Anda di halaman 1dari 8

5.

4 Konsep Investasi Petrokimia Berbasis Gas di Teluk Bintuni

Kementerian Perindustrian (Kemprin) mendorong percepatan pembangunan kawasan industri Teluk


Bintuni, Papua Barat. Langkah yang akan dilakukan melalui skema kerja sama Permerintah dan Badan
Usaha (KPBU) atau lazim disebut  Public Private Partnership  (PPP).

Bentuk skema KPBU yang dipilih dalam pengembangan kawasan industri Teluk Bintuni, antara lain
adalah Design, Build, Maintain, and Transfer (DBMT).

Badan Usaha Pelaksana (BUP) di dalam proyek ini, akan bertanggung jawab untuk merancang,
membangun, dan memelihara infrastruktur yang meliputi ketenagalistrikan, pengelolaan limbah dan air
limbah, sistem penyediaan air minum, transportasi, serta telekomunikasi. “Infrastruktur itu sesuai
dengan spesifikasi output yang telah dipersyaratkan, serta menyerahkan aset yang dikerjasamakan
kepada Penanggung Jawab Proyek Kerja sama (PJPK) setelah berakhirnya Perjanjian KPBU.

BUP pun berkewajiban untuk memberikan layanan yang berasal dari infrastruktur kawasan kepada
tenant sesuai dengan spesifikasi keluaran dan indikator kinerja tertentu.

“Pemerintah akan prioritaskan pembangunan infrastrukturnya, seperti pelabuhan untuk supporting


kawasan industri itu sendiri. Di dalam kawasan industri juga dipastikan sudah ada izin lingkungan hidup,”
imbuhnya.

Guna memastikan keberlangsungan proyek, salah satu opsi dalam struktur proyek adalah BUP
berkewajiban untuk memiliki mitra yang bertanggung jawab untuk melakukan pembangunan anchor
industry berupa pabrik metanol dengan kapasitas sebesar 1.320 kiloton per annum (KTA) dengan
mendaya gunakan pasokan gas sebesar 200 MMSCFD dari Genting Oil .

Sementara itu, Badan Layanan Umum (BLU) Kemenperin akan melakukan pengelolaan atas kawasan
industri tersebut, sehingga tarif layanan yang berasal dari infrastruktur kawasan industri menjadi hak
BLU Kemenperin. Sedangkan, BUP diberikan hak atas pengembalian investasi berupa pembayaran
ketersediaan layanan (availability payment) dari Kemenperin sebagai PJPK

5.4.1 KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) & FASILITAS PEMERINTAH UNTUK
MENDUKUNG PROYEK KPBU KAWASAN INDUSTRI TELUK BINTUNI

‘‘KPBU adalah kerja sama antara pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan layanan infrastruktur
untuk kepentingan umum berdasarkan perjanjian antara Pemerintah dan pihak swasta yang
memperhatikan prinsip pembagian risiko diantara para pihak’’

Pemerintah dalam Perjanjian KPBU diwakili oleh Menteri/Kepala Lembaga/Pemerintah Daerah, yang
disebut sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerja sama (PJPK)

Perbandingan KPBU dan Pengadaan Konvensional

No. Perbedaan Konvensional KPBU


1. Pendanaan • Dana 100% pemerintah • Sebagian atau seluruhnya dana
Badan Usaha
• Pembayaran dilakukan di awal
atau sistem termin • Tidak ada pembayaran di awal,
pembayaran dilakukan setelah
• Pengembalian investasi BU
layanan tersedia
dibayar oleh pemerintah
• Bentuk pengembalian investasi;

• User Charge

• Availability Payment

2. Waktu • Jangka waktu kontrak tidak • Jangka waktu kontrak menengah


melebihi masa jabatan kepala hingga jangka Panjang
daerah
• Maksimal 50 tahun
• Maksimal 5 tahun
• Setelah jangka waktu perjanjian
• Aset telah dimiliki pemerintah berakhir, aset menjadi milik
di awal pemerintah

3. Input & • Pada umumnya capaian • Kinerja layanan didasarkan


Output kinerja didasarkan pada pada spesifikasi output
spesifikasi input
• Pada umumnya teknologi
• Pada umumnya teknologi dibuka sepanjang mencapai
(spek teknis) telah kinerja layanan. Terbuka
ditentukan oleh pemerintah kesempatan inovasi bagi
badan usaha untuk mencapai
• Pekerjaan konstruksi
optimalisasi layanan
terpisah dengan operasi
dan pemeliharaan • Pekerjaan terintegrasi

4. Risiko • Risiko ditanggung oleh • Risiko ditanggung oleh pihak


pemerintah, sepanjang aset yang mampu mengatasinya,
digunakan selama masa kerja sama

Keunggulan KPBU

 KPBU bukan berfokus pada pengadaan aset. KPBU adalah kerjasama antara Pemerintah dengan
pihak swasta untuk mencari solusi yang paling efektif dan efisien dalam upaya menyediakan
jasa/layanan publik bagi masyarakat dalam jangka waktu yang relatif panjang.

 Risiko teralokasi kepada pihak-pihak yang paling kompeten untuk mengendalikannya

 Risiko politik dan perubahan kebijakan sepenuhnya ditanggung oleh PJPK (Pemerintah)

 Risiko konstruksi, risiko pasar dan risiko operasi ditanggung oleh pihak Badan Usaha
 Transparan sehingga akan mengurangi intervensi politik

 Kepastian Pengembalian Investasi dijamin oleh Pemerintah

Kesalahpahaman terhadap KPBU

• KPBU bukan pengalihan kewajiban pemerintah dalam penyediaan layanan kepada masyarakat

• Investasi swasta bukan sumbangan gratis kepada pemerintah dalam penyediaan pelayanan
publik

• KPBU bukan merupakan privatisasi barang public

• KPBU bukan merupakan sumber pendapatan pemerintah yang akan membebani masyarakat
dalam pemberian pelayanan umum

• KPBU bukan merupakan pinjaman (utang) pemerintah kepada swasta

Peraturan Terkait KPBU Kawasan Industri Teluk Bintuni

KPBU

 Perpres No. 38/2015 tentang KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

 Permen PPN/Bappenas No. 4/2015 tentang Tata Cara KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

 Perka LKPP No. 19/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha KPBU dalam
Penyediaan Infrastruktur

Regulasi Lainnya

 PP No. 27/2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

 PMK No. 164/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara
Dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur

 Perpres No. 39/2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang
Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

Dukungan Pemerintah dan Penjaminan Proyek KPBU Kawasan Industri Teluk Bintuni

 Perpres No. 78/2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek KPBU yang Dilakukan
Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur

 PMK 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek


KPBU

 PMK No. 223/PMK.011/2012 tentang Pemberian Dukungan Kelayakan Atas Sebagian Biaya
Konstruksi Pada Proyek KPBU Dalam Penyediaan Infrastruktur (Viability Gap Funding/VGF)
 PMK No. 260/2016 tentang Tata Cara Pembayaran Ketersediaan Layanan Pada Proyek KPBU
Dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur

 PMK No. 73/2018 tentang Fasilitas untuk Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerja
Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur

Alur Kerja KPBU Secara Umum

Mekanisme Tahapan Pelaksanaan KPBU


Fasilitas dan Dukungan Pemerintah

PDF : Fasilitas Penyiapan Proyek

• Fasilitas yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan penyiapan kajian akhir studi kelayakan
dan pendampingan transaksi

• Dasar Hukum: PMK 73/2018

• Penyiapan kajian awal studi kelayakan dapat dilaksanakan sendiri oleh PJPK dan/atau Bappenas,
dan/atau KPPIP (untuk proyek KPBU Prioritas)

• PDPPI dapat dijadikan pusat konsultasi PJPK dalam setiap Tahapan KPBU

VGF : Dana Dukungan Kelayakan

• Kontribusi Pemerintah Pusat atas sebagian biaya konstruksi yang diberikan kepada proyek KPBU
dalam rangka meningkatkan kelayakan finansial proyek

• Dasar Hukum: PMK 223/2012 dan PMK 143/2013


• Dukungan Kelayakan diberikan dalam bentuk tunai kepada proyek KPBU atas suatu porsi yang
tidak mendominasi biaya konstruksi (maksimal 49% dari biaya konstruksi)

Penjaminan Pemerintah atas Risiko Politik

• Penjaminan Infrastruktur dilaksanakan oleh Menteri Keuangan melalui Badan Usaha Penjaminan
Infrastruktur (dhi. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia) dengan Single Window Policy

• PT PII akan menjamin (gagal bayar) kewajiban finansial PJPK akibat terjadinya risiko politik
kepada Badan Usaha yang dituangkan dalam Perjanjian Penjaminan

• Atas penjaminan yang diberikan kepada PJPK, PT PII memiliki hak regres kepada PJPK apabila
timbul klaim dari Badan Usaha

Cara Pengembalian Investasi

1. User (based) Payment

 Pengembalian investasi berdasarkan penggunaan aktual atas layanan yang tersedia.


 Pihak swasta harus menanggung risiko permintaan
 Pihak swasta biasanya akan meminta tingkat pengembalian yang lebih tinggi
 Dasar Hukum : Perpres 38/2015 tentang KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur

2. Availability (based) Payment (Pembayaran Ketersediaan Layanan)


 Pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan
Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas
dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian KPBU.
 Dasar Hukum:
 Perpres 38/2015 tentang KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur.
 PMK Nomor 260/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pembayaran Ketersediaan Layanan
Pada Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Rangka Penyediaan
Infrastruktur.

Project Development Fund (PDF)

a. Definisi PDF
• PDF disiapkan guna membiayai pelaksanaan fasilitas penyiapan proyek dan atau fasilitas
pendampingan transaksi dalam rangka mendukung percepatan penyediaan infrastruktur
yang dilakukan melalui skema KPBU untuk menyediakan layanan kepada masyarakat
• Dana penyiapan proyek bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN
yang dialokasikan dalam BA BUN (BA 99) dan BA Kementerian Keuangan (BA 15) serta
Sumber lain yang sah (hibah tunai, hibah uang membiayai kegiatan, dan/atau hibah barang
dan/atau jasa).
b. Tujuan PDF
• Menyelaraskan dan mengintegrasikan proses penyediaan fasilitas fiskal oleh Menteri
Keuangan untuk proyek KPBU (VGF, Penjaminan, dan skema Availability Payment) dalam
satu rangkaian proses yang efektif dan efisien
• Membangun standar kajian/dokumen untuk menarik minat & partisipasi Badan Usaha serta
mendukung kemajuan pelaksanaan KPBU di masa yang akan datang

c. Penyiapan Proyek
• Jenis kegiatan yang dapat dibiayai adalah Penyiapan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan dan
penyiapan kajian atau dokumen pendukung lainnya.
• PDF dapat diberikan setelah ada kajian dari PJPK (pasal 3 ayat 2 huuruf a PMK 73/2018) dan
indikasi minat investor berdasarkan hasil market sounding

d. Pendampingan Transaksi
• PDF dapat diberkan dalam rangka pendampingan pelaksanaan pengadaan Badan Usaha.
• Jenis kegiatan yang dapat dibiayai antara lain pendampingan PQ, bidders meeting, lenders
meeting, RfP, dll.

e. Pelaksana Fasilitas
• Setelah dikabulkannya permohonan fasilitas oleh Menteri Keuangan maka fasilitas PDF
dapat dilaksanakan oleh Direktorat PDPPI, melalui Penugasan kepada BUMN, ataupun Kerja
Sama dengan Lembaga Internasional
• Kerja Sama dengan Lembaga Internasional dilakukan untuk Proyek KPBU Pembangunan
dan/atau Pengembangan Kilang Minyak di Dalam Negeri

Pelaksana Fasilitas

* BUMN dapat bertindak sebagai pelaksana fasilitas setelah Kemenkeu mempertimbangkan efisiensi dan
efektifitas untuk melaksanakan Fasilitas.
** Lembaga Internasional bertindak sebagai pelaksana Fasilitas dalam Proyek KPBU pembangunan dan/atau
pengembangan kilang minyak dalam negeri
Alur Penyediaan PDF melalui Penugasan BUMN

Melakukan Identifikasi
Permohonan dan Verifikasi atas
Keputusan Penugasan
Fasilitas kesiapan Proyek & PJPK
Dirjen PPR
menerima fasilitas
Belum
memenuhi
Telah Perjanjian Penugasan
Surat Menteri
memenuhi antara Dirjen PPR
Keuangan yang
dengan BUMN
menyatakan
Surat
dikabulkannya
Menteri
permohonan
Keuangan
Persetujuan Perjanjian Pelaksanaan
Pemberian Fasilitas Fasilitas antara BUMN
PDF dengan PJPK

Hasil Keluaran berupa


Kesepakatan Induk antara Prastudi Kelayakan
Menkeu c.q. Dirjen PPR dan PJPK dan/atau
untuk melaksanakan fasilitas pendampingan
melalui Penugasan BUMN transaksi disampaikan
kepada PJPK dan Dirjen
PPR

Anda mungkin juga menyukai