Bimbingan Dan Konseling-Modul 3-Finalisasi Dengan Cover Muka
Bimbingan Dan Konseling-Modul 3-Finalisasi Dengan Cover Muka
PENDALAMAN MATERI
BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3
PERENCANAAN DAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Penulis:
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
Penulis :
ISBN : ……..
Editor:
Penyunting :
Penerbit :
Kemendikbud
Redaksi :
Kantor jurusan bimbingan dan konseling gedung A2 Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran, Gunungati, Kota Semarang
Distributor Tunggal:
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah, serta rencana terbaik-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan modul pendalaman materi Pendidikan Profesi Guru (PPG) daring
Profesional bimbingan dan konseling dengan judul modul “Perencanaan dan
Evaluasi Layanan Bimbingan dan Konseling”. Modul ini disusun agar dapat
menjadi salah satu bahan ajar dan juga sumber pendalaman materi kepada peserta
PPG untuk mendukung pencapaian kompetensi profesional calon guru bimbingan
dan konseling, secara khusus yang berkaitan dengan perencanaan dan evaluasi
layanan bimbingan dan konseling.
Penulisan modul ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian
penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pertama kali Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah menyusun program
penulisan modul PPG serta memberikan dukungan dan fasilitas selama
penyusunan modul ini.
Penulis merasa bahwa penulisan modul ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah memberkan
arahan selama penyusunan modul.
2. Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, yang telah memberkan arahan,
masukan, dan dukungan selama penyusunan modul.
3. Dr. Triyono, M.Pd. sebagai penyelia yang telah memberkan arahan, masukan,
dan dukungan selama penyusunan modul.
iii
DAFTAR ISI
iv
D. Penutup .......................................................................................................... 68
1. Rangkuman ................................................................................................ 68
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 69
KEGIATAN BELAJAR 3 EVALUASI PROGRAM, PROSES, DAN HASIL
LAYANAN ........................................................................................................... 71
BIMBINGAN DAN KONSELING ...................................................................... 71
A. Pendahuluan ................................................................................................... 72
B. Inti .................................................................................................................. 74
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ....................................................... 74
2. Pokok-pokok Materi .................................................................................. 74
3. Uraian Materi ............................................................................................. 74
a. Kriteria Evaluasi Bimbingan dan Konseling .......................................... 74
b. Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling ........................................ 79
c. Evaluasi Proses Bimbingan dan Konseling ............................................ 87
d. Evaluasi Hasil bimbingan dan konseling ............................................... 92
4. Forum Diskusi ............................................................................................... 95
C. Penutup .......................................................................................................... 96
1. Rangkuman ................................................................................................ 96
2. Tes Formatif ............................................................................................... 97
KEGIATAN BELAJAR 4 PELAPORAN DAN PENGGUNAAN HASIL
EVALUASI ......................................................................................................... 101
A. Pendahuluan ................................................................................................. 102
B. Inti ................................................................................................................ 104
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ..................................................... 104
2. Pokok-pokok Materi ................................................................................ 104
3. Uraian Materi ........................................................................................... 104
a. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling .................................... 104
b. Pelaporan dalam Bimbingan dan Konseling ........................................ 112
c. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling .................... 121
4. Forum Diskusi .......................................................................................... 129
C. Penutup ........................................................................................................ 129
v
1. Rangkuman .............................................................................................. 129
2. Tes Formatif ............................................................................................. 131
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 134
Tugas Akhir ......................................................................................................... 136
Tes Sumatif ......................................................................................................... 137
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAR2/Profesional/810/3/2019
PENDALAMAN MATERI
BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3
PERENCANAAN DAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN BELAJAR 1
PERENCANAAN LAYANAN DASAR
Penulis:
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
Salah satu kegiatan yang sangat strategis dalam pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah adalah layanan dasar. Layanan dasar merupakan proses
pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan
pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis dalam rangka mengembangkan kemampuan
penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan.
Tuntutan bahwa guru bimbingan dan konseling perlu memberikan layanan dasar
dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling diperkuat dalam
Permendiknas Nomor 111 Tahun 2014. Terkait kenyataan tersebut, maka penting
bagi guru bimbingan dan konseling sekolah untuk dapat merencanakan dan
melaksanakan layanan dasar secara berkualitas dan profesional.
Setelah mempelajari modul ini, Saudara peserta PPG dalam jabatan akan dapat
melakukan perancangan layanan dasar dan layanan responsif, mampu menyusun
evaluasi program, hasil, dan proses, serta mampu meyampaian hasil dan evaluasi
bimbingan dan konseling. Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Saudara
yang bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling utamanya untuk menunjang
akuntabilitas, keberhasilan, dan keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan
konseling di sekolah.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini, dapat
berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut :
1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap rancangan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja
2
Saudara, apakah telah sesuai dengan konsep yang dimaksud dalam modul
ini.
3) Keberhasilan proses pembelajaran Saudara dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok
dengan teman sejawat.
4) Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
Baiklah, Saudara peserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga
Saudara sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini untuk
bekal Saudara melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.
3
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mampu merancang layanan bimbingan dan konseling dengan menerapkan prinsip
dan memadukan materi layanan bimbingan dan konseling, pedagogik, serta
teknologi. Sedangkan Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan modul ini yakni:
a. Peserta PPG mampu menjabarkan esensi perencanaan layanan dasar.
b. Peserta PPG mampu mengaplikasikan prosedur perencanaan layanan dasar.
c. Peserta PPG mampu menyusun perencanaan layanan dasar.
2. Pokok-pokok Materi
Pokok-pokok materi dalam kegiatan belajar ini adalah:
a. Esensi perencanaan layanan dasar
b. Prosedur perencanaan layanan dasar
c. Contoh perencanaan layanan dasar
3. Uraian Materi
a. Esensi perencanaan layanan dasar
Komponen program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh guru BK
meliputi 4 komponen yakni: (1) layanan dasar, (2) layanan perencanaan individual
dan peminatan peserta didik/konseli (3) layanan responsif, dan (4) dukungan
sistem. Pada modul ini akan memfokuskan pembahasan pada salah satu
komponen program yakni komponen layanan dasar.
4
curriculum). Tidak jauh berbeda dengan pelayanan dasar, kurikulum bimbingan
ini diharapkan dapat memfasilitasi peningkatan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan tertentu dalam diri siswa yang tepat dan sesuai dengan tahapan
perkembangannya.
Melihat pada tabel 3.1, besaran persentase setiap layanan pada setiap jenjang
satuan pendidikan didasarkan data hasil asesmen kebutuhan peserta didik/konseli.
Walaupun besaran persentase layanan antara satuan pendidikan yang satu dengan
yang lainnya bisa berbeda-beda, karena sangat bergantung hasil asesmen
5
kebutuhan. Namun layanan dasar merupakan layanan yang harus diberikan dan
harus disediakan oleh guru bimbingan dan konseling kepada seluruh peserta didik
tanpa terkecuali.
Oleh karena layanan dasar merupakan kegiatan penting dari komponen program
bimbingan dan konseling maka penting bagi guru bimbingan dan konseling untuk
dapat merencanakan dan melaksanakan layanan dasar secara berkualitas dan
profesional. Lebih lanjut, Permendikbud nomor 111 tahun 2014 menjelaskan
bahwa layanan dasar dilakukan dengan pemberian pengalaman terstruktur dan
perencanaan serta pelaksanaannya dilaksanakan secara sistematis. Penjelasan ini
mengisyaratkan bahwa layanan dasar direncanakan seperti kurikulum yang dibuat
oleh guru mata pelajaran. Oleh karena kurikulum pada dasarnya adalah
perencanaan (Sukmadinata, 2004), maka perencanaan kegiatan layanan dasar
memiliki peran yang strategis.
6
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Lebih spesifik, keputusan
yang dibuat dalam perencanaan kurikulum mencakup: 1) penetapan tujuan
kegiatan layanan dasar, 2) konten atau materi layanan dasar, 3) metode
penyelenggaraan layanan dasar, 4) pemilihan media penunjang layanan dasar, dan
5) evaluasi keberhasilan layanan dasar (Sukmadinata, 2004).
Perencanaan layanan dasar memberikan banyak manfaat bagi guru bimbingan dan
konseling. Berikut ini adalah alasan dan manfaat guru bimbingan dan konseling
membuat perencanaan layanan dasar:
a. Memberikan pengarahan, sehingga merasa percaya diri dan nyaman dalam
menjalankan kegiatan layanan dasar.
b. Mengorganisir, mengurutkan, dan menjadi akrab dengan isi kegiatan
layanan dasar.
c. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan yang berkaitan dengan materi
layanan dasar serta merencanakan media layanan dasar.
d. Menggunakan berbagai metode layanan dasar yang tepat.
e. Mempersiapkan diri untuk berinteraksi dengan siswa sepanjang kegiatan
layanan dasar.
f. Memasukkan teknik untuk memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan
layanan dasar.
g. Mempertimbangkan perbedaan individu ketika memilih objektif, isi,
strategi, dan bahan layanan dasar.
h. Menyusun cara yang tepat untuk mengevaluasi hasil kegiatan layanan
dasar.
i. Menjadi pembuat keputusan yang reflektif mengenai rencana dan proses
layanan dasar.
j. Memberi kesempatan kepada guru bimbingan dan konseling pengganti
untuk melaksanakan layanan dasar ketika Saudara berhalangan.
k. Memenuhi persyaratan administratif.
l. Menggunakan perencanaan tertulis untuk sumber dan referensi dalam
menyusun perencanaan kegiatan layanan dasar di masa mendatang
7
Keseluruhan pembahasan dalam dalam modul ini diarahkan untuk memfasilitasi
guru bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kompetensi terkait dengan
perencanaan komponen layanan dasar agar dapar tersusun secara sistemastis,
objektif, dan dapat memenuhi ekspektasi dan kebutuhan peserta didik.
8
secara simultan dalam rangka menetapkan topik layanan dasar. Artinya, topik
layanan dasar merupakan jawaban atas kebutuhan siswa dan sekaligus upaya
untuk memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensi kemandirian yang
merupakan tujuan besar dari pelayanan bimbingan konseling di sekolah. Proses
penyusunan topik dapat dijelaskan dalam contoh yang disajikan dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3 menunjukkan bagaimana data atau hasil asesmen kebutuhan dengan
Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik saling terkait guna menentukan
topik kegiatan pada layanan dasar, secara khusus contoh strategi/kegiatan yang
dipilih adalah bimbingan klasikal. Adapun strategi lain dapat menyesuaikan sesuai
dengan hasil asesmen dan pertimbangan guru bimbingan dan konseling. Dengan
9
pertimbangan hasil asesmen kebutuhan dan Standar Kompetensi Kemandirian
Peserta Didik pada tabel 3.3, maka lingkup dari topik “Bergaul Sehat dengan
Penuh Toleransi” mencakup: 1) Urgensi dan strategi memahami orang lain
(empati); dan 2) Menghargai perbedaan.
Setelah menemukan topik layanan dasar maka langkah yang akan dibahas secara
mendalam pada modul ini adalah menyusun rencana pelaksanaan layanan (RPL)
layanan dasar. Format RPL layanan dasar secara spesifik telah disajikan dalam
Panduan Operasional Penyelengaraan Bimbingan Konseling (lihat Ditjen GTIK,
2016). Pada panduan operasional penyelengaraan bimbingan konseling telah
diberikan contoh dan format rencana pelaksanaan layanan (RPL) yang mencakup
alternatif contoh format RPL bimbingan kelompok, alternatif contoh format RPL
bimbingan klasikal, alternatif contoh format RPL bimbingan kelas besar /lintas
kelas. Berikut akan dipaparkan dan dijelaskan mengenai prosedur penyusunan
rencana pelaksanaan layanan (RPL) bimbingan kelompok, bimbingan klasikal,
dan bimbingan kelas besar /lintas kelas.
10
Kotak 1. Format RPL bimbingan klasikal
Logo, nama sekolah, alamat sekolah
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KEGIATAN BIMBINGAN KLASIKAL
SEMESTER …….. TAHUN PELAJARAN ……….
A Komponen Layaan
B Bidang Layanan
C Topik Layanan
D Fungsi Layanan
E Tujuan Umum
F Tujuan Khusus
G Sasaran Layanan
H Materi Layanan
I Waktu (menit)
J Sumber
K Metode/Teknik
L Media/Alat
M Pelaksanaan
1.Tahap
Awal/Pendahuluan
2.Tahap Inti
3.Tahap Penutup
N Evaluasi
1. Evaluasi Proses
2. Evaluasi Hasil
Lampiran: .........................
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
11
Kotak 2. Format RPL bimbingan kelas besar/lintas kelas
Logo, nama sekolah, alamat sekolah
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN KELAS BESAR/LINTAS KELAS
SEMESTER …….. TAHUN PELAJARAN ……….
A Komponen Layanan
B Bidang Layanan
C Topik Layanan
D Fungsi Layanan
E Tujuan Umum
F Tujuan Khusus
G Sasaran Layanan
H Materi Layanan
I Waktu (menit)
J Sumber
K Metode/Teknik
L Media/Alat
M Pelaksanaan
1.Tahap
Awal/Pembukaan
2.Tahap Inti
3.Tahap Penutup
N Evaluasi
1. Evaluasi Proses
2. Evaluasi Hasil
Lampiran: .....................................
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
12
Kotak 3. Format RPL bimbingan kelompok
Logo, nama sekolah, alamat sekolah
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN KELOMPOK
SEMESTER …….. TAHUN PELAJARAN ……….
A Komponen Layanan
B Bidang Layanan
C Fungsi Layanan
D Tujuan
E Topik
F Sasaran Layanan
G Metode dan Teknik
H Waktu (menit)
I Media/Alat
J Tanggal Pelaksanaan
K Sumber Bacaan
L Uraian Kegiatan
1.Tahap Awal
2.Tahap Transisi
3.Tahap Inti/Kerja
4.Tahap Pengakhiran
M Evaluasi
1. Evaluasi Proses
2. Evaluasi Hasil
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
13
Apabila mencermati pada format pada kotak 1, 2, dan 3 maka dapat dipahami
bahwa komponen pada RPL bimbingan klasikal, kelas besar/lintas kelas, dan juga
bimbingan kelompok dapat dikategorikan ke dalam dua hal, yakni komponen inti
dan komponen penunjang. Mengikuti lingkup perencanaan kurikulum, maka
komponen inti dalam RPL layanan dasar meliputi:1) tujuan (umum dan khusus);
2) materi, termasuk sumber atau refensi yang dirujuk; 3) metode/teknik, termasuk
tahapan pelaksanaan; 4) media/alat; dan 5) evaluasi (proses dan hasil).
Ketika kelima komponen ini dapat diisi oleh guru bimbingan dan konseling maka
sebenarnya guru bimbingan dan konseling telah memiliki konsep yang utuh
tentang kegiatan layanan yang hendak dilaksanakan. Oleh karena itu, perubahan
format apapun tentang RPL layanan bimbingan dan konseling akan selalu ada dan
mencakup kelima komponen tersebut. Sehingga apabila terjadi perubahan
kebijakan/format atau kurikulum pelayanan bimbingan konseling, kompetensi
guru bimbingan dan konseling yang bagus dan memadai untuk menyusun kelima
komponen perencanaan ini, akan membuat guru bimbingan dan konseling tidak
kebingungan dalam membuat perencanaan layanan dasar.
Pokok bahasan selanjutnya mengkaji tentang komponen inti dari RPL. Melalui
pembahasan lima komponen inti RPL ini diharapkan para guru bimbingan dan
14
konseling mampu membuat perencanaan layanan dasar yang memadai, dan
sekaligus menyelenggarakan kegiatan layanan dasar secara inovatif dan menjawab
kebutuhan siswa. Berikut akan dijabarkan satu persatu secara rinci prosedur
penyusunan lima komponen inti dari RPL bimbingan dan konseling.
1) Merancang tujuan bimbingan klasikal/bimbingan kelas besar/lintas
kelas/bimbingan kelompok
Tujuan layanan bimbingan (instructional objectives) dapat didefinisikan sebagai
intensi guru bimbingan dan konseling yang terkait dengan pertumbuhan atau
perubahan pada siswa yang diharapkan dari bimbingan klasikal (Arends, 2007).
Tujuan merupakan komponen yang paling mendasar dalam perencanaan
kurikulum bimbingan klasikal karena dia memandu arah yang hendak dicapai dari
kegiatan bimbingan klasikal. Setidaknya terdapat tiga format pernyataan tujuan
instruksional yang popular saat ini, yakni format Mager untuk tujuan behavioral
dan format Gronlund yang tidak terlalu spesifik dibandingkan dengan tujuan
behavioral, serta format taksonomi yang lebih memperhatikan proses berpikir
siswa (lihat Arends, 2007; Burden & Byrd, 1999). Namun, karena dalam format
RPL dalam Pedoman Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Konseling (Ditjen
GTIK, 2016), yang membedakan tujuan menjadi tujuan umum dan khusus, lebih
cenderung menggunakan format taksonomi, maka pembahasan ini diarahkan
untuk memaparkan format menyatakan tujuan bimbingan klasikal dengan format
taksonomi.
15
Topik: Bergaul Sehat dengan Penuh Toleransi
Dalam merumuskan tujuan dalam format taksnomi terdapat tiga komponen yang
diperlukan, yakni: subjek, kata kerja, dan kata benda. Subjek adalah individu
yang menjadi sasaran dalam kegiatan layanan; dalam hal ini adalah siswa. Kata
kerja mendiskripsikan proses kognitif atau afektif atau psikomotor/keterampilan
yang diharapkan terjadi pada siswa sebagai sasaran kegiatan layanan. Kata benda
digunakan untuk memaparkan objek atau informasi yang hendak dipelajari siswa
dalam kegiatan layanan dasar. Bagan 3.1 menunjukkan contoh pernyataan tujuan.
16
adalah sistem klasifikasi atau sarana yang membantu menata dan menunjukkan
hubungan-hubungan di antara berbagai objek dan ide (Arends, 2007). Sebagian
besar tujuan yang disasar dalam pembelajaran maupun bimbingan klasikal adalah
ranah kognitif. Anderson dan Krathwohl (2001) merevisi taksonomi kognitif
Bloom ke dalam klasifikasi sebagai berikut:
a) Mengingat (remember) adalah mengambil informasi yang relevan dari
memori jangka panjang (long term memory).
b) Memahami (understanding/comprehension) adalah mengkonstruksikan
makna dari berbagai pesan yang dibahas dalam kegiatan instruksional atau
bimbingan klasikal.
c) Menerapkan (apply) adalah melaksanakan atau menggunakan suatu
prosedur.
d) Menganalisis (analyze) adalah menguraikan materi menjadi bagian-bagian
konstituen atau menentukan pola hubungan satu bagian dengan bagian
yang lain.
e) Mengevaluasi (evaluate) adalah membuat penilaian (judgement)
berdasarkan suatu kriteria tertentu.
f) Menciptakan (create) adalah menyatukan berbagai elemen untuk
membentuk suatu pola atau struktur tertentu.
17
Kotak 2a. Daftar kata kerja ranah kognitif
18
Kotak 2b. Lanjutan daftar kata kerja ranah kognitif
Perlu dipahami bahwa pada satuan pendidikan dasar ranah kognitif yang
cenderung/sesuai dengan tugas perkembangan peserta didik adalah keterampilan
LOTs (low order thinking skills: ranah kognitif 1, 2, 3 yang dominan), sedangkan
pada satuan pendidikan menengah dengan menyesuaikan pada karaktertistik
peserta didik lebih mengarahk pada ketrampilan HOTs (high order thingking skill:
ranah kognitif 4, 5, 6 yang dominan).
Di samping ranah kognitif, terdapat pula ranah afektif dan psikomotor yang
terkadang dapat dijadikan tujuan dalam bimbingan klasikal. Contoh bentuk kata
19
kerja dari ranah afektif dan psikomotor disajikan dalam Kotak 3. Adapun
taksonomi konsep Bloom (dalam Arends, 2007) dalam ranah afektif dan
psikomotor adalah sebagai berikut:
a) Ranah afektif, meliputi:
(1) Menerima (receiving) adalah menyadari atau memperhatikan sesuatu
di lingkungan.
(2) Merespon (responding) adalah menunjukkan (perform) perilaku baru
sebagai bentuk hasil dari pengalaman dan respon terhadap
pengalaman.
(3) Menghargai (valuing) adalah menunjukkan keterlibatan multak atau
komitmen yang tinggi terhadap pengalaman tertentu.
(4) Organisasi (organization) adalah mengintegrasikan nilai baru dan
memberikan nilai tersebut tempat yang layak dalam sistem prioritas.
(5) Karakterisasi menurut nilai (characterization by value) adalah
bertindak secara konsisten menurut nilainya dan memiliki komitmen
yang tinggi terhadap pengalaman yang telah dipelajari.
20
Kotak 3 Ranah afektif serta contoh kata kerjanya
Ranah afektif bagi pelaku layanan bimbingan dan konseling sangtlah penting.
Guru BK perlu merancang tujuan layanan yang tidak hanya dapat dipahami
ataupun dapat dilakukan saja, namun daat dihayati dan direfleksikan dalam afeksi
peserta didik. Oleh karena itu, ranah afektif ini menjadi ranah yang perlu
dipertimbangkan dengan seksama ketika merancang layanan bimbingan dan
konseling.
21
(4) Artikulasi adalah pengembangan gerakan-gerakan yang lebih
kompleks yang memenuhi tingkat efisiensi tertentu.
(5) Naturalisasi adalah kemampuan untuk berkomunikasi melalui garakan
tubuh.
Pada ranah psikomotor, yang perlu dimengerti adalah hakikat meniru (P1) jangan
terjebak pada modeling seperti pada konseling behavioral yang sangat mekanistik,
tetapi perlu penjelasan bahwa meniru yang dimaksud berupa emulation yang
maknanya disertai dengan berfikir. Sehingga setiap individu siswa mampu
berkembang sesuai jati dirinya bukan hanya mengikuti alur saja.
Penyusunan tujuan yang tertera pada RPL dilaksanakan dalam tiga tahapan,
yakni: 1) merumuskan tujuan umum; 2) melakukan analisis instruksional; dan 3)
merumuskan tujuan khusus. Tahap pertama, perumusan tujuan umum. Tujuan
umum dirumuskan secara tidak terlalu spesifik atau presisi dalam membimbing
22
atau menuntut guru bimbingan dan konseling dalam penyiapan layanan atau
mengukur perubahan yang diharapkan. Di samping itu, tujuan umum diharapkan
berada pada level taksonomi yang tertinggi, dan selanjutnya tujuan khusus berada
pada taksonomi di bawahnya. Oleh karena itu, secara umum, jumlah pernyataaan
tujuan khusus biasanya lebih banyak atau minimal sama dengan jumlah
pernyataan tujuan umum. Sebaliknya, apabila jumlah tujuan umum lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah tujuan khusus, maka hal itu mengindikasikan
terdapat kekeliruan dalam merumuskan tujuan layanan. Hal ini dikarenakan dalam
merencanakan tujuan guru bimbingan dan konseling gagal dalam menerjemahkan
tujuan umum ke dalam tujuan-tujuan bimbingan yang lebih spesifik dan bersifat
memandu arah perubahan pada diri siswa yang diharapkan dari kegiatan
bimbingan klasikal atau kelas besar/lintas kelas atau bimbingan kelompok.
23
b) Struktur prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan
satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi
persyaratan bagi yang lain. Contoh teknik pesan saya (I-messages), “Saya
merasa diperlakukan tidak adil (perasaan) karena teman-teman kelompok
belajar meminta saya mengerjakan sebagian besar tugas (perilaku) sebab saya
berpikir kita bisa membagi tugas secara lebih proporsional (konsekuensi).”
Berikut ini bentuk strukturnya:
Memutuskan rencana
karier
24
2) Menetapkan materi bimbingan klasikal atau kelas besar/lintas kelas atau
bimbingan kelompok
Guna mencapai tujuan bimbingan layanan, maka guru bimbingan dan konseling
perlu merancang dan menyusun materi atau bahan ajar. Pada hakekatnya materi
bimbingan bimbingan klasikal atau kelas besar/lintas kelas atau bimbingan
kelompok merupakan konten yang dipelajari dan dibahas selama layanan
berlangsung agar siswa dapat belajar dan mengalami proses kognitif, afektif atau
psikomotor yang diharapkan.
Dasar penyusunan bahan ajar adalah tujuan bimbingan layanan, khususnya tujuan
khusus. Artinya, sebelum menetapkan bahan ajar, guru bimbingan dan konseling
terlebih dahulu menetapkan topik-topik bimbingan klasikal atau kelas besar/lintas
kelas atau bimbingan kelompok sesuai dengan tujuan khusus yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sederhananya, setiap tujuan khusus setidaknya menjadi
satu topik atau pokok bahasan dalam materi atau bahan ajar. Setelah topik atau
pokok bahasan ditetapkan, maka guru bimbingan dan konseling perlu
memutuskan format bahan ajak yang akan dipakai. Secara lebih mendalam bahsan
mengenai materi bimbingan dan konseling telah dibahas pada modul sebelumnya
(modul 2).
25
semua komponen perencanaan bimbingan bimbingan klasikal atau kelas
besar/lintas kelas atau bimbingan kelompok, termasuk komponen media,
diarahkan untuk mencapai tujuan bimbingan. Secara lebih mendalam bahsan
mengenai media bimbingan dan konseling juga telah dibahas pada modul
sebelumnya (modul 2).
26
1. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan Klasikal
29
c. Melaksanakan Investigasi
1. Peserta didik mengumpulkan informasi;
2. Informasi diperoleh dari pengalaman belajar masing-
masing anggota kelompok
3. Informasi yang digali mencakup persiapan, proses,
hingga kegiatan pasca belajar mandiri
4. Masing- masing kelompok merancang mind
mapping dari informasi hasil belajar tiap anggota
kelompok
5. Kelompok membuat kesimpulan dengan melihat cara
belajar pada masing- masing anggota kelompoknya
6. Anggota kelompok saling bertukar ide, berdiskusi,
mengklarifikasi faktor faktor yang mempengaruhi
hasil belajar.
30
dibahas dan cara Guru Bimbingan dan Konseling
atau konselor menyampaikan : mudah dipahami/tidak
mudah/sulit dipahami
3. Merencanakan kegiatan setelah mendapatkan materi
belajar cerdas dan efektif
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
31
2. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan Klasikal
32
kita sepakat akan melakukan dengan baik.
c. Mengarahkan kegiatan Guru BK berdiskusi dengan siswa mengenai makna karier
(konsolidasi) dan perencanaan karier, serta urgensinya bagi siswa.
d. Tahap peralihan (transisi) 1. Guru BK menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh
siswa pada tahap selanjutnya
2. Guru BK menanyakan kesiapan peserta didik
melaksanakan kegiatan dan memulai ke tahap inti
3. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan siswa
2.Tahap Inti
Kegiatan peserta didik 1. Peserta didik memperhatikan mengenai langkah
merencanakan karier.
2. Peserta didik memperhatikan video “Sang Pembuat
Jejak”
3. Peserta didik melakukan refleksi dari video “Sang
Pembuat Jejak”
4. Peserta didik membuat simulasi perencanaan karier.
Kegiatan guru bimbingan 1. Guru BK menjelaskan mengenai langkah
dan konseling merencanakan karier.
2. Guru BK menampilkan video “Sang Pembuat Jejak”
3. Guru BK melakukan refleksi dari video “Sang
Pembuat Jejak”
4. Guru BK mengajak siswa mensimulasikan “Career
Planning”.
5. Guru BK berdiskusi dengan siswa mengenai kegiatan
simulasi serta melakukan tanya jawab.
3.Tahap Penutup 1. Guru BK mengajak peserta didik membuat kesimpulan
yang terkait dengan materi layanan “Belajar cerdas dan
efektif melalui mind mapping”
2. Guru BK merefleksi peserta didik dengan menanyakan
kebermanfaatan/kebermaknaan kegiatan secara lisan
3. Guru BK memberikan penguatan dan menyampaikan
materi layanan yang akan datang
4. Guru BK mengakhiri kegiatan dengan berdoa dan
salam
N Evaluasi
1. Evaluasi Proses Guru BK atau konselor melakukan evaluasi dengan
memperhatikan proses keaktifan peserta didik selama
mengikuti layanan klasikal
1. Melakukan Refleksi hasil materi, setiap peserta didik
menuliskan di kertas yang sudah disiapkan.
2. Mengamati sikap atau atusias peserta didik dalam
mengikuti kegiatan
3. Mengamati cara peserta didik dalam menyampaikan
pendapat atau bertanya
4. Mengamati cara peserta didik memberikan
penjelasan dari pertanyaan guru BK
2. Evaluasi Hasil 1. Merasakan pemahaman baru dan mendapatkan
pengetahuan tentang perencanaan karier
2. Merasakan perasaan positif tentang topik yang
33
dibahas dan cara Guru Bimbingan dan Konseling
atau konselor menyampaikan : mudah dipahami/tidak
mudah/sulit dipahami
3. Merencanakan kegiatan setelah mendapatkan materi
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
34
3. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan Kelompok
Tujuan Khusus
1. AK mampu menjabarkan urgersi kontrol diri
dalam bermedia sosial (C2)
2. AK mampu mendefinisikan pengertian kontrol
diri (C2)
3. Ak mampu menyebutkan aspek-aspek dalam
kontrol diri (A2)
4. Ak mampu menunjukan cara mengembangkan
kontrol diri dalam bermedia sosial (P3)
E Topik Netizen Self Control
F Sasaran Layanan Kelas XI
G Metode dan Teknik Sosiodrama
H Waktu 1 x 1 Jam Pelajararan (40 Menit)
I Media/Alat PinSos, Stacko Masalah, Kartu Peran, Kartu Tugas
J Tanggal Pelaksanaan 12 Oktober 2019
K Sumber Bacaan 1. Ghufron, M. Nur & Rini, R. S. 2010. Teori-
teori Psikologi. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
2. Singgih D. Gunarsa, 2006. Dari anak sampai
usia lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia
3. Luthfia, Nita. 2007. Hubungan kontrol diri
dengan motivasi berprestasi siswa sma n 1
sutojayan. Skripsi. Universitas Negeri Malang,
Malang.
L Uraian Kegiatan
1.Tahap Awal
a. Pernyataan tujuan 1. PK Menyapa AK Dengan Kalimat yang
membangkitkan semangat
2. PK/AK Memimpin Doa sebelum memulai
kegiatan
3. PK menyampaikan tujuan Bimbingan
35
Kelompok
b. Penjelasan tentang langkah- 1. PK memberikan Pinsos Kepada AK
langkah kegiatan kelompok 2. AK memperkenalkan diri dengan permainan
(Pembentukan kelompok) Sosmedku berdasarkan masing-masing Pinsos
yang di pilih
3. PK menjelaskan proses pelaksanaan kegiatan
BKP
4. PK menjelaskan asas-asas di dalam BKP, tugas
dan tanggungjawab AK dengan menyanyikan
lagu “ asas BK”
c. Mengarahkan kegiatan PK menjelaskan kembali kegiatan BKP secara
(konsolidasi) operasional, baik tentang teknik yang digunakan,
tugas dan tanggungjawab AK
2.Tahap Transisi
PK menanyakan kalau ada AK yang 1. PK menanyakan kesiapan kelompok dalam
belum mengerti dan memberikan melaksanakan tugas
penjelasannya (Storming) 2. PK memberi kesempatan bertanya kepada
setiap AK tentang tugas-tugas yang belum
mereka pahami
3. PK menjelaskan kembali secara singkat
tentang tugas dan tanggung jawab AK dalam
melakukan kegiatan
PK menyiapkan AK untuk 1. PK menanyakan kesiapan para AK untuk
melakukan komitmen tentang melaksanakan tugas.
kegiatan yang akan dilakukannya 2. PK dan AK menyepakati beberapa hal terkait
(Norming) aturan atau etika selama proses pelaksanaan
BKP (etika dalam penyampaian pendapat dan
ketika mendengarkan teman yang sedang
berpendapat).
3. PK memulai masuk ke tahap inti/kerja
3.Tahap Inti/Kerja
proses/ kegiatan yang dialami 1. PK meminta Anggota Kelompok untuk
peserta didik dalam suatu kegiatan mengambil Stacko Masalah yang dilamnya
bimbingan berdasarkan teknik terdapat foto/Gambar tentang Kasus yang
tertentu (Eksperientasi) berkaitan dengan kontrol diri dalam Bermedia
sosial yang Rendah
2. PK meminta AK untuk menyampaikan
persepsi dan perasaa mereka mengenai
foto/gambar yang ada pada Stacko
3. PK Menjelaskan secara Singkat konsep awal
dari Kontrol Diri
4. PK menginformasikan kepada AK bahwa
kelompok akan dibagi menjadi kelompok
36
pemain an kelompok observer.
5. PK membacakan garis besar cerita yang akan
di perankan oleh AK dan sesuai dengan
skenario, lalu diberitahukan terkait tugas dari
setiap pemegang peran
6. PK membagi kelompok menjadi 2 bagian,
yaitu kelompok pemain dan kelompok
observer. Penentuan ini bisa melalui
penawaran, dan juga bisa ditunjuk oleh PK.
7. PK menjelaskan adegan demi adegan yang
ada di dalam skenario, lalu kelompok pemain
diberi waktu untuk mempelajari skenario
selama beberapa saat.
8. PK menjelaskan kepada kelompok observer
terkait tugas yang harus mereka lakukan
dalam mengamati kelompok pemain.
9. PK memimpin diskusi setelah pelaksanaan
sosiodrama.
10. PK meminta AK untuk menunjukan cara
mengembangkan Kontrol Diri dalam
Bermedia Sosial
Pengungkapan perasaan, pemikiran 1. PK menanyakan pemahaman baru yang
dan pengalaman tentang apa yang didapat AK setelah melakukan kegiatan BKP
terjadi dalam kegiatan bimbingan 2. PK menanyakan perasaan AK setelah kegiatan
(Refleksi) diakhiri
3. PK menanyakan tindakan yang akan
dilakukan oleh AK setelah mengikuti BKP
4.Tahap Pengakhiran 1. PK menjelaskan bahwa kegiatan kelompok
akan diakhiri
2. PK memberikan penguatan aspek-aspek yang
ditemukan oleh AK dalam proses sosiodrama
3. PK meminta AK memberikan kesan-kesan
setelah mengikuti kegiatan
4. PK merencanakan kegiatan tindak lanjut
5. PK mengucapkan terimakasih atas partisipasi
AK
6. PK mengakhiri dengan doa dan ditutup
dengan salam
M Evaluasi
1. Evaluasi Proses PK melakukan evaluasi dengan memperhatikan
proses yang terjadi seperti:
1. Mengadakan refleksi
2. Sikap peserta didik dalam mengikuti kegiatan
37
(contoh: semangat/ kurang semangat/ tidak
semangat)
3. Cara peserta didik menyampaikan pendapat
atau bertanya: sesuai topik/ kurang sesuai
topik/ tidak sesuai topik
4. Cara peserta didik memberikan penjelasan
terhadap pertanyaan PK (mudah dipahami/
tidak mudah/ sulit dipahami)
2. Evaluasi Hasil Evaluasi setelah mengikuti kegiatan klasikal antara
lain:
1. Merasakan suasana pertemuan:
menyenangkan/ kurang menyenangkan/ tidak
menyenangkan
2. Topik yang dibahas: sangat penting/ kurang
penting/ tidak penting
3. Kemampuan AK dalam menjabarkan Urgersi
dari KontrolDiri dalam Bermedia Sosial
4. Kemampuan AK dalam mendefinisikan
pengertian Kontrol Diri
5. Kemampuan AK dalam Menyebutkan Aspek-
Aspek Dalam Kontrol Diri
6. Kemampuan AK dalam Menunjukan cara
mengembangka Kontrol Diri dalam bermedia
sosial.
Lampiran :
1. Materi
2. Skenario Adegan
3. Lembar evaluasi (proses dan hasil)
4. Media
.…………., ………………….
Mengetahui: Guru BK/Konselor,
Kepala Sekolah,
……………………………… …………………………………..
38
4. Forum Diskusi
Bapak/Ibu/Saudara Peserta PPG BK semoga sehat dan bahagia senantisa, mari
kita diskusikan topik/fenomena dibawah ini.
C. Penutup
1. Rangkuman
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 dengan judul Perencanaan
Layanan Dasar. Dengan demikian Anda telah memahami bagaimana menyusun
perencanaan layanan dasar. Hal penting yang telah Anda pelajari dari Kegiatan
Belajar 1 ini adalah:
2. Tes Formatif
1. Berikut ini lima komponen utama perencanaan kurikulum dalam bimbingan
klasikal, kecuali …
a. Jenis layanan
b. Pokok bahasan dan materi
c. Metode
d. Evaluasi
2. Manfaat membuat perencanaan bimbingan klasikal adalah sebagai berikut,
kecuali ….
a. Menjadi percaya diri dengan bimbingan klasikal yang akan dilaksanakan
b. Mencanangkan tindak lanjut bimbingan klasikal
c. Memenuhi persyaratan administrasi pelayanan bimbingan konseling
d. Menyusun strategi evaluasi yang tepat
3. Topik bimbingan klasikal diangkat berdasarkan pertimbangan dari..
a. Lembar kerja siswa (LKS) bimbingan konseling
b. Daftar Cek Masalah (DCM) dan Alat Ungkap Masalah (AUM)
c. Data kebutuhan siswa dan standar kompetensi kemandirian peserta didik
d. Data pelanggaran tata tertib dan keluhan siswa dalam selama belajar
40
4. Standar kompetensi kemandirian peserta didik penting untuk dipertimbangkan
dalam perencanaan bimbingan klasikal karena ….
a. Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik memberikan arah
pengembangan kompetensi siswa agar tumbuh dan berkembang secara
optimal
b. Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik menjadi pertimbangan
seperti guru menjadikan Standar Kompetensi Lulusan sebagai pertimbangan
menyusun pokok bahasan
c. merupakan bentuk pemenuhan tuntutan dan prosedur yang diamanatkan
dalam Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Konseling di
Sekolah
d. menginspirasi pemilihan topik kegiatan bimbingan klasikal
5. Perhatikan tujuan khusus ini! “Siswa dapat menyebutkan cara berkomunikasi
secara asertif.” Analisis terhadap tujuan tersebut ….
a. Tepat karena telah mengandung semua unsur atau komponen tujuan
bimbingan klasikal
b. Tepat karena kata kerja proses berpikir merupakan bagian dari salah satu
tingkatan ranah kognitif
c. Kurang tepat karena kata kerja proses kognitif berasal dari tingkatan ranah
kognitif yang terlalu rendah
d. Kurang tepat karena seharusnya kata kerja yang tepat adalah menjelaskan
6. Berikut ini adalah kata kerja yang tepat untuk proses kognitif analisis, kecuali..
a. Mengilustrasikan
b. Mengemukakan
c. Mengidentifikasi
d. Memecahkan
41
7. Konselor memberikan bimbingan klasikal dengan topik perencanaan karier dan
pokok bahasannya meliputi (a) permasalahan perkembangan teknologi, (b)
definisi perencanaan karier, (c) manfaat perencanaan karier, (d) strategi
perencanaan karier, dan (e) latihan perencanaan karier. Pokok bahasan tersebut
disusun dengan mengunakan sekuens ….
a. Kausal
b. Struktural
c. Rangkaian dari belakang (backward chaining)
d. Spiral
8. Urutan atau sekuens pembahasan bahan ajar yang dimulai dari konsep yang
kompleks menuju bagian kecil adalah bentuk dari sekuens ….
a. Psikologis
b. Hirarkis
c. Kausal
d. Spiral
9. Berikut ini hal yang dievaluasi dalam bimbingan klasikal, kecuali …
a. Kesesuaian prosedur pelaksanaan bimbingan klasikal dengan RPL
b. Pengetahuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti bimbingan klasikal
c. Rencana layanan tindak lanjut setelah bimbingan klasikal
d. Rencana kegiatan siswa setelah mengikuti bimbingan klasikal
10. Kesalingterkaitan antara pengukuran, tes dan non-tes adalah ….
a. Teknik tes dan non-tes merupakan bentuk pengenaan angka pada konstruk
psikologis
b. Hasil tes, non-tes, dan pengukuran perlu dibandingkan dengan norma
tertentu agar dapat diketahui kategori responden
c. Pengukuran dilakukan dengan mengaplikasikan teknik tes dan non-tes
d. Hasil pengukuran melalui teknik tes dan non-tes dapat dianalisis dengan
teknik yang sama, seperti persentase
42
Daftar Pustaka
American School Counselor Association. 2012. The ASCA National Model: A
Framework for School Counseling Program (3rd ed.). Alexandria, VA:
Author.
Anastasi, A., & Urbina, S. 1997. Psychological Testing. Diterjemahkan R.H.S.
Imam. Jakarta: PT Prenhallindo.
Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
New York, NY: Longman.
Arends, R.I. 2007. Learning to Teach (7th ed.). Diterjemahkan oleh H.P. Soetjipto
& S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Burdin, P.R., & Byrd, D.M. 1999. Methods for Effective Teaching. Boston: Allyn
and Bacon.
Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen GTIK. 2016(b). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen PMPTK. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Ditjen PMPTK Depkdiknas RI.
Gregory, 2000. Psychological testing: Principles and Aplications. Boston: Allyn
and Bacon.
Joni, T. R. 2005. Pembelajaran yang Mendidik: Artikulasi Konseptual, Terapan
Kontekstual dan Verifikasi Empirik. Jurnal Ilmu Pendidikan. 12(2), 1-37.
Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Sukmadinata, N.S. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung
Penerbit Remaja Rosdakarya.
Sutoyo, A. 2011. Pemahaman Individu - Observasi, Checklist, Interviu,
Kuesioner, Sosiometri. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar
43
44
DAR2/Profesional/810/3/2019
PENDALAMAN MATERI
BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3
PERENCANAAN DAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN BELAJAR 2
PERENCANAAN LAYANAN RESPONSIF
Penulis:
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
45
Kegiatan Belajar 2: Perencanaan Layanan Responsif
A. Pendahuluan
Salah satu kegiatan yang sangat strategis dalam pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah adalah layanan responsif. Pelayanan responsif merupakan
pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang
memerlukan pertolongan dengan segera. Tuntutan bahwa guru bimbingan dan
konseling perlu memberikan layanan responsif dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling diperkuat dalam Permendiknas Nomor 111 Tahun 2014.
Terkait kenyataan tersebut, maka penting bagi guru bimbingan dan konseling
sekolah untuk dapat merencanakan dan melaksanakan layanan responsif secara
berkualitas dan profesional.
Setelah mempelajari modul ini, Saudara peserta PPG dalam jabatan akan dapat
melakukan perancangan layanan dasar dan layanan responsif, mampu menyusun
evaluasi program, hasil, dan proses, serta mampu meyampaian hasil dan evaluasi
bimbingan dan konseling. Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Saudara
yang bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling utamanya untuk menunjang
akuntabilitas, keberhasilan, dan keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan
konseling di sekolah.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini, dapat
berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah belajar
sebagai berikut :
1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap rancangan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja
Saudara, apakah telah sesuai dengan konsep yang dimaksud dalam modul
ini.
46
3) Keberhasilan proses pembelajaran Saudara dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok
dengan teman sejawat.
4) Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
Baiklah, Saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga
Saudara sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini untuk
bekal Saudara melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.
47
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mampu merancang layanan bimbingan dan konseling dengan menerapkan prinsip
dan memadukan materi layanan bimbingan dan konseling, pedagogik, serta
teknologi. Sup capaian pembelajaran pada kegiatan belajar ini yakni:
a. Peserta PPG mampu menjabarkan esensi perencanaan layanan responsif.
b. Peserta PPG mampu mengaplikasikan prosedur perencanaan layanan responsif.
c. Peserta PPG mampu menyusun perencanaan layanan responsif.
2. Pokok-pokok Materi
a. Esensi perencanaan layanan responsif
b. Prosedur perencanaan layanan renponsif
c. Contoh perencanaan layanan responsif
3. Uraian Materi
a. Esensi perencanaan layanan responsif
Komponen program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh guru BK
meliputi 4 komponen yakni: (1) layanan dasar, (2) layanan perencanaan individual
dan peminatan peserta didik/konseli (3) layanan responsif, dan (4) dukungan
sistem. Pada modul ini akan memfokuskan pembahasan pada salah satu
komponen program yakni komponen layanan responsif.
48
Layanan responsif bertujuan untuk memberikan layanan intervensi terhadap
peserta didik/konseli yang mengalami hambatan atau terganggu tugas
perkembangannya. Sehingga melalui layanan ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan peserta didik/konseli serta mampu memecahkan masalah yang
dialaminya atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga
dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau
kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan
dengan masalah pribadi, karier, dan atau masalah pengembangan
pendidikan/belajar.
49
Tabel 3.2 Contoh perhitungan waktu layanan setiap komponen program BK
50
pilihan karier dan program studi, sumber-sumber belajar, bahaya obat terlarang,
minuman keras, narkotika, pergaulan bebas. Masalah lainnya adalah yang
berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup
atau menghambat perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi
kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah
konseli pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat
dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh dengan cara
asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan berbagai
teknik, misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket konseli,
wawancara, observasi,sosiometri, daftar hadir konseli, leger, psikotes dan daftar
masalah konseli atau Alat Ungkap Masalah (AUM).
51
merupakan tujuan besar dari pelayanan bimbingan konseling di sekolah. Proses
penyusunan topik dapat dijelaskan dalam contoh yang disajikan dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3. Contoh analisis rencana layanan dasar berdasarkan asesmen kebutuhan
Data asesmen 1) Sulit menyesuaikan diri dengan Rencana
kebutuhan peserta lingkungan/ situasi baru (70%; Layanan
didik DCM*)) Konseling
2) Mudah merasa tersinggung dan Kelompok ***:
marah (65%; DCM)
3) Profil siswa di kelas berdasarkan Siswa A, B, dan
hasil inventori tugas perkembangan C direncanakan
(ITP* diketahui siswa A, B, dan C mendapat
mempunyai penyesuaian diri yang konseling
rendah. kelompok
4) Informasi dari guru wali kelas
mengenai kondisi siswa A, B, dan C Rencana
5) Informasi dari guru bidang studi Layanan
bahwa siswa D seringkali melamun Konseling
ketika pelajarannya berlangsung Individu ***:
Tabel 3.3 menunjukkan bagaimana data atau hasil asesmen kebutuhan dengan
Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik saling terkait guna menentukan
rencana kegiatan layanan responisf, secara khusus contoh strategi/kegiatan yang
dipilih adalah konseling kelompok dan konseling individu. Adapun strategi lain
52
dapat menyesuaikan sesuai dengan hasil asesmen dan pertimbangan guru
bimbingan dan konseling. Seringkali juga peserta didik/konseli akan dapat secara
langsung kepada guru bimbingan dan konseling ketika ia merasa mempunyai
permasalahan yang perlu dibantu oleh guru bimbingan dan konseling. Ataupun
dapat juga apabila ada peserta didik yang dikirim oleh guru bidang studi/wali
kelas untuk bertemu dengan guru bimbingan dan konseling. Namun melalui
analisis kebutuhan peserta didik, harapannya guru bimbingan dan konseling tidak
hanya menunggu peserta didik/konseli untuk datang, namun dapat pula
menjemput bola untuk melakukan bantuan kepada peserta didik/konseli.
Format RPL layanan dasar secara spesifik telah disajikan dalam Panduan
Operasional Penyelengaraan Bimbingan Konseling (POP BK) (lihat Ditjen GTIK,
2016). Pada panduan operasional penyelengaraan bimbingan konseling telah
diberikan contoh dan format rencana pelaksanaan layanan (RPL) yang mencakup
alternatif contoh format RPL konseling individu, konseling kelompok, referall,
konferensi kasus. Berikut format yang sesuai dengan POP BK.
53
Kotak 1. Format RPL Konseling Individu
..............,..........................
Guru BK/ Konselor
........................................
Keterangan:
Dokumen ini bersifat rahasia
54
Kotak 2. Format RPL Konseling Kelompok
1. Nama konseli :
(nama-nama anggota konseling kelompok dan kelas disamarkan)
2. Hari, tanggal : …………………….
3. Pertemuan ke- : …………………….
4. Waktu : ……… (ditulis berapa menit waktu yang dipergunakan)
5. Tempat : ……………………. (ditulis lokasi pelaksanaannya)
6. Topik permasalahan : ……………………………………………………..
7. Media yang diperlukan : ........................................
..............,..........................
Guru BK/ Konselor
........................................
Keterangan:
Dokumen ini bersifat rahasia
55
Kotak 3. Format RPL Referral / Alih Tangan Kasus
........................................ .......................................
56
Kotak 4. Format RPL Konferensi Kasus
..............,..........................
Mengetahui
Kepala Sekolah, Guru BK/ Konselor
........................................ .......................................
57
Apabila mencermati pada format pada kotak 1, 2, 3, dan 4 dicermati lebih lanjut
maka dapat dipahami bahwa komponen dalam RPL konseling individu, konseling
kelompok, referal, dan konferensi kasus semuanya mempunyai format yang unik
sesuai dengan jenis layanannya. Pada modul ini akan coba dibahas satu persatu
rencana pelaksanaan layanan responsif untuk setiap jenis layanan diatas, tentunya
dengan membahas poin/bagian yang penting untuk diperhatikan ketika menyusun
rancangan layanan responsif tersebut.
Apabila memperhatikan template RPL nya, terdapat bagian pada RPL yang perlu
diisi mulai dari nama konseli, kelas/semester, hari/tanggal, pertemuan ke,
waktu/tempat, dan juga gejala yang nampak/keluhan. Secara khusus pada bagian
gejala yang nampak/keluhan, guru bimbingan dan konseling dapat mengisinya
dengan gejala dan keluhan yang didapat dari hasil pengamatan awal, informasi,
lembar informent consent/kesedian layanan konseling individu, dan atau keluhan
konseli atas dasar instrumen yang digunakan. Contohnya gejala dan keluhaan
yang dapat diisi pada RPL Konseling Individu adalah sebagai berikut:
58
Kedua, untuk rencana pelaksanaan layanan konseling kelompok. Layanan
konseling kelompok adalah salah satu layanan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling yang juga memanfaatkan dinamika yang ada pada kelompok (Gladding,
2011; Corey, 20016). Konseling kelompok dapat dilaksanakan dengan baik
manakala direncanakan dengan baik. Proses merencanakan sampai dengan
melakukan laporan konseling kelompok merupakan standar prosedur yang harus
dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor.
Apabila memperhatikan template RPL nya, hampir mirip dengan RPL konseling
individu namun terdapat bagian yang berbeda. Rencana Pelaksanaan Layanan
Konseling Kelompok sekurang-kurangnya memuat identitas, nama konseli, hari
tanggal, pertemuan ke, waktu, tempat, topik permasalahan, dan media yang
diperlukan. Yang berbeda dari RPL konseling individu yakni pada nama konseli
yang diisi anggota kelompok yang terlibat dalam konseling kelompok, topik
permasalahan diisi dengan topik masalah yang dibahas, serta media yang
diperlukan dan menunjang pelaksanaan layanan konseling kelompok.
59
Ketiga, untuk rencana pelaksanaan layanan referal. Layanan referal atau alih
tangan yaitu kegiatan layanan BK untuk mendapatkan penanganan yang lebih
tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik atau konseli dengan
memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Rasionalnya
adalah dalam memberikan layanan Guru BK juga memiliki batasan. Oleh karena
itu perlu adanya kerjasama dan alih tangan untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dialami siswa. Contohnya, jika siswa yang guru BK tangani
memiliki penyakit tertentu, Guru BK dapat mengalihkan pada Dokter untuk
membantu siswa. Contoh lainnya misalnya, pasca melakukan konseling individu
dengan Guru BK untuk membantu siswa mengatasi permasalahan konsentrasi
belajar matematika, guru BK mengalihkah kepada guru matematikan untuk
mendapatkan pengayaan/pendalaman tentang pelajaran matematika untuk
membantu konseli memahami pelajaran matematika.
Sedangkan layanan yang dibutuhkan diisi dengan uraian bantuan yang diperlukan
oleh peserta didik/konseli. Contohnya berkaitan dengan kasus diatas yakni:
Konseli membutuhkan guru bahasa inggris yang lebih menerimanya,
memberikan penguatan dan penghargaan kepadanya walaupun ketika ia
60
tidak bisa menjawab pertanyana, karena konseli telah berjuang untuk
memahami materi. Konseli juga memutuhkan pendalaman materi serta
remidial teaching untuk nilai nya yang belum mencapai KKM.
61
Rencana Pelaksanaan Layanan konferensi kasus sekurang-kurangnya memuat
identitas nama peserta didik/ konseli, kelas/ peminatan, hari/tanggal
waktu, deskripsi kasus, pihak-pihak yang terlibat, dan juga langkah-langkah
pelaksanaan. Pada bagian deskripsi kasus serupa dengan RPL Referal diisi dengan
uraian tentang indikator atau gejala yang nampak, latar belakang, rangkuman hasil
layanan. Pihak yang terlibat diiisi dengan nama atau unsur yang terlibat, misalnya
guru mata pelajaran, orang tua, kepala sekolah, dan stakeholder lain yang
berkaitan dengan masalah peserta didik. Sedangkan langkah-langkah pelaksanan
konferensi kasus diisi dengan langkah 1) deskripsi kasus, 2) urun
pendapat/tanggapat, 3) pengambilan keputusan.
62
2. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Konseling Individu
........................................
Keterangan:
Dokumen ini bersifat rahasia
63
2. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Konseling Kelompok
........................................
Keterangan:
Dokumen ini bersifat rahasia
64
3. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Referall/Alih
Tangan Kasus
........................................ .......................................
65
4. Alternatif Contoh Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Konferensi Kasus
7. Langkah-langkah pelaksanaan :
a. Deskripsi kasus :
Konselor memberikan penerimaan dan apresiasi pada pihak-pihak yang
terkait atas kedatangan pada layanan konferensi kasus.
66
Konselor menyapaikan mengenai esensi, tujuan, dan tata cara konferensi
kasus kepada pihak yang terkait.
Konselor menjelaskan mengenai deskripsi kasus yang telah diidentifikasi
oleh konselor kepada pihak yang terkait.
b. Urun pendapat/tanggapan
Konselor meminta pihak-pihak yang terkait memeberikan tanggapan dan
pendapat mengenai kasus yang dibahas.
Konselor mencatat informasi penting dari pihak terkait.
Konselor mencocokkan data yang telah terjaring dengan informasi dari
pihak terkait.
Konselor memberikan apresiasi pada tanggaan dan pendapat pihak
terkait.
c. Pengambilan keputusan
Konselor bersama pihak terkait membahas mengenai persetujuan dan
komitmen peran dari para peserta konferensi tentang permasalahan yang
dihadapi siswa (konseli) beserta upaya pengentasannya
Konselor bersama pihak terkait mengambil keputusan berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi siswa (konseli) beserta upaya
pengentasannya
..............,..........................
Mengetahui
Kepala Sekolah, Guru BK/ Konselor
........................................ .......................................
67
4. Forum Diskusi
Bapak/Ibu/Saudara Peserta PPG BK semoga sehat dan bahagia senantisa, mari kita
diskusikan topik/fenomena dibawah ini.
Pada suatu hari guru bimbingan dan konseling kedatangan konseli yang meminta
layanan konseling individu. Konseli tersebut datang secara sukarela tanpa paksaan
ataupun permintaan orang lain. Seketika itu juga karena permasalahan konseli yang
mendesak untuk ditangani, maka guru bimbingan dan konseling tersebut langsung
melakukan konseling individu, ia tidak membuat Rencana Pelaksanaan Layanan
(RPL) konseling individu terlebih dahulu. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara
Peserta PPG BK, tentang layanan konseling individu yang dilakukan guru bimbingan
dan konseling tanpa membuat RPL Konseling Individu tersebut? Apakah guru
bimbingan dan konseling tersebut tetap perlu membuat RPL konseling individu
setelah proses konseling berlangsung atau langsung saja membuat laporan
konselingnya? toh konseli datang secara langsung dan insidental.
D. Penutup
1. Rangkuman
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 dengan judul Perencanaan
Layanan Responsif. Dengan demikian Anda telah memahami bagaimana menyusun
perencanaan layanan responsif. Hal penting yang telah Anda pelajari dari Kegiatan
Belajar 2 ini adalah:
68
Guru bimbingan dan konseling tidak hanya menunggu peserta didik/konseli untuk
datang, namun dapat pula menjemput bola untuk melakukan bantuan kepada
peserta didik/konseli.
Komponen dalam RPL konseling individu, konseling kelompok, referal, dan
konferensi kasus mempunyai format yang unik sesuai dengan jenis layanannya.
Daftar Pustaka
American School Counselor Association. 2012. The ASCA National Model: A
Framework for School Counseling Program (3rd ed.). Alexandria, VA: Author.
Corey, G. (2015). Theory and practice of counseling and psychotherapy. Nelson
Education.
Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen GTIK. 2016(a). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen GTIK. 2016(b). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: Ditjen GTIK
Kemendikbud RI.
Ditjen PMPTK. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Ditjen PMPTK Depkdiknas RI.
Erford, B. T. (2014). 40 Techniques Every Counselor Should Know. Pearson Higher
Ed.
Gibson, R. L., & Mitchell, M. H. (2011). Bimbingan dan konseling. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Gladding, S. T. (2012). Konseling profesi yang menyeluruh. Jakarta: Indeks.
Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Prayitno, E. A., & Amti, E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka
Cipta. Jakarta: Rineka Cipta.
69
70
DAR2/Profesional/810/3/2019
PENDALAMAN MATERI
BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3
PERENCANAAN DAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN BELAJAR 3
EVALUASI PROGRAM, PROSES, DAN HASIL LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Penulis:
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
71
Kegiatan Belajar 3: Evaluasi Program, Proses, dan Hasil Layanan
A. Pendahuluan
Setelah menyusun program, membuat perencanaan, dan melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling memiliki tugas untuk
melakukan evaluasi pogram dan layanan yang telah dilakukannya. Tersusun dan
terlaksananya evaluasi bimbingan dan konseling dengan baik akan lebih menjamin
pencapaian tujuan layanan, tujuan sekolah, menegakkan akuntabilitas, dan pada
akhirnya menguatkan capabilitas bimbingan dan konseling di sekolah. Modul
berjudul perencanaan dan evaluasi layanan bimbingan dan konseling ini membahas
tentang perancangan layanan dasar, perancangan layanan responsif, evaluasi program,
hasil, dan proses, serta penyampaian hasil dan evaluasi bimbingan dan konseling.
Setelah mempelajari modul ini, Saudara peserta PPG dalam jabatan akan dapat
melakukan perancangan layanan dasar dan layanan responsif, mampu menyusun
evaluasi program, hasil, dan proses, serta mampu meyampaian hasil dan evaluasi
bimbingan dan konseling. Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Saudara yang
bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling utamanya untuk menunjang
akuntabilitas, keberhasilan, dan keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan
konseling di sekolah.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini, dapat
berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut :
1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap rancangan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Saudara,
apakah telah sesuai dengan konsep yang dimaksud dalam modul ini.
72
3) Keberhasilan proses pembelajaran Saudara dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat.
4) Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
Baiklah Saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Saudara
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Anda melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.
73
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mampu mengevaluasi masukan, proses, dan hasil layanan bimbingan dan konseling
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dengan
menerapkan asesmen otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi proses dan hasil
untuk perbaikan kualitas layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan sub capaian
pembelajaran mata kegiatan ini adalah:
a. Peserta PPG mampu mengevaluasi program bimbingan dan konseling.
b. Peserta PPG mampu menyusun laporan pelaksanaan program layanan bimbingan
dan konseling.
c. Peserta PPG mampu menyusun evaluasi proses layanan bimbingan dan konseling.
d. Peserta PPG mampu menyusun evaluasi hasil layanan bimbingan dan konseling
2. Pokok-pokok Materi
b. Kriteria Evaluasi Bimbingan dan Konseling
c. Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
d. Evaluasi Proses Layanan Bimbingan dan Konseling
e. Evaluasi Hasil Layanan Bimbingan dan Konseling
3. Uraian Materi
a. Kriteria Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Evaluasi dalam bimbingan dan konseling merupakan usaha untuk mengetahui sejauh
mana pelaksanaan program dan pelaksanaan pelayanan bimbingan itu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian program merupakan langkah penting dalam
pengelolaan proram bimbingan dan konseling. Keberhasilan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan merupakan
kondisi yang hendak dilihat melalui kegiatan evaluasi. Sedangkan evaluasi layanan
yang terdiri dari evaluasi proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling, berguna
74
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan kebermanfaatan pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling yang telah dilakukan.
Evaluasi dalam bidang bimbingan dan konseling merupakan suatu keharusan (Gibson
& Mitchell, 2011). Kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa tidak semua guru
bimbingan dan konseling melakukan evaluasi program secara sistematis dan
terencana. Myrick (dalam Badrujaman, 2011) memaparkan lima alasan yang menjadi
faktor penghambat guru bimbingan dan konseling tidak melakukan evaluasi: (1) Guru
bimbingan dan konseling tidak memiliki waktu untuk melakukan evaluasi program;
(2) Guru bimbingan dan konseling kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam melaksanakan evaluasi program; (3) Adanya ketakutan guru bimbingan dan
konseling terhadap akuntabilitas; (4) Guru bimbingan dan konseling tidak merasa
bermasalah kalau tidak melaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling;
dan (5) Guru bimbingan dan konseling berpandangan bahwa hasil evaluasi program
sulit diukur. Gagasan serupa juga dikemukakan oleh Trevisan dan Hubert (dalam
Brown dan Trusty, 2005) yang menjelaskan bahwa alasan evaluasi belum dijalankan
antara lain disebabkan oleh kurangnya pelatihan dan kurangnya waktu bagi konselor
untuk melakukan evaluasi. Namun terlepas dari hambatan itu evaluasi bimbingan dan
konseling merupakan suatu keharusan untuk dapat menunjang akuntabilitas
pelayanan bimbingan dan konseling.
75
Ciri-ciri internal yang dapat digunakan sebagai kriteria dalam pelaksanaan evaluasi
program bimbingan dan konseling (Shertzer dan Stone dalam Winkel dan Hastuti,
2012) adalah: (1) program bimbingan disusun dengan bersumber pada kebutuhan-
kebutuhan peserta didik yang nyata dan realistis dengan mengingat tugas-tugas
perkembangan dan rentang umur peserta didik; (2) sifat-sifat bimbingan yang
menonjol adalah preventif dan developmental sehingga perhatian lebih banyak
difokuskan pada bimbingan pencegahan dan pendampingan; (3) seluruh kegiatan
bimbingan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah dirumuskan
bersama seluruh tenaga pendidik dan orang tua berdasarkan suatu studi yang
mendalam; (4) terdapat keseimbangan yang wajar antara layanan-layanan bimbingan,
dengan mengingat kebutuhan objektif peserta didik manakah yang sebaiknya dilayani
melalui layanan bimbingan tertentu; (5) stabilitas pelayanan bimbingan kepada siswa
terjamin; (6) fleksibilitas dalam pengelolaan program; (7) staf pembimbing memiliki
semangat kerja yang tinggi, membuktikan kemampuan bekerjasama dan berhasil
mengatasi perbedaan; (8) staf pembimbing menghindari sikap ‘tahu segalanya’,
mampu memecahkan segala persoalan sendiri dan tidak membutuhkan bantuan dari
ahli lain; (9) staf pembimbing mampu menjelaskan secara memuaskan sifat dan ciri
khas dari layanan bimbingan yang diberikan; (10) para konselor sekolah dan siswa
saling mengenal satu sama lain; (11) koordinator bimbingan membuktikan dirinya
sebagai orang berkualifikasi akademik dan mampu mengkoordinasi seluruh kegiatan
bimbingan dan membina hubungan baik dengan rekan seprofesi.
Adapun ciri-ciri eksternal menurut Shertzers dan Stone (dalam Winkel dan Hastuti,
2012) adalah: (1) terdapat sekurang-kurangnya seorang tenaga ahli bimbingan untuk
melayani 250-300 orang peserta memadai dalam hal pendidikan prajabatan di bidang
bimbingan dan konseling; (2) terselenggaranya sistem kartu pribadi (cumulative
record) yang memuat himpunan data yang relevan untuk setiap peserta didik, yang
dikelola dengan baik, dan digunakan secara aktual dalam memberikan bimbingan
76
kepada peserta didik; (3) terdapat banyak sumber informasi pendidikan dan karir
yang lengkap, mudah diakses, dan secara berkala diperbaharui; (4) tersedia dukungan
sarana material dan teknis yang memadai; (5) pelayanan bimbingan menjangkau
seluruh populasi peserta didik; dan (6) terdapat suatu rencana pelayanan bimbingan
dan konseling yang jelas, terstruktur, dan tertulis sebagai pegangan semua pihak
pelaksana.
Pertama, kriteria rumusan program. Menurut Miller (dalam Suherman 2013) program
bimbingan dan konseling yang baik memiliki ciri-ciri: (1) disusun dan dikembangkan
berdasarkan kebutuhan nyata siswa; (2) diatur menurut skala prioritas berdasarkan
kebutuhan siswa; (3) dikembangkan secara bertahap dengan melibatkan semua unsur
petugas; (4) mempunyai tujuan yang ideal tetapi realistis; (5) mencerminkan
komunikasi yang berkesinambungan di antara semua staf pelaksana; (6) menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan; (7) penyusunannya disesuaikan dengan program
pendidikan dan pengajaran di sekolah yang bersangkutan; (8) memberikan
kemungkinan pelayanan kepada seluruh siswa; (9) memperlihatkan peranan yang
penting dalam menghubungkan sekolah dengan masyarakat; (10) berlangsung sejalan
dengan proses penilaian baik mengenai program itu sendiri, kemajuan siswa yang
dibimbing, dan kemajuan pengetahuan, keterampilan serta sikap para petugas
pelaksanaannya; serta (11) menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan
77
bimbingan dalam hal pelayanan kelompok dan individual, pelayanan yang diberikan
oleh masing-masing guru pembimbing, penggunaan alat ukur yang objektif dan
subjektif, penelaahan tentang siswa dan pemberian konseling, pelayanan yang
diberikan dalam berbagai jenis bimbingan, pemberian konseling umum dan khusus.
78
lulusan, keberhasilan di perguruan tinggi, formasi di suatu lembaga
pekerjaan/instansi) dan kualitatif yang ditandai dengan perubahan-perubahan dan
perkembangan-perkembangan perilaku subjek yang mendapat layanan bimbingan dan
konseling. Keberhasilan layanan program bimbingan dan konseling dapat dilihat
dampaknya pada para siswa, guru, kepala sekolah, orang tua siswa dan masyarakat,
serta perkembangan sekolah itu sendiri.
79
Evaluasi program merupakan suatu proses sistematis untuk mengumpulkan dan
menganalisa informasi tentang efisiensi, efektivitas, dan pengaruhnya terhadap
program dan layanan (Boulmetis & Dutwin, 2000 dalam Coker, Astramovich &
Hoskins, 2005). Sedangkan menurut Henderson (2004) mendefinisikan evaluasi
sebagai komponen penting dari perkembangan program bimbingan dan konseling dan
meyakinkan akuntabilitas yang bertujuan untuk menentukan nilai dari program,
kegiatan, dan personel untuk membuat keputusan atau mengambil tindakan di masa
depan. Evaluasi program layanan konseling juga bisa menyediakan sumber informasi
yang dibutuhkan untuk memverifikasi kekuatan program layanan konseling. Konselor
yang melaksanakan evaluasi program layanan bimbingan dan konseling, akan
membantu konselor dalam menginformasikan praktek dan meningkatkan pelayanan
konseling.
Evaluasi program merupakan alat yang berharga untuk konselor sekolah karena
dianggap sebagai jenis penelitian tindakan yang diarahkan untuk memonitoring dan
memperbaiki program/layanan. Evaluasi ini dapat dilakukan pada skala yang lebih
kecil, dapat direncanakan dan dilaksanakan oleh praktisi, dan dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan dampak program terhadap prestasi belajar siswa dan variabel
lain yang berkaitan.
80
tujuan, dan sejumlah layanan yang diberikan oleh konselor yang meliputi layanan
dasar, layanan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem.
Dalam setiap aktivitas apapun termasuk dalam aktivitas bimbingan dan konseling
selalu diawali dengan kegiatan perencanaan. Perencanaan dalam bimbingan dan
konseling merupakan seperangkat kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan bimbingan dan konseling. Dalam perencanaan program bimbingan dan
konseling sekurang-kurangnya mencakup: (a) mengkaji produk hukum yang berlaku,
(b) menyusun visi dan misi, (c) bidang pengembangan, (d) deskripsi kebutuhan, (e)
tujuan, (f) komponen program, (g) rencana operasional, (h) pengembangan tema, (i)
evaluasi, dan (j) biaya.
Menyusun visi dan misi bimbingan dan konseling. Penyusunan visi dalam bimbingan
dan konseling arah pandangan kedepan apa yang diharapkan atau dicita-citakan atau
yang ingin dicapai oleh aktivitas program bimbingan dan konseling dalam kurun
waktu tertentu. Berdasarkan visi tersebut dikembangkan misi atau yang merupakan
penjabaran lebih operasional yang berupa serangkaian aktivitas konselor/ guru
pembimbing dalam pencegahan, pengentasan dan pemecahan masalah. Terkait
dengan visi dan misi tersebut maka fokus dalam penilaian adalah untuk mengetahui
81
apakah program bimbingan dan konseling sudah berdasarkan pada visi dan misi
bimbingan dan konseling atau belum. Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat
disimpulkan apakah dalam perencanaan program bimbingan dan konseling sudah
sesuai dengan visi dan misi bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan atau
belum.
82
kebutuhan lingkungan (orang tua, guru, kepala sekolah) digunakan
wawancara, angket, dan/atau observasi. Berdasarkan hasil pengumpulan data
yang diperoleh melalui berbagai instrumen selanjutnya ditabulasi dan
dikelompokkan yang berbentuk deskripsi kebutuhan/masalah peserta didik.
Hasil deskripsi kebutuhan peserta didik meliputi: (a) landasan religius, (b)
landasan perilaku etis, (c) kematangan emosional, (d) kematangan intelektual,
(e) kesadaran bertanggungjawab, (f) peran sosial sebagai pria dan wanita, (g)
penerimaan diri, (h) kemandirian perilaku ekonomis, (i) wawasan dan
persiapan karir, (j) kematangan hubungan dengan teman sebaya, (k) persiapan
diri untuk hidup berkeluarga.
3. Tujuan. Pada aspek ini komponen-komponen yang akan diungkap adalah
apakah rumusan tujuan dalam program bimbingan dan konseling sudah
menggambarkan pencapaian ranah kognitif, afektif dan konatif? Ranah
kognitif terkait dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Adapun
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik setelah mengikuti layanan
bimbingan dan konseling mencakup: (a) kompetensi yang terkait dengan
perkembangan akademik seperti: memiliki sikap, pengetahuan dan
keterampilan untuk belajar di sekolah dan dalam kehidupannya,
mempersiapkan diri untuk studi lanjut dan persiapan hidup di masyarakat, dan
pemahaman tentang hubungan antara penguasaan akademik dengan
pengalaman hidup, (b) kompetensi yang terkait dengan pribadi sosial yang
mencakup: perolehan pengetahuan, sikap, dan keterampilan hubungan antar
pribadi untuk memahami diri dan hormat pada orang lain, membuat keputusan
untuk mencapai tujuan, dan memperoleh keterampilan hidup dalam
menghadapi kehidupannya, (c) kompetensi yang terkait empat komponen
perkembangan karir meliputi: pemahaman diri dan keterampilan untuk
menyesuaikan dengan dunia kerja dan pembuatan keputusan karir,
memperoleh strategi untuk mencapai karir dan memperoleh kepuasan dan
kesuksesan dalam karir, memahami hubungan antara pribadi, pelatihan
83
dengan dunia kerja. Pada ranah afektif yaitu bagaimana sikap peserta didik
setelah mengikuti layanan bimbingan dan konseling di sekolah, dan ranah
konatif terkait dengan kemandirian peserta didik dalam mengaktualisasikan
diri baik dalam kehidupan di sekolah, keluarga dan di masyarakat.
4. Komponen program, pada aspek ini penilaian difokuskan apakah dalam
perencanaan program bimbingan dan konseling telah mencakup berbagai
komponen seperti layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan
individual, dan layanan dukungan sistem atau belum. Apabila sudah
mencakup keempat komponen layanan tersebut berarti perencanaan sudah
bagus.
5. Rencana operasional, pada tahap ini penilaian difokuskan untuk mengetahui
apakah rencana opreasional telah dikembangkan berdasarkan hasil tugas
perkembangan dan sejumlah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
Demikian pula dalam penilaian rencana operasional akan dilihat bagaimana
rencana dan agenda program dan schedule tahunan, semesteran, bulanan,
mingguan dan harian. Pada tahap ini penilaian difokuskan tentang materi,
waktu pemberian layanan, petugas, bentuk dan strategi layanan, teknik, dll.
6. Pengembangan tema, pada tahap ini fokus penilaian adalah apakah tema yang
dikembangkan sudah berdasarkan pada analisis kebutuhan dan kompetensi
yang harus dicapai peserta didik atau belum. Mengapa tahap ini penting
dinilai karena dengan pengembangan tema yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik disamping sesuai dengan yang diharapkan peserta didik juga
mengacu pada sejumlah kompetensi yang harus dicapai peserta didik.
7. Pengembangan rencana pelaksanaan layanan, rencana pelaksanaan layanan
merupakan unit dari serangkaian program yang telah disusun. Terkait
pengembangan rencana pelaksanaan ini pertanyaan yang muncul adalah: (a)
siapa yang menjadi sasaran layanan, (b) siapa yang memberikan, (c) pada
kelas mana materi layanan diberikan, (d) kapan diberikan dan dimana layanan
84
diberikan, (e) apa yang menjadi tujuan layanan, (f) teknik dan strategi
termasuk media apa yang digunakan untuk mencapai tujuan.
8. Evaluasi. Fokus evaluasi perencanaan program bimbingan dan konseling lebih
bersifat penilaian formatif yaitu penilaian yang bertujuan untuk mendiagnosis
berbagai kekurangan dalam perencanaan program bimbingan dan konseling.
Hasil diagnosis dipakai untuk penyempurnaan perencanaan program yang
akan dilaksanakan di sekolah.
9. Biaya/keuangan.. Biaya atau keuangan menurut Gysbers dan Henderson
(2012) meliputi anggaran, bahan/materi, perlengkapan dan fasilitas.
Komponen anggaran merupakan komponen penting dalam pelaksanakan
program bimbingan dan konseling. Hal ini dapat dimaknai bahwa program
bimbingan dan konseling akan terlaksana dengan baik apabila mendapat
bantuan biaya yang mencukupi. Secara ekstrim banyak yang mengatakan
bahwa sebaik apapun program yang telah disusun tidak akan mampu
mencapai tujuan apabila tidak didukung oleh biaya yang cukup. Komponen
bahan/materi yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling antara
lain dapat berupa inventori, modul, buku-buku sumber, media bimbinan dan
lain-lain. Komponen perlengkapan dan fasilitas berupa ruangan bimbingan
kelompok, ruang konseling, ruang audiovisual dan fasilitas lainnya.
Disamping biaya maka kebijakan kepala sekolah sangat menentukan jalannya
kegiatan bimbingan dan konseling. Lebih-lebih dalam bimbingan dan
konseling komprehensif peran kepala sekolah sangat menentukan roda
organisasi bimbingan dan konseling sekolah (Gysbers dan Henderson: 2012).
85
Contoh Instrumen Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Nama Guru Pembimbing : ............................................................................
Asal Sekolah : ............................................................................
NO. ASPEK PROGRAM SKOR
1. DASAR PEMIKIRAN
a. Menggambarkan kebutuhan konseli 1 2 3 4 5
b. Berpijak pada kebijakan sekolah dan sistem pendidikan nasional 1 2 3 4 5
c. Mengacu pada hasil evaluasi penyelenggaraan layanan BK sebelumnya 1 2 3 4 5
d. Sesuai dengan kekuatan dan kelemahan sekolah 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
2. TUJUAN PROGRAM
a. Mengarah pada pencapaian perkembangan konseli secara optimal 1 2 3 4 5
b. Menunjang pencapaian tujuan institusi sekolah dan pendidikan nasional 1 2 3 4 5
c. Bersifat ideal dan secara realistis dapat dicapai 1 2 3 4 5
d. Mencakup tujuan umum dan tujuan khusus 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
3. BIDANG LAYANAN
a. Mencakup seluruh aspek perkembangan konseli 1 2 3 4 5
b. Menggambarkan kebutuhan layanan seluruh konseli 1 2 3 4 5
c. Keseimbangan layanan antara pribadi, sosial, belajar dan karir 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
4. STRATEGI LAYANAN
a. Relevan dengan tujuan dan bidang layanan 1 2 3 4 5
b. Realistis untuk dapat dilaksanakan 1 2 3 4 5
c. Menggambarkan kekinian yang memungkinkan diapresiasi konseli 1 2 3 4 5
d. Ditunjang dengan perlengkapan dan media yang memadai 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
5. PERSONEL LAYANAN
a. Menggambarkan kompetensi/keahlian dan kewenangan layanan 1 2 3 4 5
b. Memadai untuk melaksanakan tugas layanan 1 2 3 4 5
c. Menggambarkan tanggung jawab seluruh personel sekolah 1 2 3 4 5
d. Menggambarkan koordinasi dan komunikasi layanan 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
6. WAKTU PELAKSANAAN LAYANAN
a. Sesuai dengan kalender akademik sekolah 1 2 3 4 5
b. Memiliki keseimbangan antar layanan 1 2 3 4 5
c. Realistis dan sesuai dengan kebutuhan konseli dan sekolah 1 2 3 4 5
d. Terjadwal dengan baik 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
7. FASILITAS PENDUKUNG 1 2 3 4 5
a. Kejelasan kebutuhan anggaran dan sumber pembiayaannya 1 2 3 4 5
b. Kesediaan tempat penyelenggaraan bimbingan dan konseling secara 1 2 3 4 5
memadai
c. Ketersediaan perlengkapan layanan sesuai kebutuhan 1 2 3 4 5
d. Kelengkapan bahan pustaka secara memadai 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
8. RENCANA EVALUASI 1 2 3 4 5
a. Evaluasi BK dilakukan terhadap program, proses dan hasil layanan 1 2 3 4 5
b. Memiliki kejelasan tujuan dan aspek evaluasi 1 2 3 4 5
c. Memiliki kejelasan metode dan waktu evaluasi 1 2 3 4 5
d. Melibatkan personel yang memiliki keahlian dan kewenangan 1 2 3 4 5
e. Dijadikan sebagai bahan pengembangan program BK selanjutnya 1 2 3 4 5
Skor Sub Total
JUMLAH SKOR TOTAL
86
c. Evaluasi Proses Bimbingan dan Konseling
Konsep Evaluasi Proses dalam Bimbingan dan Konseling
Berbagai ahli telah memberikan definisi tentang penilaian/evaluasi. Pada dasarnya
penilaian/evaluasi adalah identifikasi, klarifikasi dan aplikasi untuk menentukan nilai
suatu objek dengan dibandingkan dengan kriteria tertentu (Fitzpatrick, Sanders &
Worthen, 2004). Objek evaluasi bisa berupa pelaksanaan dan/atau hasil suatu
program atau kebijakan.
87
keharusan baik keharusan formal maupun keharusan akademik karena bimbingan dan
konseling merupakan sub sistem dari pendidikan secara keseluruhan.
Fokus pada peserta didik: secara individu, yang menjadi titik perhatiannya adalah
bagaimana keterlibatan peserta didik dalam kegiatan bimbingan dan konseling
sehinga apa yang diperoleh melalui layanan bimbingan dan konseling dapat dikelola
secara optimal sehingga dampak dari layanan tersebut setiap peserta didik dapat
mandiri dan berkembang secara optimal.
Keterlibatan orang tua, maksudnya bahwa evaluasi bimbingan dan konseling juga
dikembangkan sampai pada sejauh mana keterlibatan orang tua dalam layanan
bimbingan dan konseling sekolah dan seberapa efektif sekolah telah merevitalisasi
perannya sebagai orang tua dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
membantu perkembangan putra-putrinya untuk mencapai kemandirian.
Bidang kerjasama dengan badan-badan di luar, fokus dari evaluasi dapat untuk
mengkaji tentang pemanfaatan berbagai sumber daya yang tersedia dalam perannya
dalam aktivitas bimbingan dan konseling. Disamping itu juga dapat digunakan untuk
88
mengetahui apakah kerjasama dengan badan-badan di luar sekolah mempunyai
dampak yang signifikan terhadap eksistensi dan keberlanjutan layanan bimbingan dan
konseling sekolah. Disamping itu melalui pengkajian tentang bagaimana kerjasama
dengan badan-badan di luar sekolah dapat diketahui apakah upaya pihak sekolah
sudah tepat dalam memanfaatkan sumber daya tersebut, dan melakukannya sebagai
upaya untuk memberi layanan terhadap para siswa dan keluarga mereka.
89
yang berkala mengenai semua komponen dari suatu sistem. Hal ini memungkinkan
konselor untuk senantiasa mengetahui status yang up-to-date mengenai manajemen
pelayanan bimbingan dan konseling yang mereka laksanakan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dinyatakan bahwa penilaian proses digunakan
untuk mengetahui sejauh mana program telah dilaksanakan guru pembimbing. Bagi
konselor melalui penilaian proses ini terfokus pada bagaimana proses kegiatan dan
pengelolaan bimbingan dan konseling secara menyeluruh, mengetahui bagaimana
hambatan dalam pelaksanaan, sampai dimana pelaksanaan bimbingan dan konseling,
dan pengampilan keputusan yang lain diluar penilaian keberhasilan peserta didik
dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling. Disamping itu melalui penilaian
proses ini siswa dapat memperoleh pengalaman tentang berbagai hal seperti
bagaimana siswa berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan dan konseling baik secara
kelompok maupun perorangan dan bagaimana pengalaman mereka dalam berinteraksi
dengan sesama siswa serta pengalaman lain yang diperoleh selama mengikuti
kegiatan bimbingan dan konseling. Adapun kegiatan dan pengelolaan penilaian
90
proses mencakup: (a) bidang kurikulum yang berupa materi, (b) fokus peserta didik
yaitu perhatian dan partisipasi/keterlibatan peserta didik dalam layanan bimbinan dan
konseling, (c) guru pembimbing yang meliputi ketepatan layanan, materi layanan,
strategi yang digunakan untuk penyampaian materi, kerjasama dengan guru bidang
studi dalam bentuk kolaborasi, dll.
91
12 Pelaksanaan layanan klasikal sesuai dengan perencanaan
dalam RPLBK
13 Konselor melakukan evaluasi proses dan hasil pada layanan
yang diberikan
14 Hasil evaluasi ditindaklanjuti pada layanan yang akan
datang
15 Konselor memberikan laporan kegiatan layanan yang telah
diberikan
16 Kepala sekolah dan guru memberikan dukungan terhadap
setiap layanan yang berikan oleh konselor
Kesimpulan:.....................................................................................................................
.........................................................................................................................................
......................
Semarang, ....... April 2019
Evaluator
( ........................... )
92
Selanjutnya Gsybers (2008) merekomendasikan bahwa konselor sekolah
mengembangkan dan melakukan perencanaan evaluasi berbasis hasil sebagai bagian
dari implementasi program bimbingan dan konseling komprehensif secara umum.
Rencana evaluasi hasil dapat berfokus pada kegiatan atau layanan bimbingan dan
konseling tertentu yang dipilih, atau dapat berfokus secara lebih umum pada dampak
program bimbingan dan konseling untuk kelas atau tingkat tertentu seperti, SD, SMP,
atau SMA. Konselor sekolah dituntut untuk menunjukkan bahwa pelayanan mereka
berkontribusi terhadap kesuksesan siswa. Konselor tidak hanya diminta untuk
menyatakan apa yang mereka lakukan, tetapi juga menunjukkan apa yang mereka
lakukan membuat hidup para siswa berubah (Gysbers & Henderson, 2012). Dimmit
(dalam Gysbers dan Henderson, 2012) menjelaskan pentingnya evaluasi hasil dalam
bimbingan dan konseling dengan menyatakan bahwa konseling mendapatkan nilai
dan legitimasi ketika kita mengevaluasi program dan intervensi, mengungkapkan
bagaimana karya kita bermanfaat bagi siswa, mencari keefektifan dan keefisiensian
yang lebih baik, serta mensharingkan hasil dengan kolega dan komunitas kita.
Evaluasi hasil merupakan komponen penting dalam evaluasi program bimbingan dan
konseling. Pusat Kurikulum (2004) menyatakan bahwa dalam penilaian hasil dalam
bimbingan dan konseling meliputi penilaian segera (Laiseg), penilaian jangka pendek
(laijapen) dan penilaian jangka panjang (laijapan). Penilaian segera (laiseg)
merupakan jenis penilaian yang dilakukan segera setelah peserta didik memperoleh
satu jenis layanan tertentu, sehingga lebih menekankan pada ranah kognitif dan
afektif yang terkait dengan tanggapan peserta didik/klien terhadap program
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan. Misalnya bagaimana pemahaman
terhadap materi layanan yang diberikan, bagaimana perasaan peserta didik setelah
mengikuti layanan tertentu, dll. Penilaian jangka pendek (laijapen) merupakan jenis
penilaian yang dilakukan dalam kurun waktu satu semester. Aspek yang diungkap
melalui penilaian jangka pendek adalah bagaimana dampak program bimbingan dan
93
konseling terhadap perkembangan peserta didik/klien. Adapun dampak program
bimbingan dan konseling tersebut meliputi:
a. Pemahaman baru yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya dengan
masalah yang dibahas.
b. Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang diperoleh
melalui layanan seperti perubahan sikap, motivasi, kebiasaan, keterampilan,
keberhasilan belajar, konsep diri, kemampuan berkomunikasi, kreativitas,
dan apresiasi terhadap nilai dan moral.
c. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan
layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah
yang dialaminya.
d. Respon peserta didik, personil sekolah, orang tua, masyarakat dan
stakeholder yang lain.
e. Perubahan tentang kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan
layanan bimbingan dan konseling, pencapaian tugas-tugas perkembangan
peserta didik serta hasil belajar maupun pengamatan setelah peserta didik
lulus untuk melanjutkan studi atau bekerja.
b. Berikut ini dikemukakan salah satu contoh evaluasi hasil layanan bimbingan
dan konseling tentang kepuasan klien setelah mengikuti layanan konseling.
Berikut ini dikemukakan salah satu contoh evaluasi hasil layanan bimbingan dan
konseling tentang kepuasan klien setelah mengikuti layanan konseling.
94
Tabel. 2
Kepuasan Klien Setelah Mengikuti Layanan Konseling
Nama : .................................................................. (L/P )
Kelas : ........................................................................
Jenis layanan : Konseling perorangan
Perilaku konselor dan
Sangat
kepuasan peserta Sangat puas Puas Tidak puas
Tidak puas
didik
Sambutan pertama
konselor terhadap klien
Konselor menunjukkan
empati
Konselor membantu
menemukan masalah
Dalam memberikan
alternatif/solusi
pemecahan masalah
Kemampuan konselor
dalam membantu
pemecahan masalah
4. Forum Diskusi
Bapak/Ibu/Saudara Peserta PPG BK semoga sehat dan bahagia senantisa, mari kita
diskusikan topik/fenomena dibawah ini.
Dalam modul prosedur evaluasi bimbingan dan konseling, dijelaskan tentang 3 (tiga)
prosedur yaitu evaluasi program, evaluasi proses, evaluasi hasil dan akuntabilitas.
Menurut bapak/ibu, prosedur manakah yang menjadi indikator utama dalam evaluasi
program? Berikan argumentasi dan analisis bapak/ibu.
95
C. Penutup
1. Rangkuman
Evaluasi Bimbingan dan Konseling sebagai upaya pengumpulan data dan analisis
informasi untuk membuat keputusan tentang kualitas dan hasil program bimbingan
dan konseling. Evaluasi dilaksanakan secara sistematis untuk mengetahui keefektifan
tujuan yang telah ditetapkan dalam program bimbingan dan konseling sesuai dengan
standart tertentu. Disamping itu evaluasi layanan bimbingan dan konseling dilakukan
untuk menentukan seberapa kesesuaian program dengan pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling.
Kriteria yang digunakan harus sesuai dengan semua tujuan diadakannya program
bimbingan dan konseling. Kriteria yang dimaksud antara lain: (1) taraf keberhasilan
siswa dalam belajar di perguruan tinggi dikemudian hari; (2) perasaan puas dalam
memangku jabatan di masyarakat; (3) aspirasi yang realistis dalam penyusunan
rencana masa depan; (4) frekuensi pengungkapan masalah yang sangat mengganggu
ketenangan hidup berkurang; (5) hasil belajar di sekolah lebih baik; (6) keterlibatan
siswa dalam belajar akademis meningkat; (7) sejumlah siswa yang menimbulkan
kasus problematis berkurang; (8) lebih banyak siswa memanfaatkan layanan-layanan
bimbingan yang disediakan di sekolahnya.
Disamping itu kriteria yang digunakan dalam evaluasi program bimbingan dan
konseling mencakup kriteria internal dan eksternal. Kriteria internal merupakan
kriteria yang dijabarkan dari dalam rancangan program itu sendiri yang dapat ditinjau
dari sudut: (a) koherensi (konsistensi); (b) penempatan sumber daya manusia; (c)
reaksi pelaksana program dalam hal ini guru pembimbing/konselor; (d) reaksi
pemakai program; (e) efektivitas penggunaan dana; (f) kemampuan pengembangan
diri terhadap program. Sedangkan kriteria eksternal mencakup: (a) kemampuan
96
pengarah kebijakan; (b) analisis cprost benefit; (c) efek multiplier baik berupa
imbasan langsung maupun imbasan tidak langsung.
2. Tes Formatif
1. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dikatakan berhasil
apabila para siswa mampu menunjukkan perilaku kecuali…
a. Mengetahui dan memahami program bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan di sekolah
b. Mengetahui dan memahami kemampuan dan kelemahan dirinya
c. Memahami kondisi sekolah dan masyarakat sekitar
d. Memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang dihadapinya
97
a. Penilaian bimbingan dan konseling
b. Evaluasi bimbingan dan konseling
c. Supervisi bimbingan dan konseling
d. Akuntabilitas bimbingan dan konseling
3. Seorang konselor dalam melakukan evaluasi bimbingan dan konseling, data yang
didapatkan diperoleh dari hasil observasi bukan tafsiran pribadi. Hal merupakan
penerapan prinsip evaluasi…
a. Sistematis
b. Objektif
c. Demokratis
d. Konstruktif
4. Jenis penilaian yang dilakukan setelah peserta didik memperoleh satu jenis
layanan tertentu, sehingga lebih menekankan pada ranah kognitif dan afektif yang
terkait dengan tanggapan peserta didik/klien terhadap program bimbingan dan
konseling yang dilaksanakan. Misalnya bagaimana pemahaman terhadap materi
layanan yang diberikan, bagaimana perasaan peserta didik setelah mengikuti
layanan tertentu merupakan bentuk penilaian…
a. Penilaian segera (laiseg)
b. Penilaian jangka pendek (laijapen)
c. Penilaian jangka panjang (laijapang)
d. Laporan pelaksanaan program (lapelprog)
5. Menurut Gysbers (2008) proses yang digunakan untuk menjawab pertanyaan apa
dampak atau kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap kesuksesan
para siswa khususnya pada prestasi akademik meliputi kehadiran, rujukan disiplin,
rata-rata nilai, skor nilai prestasi, dan perilaku kelas merupakan jenis evaluasi…
a. Proses
98
b. Hasil
c. Program
6. Layanan
Seorang guru BK tidak pernah melakukan evaluasi program, apakah yang harus
dilakukan ...
a. Memanggil guru BK dari sekolah lain untuk melakukan evaluasi bersama
b. Meminta kepada koordinator guru BK untuk mengevaluasi
c. Meminta kepala sekolah untuk melakukan pelatihan evaluasi
d. Mendiskusikan dengan teman-teman MGBK
7. Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur taraf keberhasilan evaluasi
program bimbingan dan konseling yaitu…
a. Nilai akademis siswa meningkat
b. Siswa merasa puas dengan pelayanan konselor
c. Lebih banyak siswa memanfaatkan layanan-layanan bimbingan yang
disediakan di sekolahnya
d. Guru BK dapat melaksanakan semua program yang disusun.
8. Kegiatan berikut yang bukan merupakan esensi kegiatan evaluasi program BK…
a. Menemukan hambatan program
b. Menentukan nilai keberhasilan program
c. Membandingkan keterlaksanaan dengan kriteria
d. Menyatakan derajat keberhasilan
99
b. Sarana dan prasarana
c. Instrument
d. Produk (hasil)
10. Guru BK merasa bahwa selama ini pelaksanaan konseling tidak memuaskan untuk
mengatasi kondisi tersebut kegiatan yang dilakukan adalah...
a. Evaluasi program
b. Evaluasi proses
c. Evaluasi hasil kegiatan
d. Supervisi kegiatan
100
DAR2/Profesional/810/3/2019
PENDALAMAN MATERI
BIMBINGAN DAN KONSELING
MODUL 3
PERENCANAAN DAN EVALUASI
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
KEGIATAN BELAJAR 4
PELAPORAN DAN PENGGUNAAN HASIL EVALUASI
Penulis:
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.
101
Kegiatan Belajar 4: Pelaporan dan Penggunaan Hasil Evaluasi
A. Pendahuluan
Setelah menyusun program, membuat perencanaan, dan melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling memiliki tugas untuk
melakukan evaluasi pogram dan layanan yang telah dilakukannya. Tersusun dan
terlaksananya evaluasi bimbingan dan konseling dengan baik akan lebih menjamin
pencapaian tujuan layanan, tujuan sekolah, menegakkan akuntabilitas, dan pada
akhirnya menguatkan capabilitas bimbingan dan konseling di sekolah. Modul
berjudul perencanaan dan evaluasi layanan bimbingan dan konseling ini membahas
tentang perancangan layanan dasar, perancangan layanan responsif, evaluasi program,
hasil, dan proses, serta penyampaian hasil dan evaluasi bimbingan dan konseling.
Setelah mempelajari modul ini, Saudara peserta PPG dalam jabatan akan dapat
melakukan perancangan layanan dasar dan layanan responsif, mampu menyusun
evaluasi program, hasil, dan proses, serta mampu meyampaian hasil dan evaluasi
bimbingan dan konseling. Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Saudara yang
bekerja sebagai guru bimbingan dan konseling utamanya untuk menunjang
akuntabilitas, keberhasilan, dan keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan
konseling di sekolah.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini, dapat
berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah belajar sebagai
berikut :
5) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
6) Lakukan kajian terhadap rancangan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda,
apakah telah sesuai dengan konsep yang dimaksud dalam modul ini.
102
7) Keberhasilan proses pembelajaran Saudara dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan
teman sejawat.
8) Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.
Baiklah saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Saudara
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Saudara melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.
103
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mampu mengevaluasi masukan, proses, dan hasil layanan bimbingan dan konseling
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dengan
menerapkan asesmen otentik, serta memanfaatkan hasil evaluasi proses dan hasil
untuk perbaikan kualitas layanan bimbingan dan konseling. Sub Capaian
Pembelajaran Mata Kegiatan pada mata kegiatan ini yakni:
a. Menguasai konsep dan prosedur akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling.
b. Menguasai prosedur dan membuat laporan evaluasi dalam bimbingan dan
konseling.
c. Menguasai konsep dan prosedur tindak lanjut hasil evaluasi dalam bimbingan dan
konseling.
2. Pokok-pokok Materi
a. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling
b. Pelaporan hasil evaluasi bimbingan dan konseling
c. Tindak lanjut hasil evaluasi bimbingan konseling
3. Uraian Materi
a. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling
Konsep tentang akuntabilitas secara umum
Akuntabilitas dipandang sebagai konsep penting dalam kehidupan suatu lembaga
atau organisasi. Konsep ini memungkinkan diperolehnya gambaran kinerja dan
tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Para ahli yang
bergelut dalam bidang ini meyakini bahwa akuntabilitas merupakan salah satu prinsip
mendasar dalam penyelenggaraan atau terciptanya sebuah
pemerintahan/lembaga/organisasi yang baik (Buhory, 2007).
104
Darwin (dalam Widodo, 2001) membedakan tiga istilah yang perlu dipahami terkait
dengan pertanggungjawaban yaitu akuntabilitas (accountability), responsibilitas
(responsibility), dan responsivitas (responsiveness). Responsibilitas (responsibility)
merupakan konsep yang berkenaan dengan standar profesional dan kompetensi teknis
yang dimiliki seorang pemberi layanan dalam menjalankan tugasnya. Individu dinilai
responsibel apabila unjuk kerjanya menampilkan standar profesionalisme atau
kompetensi teknis yang tinggi.
105
konsep akuntabilitas, namun terdapat kesamaan konsep khususnya berkaitan dengan
pertanggungjawaban. Akuntabilitas diperlukan untuk mempertanggungjawabkan
terhadap seluruh kegiatan yang telah dilakukan. Akuntabilitas mengandung
kewajiban melaporkan, menjelaskan, dan mengungkapkan semua kegiatan yang
dilakukan. Akuntabilitas diperlukan untuk meminimalkan penyalahgunaan kekuasaan
serta menjamin pemerintah/pelaksana untuk bertindak secara efektif dan efisien.
Menurut Brown dan Trusty (2005) evaluasi dan akuntabilitas merupakan satu
kesatuan dan tidak dapat dihindari menuju tercapainya tujuan program konseling
yang efektif dan efisien. Akuntabilitas dipandang sebagai proses dimana konselor
sekolah menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukannya memberikan dampak atau
perubahan terhadap para siswa. Dengan kata lain, akuntabilitas dipandang sebagai
bentuk pertanggungjawaban. Hal ini sejalan dengan pandangan Gibson dan Mitchel
(2011:56-57) yang menggunakan istilah akuntabilitas dan evaluasi dengan mengacu
kepada upaya untuk mempertanggungjawabkan program konseling.
106
pertanggungjawaban seseorang terhadap tindakan dan kontribusinya khususnya
berkaitan dengan tujuan, prosedur, dan hasil yang dicapai.
107
digambarkan sejak awal 1920-an dan terus berlanjut sepanjang hidup profesi
konseling. Intensitas kajian dan penerapan akuntabilitas dipengaruhi oleh adanya
kesadaran akan bimbingan dan konseling sebagai profesi yang menuntut
pelaksanaannya secara profesional agar dapat diterima, diakui, dan dipercaya oleh
masyarakat (Furqon & Badrujaman, 2014).
Hal senada juga ditegaskan oleh ASCA (dalam Mehlos, 2009) bahwa
konselor mempunyai tanggung jawab untuk memperlihatkan hasil kerja mereka
berkaitan dengan program konseling sekolah dengan cara yang terukur. Dengan
demikian akuntabilitas menjadi media penting yang dapat dinilai melalui kinerja
konselor sekolah dan keefektifan program (ASCA dalam Loesch, 2007). Evaluasi
kinerja konselor sekolah berkaitan dengan pelaksanaan dan manajemen
108
program. Sedangkan evaluasi program konseling sekolah dilakukan untuk
menentukan apakah kegiatan-kegiatan tersebut memiliki manfaat dan dampak bagi
siswa. Erford (dalam Loesch, 2007) menambah dan menjelaskan asesmen kebutuhan
sebagai dimensi ketiga untuk akuntabilitas konseling sekolah. Data asesmen
kebutuhan digunakan untuk menentukan tujuan program yang pada gilirannya
mengarahkan dan membentuk keberfungsian dan kinerja konselor sekolah.
Berdasarkan kajian para ahli, yang dimaksud dengan akuntabilitas dalam bimbingan
dan konseling adalah perwujudan kewajiban konselor sekolah untuk
mempertanggungjawabkan segala tindakan berkaitan dengan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling merupakan
komponen kunci untuk memperlihatkan keefektifan program konseling. Tuntutan
akuntabilitas memungkinkan konselor untuk memperlihatkan kepada stakeholder
baik di dalam maupun di luar sekolah kontribusi atau dampak tentang apa yang
dilakukan konselor untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana perbedaan yang
dirasakan siswa sebagai hasil dari program konseling sekolah.
109
Berkaitan dengan manfaat penerapan akuntabilitas, Illinois School Counselor
Association (2014) memaparkan bahwa: (1) akuntabilitas memungkinkan konselor
memiliki data spesifik untuk digunakan dalam mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan bidang-bidang program. Informasi ini dapat digunakan untuk
mengubah tujuan serta metode pelaksanaan program. (2) Data yang diperoleh
dapat digunakan untuk memperlihatkan siswa bagaimana mereka bertumbuh dan
berkembang melalui program tersebut. Data juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi bidang-bidang yang masih membutuhkan peningkatan. (3)
Informasi yang diperoleh melalui asesmen harus disampaikan kepada semua
stakeholder; termasuk siswa, orang tua dan guru. (4) Informasi perlu disampaikan
dengan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan kebijakan dan manajemen
kebijakan.
110
bimbingan dan konseling, (5) sebagai dasar untuk memberikan masukan dalam
rekrutmen konselor, (6) memberikan pertimbangan dalam meningkatkan
keterampilan konselor melalui pengiriman untuk mengikuti pelatihan-pelatihan
bimbingan dan konseling. Merujuk kembali ke intensitas kajian dalam evaluasi yang
telah disampaikan sebelumnya, maka fungsi 3 dan 5 merujuk pada evauasi program,
fungsi 2, 4, dan 6 merujuk pada evaluasi proses, sedangkan fungsi 1 merujuk pada
evaluasi hasil layanan bimbingan dan konseling.
Pertama, menerima tanggung jawab. Menurut Bavly sebagaimana dikutip oleh Wood
Jr. dan Winston (dalam Furqon & Badrujaman, 2014) akuntabilitas menyiratkan
adanya penerima tanggung jawab, dalam hal ini adalah pelaksana program.
Menerima tanggungjawab berarti siap menghadapi kenyataan, tidak
menyembunyikan suatu kebenaran, berani mengakui kekurangan dalam program.
111
ahli belum sepakat tentang jenis infomasi yang mau disampaikan kepada
stakeholder. Menurut Myrick (dalam Furqon&Badrujaman, 2014) informasi
yang dijelaskan kepada stakeholder meliputi standar atau tujuan program, prosedur
yang digunakan untuk mencapai tujuan, dan hasil yang dicapai dalam program.
Sementara Sink (dalam Furqon dan Badrujaman, 2014) mengkaji empat bidang
dimensi akuntabilitas yang dikomunikasikan yakni audit terhadap program; dampak
program terhadap pencapai kompetensi siswa dalam bidang pribadi-sosial, akademis
dan karir; perbaikan program dan intervensi melalui kinerja yang ditampilkan
konselor; serta perbaikan program melalui asesmen kebutuhan.
Kelima, perbaikan program. Emergency Capacity Building Project (dalam Furqon &
Badrujaman, 2014) menjelaskan bahwa menanggapai atau melakukan perubahan
didasarkan pada umpan balik yang diterima. Sejalan dengan hal ini, Steenberger dan
Smith (dalam Furqon & Badrujaman, 2014) memaparkan bahwa adanya perbaikan
yang kontinu merupakan kunci akuntabilitas.
112
pelaporan lebih bersifat mendeskripsikan dan memberi uraian analisis terhadap hasil-
hasil yang telah dicapai dalam kegiatan evaluasi sebelumnya. Pelaporan pada
hakikatnya merupakan kegiatan penyusunan dan mendeskripsikan seluruh hasil yang
telah dicapai dalam evaluasi proses maupun evaluasi hasil dalam format laporan yang
dapat memberikan informasi kepada seluruh pihak yang terlibat tentang keberhasilan
dan kekurangan dari program bimbingan dan konseling yang telah dilakukan selama
satu tahun berjalan.
Sebagai kelanjutan dari kegiatan evaluasi, maka di dalam laporan penilaian kinerja
bimbingan dan konseling memuat deskripsi, analisis hasil, dan pengambilan
keputusan (Sugiyo, 2018). Deskripsi hasil merupakan upaya untuk memberikan
gambaran hasil penilaian kinerja yang telah dilaksanakan pada tahap analisis data.
Analisis hasil merupakan gambaran pencapaian dari yang sduah ada dalam deskripsi
tersebut. Sedangkan pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk menentukan
pada aspek pelayanan bimbingan dan konseling yang perlu diperbaiki,
dikembangkan atau dihentikan atau misalnya saja dalam beberapa hal berikut seperti
1) perencanaan program khususnya dalam penyiapan instrumen yang komprehensif
masih kurang sehingga kinerja guru pembimbing dalam aspek tersebut perlu
ditingkatkan; 2) pelaksanaan layananan bimbingan dan konseling yang
perlu diperbaiki penggunaan media bimbingan dan kosneling sehingga aspek media
perlu ditingkatkan; dan 3) dalam indikator evaluasi, pelaporan dan tindaklanjut masih
perlu upaya untuk membuat laporan dan melakukan penelitian khsususnya
penelitian tindakan bimbingan.
113
balik bagi pihak yang terlibat dan berkepentingan terhadap program bimbingan
dan konseling dalam rangka modifikasi dan pengembangan. (c) Memberikan jaminan
akuntabilitas kepada publik bahwa program bimbingan dan konseling yang telah
dilaksanakan dan dievaluasi telah memenuhi prinsip program yang efektif, efisien,
dan berkualitas.
114
pembimbing/konselo yang meliputi 1) informasi apa saja yang akan dilaporkan; 2)
alasan mengapa kegiatan bimbingan dan konseing perlu dilaporkan 3) penyusunan
instrumen laporan; dan 4) kapan/waktu pelaporan.
b. Tahap Pengumpulan dan Penyajian Data
Pada tahap pengumpulan informasi in meupakan tahapan yang harus dilakukan oleh
guru pembimbing/konselor yang terkait dengan berbagai layanan baik layanan dasar,
layanan responsive, layanan peminatan atau layanan perencanaan individual yang
merupakan pengembangan dari empat bidang yaitu bidang pribadi, sosial, belajar dan
karir serta dukungan sistem. dengan Setelah informasi yang ingin disampaikan
terkumpul maka langkah berikutnya dalam penyusunan laporan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling adalah penyajian data. Data yang disajikan adalah data dan
infromasi tentang keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan program serta hambatan –
hambatan yang dijumpai selama pelaksanaan bimbingan dan konseling. Data yang
disajikan merupakan data yang diperoleh dari hasil evaluasi proses dan hasil dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling selama satu tahun. Berbagai jenis layanan
seperti layanan klasikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling
individu, studi kasus, home visit dan pelaksanaan media bimbingan konseling.
c. Tahap Penulisan Laporan
Penulisan laporan pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus mengacu
pada sistematika yang telah ditetapkan dalam Peraturan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan No 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan
Dasar dan Menengah sehingga laporan tersebut dapat tersaji secara runtut dan mudah
dipahami.
115
pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus dilaporkan secara akurat dan
tepat waktu. Akurasi laporan yang dibuat menggambarkan detil keseluruhan layanan
yang telah dilakukan. Bersifat tepat waktu berarti laporan harus diserahkan kepada
pihak terlibat dan berkepentingan sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama.
116
Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang dan tujuan penyusunan laporan. Bab
pelaksanaan terdiri dari uraian pelaksanaan komponen program bimbingan dan
konseling beserta layanan-layanan yang dilakukan, hasil analisis pencapaian
keberhasilan yang telah dilakukan dalam kegiatan evaluasi, dan hambatan-hambatan
serta strategi mengatasi hambatan.
117
laporan.Apakah kegiatan tersebut terlaksanan dengan sangat baik, baik atau tidak
terlaksana sama sekali.
118
Analisis hasi evaluasi layanan konsultasi. Hasil analisis layanan konsultasi ini
akan tmenggambarkan bagaimana proses dan hasil layanan konsultasi dan pada
aspek apa yang sudah tercapai dan yang belum tercapai.;
Analisis hasil evaluasi layanan media seperti papan imbingan, kotak
masalah,dan leaflet. Berdasarkan data yang diperoleh akan diketahui berapa %
keterlaksanaan papan bimbingan, berapa % keterlaksanaan penggunaan kotak
masalah, dan berapa % keterlaksanaan pengadaan leaflet.Disamping pencapaian
dari segi fisik juga di analisis kemenarikan, kebermaknaan adanya media bagi
siswa, dll.
Hambatan dan Strategi Penyelesaiannya. Berdasarkan setiap layanan yang
diberikan direkam hambatan, kesulitan yang dijumpai saat pelaksakesulitan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, seperti kesulitan pelaksanaan
bimbingan kelompok diluar kelas, sukar mencari klien, siswa kurang berminat
dalam layanan , masalah peminatan,dll. Berdasarkan hambatan tersebut disiapkan
strategi pemecahannya seperti penjadwalan ulang, mmotivasi siswa untuk
mengikuti layanan bimbingan dan konseling dll.
119
Struktur Laporan Pelaksanaan Program Bimbigan dan Konseling
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PELAKSANAAN
A. Kegiatan Layanan Bimbingan Dan konseling Yang Dilakukan
B. Hasil Evaluasi Program
C. Hasil Evaluasi Proses
D. Hasil Analisis Pencapaian Keberhasilan Dalam Kegiatan Evaluasi
1. Analisis Pencapaian Keberhasilan Bimbingan Klasikal
2. Analisis Pencapaian Keberhasilan Konseling Individu
3. Analisis Pencapaian Keberhasilan Bimbingan dan Konseling Kelompok
4. Analisis Pencapaian Keberhasilan Layanan Konsultasi
5. Analisis Pencapaian Keberhasilan Layanan Media
E. Hambatan dan Strategi Penyelesaiannya
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
1. Sekolah.
2. Orang Tua
3. Dinas Pendidikan
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Hasil Evaluasi Proses dan Hasil yang dituliskan dalam laporan pelaksanaan
program bimbingan dan konseling (Lapelprog)
2. Foto-foto kegiatan
3. Dokumen lain yang mendukung
120
c. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Konsep Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Tindak lanjut merupakan program pemantauan berkelanjutan yang dirancang untuk
mengevaluasi efektivitas prosedur intervensi dalam kaitannya dengan kemajuan &
penyesuaian siswa. layanan ini dilakukan sebagai evaluasi sistematis apakah layanan
bimbingan konseling dan program pendidikan pada umumnya telah sesuai dengan
kebutuhan siswa.
Tindak lanjut atas laporan program dan pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling akan menjadi sebuah alat yang sangat penting dalam tindak lanjut untuk
mendukung program sejalan dengan yang sudah direncanakan, mendukung setiap
peserta didik yang dilayani, mendukung digunakannya materi yang sesuai,
mendokumentasi proses, persepsi, dan hasil program secara rinci, mendokumentasi
dampak jangka pendek, menengah dan jangka panjang, atas analisis keefektivan
program digunakan untuk mengambil keputusan apakah program dilanjutkan, lalu
direvisi, atau dihentikan, meningkatkan program, serta digunakan untuk mendukung
perubahan dalam suatu sistem sekolah.
Tindak lanjut mengacu pada pemantauan formal dan sistematis dari kemajuan
individu siswa saat ini yang telah menjalani bimbingan akademik, konseling, rujukan,
penempatan, atau program intervensi khusus apa pun. Siswa yang kembali dan
mereka yang berada dalam masa percobaan akademis juga dimonitor setiap kali
diperlukan.
Depdiknas (2007), analisis hasil evaluasi dan tindak lanjut program BK adalah umpan
balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan siswa yang belum terlayani,
kemampuan personil dalam melaksanakan program, serta dampak program terhadap
perubahan perilaku siswa dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu
121
proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Hasil analisis harus
ditindaklanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan
program, mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal,
melakukan referal siswa yang memerlukan bantuan khusus dari terapis lain,
pengembangan komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan BK
selanjutnya.
Tujuan kegiatan tindak lanjut pelaporan hasil program BK adalah untuk memperbaiki
hal-hal yang masih lemah, kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yang akan
dicapai, mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal
yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan atau efektifitas program BK. Hasil
evaluasi dapat digunakan untuk kepentingan penyediaan umpan balik bagi
pelaksanaan program BK, perbaikan atau peningkatan implementasi program
selanjutnya.
Kegiatan penting yang harus dilakukan setelah evaluasi dan penilaian terhadap
program BK adalah tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian tersebut, dengan
harapan dapat bermanfaat sebagai bentuk respon cepat terhadap refleksi yang
dilakukan oleh konselor atas permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi selama
proses pemberian layanan, sebagai bagian tahap akhir dari kegiatan evaluasi.
122
Pengertian tindak lanjut menurut Hiro Tugiman dalam Purnomo dan Prasetyo
(2016:33) adalah suatu proses untuk menetukan kecukupan, keefektifan, dan
ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan. Tindak lanjut merupakan
kegiatan yang dilakukan setelah evaluasi program. Tindak lanjut yaitu kegiatan yang
dilakukan untuk menindaklanjuti hasil pelaksanaan kegiatan layanan BK dan atau
program BK yang diberikan. Kegiatan tindak lanjut ini sebagai upaya menuntaskan
bantuan, perbaikan dan/atau pengembangan program BK pada tahun pelajaran
berikutnya. Tindak lanjut atas laporan program dan pelaksanaan bimbingan dan
konseling akan menjadi alat penting dalam tindak lanjut untuk mendukung program
sejalan dengan yang direncanakan, mendukung setiap peserta didik yang dilayani,
mendukung digunakannya materi yang tepat, mendokumentasi proses, persepsi, dan
hasil program secara rinci, mendokumentasi dampak jangka pendek, menengah dan
jangka panjang, atas analisis keefektivan program digunakan untuk mengambil
keputusan apakah program dilanjutkan, direvisi, atau dihentikan, meningkatkan
program, seta digunakan untuk mendukung perubahan-perubahan dalam sistem
sekolah.
Tindak lanjut merupakan bentuk respon cepat terhadap refleksi yang dilakukan oleh
guru bimbingan dan konseling atau konselor atas permasalahan-permasalahan yang
teridentifikasi selama proses pemberian layanan. Kegiatan yang dilakukan untuk
menindak lanjuti hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
123
Kegiatan tindak lanjut dilakukan berdasarkan temuan yang diperoleh dalam evaluasi
program, maka Guru BK/Konselor: (1) memperbaiki hal-hal yang masih lemah,
kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yangakan dicapai; (2)
mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang dapat
meningkatkan kualitas pelayanan atau efektifitas program. Hasil analisa ditindak
lanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan program,
misalnya mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal,
melakukan alih tangan kasusbagi peserta didik yang memerlukan bantuan khusus dari
ahli lain, serta mengembangkan komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi
pelayanan peminatan peserta didik selanjutnya. Disamping itu sebagai ujud
akuntabilitas pelayanan, kejelasan program,proses implementasi dan hasil-hasil yang
dicapai serta informasi yangdapat menjelaskan apa dan mengapa sesuatu proses dan
hasil terjadiatau tidak terjadi.
Hal yang amat penting dalam akuntabilitas adalah menginformasikan kepada pihak
terkait (Kepala Sekolah, guru dan orangtua) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dan/atau kegagalan keterlaksanaan atau ketercapaian
pelaksanaan program BK termasuk pelayanan peminatan peserta didik. Oleh karena
itu Guru BK/Konselor perlu menguasai data dan bertindak atas dasar data yangterkait
dengan perkembangan peserta didik. Dalam menyampaikaninformasi yang dimaksud
Guru BK/Konselor dapat memanfaatkan waktu-waktu tertentu/khusus pada
pertemuan dengan Kepala Sekolah dan Guru Mata Pelajaran di akhir tahun atau di
awal tahun pelajaran atau pertemuan dengan orang tua.
124
dirujuk atau siswa sudah mendapatkan layanan, tetapi untuk menentukan apakah
bantuan lebih lanjut diperlukan untuk klien. Maka penting menentukan tujuan agar
tercapai tindak lanjut, beberapa tujuan tindak lanjut yaitu sebagai berikut:
a. Memperbaiki yang masih lemah, kurang tepat dan kurang relevan dengan tujuan
yang akan dicapai. Dari memperbaiki kinerja konselor dalam memberikan
layanan, kurang tepat dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa, pemilihan yang
tepat sumber daya pendukung, startegi penyelesaian permasalahan, desain
prosedur dan landasan informasi mengimplementasikan program.
b. Untuk memastikan kemajuan dan status siswa dalam ruang kelas, maupun ektra
kurikuler, Untuk mendapatkan data yang dapat mengidentifikasi kelemahan
dalam berbagai fase kemajuan sekolah, Untuk mengetahui bagaimana lulusan,
Untuk mengevaluasi effektivitas kegiatan peminatan, Untuk mempelajari
mengapa siswa keluar sebelum lulus, di mana lulusan pergi setelah meninggalkan
sekolah; ke mana drop-out pergi; seberapa baik lulusan melakukan pekerjaannya;
persentase mereka yang kuliah dan ke mana mereka pergi. Untuk menemukan
tingkat kelas di mana sebagian besar putus sekolah terjadi, Untuk memperoleh
pendapat tentang modifikasi kurikulum yang diperlukan, dari pengalaman
lulusan.
c. Mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal yang
dapat meningkatkan kualitas layanan atau effektifitas program . Informasi yang
diperoleh melalui teknik tindak lanjut dapat digunakan untuk meningkatkan
kurikulum merangsang pengajaran yang lebih baik, meningkatkan nilai layanan
bimbingan dan membangun hubungan baik dengan masyarakat.
d. Sebagai wujud akuntabilitas pelayanan, kejelasan program, proses implementasi
dan hasil-hasil yang dicapai serta informasi yang dapat menjelaskan apa dan
mengapa sesuatu proses dan hasil terjadi atau tidak terjadi.
e. Hal yang amat penting dalam akuntabilitas adalah menginformasikan kepada
pihak terkait (kepala sekolah, guru dan orang tua, depdikbud) tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan/atau kegagalan keterlaksanaan atau
125
ketercapaian pelaksanaan program bk termasuk pelayanan peminatan peserta
didik. Oleh karena itu guru BK/konselor perlu menguasai data dan bertindak atas
dasar data yang terkait dengan perkembangan peserta didik.
Tujuan kegiatan tindak lanjut pelaporan hasil program BK adalah untuk memperbaiki
hal-hal yang masih lemah, kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yang akan
dicapai, mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal
yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan atau efektifitas program BK. Hasil
evaluasi dapat digunakan untuk kepentingan penyediaan umpan balik bagi
pelaksanaan program BK, perbaikan atau peningkatan implementasi program
selanjutnya.
Teknik dan Langkah Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Bimbingan dan Konseling
Teknik dalam pelaksanaan tindak lanjut meliputi diskusi, wawancara, survei, atau
kuesioner. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Informasi
yang diperoleh melalui teknik tindak lanjut dapat digunakan untuk meningkatkan
program dan layanan bimbingan dan konseling yang lebih baik, meningkatkan nilai
layanan bimbingan dan membangun hubungan ke sekolah yang lebih tinggi dan
masyarakat/dunia industri yang sesuai dengan minat siswa.
126
a. Menentukan aspek – aspek perbaikan atau peningkatan yang akan dilakukan,
b. Menyusun ulang desain program secara umum atau layanan bimbingan dan
Konseling tertentu dalam rangka perbaikan atau pengembangan
c. Melaksanakan kegiatan dan tindak lanjut sesuai alokasi waktu
d. Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dapat membuat desain ulang atau
merevisi seluruh program, atau beberapa dari program yang dianggap belum
effektif
e. Jika hasil evaluasi baik, tindak lanjut dapat dilakukan dalam bentuk
pengembangan atau peningkatan program dengan target yang lebih tinggi dan
komplek
f. Mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal.
g. Melakukan alih tangan kasus bagi peserta didik yang memerlukan bantuan
khusus dari ahli lain
h. Mengganti program yang belum memberikan kontribusi pada perkembangan
anak
Kedua, penetapan strategi layanan. Strategi layanan dalam tindak lanjut antara lain
dapat berwujud membuka diri untuk pengembangan sekolah mitra, bekerjasama
dengan mitra untuk layanan referal, mengadakan rapat kerja untuk pengentasan
hambatan, menyusun program perbaikan berdasarkan input/masukan tahun
sebelumnya, dan mengembangkan program yang lebih sesuai dengan harapan anak,
sekolah dan orang tua.
Ketiga, perencanaan kegiatan layanan. Jika hasil evaluasi baik, tindak lanjut dapat
dilakukan dalam bentuk pengembangan atau peningkatan program dengan target yang
lebih tinggi dan kompleks. Guru bimbingan dan konseling dapat membuat desain
ulang atau merevisi seluruh program atau beberapa bagian dari program yang
dianggap belum begitu efektif. Gysbers dan Henderson (2012: 527) mengungkapkan
127
bahwa tahapan yang dilakukan oleh konselor setelah evaluasi adalah meningkatkan,
yaitu mendesain kembali program bimbingan dan konseling komprehensif yang lebih
efektif.
dan seterusnya
dan seterusnya
Selanjutnya berdasarkan hasil proses evaluasi seperti diatas maka dibuat matrik
tindak lanjut tindak lanjut sebagai berikut:
128
4. Forum Diskusi
Bapak/Ibu/Saudara Peserta PPG BK semoga sehat dan bahagia senantisa, mari kita
diskusikan topik/fenomena dibawah ini.
Masih jarang guru bimbingan dan konseling yang melakukan evaluasi bimbingan dan
konseling, lebih-lebih melaporkan hasil evaluasi tersebut kepada pihak yang terkait..
Hal itu turut berdampak pada layanan bimbingan dan konseling yang belum banyak
diketahui kebermanfaatan layanan bimbingan dan konseling. Menurut
Bapak/Ibu/Saudara jika guru bimbingan dan konseling di sebuah sekolah
mengabaikan pelaporan evaluasi bimbingan dan konseling, bagaimana dampaknya
terhadap layanan BK?
C. Penutup
1. Rangkuman
Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling adalah perwujudan kewajiban konselor
sekolah untuk mempertanggungjawabkan segala tindakan berkaitan dengan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling. Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling
merupakan komponen kunci untuk memperlihatkan keefektifan program konseling.
Tuntutan akuntabilitas memungkinkan konselor untuk memperlihatkan kepada
stakeholder baik di dalam maupun di luar sekolah kontribusi atau dampak tentang apa
yang dilakukan konselor.
Semua guru bimbingan dan konseling atau konselor harus membuat laporan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling sebagai bentuk akuntabilitas kinerja
profesional. Pelaporan merupakan langkah lanjutan setelah evaluasi. Isi dalam
pelaporan lebih bersifat mendeskripsikan dan memberi uraian analisis terhadap hasil-
129
hasil yang telah dicapai dalam kegiatan evaluasi sebelumnya. Pelaporan pada
hakikatnya merupakan kegiatan penyusunan dan mendeskripsikan seluruh hasil yang
telah dicapai dalam evaluasi proses maupun evaluasi hasil dalam format laporan yang
dapat memberikan informasi kepada seluruh pihak yang terlibat tentang keberhasilan
dan kekurangan dari program bimbingan dan konseling yang telah dilakukan selama
satu tahun berjalan.
Depdiknas (2007), analisis hasil evaluasi dan tindak lanjut program BK adalah umpan
balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan siswa yang belum terlayani,
kemampuan personil dalam melaksanakan program, serta dampak program terhadap
perubahan perilaku siswa dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu
proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Hasil analisis harus
ditindaklanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan
program, mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan BK lebih optimal,
melakukan referal siswa yang memerlukan bantuan khusus dari terapis lain,
pengembangan komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan BK
selanjutnya.
Tujuan kegiatan tindak lanjut pelaporan hasil program BK adalah untuk memperbaiki
hal-hal yang masih lemah, kurang tepat atau kurang relevan dengan tujuan yang akan
dicapai, mengembangkan program dengan menambah atau merubah beberapa hal
yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan atau efektifitas program BK. Hasil
evaluasi dapat digunakan untuk kepentingan penyediaan umpan balik bagi
pelaksanaan program BK, perbaikan atau peningkatan implementasi program
selanjutnya.
Segala kegiatan perlu ditindak lamjuti secara berkesinambungan, karena tindak lanjut
bagian integral dari layanan bimbingan dan konseling, Ini berkaitan dengan apa yang
terjadi pada siswa saat di sekolah atau setelah mereka meninggalkan sekolah. Ini
130
adalah penilaian tentang bagaimana konseli yang telah dibimbing, ditempatkan atau
dirujuk atau siswa sudah mendapatkan layanan, tetapi untuk menentukan apakah
bantuan lebih lanjut diperlukan untuk klien. Maka penting menentukan tujuan agar
tercapai tindak lanjut.
2. Tes Formatif
1. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dikatakan berhasil
apabila para siswa mampu menunjukkan perilaku kecuali…
e. Mengetahui dan memahami program bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan di sekolah
f. Mengetahui dan memahami kemampuan dan kelemahan dirinya
g. Memahami kondisi sekolah dan masyarakat sekitar
h. Memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang dihadapinya
3. Seorang konselor dalam melakukan evaluasi bimbingan dan konseling, data yang
didapatkan diperoleh dari hasil observasi bukan tafsiran pribadi. Hal merupakan
penerapan prinsip evaluasi…
e. Sistematis
f. Objektif
131
g. Demokratis
h. Konstruktif
4. Jenis penilaian yang dilakukan setelah peserta didik memperoleh satu jenis
layanan tertentu, sehingga lebih menekankan pada ranah kognitif dan afektif yang
terkait dengan tanggapan peserta didik/klien terhadap program bimbingan dan
konseling yang dilaksanakan. Misalnya bagaimana pemahaman terhadap materi
layanan yang diberikan, bagaimana perasaan peserta didik setelah mengikuti
layanan tertentu merupakan bentuk penilaian…
e. Penilaian segera (laiseg)
f. Penilaian jangka pendek (laijapen)
g. Penilaian jangka panjang (laijapang)
h. Laporan pelaksanaan program (lapelprog)
5. Menurut Gysbers (2008) proses yang digunakan untuk menjawab pertanyaan apa
dampak atau kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap kesuksesan
para siswa khususnya pada prestasi akademik meliputi kehadiran, rujukan disiplin,
rata-rata nilai, skor nilai prestasi, dan perilaku kelas merupakan jenis evaluasi…
d. Proses
e. Hasil
f. Program
g. Layanan
6. Seorang guru BK tidak pernah melakukan evaluasi program, apakah yang harus
dilakukan ...
e. Memanggil guru BK dari sekolah lain untuk melakukan evaluasi bersama
f. Meminta kepada koordinator guru BK untuk mengevaluasi
g. Meminta kepala sekolah untuk melakukan pelatihan evaluasi
h. Mendiskusikan dengan teman-teman MGBK
132
7. Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur taraf keberhasilan evaluasi
program bimbingan dan konseling yaitu…
e. Nilai akademis siswa meningkat
f. Siswa merasa puas dengan pelayanan konselor
g. Lebih banyak siswa memanfaatkan layanan-layanan bimbingan yang
disediakan di sekolahnya
h. Guru BK dapat melaksanakan semua program yang disusun.
8. Kegiatan berikut yang bukan merupakan esensi kegiatan evaluasi program BK…
e. Menemukan hambatan program
f. Menentukan nilai keberhasilan program
g. Membandingkan keterlaksanaan dengan kriteria
h. Menyatakan derajat keberhasilan
10. Guru BK merasa bahwa selama ini pelaksanaan konseling tidak memuaskan untuk
mengatasi kondisi tersebut kegiatan yang dilakukan adalah...
d. Evaluasi program
e. Evaluasi proses
f. Evaluasi hasil kegiatan
g. Supervisi kegiatan
133
Daftar Pustaka
Brown, D. dan Trusty, J. 2005. Designing and Leading Comprehensive
School Counseling Programs. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole.
Budi, M.W.K. 2013. “Akuntabilitas Kepala Daerah Di
Persimpangan Jalan”.Makalah.Seminar Nasional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Buhory, M. H. 2007. Akuntabilitas dalam Pendidikan. Malang: Penerbit
Universitas Negeri Malang.
Cobia, D.C., & Handerson, D.A. 2007. Developing an Effective and
Accountable School Counseling Program. Upper Saddle River: Merrill Prentice
Hall.
Dahir, C. A., Burnham, J. J., & Stone, C. 2009. “Listen to the Voices: School
Counselors and Comprehensive School Counseling Programs”. Professional
School Counseling. 12 (3): 182-192
Depdiknas. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: PPB
UPI
Dirjen Guru dan Tendik Kemendikbud. 2016. Pelaporan dan Tindak Lanjut
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Kemedikbud RI
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Farozin, Muh., dkk. (2016). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan tenaga Kependidikan.
Fitzpatrick, Jody L., Sanders, James R., & Worthen, Blaine R. (2011). Program
Evaluation Alternative Approaches and Practical Guidelines. Fourth Edition.
Boston: Pearson Education, Inc.
Furqon & Badrujaman, A. 2014. Model Evaluasi Layanan Dasar
Berorientasi Akuntabilitas. Jakarta: PT Indeks.
Gibson, R. L. & Mitchell, M. H. 2011. Bimbingan dan Konseling. Terjemahan
Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gysbers, C, Norman & Henderson, Patricia. 2012. Developing and Managing Your
School Guidance and Counseling Program. Fifth Edition. American
Counseling Association, Stevenson Alexandria.
134
Illinois School Counselor Association. 2014. Developmental Counseling Model for
Illinois Schools Guidelines for Program Development and Recommended
Practices & Procedures for: Professional School Counselors. Illinois School
Counselor Association: Illinois.
Loesch, L. C. 2007. Accountability for School Counseling (ACAPCD-
01). Alexandria, VA: American Counseling Association.
Mehlos, B. E. 2009. Providing Accountability in School Counseling: A Literature
Review to Support Data Use in Assessing Group Counseling. Research Paper.
Menomonie, WI: University of Wisconsin-Stout.
Purnomo, Diana Septi dan Prasetyo. 2016. Modul Guru Pembelajar Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK).
Jakarta:. Permendikbud No.27 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi
Konselor Indonesia.
Permendikbud N0. 111 Tahun 2016 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Joshua C Watson, Brande Flamez-McDevitt. 2014. Counseling Assessment and
Evaluation; Fundamentals of Applied Practice. Calofornia: Sage Publications,
Inc
Salahudin, A. 2010. Bimbingan dan Konseling, Bandung: Pustaka Setia
Salsabila, A. & Prayudiawan, H. 2011. “Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit
dan Gender terhadap Kualitas Kerja Auditor Internal”. Jurnal Telaah dan
Riset Akuntansi. 4 (1): 155-175.
Schellenberg, R. 2008. The New School Counselor: Strategies for Universal
Academic Achievement. Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield Education.
Sugiyo. 2018. Penilaian dalam Bimbingan dan Konseing Sekolah. Semarang: Widya
Karya
……… 2018. Manajemen Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Semarang: Widya
Karya
Susan Schmerler, M.S., J.D. 2008. Lessons Learned; Risk Management Issues in
Genetic Counseling. New York: Springer Science
Topdemir, C. M. 2010. “School Counselor Accountability Practices: Anational
Study”. Dissertation. Florida: University of South Florida. Tayibnapi
135
Tugas Akhir
Selamat berjumpa kembali bapak dan Ibu peserta PPG dalam jabatan. Di akhir
pembelajaran Modul 3 ini bapak/ibu diharapkan mengerjakan tugas secara individu
dan dikerjakan sesuai dengan situasi dan kondisi bapak/ ibu masing-masing.
Tugas 1 :
1. Unggahlah RPL yang pernah bapak /ibu susun selama menjalankan tugas di
sekolah masing-masing sebelum mengikuti PPG dalam jabatan ini.
2. Lakukan analisis tehadap RPL bapak/ibu tersebut, apakah RPL bapak/ibu sudah
tersebut sudah memenuhi kriteria penyusunan RPL yang benar bila ditinjuau
dari aspek-aspek di bawah ini:
a. Ketepatan perumusan tujuan umum dan khusus. (sertai alasan)
b. Ketepatan pemilihan metode pelayanan (sertai alasan)
c. Ketepatan pemilihan media (sertai alasan)
d. Ketepatan pemilihan materi (sertai alasan).
3. Berdasarkan hasil analisis tersebut susun kembali RPL bapak/ibu secara benar
dengan memenuhi kriteria penyusunan RPL yang benar seperti yang telah
dijabarkan dalam modul 4 ini.
Tugas 2 :
Dari program bimbingan dan konseling dan juga layanan yang telah
Bapak/Ibu/Saudara lakukan di sekolah, buatlah evaluasi program, evaluasi proses,
dan evaluasi hasil layanan bimbingan dan konseling yang telah Bapak/Ibu/Saudara
lakukan itu.
Tes Sumatif
1. Tujuan memiliki peran yang strategis dalam perencanaan bimbingan klasikal
karena …
a. Mendasari penyusunan materi atau topik pembahasan bimbingan klasikal
b. Mendasari pemilihan metode bimbingan klasikal
c. Mendasari penyusunan media bimbingan klasikal
d. Memandu arah perubahan siswa yang hendak dicapai dari bimbingan klasikal
2. Tujuan khusus di bawah ini tepat untuk topik bimbingan klasikal ”Meningkatkan
kepercayaan diri”, kecuali ….
a. Siswa dapat menjelaskan definisi kepercayaan diri
b. Siswa dapat mengidentifikasi individu dengan kepercayaan diri yang tinggi dan
rendah
c. Siswa dapat meningkatkan kepercayaan diri
d. Siswa dapat mengaplikasikan strategi peningkatan kepercayaan diri
3. Perhatian urutan atau sekuens pokok bahasan dari topik “Peningkatan efikasi diri
dalam belajar” di bawah ini!
[1] Manfaat efikasi diri
[2] Strategi peningkatan efikasi diri
[3] Definisi efikasi diri
[4] Ciri-ciri individu dengan efikasi diri rendah dan tinggi
[5] Pentingnya peningkatan efikasi diri dalam belajar
Sekuens rangkaian dari belakang untuk materi bimbingan klasikal di atas
adalah ….
a. [1]-[2]-[3]-[4]-[5]
b. [2]-[4]-[1]-[1]-[5]
c. [4]-[3]-[1]-[5]-[2]
d. [5]-[3]-[1]-[4]-[2]
4. Kapan evaluasi bimbingan klasikal dapat dikatakan sebagai suatu proses asesmen?
137
a. Saat evaluasi bimbingan klasikal menggunakan berbagai metode pengukuran
yang variatif
b. Saat evaluasi bimbingan klasikal digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pencapaian tujuan bimbingan klasikal
c. Saat evaluasi bimbingan klasikal dimaksudkan untuk mengindentifikasi faktor
keberhasilan/kegagalan
d. Saat evaluasi bimbingan klasikal digunakan untuk mempertanggungjawabkan
proses dan hasil kegiatan
5. Dalam bimbingan klasikal, evaluasi dimaksudkan untuk ….
a. Mengukur perubahan siswa setelah mengukuti bimbingan klasikal
b. Menilai tingkat ketercapaian tujuan bimbingan klasikal
c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan bimbingan
klasikal
d. Membandingkan antara tingkat pemahaman siswa terhadap topik bimbingan
klasikal dengan norma tertentu
6. Pokok bahasan “Strategi peningkatan efikasi diri dalam belajar” termasuk jenis
pengetahuan metakognitif ketika fokus bahasannya tentang ….
a. Kondisi atau persyaratan strategi peningkatan efikasi diri digunakan
b. Panduan praktis strategi peningkatan efikasi diri
c. Cara-cara peningkatan efikasi diri dalam belajar
d. Kaitan antara teori tentang strategi peningkatan efikasi diri dengan pedoman
praktis
7. Hal yang memungkinkan dilakukan dalam penerapan metode Jigsaw ketika
membahas tentang peningkatan efikasi diri adalah …
a. Meminta kelompok ahli untuk mendalami sub topik tertentu
b. Menyampaikan pokok bahasan strategi peningkatan efikasi diri secara sistematis
dengan diikuti latihan praktik
c. Meminta anggota kelompok ahli untuk mengajarkan semua topik yang kepada
kelompok asal
138
d. Mempersiapkan kelompok kecil untuk melakukan investigasi tentang
pentingnya efikasi diri dalam belajar
8. Sub pokok bahasan yang dapat dipelajari siswa dari penggunaan pembelajaran
berbasis masalah dalam bimbingan klasikal dengan tema “Peningkatan efikasi diri
dalam belajar” adalah berikut ini, kecuali …
a. Strategi peningkatan efikasi diri dalam belajar
b. Ciri-ciri siswa dengan efikasi diri yang tinggi dalam belajar
c. Latar belakang atau pentingnya efikasi diri dalam belajar
d. Definisi efikasi diri dalam belajar
9. Berikut ini kelebihan bimbingan klasikal tentang “Peningkatkan efikasi diri dalam
belajar” dengan metode diskusi kelompok, kecuali …
a. Pemahaman tentang efikasi diri dapat disintesis dari sudut pandang para anggota
kelompok yang bervariasi
b. Strategi peningkatan efikasi diri dapat diperdebatkan dalam kelompok
c. Pengetahuan yang terstruktur tentang efikasi diri dapat diperoleh melalui diskusi
kelompok
d. Strategi peningkatan peningkatan efikasi diri dapat dipraktikkan dalam
kelompok
10. Supaya diskusi kelompok tentang “Peningkatan Efikasi Diri” tidak salah arah,
maka hal yang perlu dilakukan konselor adalah sebagai berikut, kecuali …
a. Menyampaikan dan mengingatkan batasan isu yang dibahas dalam diskusi
b. Meminta anggota kelompok menyampaikan pendapat apapun agar diskusi ramai
c. Memberikan penjelasan yang detail tentang efikasi diri sebelum diskusi
d. Membiarkan anggota kelompok tertentu agak menguasai pembicaraan daripada
diskusi sepi
11. Dalam pembahasan “Strategi peningkatan efikasi diri dalam belajar” penggunaan
media memberi kontribusi yang paling sigifikan dalam …
a. Menjadikan prosedur strategi peningkatan efikasi diri lebih operasional
b. Membuat konsep efikasi diri lebih mudah dipahami
139
c. Menjadikan konsep efikasi diri lebih ringkas untuk diingat
d. Menjadikan aktivitas bimbingan klasikal berfokus pada kelemahan/kekuatan
strategi peningkatan efikasi diri
12. Berikut ini alasan tujuan penggunaan media yang harus selaras dengan tujuan
bimbingan klasikal, kecuali …
a. Tujuan bimbingan klasikal dapat diselaraskan dengan tujuan penggunaan media
b. Media merupakan salah satu komponen yang diharapkan berkontribusi terhadap
pencapaian tujuan bimbingan klasikal
c. Tujuan bimbingan klasikal mendasari semua komponen perencanaan RPL
d. Media mendukung upaya pencapaian tujuan bimbingan klasikal
13. Pemberian balikan yang efektif kepada siswa yang biasanya ramai menjadi diam
saat bimbingan klasikal berlangsung adalah …
a. Menyatakan bahwa perhatian yang diberikan siswa tersebut saat ini lebih baik
daripada perhatian dari siswa yang lainnya dalam mengikuti bimbingan klasikal
b. Menyampaikan penghargaan konselor atas meningkatnya perhatian yang
diberikan siswa selama mengikuti bimbingan klasikal
c. Menunjukkan apresiasi terhadap perhatian siswa dalam bimbingan kelompok
sambil menyampaikan kemungkinan hasil positif dari perubahan itu
d. Menyatakan apresiasi terhadap perhatian siswa dalam bimbingan klasikal dan
akan terus memantau perilakunya agar perhatiannya tetap terpelihara
14. Saat konselor melaksanakan diskusi kelas, konselor akan mendapatkan manfaat
yang optimal ketika menggunakan penataan tempat duduk dengan gaya …
a. Gaya auditorium agar semua perhatian siswa di dalam kelas terfokus pada
kelompok yang presentasi
b. Gaya seminar agar siswa dapat memperhatikan kelompok yang presentasi dan
sekaligus berinteraksi dengan teman sekelas
c. Gaya kluster agar siswa dapat diskusi dengan kelompok kecilnya sebelum
menyampaikan pendapat
140
d. Gaya tatap muka agar siswa dapat berinteraksi dengan teman sekelas secara
lebih leluasa
15. Dalam bimbingan klasikal, seorang siswa enggan untuk mengerjakan tugas kelas.
Pertimbangan yang tepat bagi konselor untuk memberikan instruksi ulang kepada
siswa tersebut adalah …
a. Siswa tidak sempat memperhatikan instruksi karena tempat duduk di belakang
b. Siswa kurang memahami instruksi tugas yang diberikan
c. Siswa mengerti instruksi tetapi merasa tugas tidak penting bagi dia
d. Siswa kelelahan untuk mengerjakan tugas kelas
16. Agar siswa tidak bicara dengan teman sebangku tugas kelas dalam bimbingan
kelompok diberikan, maka perilaku yang diharapkan dalam kontrak perilaku
adalah …
a. Mengurangi perilaku bicara dengan teman sebangku
b. Langsung mengerjakan tugas setelah instruksi diberikan
c. Diam
d. Mengumpulkan tugas kelas tepat waktu
17. Agar time-out memberikan efek perubahan perilaku yang efektif, maka hal
berikut dapat dilakukan, kecuali…
a. Siswa diminta untuk berdiri di belakang kelas
b. Time out dilaksanakan selama bimbingan klasikal berlangsung
c. Siswa diminta untuk berada di keluar kelas tanpa melakukan aktivitas apapun
d. Siswa berada di tempat duduknya tetapi tidak mendapatkan penguatan apapun
18. Berikut ini adalah komponen penunjang RPL Bimbingan Klasikal, kecuali …
a. Sasaran
b. Waktu
c. Materi/isi
d. Fungsi
19. Materi pada sub-pokok bahasan “Mengembangkan rencana kegiatan belajar”
termasuk jenis pengetahuan ….
141
a. Faktual
b. Konseptual
c. Prosedural
d. Metakognitif
20. Tingkat proses berpikir yang tepat untuk sub-pokok bahasan “Mengembangkan
rencana kegiatan belajar” adalah …
a. Komprehensi atau pemahaman
b. Penerapan atau aplikasi
c. Analisis
d. Kreasi
21. Hasil sebuah assesment di sebuah SMP menunjukkan bahwa semua siswa kelas
VII membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang cara belajar di SMP
yang mereka sadari berbeda dengan di SD. Program BK yang bisa disusun antara
lain...
a. Layanan responsif melalui konseling kelompok
b. Perencanaan individual melalui carier day
c. Layanan dasar melalui bimbingan kelas
d. Dukungan sistem melalui home visit
22. Tujuan diadakan evaluasi dalam bimbingan dan konseling diantaranya sebagai
berikut, kecuali...
a. Mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling yang sudah terlaksana
dan yang belum terlaksana
b. Mengetahui efektifivitas metode layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan
c. Mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam menunjang keberhasilan
layanan bimbingan dan konseling
d. Memberikan masukan dalam kurikulum sekolah yang terkait dengan
kebutuhan-kebutuhan dan masalah peserta didik
142
23. Secara garis besar evaluasi proses dapat dikelompokan dalam empat bagian yaitu...
a. Layanan bimbingan dan konseling, kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling, mekanisme dan instrumentasi yang digunakan dalam layanan,
pengelolaan dan administrasi layanan
b. Rekruitmen personil bimbingan dan konseling, kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling, mekanisme dan instrumentasi yang digunakan dalam layanan,
pengelolaan dan administrasi layanan
c. Layanan bimbingan dan konseling, kegiatan tambahan guru BK, mekanisme
dan instrumentasi yang digunakan dalam layanan, pengelolaan dan administrasi
layanan
d. Layanan bimbingan dan konseling, kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling, mekanisme dan instrumentasi yang digunakan dalam layanan,
pengelolaan keuangan dan administrasi sekolah
24. Formatif-Sumatif Evaluation Model, adalah salah satu model penilaian yang dapat
digunakan/diterapkan dalam penilaian BK. Model ini dikembangkan oleh Michel
Srieven dan merupakan jenis penilaian yang berorientasi pada...
a. Proses dan hasil
b. Kegunaan dan hasil
c. Tujuan dan hasil
d. Program dan hasil
25. Kegiatan berikut yang bukan merupakan esensi kegiatan evaluasi program BK…
a. Menemukan hambatan program
b. Menentukan nilai keberhasilan program
c. Membandingkan keterlaksanaan dengan kriteria
d. Menyatakan derajat keberhasilan
26. Kegiatan evaluasi BK yang memfokuskan pada upaya menemukan bukti seberapa
besar siswa terbantu dan terfasilitasi perkembangannya merupakan evaluasi...
a. Proses
b. Sarana dan prasarana
143
c. Instrument
d. Produk (hasil)
27. Evaluasi program yang terkait dengan siswa yang sudah merasa puas dan lega atas
pelayanan konseling oleh guru BK. Siswa diminta untuk mengungkapkan
perasaannya. Metode evaluasi program didasarkan pada...
a. Expert assesmen (penilaian ahli )
b. Goal attainment (pencapaian tujuan )
c. Student outcomes (siswa keluar datang )
d. Customer satisfaction (kepuasan pelanggan )
28. Guru BK merasa bahwa selama ini pelaksanaan konseling tidak memuaskan, untuk
mengatasi kondisi tersebut kegiatan yang dilakukan adalah...
a. Evaluasi program
b. Evaluasi proses
c. Evaluasi hasil kegiatan
d. Supervisi kegiatan
29. Guru BK telah melaksanakan BK kelompok selama 1 semester tetapi melihat
perkembangan siswa banyak yang tidak mengikuti, malas mengikuti kegiatan, dan
tidak ada proses umpan balik. Untuk menilai pelaksanaan BK kelompok digunakan
penilaian apa...
a. Evaluasi Proses
b. Evaluasi program
c. Evaluasi hasil
d. Evaluasi kegiatan
30. Seorang guru BK tidak pernah melakukan evaluasi program, apakah yang harus
dilakukan...
a. Memanggil guru BK dari sekolah lain untuk melakukan evaluasi bersama
b. Meminta kepada koordinator guru BK untuk mengevaluasi
c. Meminta kepala sekolah untuk melakukan pelatihan evaluasi
d. Mendiskusikan dengan teman-teman MGBK
144
145