Anda di halaman 1dari 6

YUNITA INDAH SAPUTRI_23_XII MIPA 3

1. LYMPHOGRANULOMA VENERUM

Penyebab Lymphogranuloma Venereum

Lymphogranuloma venereum (LGV) terjadi akibat infeksi bakteri Chlamydia


trachomatis tipe L1, L2, dan L3. Meski sama-sama disebabkan oleh bakteri C.
trachomatis, penyebab LGV berbeda dengan bakteri penyebab klamidia atau
chlamydia. Klamidia disebabkan oleh bakteri C. trachomatis tipe D-K. Infeksi
bakteri C. trachomatis pada LGV menyerang sistem limfatik (getah bening). Infeksi
ini dapat menular lewat kontak langsung dengan ulkus, yaitu luka seperti borok yang
cukup dalam, pada kulit penderita. Umumnya, penularan terjadi saat berhubungan
seksual.

Gejala-gejala Lymphogranuloma Venereum

Tahap 1

Gejala tahap 1 dapat muncul sekitar 10–14 hari setelah seseorang terinfeksi. Gejala
pada tahap satu adalah luka ulkus kecil yang dangkal pada area kelamin atau mulut
tempat terjadinya kontak dengan bakteri penyebab infeksi.

Luka tersebut juga dapat berkumpul sehingga sering diduga herpes. Luka ini tidak
menimbulkan rasa sakit dan dapat menghilang dalam beberapa hari. Akibatnya, gejala
tahap 1 LGV sering tidak disadari.

Tahap 2

Gejala tahap 2 terjadi sekitar 2–6 minggu setelah gejala tahap 1. Gejala tahap 2 dapat
berupa:

 Pembengkakan kelenjar getah bening di pangkal paha (buboes) dan pada


kelenjar getah bening di leher bila penularan dilakukan secara oral
 Gangguan pada area anus dan dubur, seperti nyeri pada anus, nyeri saat BAK
dan BAB, sembelit, terjadi perdarahan di dubur, hingga BAB seperti belum
tuntas (tenesmus)
 Gangguan umum, seperti sakit kepala, tidak enak badan, demam, mual,
muntah, hingga nyeri sendi

Pada tahap ini, sebagian pasien bisa saja tidak menyadari terjadinya LGV karena
gejala di atas bisa mirip dengan beberapa penyakit lain. Misalnya, gangguan pada area
anus mirip dengan gejala kolitis ulseratif.
Tahap 3

Gejala tahap 3 biasanya baru muncul ketika infeksi tidak kunjung diatasi. Jeda
kemunculan gejala tahap 3 sangat beragam, bahkan bisa baru muncul hingga 20 tahun
setelah penderita pertama kali terinfeksi LGV.

Gejala pada tahap 3 dapat berupa:

 Abses atau kumpulan nanah pada area infeksi


 Fistula ani
 Edema atau pembengkakan pada kelenjar getah bening dan area kelamin
 Kematian jaringan dan pecahnya kelenjar getah bening
 Perubahan bentuk kelamin
 Infertilitas atau kemandulan

2. GONORE

Penyebab Gonore

Penyebab gonore adalah infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini paling


sering menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral dan seks anal. Seseorang
lebih mudah terkena gonore apabila sering bergonta-ganti pasangan seks atau bekerja
sebagai pekerja seks.

Gejala Gonore

Gonore dapat terjadi pada pria maupun wanita, namun gejala yang muncul pada pria
dan wanita berbeda. Gejala utama gonore yang muncul pada pria berupa keluarnya
nanah dari penis dan rasa sakit saat buang air kecil. Sedangkan pada wanita, gonore
sering kali tidak menimbulkan gejala

3. SIFILIS

Penyebab sifilis

 Raja singa atau sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang berbentuk


spiral. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil, lecet, ruam pada
kulit, atau melalui selaput lendir, yaitu jaringan dalam mulut atau kelamin.

Sifilis lebih banyak menular ketika berhubungan seksual dengan penderita. Selain
hubungan seksual, penyebaran bisa terjadi melalui kontak fisik dengan luka yang ada
di penderita atau menular dari ibu ke janin saat kehamilan dan persalinan.

Gejala sifilis

Gejala sipilis atau sifilis berkembang sesuai dengan tahapan yang dialami. Pada
tahapan tertentu, gejala sifilis sudah tidak muncul, namun penderita masih tetap
bisa menularkannya kepada orang lain. Berikut adalah penjelasan gejala sifilis, yang
juga dikenal dengan penyakit raja singa, berdasarkan tahap perkembangan
penyakitnya:
Sifilis Primer
Gejala muncul antara 10 hingga 90 hari setelah terpapar bakteri penyebab sifilis.
Awalnya, gejala yang muncul berupa luka kecil pada kulit (chancre) yang tidak
terasa sakit. Luka ini timbul pada lokasi bakteri masuk ke dalam tubuh, biasanya di
area sekitar kelamin.
Selain di area kelamin, luka juga dapat muncul di area mulut atau dubur. Tidak hanya
muncul di bagian luar, luka akibat sifilis atau sipilis ini, juga bisa muncul di bagian
dalam vagina, dubur, atau mulut sehingga tidak terlihat. Karena luka tersebut bisa
tidak menimbulkan rasa sakit, penderita bisa tidak menyadari terkena sifilis.
Luka ini dapat menghilang dalam waktu 3 hingga 6 minggu, namun hal tersebut
bukan berarti penderita telah pulih. Bila tidak diobati, kondisi ini justru menandakan
infeksi telah berkembang dari primer menjadi sekunder.
Pada tahap ini, di area selangkangan juga dapat muncul benjolan yang
menandakan pembengkakan kelenjar getah bening, sebagai reaksi dari pertahanan
tubuh.

Sifilis Sekunder
Beberapa minggu setelah luka menghilang, gejala sifilis sekunder berbentuk ruam
bisa muncul di bagian tubuh mana pun, terutama di telapak tangan dan kaki. Ruam
tersebut dapat disertai kutil pada area kelamin atau mulut, namun tidak menimbulkan
rasa gatal.
Biasanya ruam yang muncul berwarna merah atau merah kecoklatan dan terasa kasar,
tapi ruam tersebut sering terlihat samar sehingga penderita tidak menyadarinya.
Selain timbul ruam, gejala sipilis (sifilis) tahap sekunder juga dapat disertai gejala
lain, seperti demam, lemas, nyeri otot, sakit tenggorokan, pusing, pembengkakan
kelenjar getah bening, rambut rontok, serta penurunan berat badan.
Ruam pada tahap ini juga akan menghilang meski penderita tidak menjalani
pengobatan. Namun gejala dapat muncul berulang kali setelahnya. Tanpa pengobatan
yang tepat, infeksi dapat berlanjut ke tahap laten atau tahap tersier.

Sifilis Laten
Pada sifilis tahap ini, bakteri tetap ada, tapi sifilis tidak menimbulkan gejala apa pun
selama bertahun-tahun. Selama 12 bulan pertama tahap sifilis laten, infeksi masih
bisa ditularkan. Setelah dua tahun, infeksi masih ada di dalam tubuh, tapi tidak bisa
ditularkan kepada orang lain lagi.
Jika tidak diobati, infeksi ini dapat berkembang menjadi tahap tersier yang merupakan
tahap sifilis paling berbahaya.
Sifilis Tersier
Infeksi pada tahap ini dapat muncul antara 10 hingga 30 tahun setelah terjadinya
infeksi pertama. Sifilis pada tahap tersier ditunjukkan dengan kerusakan organ
permanen, sehingga bisa berakibat fatal bagi penderitanya.
Pada tahap ini, sifilis bisa sangat berbahaya dan bahkan menyebabkan kematian.
Sifilis tersier bisa berdampak pada mata, otak, jantung, pembuluh darah, hati, tulang,
dan sendi-sendi. Akibatnya, penderita bisa mengalami kebutaan, stroke, atau penyakit
jantung.

Sifilis Kongenital
Bila ibu hamil terkena sifilis atau raja singa, infeksi ini juga dapat menyebar kepada
anaknya, baik sejak dalam kandungan atau saat persalinan. Sifilis jenis ini disebut
sifilis bawaan atau sifilis kongenital. Kondisi ini sering menimbulkan komplikasi
serius saat kehamilan, seperti keguguran, kematian janin dalam kandungan, atau
kematian bayi beberapa saat setelah dilahirkan. Bila berhasil hidup, bayi yang lahir
dengan sifilis atau sipilis kongenital biasanya tidak menunjukkan gejala tertentu pada
awalnya. Namun, beberapa bayi dapat mengalami ruam di bagian telapak tangan atau
telapak kaki, serta pembengkakan kelanjar getah bening dan organ limpa.
Kondisi sifilis kongenital dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti:

 Batang hidung yang rata.


 Kelainan bentuk gigi.
 Anemia berat.
 Pertumbuhan tulang yang abnormal.
 Meningitis.
 Ganguan saraf, seperti buta atau tuli.

4. AIDS

Penyebab HIV dan AIDS

Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan


melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik
yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat
menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular.
Semua orang berisiko terinfeksi HIV.

Gejala HIV dan AIDS

Tahap Pertama:

 Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah


terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
 Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
 Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah
bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

 Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.


 Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
 Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
 Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

 Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut
menjadi AIDS.
 Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
 Merasa lelah setiap saat.
 Sulit bernapas.
 Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
 Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
 Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
 Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.

5. CHANCROID

Penyebab Chancroid

Penyakit chancroid disebabkan oleh bakteri berbentuk batang (basil), H. ducreyi, yang
berpotensi tinggi menimbulkan infeksi. Bakteri tersebut masuk ke dalam kulit,
sehingga menyebabkan reaksi peradangan. Racun yang dihasilkan bakteri
menyebabkan regenerasi sel terhenti. sehingga terjadi kematian sel dan jaringan tubuh
(nekrosis).

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bakteri H. ducreyi menular melalui kontak


seksual. Waktu yang dibutuhkan bakteri dari terpapar sampai menimbulkan gejala
adalah sekitar 1-2 minggu.

Gejala Chancroid

Gejala awal chancroid biasanya ditandai dengan munculnya satu atau beberapa
benjolan berwarna merah pada area genital, setelah tiga atau tujuh hari terinfeksi.
Pada pria, benjolan merah kecil terlihat pada kulup dan beberapa bagian penis.
Sedangkan pada wanita, jumlah benjolan dapat mencapai beberapa buah yang berada
di antara labia, anus, atau paha. Benjolan tersebut bisa menjadi semakin besar dan
berisi nanah. Apabila pecah, dapat meninggalkan luka terbuka atau borok yang terasa
nyeri.

Ukuran luka biasanya sekitar 2-5 cm dengan bagian tengah luka yang lembut
berwarna abu-abu kekuningan, luka mudah mengeluarkan darah jika disentuh, terasa
nyeri saat berhubungan seksual dan berkemih, juga disertai pembengkakan kelenjar
getah bening pada pangkal paha yang bisa pecah dan mengeluarkan nanah.

Sumber : Hallodokter

Anda mungkin juga menyukai