Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.

1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Kearifan Lokal di


Kampung Rawa Mekar Jaya Kecamatan Sungai Apit
Kabupaten Siak

Winda Utary Nalurita Gultom*1, Nur El Fajri*2, Muhammad. Fauzi*2


1,2
Institusi/Afiliasi; alamat, telp/fax
1
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Riau

e-mail: *naluritautary@gmail.com

Abstrak
Kawasan mangrove di Desa Rawa Mekar Jaya telah dimanfaatkan untuk kawasan
ekowisata berbasis kearifan lokal. Untuk memahami penerapan pengelolaan berbasis
kearifan lokal dan kelayakan kawasan tujuan ekowisata, telah dilakukan penelitian pada
bulan Juni hingga Juli 2019. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
kualitas air dari kawasan wisata, nilai indeks kelayakan, dan kearifan yang diterapkan
dalam mengelola kegiatan ekowisata. Sampel air diambil dari tiga stasiun, sedangkan
data kearifan lokal dan ekowisata dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa masyarakat menjaga ekosistem mangrove dengan
mengimbau masyarakat untuk tidak menebang pohon mangrove di kawasan konservasi.
Parameter kualitas air di kawasan ini adalah sebagai berikut: suhu 28-29oc, kedalaman
2-6 m, kecepatan arus 0,11-0,41m, oksigen terlarut 4,18-5,04 mg/L, dan pH 6-7. Nilai
indeks kelayakan adalah sebagai berikut: daya tarik 1,11, aksesibilitas 500, akomodasi
75, infrastruktur pengunjung 150, dengan nilai total 1,84. Nilai ini menunjukkan bahwa
Ekowisata Rawa Mekar Jaya dapat dikategorikan layak untuk objek ekowisata.

Kata kunci: ekosistem, konservasi, destinasi wisata, kearifan tradisional

Abstract
Mangrove area in the Rawa Mekar Jaya Village has been used for a local wisdom based
ecotourism area. To understand the local wisdom based management applied and the
feasibility of the ecotourism destination area, a study has been conducted on June to July
2019. Information obtained in this study are the quality of water from the tourism area,
the feasibility index value, and local wisdom applied in managing the ecotourism
activities. Water samples were taken from three stations, while the local wisdom and
ecotourism data were collected through interviews and questionnaires. Results shown
that the community maintains the mangrove ecosystems by enforcing people to avoid
cutting the mangroves trees in the conservation areas. Water quality parameters in this
area are as follows: temperature 28-29oc, depth 2-6 m, current speed 0.11-0.41m,
dissolved oxygen 4.18-5.04 mg / L, and pH 6-7. The value of the feasibility index were as
follows: attractiveness 1.11, accessibility 500, accommodation 75, visitor
infrastructure 150, with total value 1.84. This value indicates that the Rawa Mekar Jaya
Ecotourism can be categorized as appropriate for ecotourism objects.

Keywords: ecosystem, conservation, tourism destination, traditional wisdom

251
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

1. PENDAHULUAN

Wilayah Kampung Rawa Mekar Jaya, sebagian besar merupakan kawasan


mangrove. Kampung Rawa Mekar Jaya saat ini termasuk dalam kawasan
konservasi dan merupakan percontohan proyek konservasi ekosistem mangrove
dan pemanfaatan berkelanjutan. Konservasi mangrove sering terkendala dengan
kepentingan-kepentingan dari beberapa pihak yang kurang peduli terhadap
lingkungan Kawasan mangrove menjadi sasaran atas kegiatan eksploitasi
sumberdaya alam dan alih fungsi lahan menjadi kawasan pertambakan,
pemukiman, dan industri.
Mangrove merupakan salah satu lokasi yang menjadi sumber mata
pencarian masyarakat yang wajib dikembangkan dan dilestarikan. Hasil studi di
beberapa daerah menunjukkan bahwa keberadaan hutan mangrove sangat
memberikan manfaat pada masyarakat pesisir berupa barang yang didapat melalui
peningkatan hasil tangkapan dan perolehan kayu mangrove (Krausset et. al.
2008), selain itu kawasan tersebut menyediakan jasa lingkungan yang sangat
besar, yaitu perlindungan pantai dari badai dan erosi (Martinuzzi et. al. 2009).
Kampung Rawa Mekar Jaya memiliki seluas 25 hektar, sehingga banyak
penduduk khususnya yang tinggal di daerah Kampung Rawa Mekar Jaya
menebang hutan mangrove yang dijadikan untuk keperluan rumah tangga dan
industri menyebabkan terjadinya kerusakan dan berkurangnya pohon mangrove.
Hal tersebut dikhawatirkan menimbulkan kerusakan lingkungan yang dapat
diidentifikasi dengan adanya degradasi pantai, erosi pantai/abrasi, intrusi air laut,
hilangnya sempa dan pantai serta menurunnya keanekaragaman hayati dan
musnahnya habitat dan satwa tertentu (Waryono 2000). Kurangnya kesadaran
masyarakat dalam hal pengelolaan mangrove, merupakan ganjalan dalam
perwujudan kawasan konservasi Kampung Rawa Mekar Jaya. Kondisi ini terjadi
karena kurangnya supremasi hukum (termasuk hukum adat) dan semakin
memudarnya nilai-nilai kearifan lokal/tradisional yang merupakan suatu gagasan
konseptual masyarakat, yang tumbuh dan berkembang secara terus-menerus
dalam kesadaran masyarakat, untuk mengatur kehidupan masyarakat (Sartini
2004).
Kearifan lokal yang diterapkan di beberapa daerah, terbukti mampu
menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya. Kearifan lokal ini jika
dipraktekan dengan benar dan bersungguh-sungguh, akan menjadi norma, etika,
dan moral yang dapat menuntun masyarakat untuk lebih peduli dan bertanggung
jawab terhadap lingkungan. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu komponen
dalam pengelolalan mangrove Kampung Rawa Mekar Jaya, untuk mengurangi
ancaman yang timbul dari masyarakat itu sendiri. Pada saat ini telah ada kegiatan
wisata yang dilakukan masyarakat dan pengunjung yaitu menikmati keindahan
alam, belajar tentang mangrove, budidaya tambak udang dan kepiting yang
dibimbing langsung oleh pengelola ekowisata mangrove. Namun kegiatan ini
belum dikelola dengan baik. Apabila tidak dikelola dengan baik maka kawasan ini
akan mengalamai kerusakan dan kemunduran. Untuk mensinergikan antara
kegiatan konservasi dan ekowisata maka dilakukan penelitian tentang Pengelolaan
Ekowisata Mangrove Berbasis Kearifan Lokal di Desa Rawa Mekar Jaya .

252
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisika-kimia di
desa Rawa Mekar Jaya, untuk mengetahui kelayakan Ekowisata berbasis kearifan
lokal, untuk mengetahui Strategi Ekowisata Rawa Mekar Jaya.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan Hasil penelitian yang dilakukan
hendaknya memberikan manfaat kepada pihak-pihak terkait seperti: Menjadikan
masukan bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan dalam pengelolaan dan
pengembangan ekowisata mangrove di Kabupaten Siak, Dapat menumbuh
kembangkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekowisata mangrove di
Kampung Sungai Rawa.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun 2019 bertempat di


Kampung Rawa Mekar Jaya Kabupaten Siak. Kegiatan penelitian dibagi dalam
dua tahap, yaitu kegiatan di Ekowisata Mangrove Kampung Rawa Mekar Jaya
dan di Laboratorium Ekologi Manajemen Lingkungan dan Perairan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera
handphone dan peralatan yang digunakan untuk mengukur parameter Fisika-
Kimia berupa Thermometer, tali rafia, botol mineral, stopwatch, meteran, botol
BOD 125 ml, erlemeyer, pipet tetes, jarum suntik dan inidikator pH.Sedangkan
bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah MnSO 4, NaOH-KI, H2SO4,
Na2S2O3 dan Aluminium serta kuisioner yang dibagikan kepada responden di
lokasi penelitian.
Pengumpulan data tentang kearifan lokal lubuk larangan dilakukan dengan
wawancara secara terpadu kepada pihak-pihak yang ahli dan mengetahui secara
pasti tentang objek yang diteliti atau memberikan pertimbangan untuk
pengambilan sampel yang diperlukan. Sebelum melakukan wawancara terlebih
dahulu harus menyiapkan pertanyaan-pertanyaan sebagai pedoman saat
wawancara sehingga lebih fokus dan terstuktur. Kemudian hasil dari wawancara
dicatat agar tidak keliru.

Penentuan Stasiun Pengamatan


Lokasi pengamatan parameter Fisika-Kimia dilakukan pada tiga titik
stasiun pengamatan. Setiap stasiun dilakukan pengukuran suhu, kedalaman
perairan, kecepatan arus, oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman (pH) untuk
melihat kualitas perairan dalam mendukung ekowisata mangrove di Kampung
Mekar Jaya yang dijadikan sebagai kawasan ekowisata. Tiga stasiun pengematan
parameter Fisika-Kimia antara lain.

Pengukuran Parameter Fisika-Kimia


Pengambilan sampel untuk Parameter Fisika-Kimia dimulai pukul 08:00-
11:00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak empat kali dengan interval
waktu pengambilan sampel seatu kali selama sebulan. Parameter yang diukur
meliputi: suhu, kecepatan arus, kedalaman perairan, oksigen terlarut (DO) dan
Derajat keasaman (pH).

253
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Terbentuknya Kecamatan Sungai Apit, yang berperan menjalankan roda


pemerintahan dan pemberdayaan serta pembangunan masyarakat merupakan
perpanjangan tangan dari pemerintah otonomi kabupatem Siak, merupakan
aspirasi masyarakat yang bermanfaat untuk mempermudah masyarakat dalam hal
pelaksanaan kepengurursan administrasi serta memperdekat antara pemerintah
dengan rakyat yang diperintahnya. Pemerintah Kecamatan Sungai Apit
sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Bengkalis yang kemudian terpisah
menjadi wilayah kecamatan di Kabupaten Siak berdasarkan UU No. 53 Tahun
1999. Potensi yang ada di Kecamatan ini secara tidak langsung lebih terangkat
dengan jangkauan pemerintah yang lebih dekat, jangkauan yang lebih baik
dibandingkan dengan pemerintah yang lama.

Kearifan Lokal dan Sejarah Kawasan Ekowisata di Kampung Rawa Mekar


Jaya
Rawa Mekar Jaya adalah sebuah kampung dikecamata Sungai Apit,
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Berjarak sekitar 120km dari ibukota provinsi,
berada di pesisir Sungai Rawa yang merupakan aliran air danau Taman Nasional
Zamrud di Kecamatan Dayun. Dahulunya, mangrove di daerah ini banyak
dimanfaatkan untuk pasokan bahan baku produksi arang. Sejak panglong arang di
daerah ini tidak berhenti beroperasi lagi sekitar tahun 2007, akitivitas penebangan
mangrove nyaris terhenti untuk pasokan bahan baku arang. Akan tetapi kegiatan
penebangan untuk bahan cerocok dan kayu bakar masih berlanjut oleh masyarakat
sekitar setidaknya seluas 25 hektar kawasan telah rusak akibat penebangan. Hal
ini menarik beberapa masyarat yang peduli terhadap kelestarian mangrove di
daerah ini sehingga berinisiatif untuk melakukan rehabilitasi terhadap kawasan
tersebut. Tahun 2009, upaya rehabilitasi lahan mulai dilakukan dengan menanam
500 batang mangrove jenis bakau di lahan tersebut oleh sekelompok masyarakat
kampung secara swadaya. Dari segi nilai-nilai masyarakat di Kampung Rawa
Mekar Jaya dalam hal pengelolaan hutan mangrove yaitu;
1. Tidak dibenarkan menangkap ikan, udang dan kepiting dengan menggunakan
obat bius dan racun dan tidak menangkap ikan, udang,kepiting dengan
menggunakan jaring, bubu, perangkap dan pengait dari besi, menggunakan
kerambadalam pembesaran kepiting di dalam kawasan hutan mangrove.
2. Menanam bakau dan memberinya pagar pelindung khususnya yang berdekatan
dengan pemukiman, melakukan penanaman bakau secara berkala,
mengembangkan pesemaian bakau , melapor ke kantor desa sebelum melakukan
penebangan atau penjarangan bakau, tebang pilih dan penyulaman.
3. Melakukan penyadaran tentang bahaya penebangan bakau dengan pendekatan
kekeluargaan.
4. Menentukan zonasi-zonasi sebagai kawasan konservasi.
5. Tidak menangkap kepiting yang masih kecil dan kepiting betina.

Daya Tarik Wisata


Daya tarik wisata merupakan faktor yang membuat orang berkeinginan
untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat yang mempunyai daya
tarik tersebut. Pengkajian komponen daya tarik wisata ini bertujuan untuk

254
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026
mengetahui gambaran bentuk-bentuk kegiatan rekreasi yang sesuai dengan daya
tarik dan sumberdaya yang tersedia. Daya tarik wisata merupakan modal utama
yang memungkinkan datangnya pengunjung. Unsur-unsur yang di nilai pada
kriteria daya tarik wisata ini yaitu keunikan sumberdaya alam, kepekaan
sumberdaya alam, variasi kegiatan, kebersihan lokasi, keamanan, dan
kenyamanan.

Gambar 1. Daya Tarik

Berdasarkan Gambar 1, menunjukkan 100% pengunjunng mengatakan


kawasan Ekowisata Mangrove di Kampung Rawa Mekar Jaya memiliki keunikan
sumberdaya tersendiri. Dari segi kepekaan sumberdaya, 100% responden
mengatakan kawasan Ekowisata di Kampung Rawa Mekar Jaya sangat baik
karena terdapat nilai pengetahuan, budaya/sejarah, pengobatan, kepercayaan dan
adat istiadat. Untuk variasi kegiatan, 6% responden mengatakan bahwa kegiatan
yang boleh dilakukan di kawasan ekowisata mangrove di Kampung Rawa Mekar
Jaya yaitu hanya sekedar melihat dan berswafoto di area mangrove, 27%
mengatakan pendidikan/penelitian dan menikmati keindahan alam dan 67%
menikmati keindahan alam, belajar tentang mangrove, budidaya tambak udang
dan kepiting yang dibimbing langsung oleh pengelola ekowisata mangrove.
Kondisi kebersihan lokasi 4% responden mengatakan kawasan ekowisata
mangrove di Kampung Rawa Mekar Jaya tidak ada pengaruh dari industri, 9%
mengatakan jalan ramai, dan tidak ada sampah dan 87% mengatakan tidak ada
pengaruh dari industri, jalan ramai dan sampah. Dari segi Keamanan 27%
mengatakan tidak adanya arus berbahaya, 33% mengatakan tidak adanya arus
berbahaya, tidak ada penebangan liar di bagian hulu dan 40% mengatakan tidak
adanya arus berbahaya, tidak adanya penebangan liar dan tidak ada pencurian.
Untuk segi kenyamanan di kawasan ekowisata mangrove di Kampung Rawa
Mekar Jaya menurut responden dikatakan nyaman. Hal ini dilihat dari persentase
responden, dimana 100% responden yang mengatakan nyaman.

255
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Aksesibilitas
Objek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus dicapai serta
dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena itu harus selalu ada jalan
menuju onjek wisata. Jalan merupakan akses ke objek dan harus berhubungan
dengan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses menentukan
aksesibilitas suatu objek wisata. Akses menuju kawasan Ekowiasata Mangrove
Kampung Rawa Mekar Jaya dapat dicapai melalui jalan darat yang kondisinya
cukup baik.

Gambar 2. Aksesibilitas

Berdasarkan Gambar 2, menunjukkan 89,1% pengunjung mengatakan


kondisi jalan menuju kawasan Ekowisata Mangrove di Kampung Rawa Mekar
Jaya baik dan 10,9% mengatakan cukup baik. untuk jarak tempuh, 14,5%
responden mengatakan kawasan Ekowisata Mangrove Kampung Rawa Mekar
Jaya ini tidak terlalu jauh dari pusat Kota Siak yaitu sekitar 10-15 km dan 85,1%
responden mengatakan jauh karena jarak tempuhnya lebih kurang 15km. Dari segi
waktu tempuh dari pusat Kota, 70,9% responden mengatakan bahwa waktu
tempuh dari pusat Kota tidak terlalu lama karena bisa ditempuh sekitar 1-2 jam.
Untuk tipe jalan, 87,3% responden mengatakan jalan menuju kawasan Ekwosiata
Mangrove Kampung Rawa Mekar Jaya ini baik, karena jalannya bersapal akan
tetapi jalannya kecil yang lebarnya lebih kurang 3 meter.

Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi


Gambar 3, menunjukkan bahwa 42% responden mengatakan adanya tata
ruang di wilayah objek tetapi tidak sesuai dan 58% responden mengatakan tidak
ada. Untuk status lahan kawasan Ekowisata mangrove di Kampung Rawa Mekar
Jaya 100% responden mengatakan tanah adat. Dari segi mata pencaharian
penduduk, 100% responden mengatakan mata pencahariannya sebagian besar
buruh tani. Pendidikan masyarakat sekitar menurut 33% responden mengatakan
sebagian besar pendidikan masyarakat hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) leatas dan 67% responden mengatakan sebagian besar lulusan Sekolah
Dasar (SD).

256
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Gambar 3. Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi

Akomodasi
Akomodasi merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan
wisata khususnya dari pengunjung yang cukup jauh. Hasil pengamatan dan
penilaian pengunjung di lapangan dan informasi dari petugas serta masyarakat
sekitar diketahui bahwa di sekitar Ekowisata Mangrove Rawa Mekar Jaya masih
terdapat 1 kamar penginapan.

Gambar 4. Akomodasi

Sarana dan Prasarana Penunjang


Sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di kawasan Ekowisata
Rawa Mekar Jaya tersebut adalah rumah makan, pasar tradisional yang hanya
buka pada hari Rabu dan Puskesmas pembantu yang tidak jauh dari Kampung
Rawa Mekar Jaya. Selain itu juga da jaringan listrik, depot air minum dan
terkadang ada pangkalan ojek di persimpangan Kampung Rawa Mekar Jaya.
Berdasarkan Gambar 5, Prasarana kawasan Ekowisata Mangrove Rawa
Mekar Jaya menurut 20% responden mengatakan ada tiga prasarana yang ada di
kawasan Ekowisata Mangrove Rawa Mekar Jaya ini dan 80% responden
mengatakan hanya ada dua prasarana dari segi sarana penunjang, 11% responden
mengatakan ada tiga dan 89% responden mengatakan hanya ada dua sarana
penunjang. Sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di kawasan Ekwoisata
Rawa Mekar Jaya tersebut adalah rumah makan, pasar tradisional yang hanya
buka pada hari Rabu dan Puskesmas pembantu yang tidak jauh dari Kampung
Rawa Mekar Jaya. Selain itu juga da jaringan listrik, depot air minum dan
terkadang ada pangkalan ojek di persimpangan Kampung Rawa Mekar Jaya.

257
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Gambar 5. Sarana dan Prasarana Penunjang

Hasil Pengukuran Karakteristik Fisika-Kimia Perairan


Hasil pengukuran Karakteristik fisika-kimia air Sungai Rawa Mekar Jaya
dari ketiga Stasiun dapat dilihat pada karakteristik fisika-kimia yang diukur adalah
suhu, kecepatan arus, kedalaman, oksigen terlarut dan derajat keasaman (pH).

Tabel 1. Pengukuran Karakteristik Fisika-Kimia Perairan.

Keadaan pengunjung kawasan Ekowisata Mangrove di Kampung Rawa


Mekar Jaya

Dari hasil pengamatan jumlah pengunjung wisata di kawasan Ekowisata


Mangrove di Kampung Rawa Mekar Jaya yang berkunjung selama penelitian
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah pengunjung kawasan Ekowisata Mangrove

258
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Pengelolaan Kawasan Ekowisata Rawa Mekar Jaya


Setelah selesai identifikasi dan analisis strategi terhadap faktor-faktor
strategis internal dan eksternal, kemudian disusun matriks yang dapat
dideskripsikan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang ada sesuai
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk menghasilkan alternatif
strategi dalam pengelolaan kawasan Ekowisata Rawa Mekar Jaya. pengembangan
obyek daya tarik Ekowisata Mangrove di Kampung Rawa Mekar Jaya sebesar
2285,0 dengan rata-rata skor 457,0 atau potensial dan dengan adanya Ekowisata
Mangrove ini masyarakat dapat mempertahankan, dan melestarikan Ekosistem
Mangrove di kawasan Kampung Rawa Mekar Jaya.

Penentuan Matriks Strategi Pengelolaan Kawasan Ekowisata Rawa Mekar


Jaya
Setelah selesai identifikasi dan analisis strategi terhadap faktor-faktor
strategis internal dan eksternal, kemudian disusun matriks yang dapat
dideskripsikan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang ada sesuai
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk menghasilkan alternatif
strategi dalam pengelolaan kawasan Ekowisata Rawa Mekar Jaya. Dapat dilihat
pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks Strategi

259
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Karakteristik fisika-kimia air Sungai Rawa Mekar Jaya mendukung tujuan
wisata yaitu suhu berkisar 28-290C, kecepatan arus 0,11-0,41 m/s, kedalaman 2-6
m, oksigen terlarut (DO) 4,18-5,08 Mg/L dan derajat keasaman (pH) 6-7. Hasil
pengukuran karakteristik fisika dan kimia ini tergolong baik. berdasarkan baku
mutu PP No. 82 Tahun 2001. Berdasarkan hasil penilaian kriteria potensi obyek
daya tarik Ekowisata Mangrove di Kampung Rawa Mekar Jaya mendapatkan nilai
Baik (A) Nilai kelayakan

Saran
Adapun Saran dari penelitian ini ialah:
1. Pengelola diharapkan menjaga kenyamanan para pengunjung dengan
menyediakan akomodasi dan fasilitas yang terawat dan dijaga kegunaannya.
2. Manajemen/ pengelola kawasan mangrove Kampung Rawa Mekar Jaya
diharapkan lebih kreatif dan inovatif, karena banyak sekali obyek wisata lain
sebagai kompetitor yang terdapat di kota siak.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah
memberi dukungan financial dan kepada para pembimbing yang telah membantu
terhadap penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, 2006. Planning Research in Hopitality and Tourism. Elsevier Ltd.,


London, UK

Mulyadi, 2009 Tergerusnya Kearifan Lokal, Kompasiana. Jakarta

Sartini, A. 2004. Potensi Ekologis dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove di


Wilayah Pesisir. Cetakan Pertama. IPB Press.Kampus IPB Taman Kencana,
Bogor - Indonesia.

Soekadijo,2000. Kondisi Dan Manfaat Langsung Ekosistem Mangrove Kampung


Penunggul Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan.

Krausset, 2008. Towards reducing environmental impacts of pond aquaculture.


INFOFISH International 2(98): 27-33.

Martinuzzi, 2009. Sedimentology, Process and Product. Chapman & Hall, 2-6
Boundaty Row, London tp: 284.

Waryono, 2000. Studi Kesesuaian Ekowisata Mangrove di Kecamatan Kampung


Melayu Kota Bengkulu. Program Studi Ilmu Kelautan.
260

Anda mungkin juga menyukai