penjara.
Kasi Intel Kejari Buleleng, Anak Agung Ngurah Jayalantara mengatakan, JPU menuntut 8 orang
terdakwa atas kasus korupsi PEN Pariwisata tersebut, sesuai dengan dakwaan subsider pada
Pasal 3 UU RI tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), pada pokok perkara
Explore Buleleng. Semua terdakwa juga dihukum membayar denda yakni Rp 50 juta subsider 6
bulan penjara. Terkait uang pengganti, Jayalantara menegaskan, jika semua terdakwa sudah
mengembalikan kerugian negara dengan masing-masing perhitungan sesuai dengan uang
pengganti. Dengan demikian, para terdakwa tidak perlu menjalani hukuman subsider, mengingat
sudah melakukan pengembalian uang kerugian negara saat proses penyidikan berlangsung.

"Menyalahgunakan wewenang yang terbukti (Pasal 3 Tipikor) dan itu dilakukan secara bersama-
sama dibawah kendali Kepala Dinas. Yang memberatkan para terdakwa ini, perbuatan mereka
melanggar hukum dan dilakukan saat situasi pandemi. Yang meringankan, mereka mengakui
kesalahan serta ada upaya pengembalian uang kerugian negara,”

Terkait tuntutan berbeda-beda, Jayalantara mengatakan, hal itu tidak lepas karena peran dari
masing-masing para terdakwa dalam perbuatannya. Terdakwa Sudama Diana, sebut Jayalantara,
dituntut pidana paling tinggi, karena sebagai orang yang mempunyai ide melakukan perbuatan
korupsi itu. ”Yang besangkutan (Sudama) menjadi pelaku utama dan konsep adalah Kepala
Dinas makanya dituntut lebih tinggi (4 tahun),” imbuh Jayalantara. Selama masa persidangan,
Jayalantara yang juga Humas Kejari Buleleng itu mengatakan, selama persidangan tidak
ditemukan adanya fakta baru yang mengarah kepada pelaku lain. ”Dalam perkara PEN ini, tidak
ditemukan fakta baru di persidangan yang mengarah kepada orang lain sehingga dipastikan
hanya mereka saja (pelakunya),”

KESIMPULAN

 Kasus
“KEJAKSAAN NEGERI BULELENG UNGKAP KASUS KORUPSI DANA HIBAH
PEN ( PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL ) PARIWISATA”
 Tersangka
 Kepala dinas pariwisata buleleng diduga jadi dalang kasus korupsi dana hibah
PEN
 Adapun tujuh ASN tersebut adalah Nyoman Sempiden, Putu Sudarsana, Kadek
Widiastra, I Gusti Maheri Agung, Putu Budiani, Ni Nyoman Ayu Wiratini, dan
Nyoman Gede Gunawan.
 Factor penyebab yaitu factor internal
 Sifat tamak dan rakus
Mengapa demikian, karena keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat
seseorang selalu tidak merasa cukup atas apa yang dimiliki, selalu ingin lebih.
Dengan sifat tamak, seseorang menjadi berlebihan mencintai harta. Padahal bisa
jadi hartanya sudah banyak atau jabatannya sudah tinggi. Dominannya sifat tamak
membuat seseorang tidak lagi memperhitungkan halal dan haram dalam mencari
rezeki. Sifat ini menjadikan korupsi adalah kejahatan yang dilakukan para
profesional, berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan.
 Gaya hidup konsumtif
gaya hidup yang konsumtif menjadi faktor pendorong internal korupsi. Gaya
hidup konsumtif misalnya membeli barang-barang mewah dan mahal atau
mengikuti tren kehidupan perkotaan yang serba glamor. Korupsi bisa terjadi jika
seseorang melakukan gaya hidup konsumtif namun tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai.
 Factor penyebab yaitu factor eksternal
 Aspek ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di antaranya
tingkat pendapatan atau gaji yang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Fakta
juga menunjukkan bahwa korupsi tidak dilakukan oleh mereka yang gajinya pas-
pasan. Korupsi dalam jumlah besar justru dilakukan oleh orang-orang kaya dan
berpendidikan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai