Anda di halaman 1dari 24

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

SEORANG LAKI - LAKI 33 TAHUN


DENGAN TB PARU DAN PPOK EKSASERBASI AKUT

PENYUSUN
Rikza Maya Hul Uyun, S.Ked
J510225103

PEMBIMBING
dr. Nia Marina Premesti, Sp.P., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT PARU


RSUD IR. SOEKARNO SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT

Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Judul : Seorang Laki – Laki 33 Tahun Dengan TB Paru Dan PPOK Eksaserbasi Akut

Penyusun: Rikza Maya Hul Uyun, S.Ked J510225103

Pembimbing : dr. Nia Marina Pramesti, Sp.P., M.Kes

Sukoharjo, 13 Juli 2023


Penyusun

(Rikza Maya Hul Uyun, S.Ked)


)
)
Menyetujui,
Pembimbing

dr. Nia Marina Pramesti , Sp. P., M.Kes.

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi
Dokter Fakultas Kedokteran UMS

dr. Sulistyani, Sp.S

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
ABSTRACT..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................2
ILUSTRASI KASUS................................................................................................................2
DISKUSI...................................................................................................................................6
TUBERKULOSIS PARU........................................................................................................6
PPOK EKSASERBASI AKUT.............................................................................................10
KESIMPULAN.......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

iii
SEORANG LAKI - LAKI 33 TAHUN DENGAN
TB PARU DAN PPOK EKSASERBASI AKUT
A 33-YEAR-OLD MALE WITH PULMONARY TB AND ACUTE COPD EXACERBATIONS

CASE REPORT

Rikza Maya Hul Uyun*, Nia Marina Premesti **


*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Profesi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
**Dokter Spesialis Paru, RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo

ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri dari kelompok
Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis.Terdapat beberapa spesies Mycobacterium
tuberculosis kompleks, antara lain: M. tuberculosis, Varian Asian, Varian African I, Varian African
II, M. bovis, M. leprase, dan juga dapat disebabkan oleh MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) seperti M. kansasi, M. avium, M. intra cellularre, M. scrofulaceum, M.malmacerse, M.
xenopi. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyakit paru yang diakibatkan oleh adanya
hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Eksaserbasi PPOK didefinisikan sebagai
perburukan gejala pernapasan akut yang memerlukan terapi tambahan dan dapat dipicu oleh beberapa
faktor, yang paling sering infeksi saluran pernapasan. Penyebab lainnya adalah polusi udara,
kelelahan, dan adanya komplikasi. Pasien berusia 33 tahun datang ke IGD RSUD Ir.Soekarno
Sukoharjo dengan keluhan utama batuk (+) dan sesak nafas (+) yang dirasakan sejak 2 bulan. Lalu
dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan sejumlah pemeriksaan penunjang untuk
mendiagnosis pasien yang terdiagnosis akhir TB Paru, PPOK, dan melakukan terapi sesuai dengan
prosedur dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk menangani pasien.

Kata Kunci: Obstruksi Dyspnea, TB Paru, PPOK.

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by bacterial infection from the Mycobacterium
group, namely Mycobacterium tuberculosis. There are several species of complex Mycobacterium
tuberculosis, including: M. tuberculosis, Asian variant, African I variant, African II variant, M. bovis,
M. leprase, and can also be caused by MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) such as M.
kansasi, M. avium, M. intra cellularre, M. scrofulaceum, M. malmacerse, M. xenopi. Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a lung disease that results from the presence of airflow
obstruction that is not completely reversible. COPD exacerbation is defined as a worsening of acute
respiratory symptoms that require additional therapy and can be triggered by several factors, most
commonly respiratory infections. Other causes are air pollution, fatigue, and complications. A 33-
year-old patient came to the emergency room of Ir.Soekarno Sukoharjo Hospital with the main
complaints of cough (+) and shortness of breath (+) that were felt since 2 months. Then the doctor
performs anamnesis, physical examination, and a number of supporting examinations to diagnose
patients who are diagnosed with the end of Pulmonary TB, COPD, and performs therapy according
to procedures and collaborates with other health workers to treat patients.
Keywords: obstruction dyspnea, pulmonary TB, COPD.

1
PENDAHULUAN sebagai perburukan gejala pernapasan akut
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang memerlukan terapi tambahan.
menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Eksaserbasi dapat dipicu oleh beberapa faktor,
dari kelompok Mycobacterium yaitu yang paling sering infeksi saluran pernapasan.
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat Penyebab lainnya adalah polusi udara,
beberapa spesies Mycobacterium tuberculosis kelelahan, dan adanya komplikasi. Pada
kompleks, antara lain : M. tuberculosis, Varian PPOK, bronkitis kronis dan emfisema sering
Asian, Varian African I, Varian African II, M. kali ditemukan namun keduanya tidak
bovis, M. leprase. selain Mycobacterium termasuk dalam definisi PPOK.
tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan Perubahan fisiologi utama pada PPOK
pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT yaitu terjadi hambatan aliran udara secara
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) progresif yang disebabkan perubahan saluran
seperti M. kansasi, M. avium, M. intra nafas secara anatomi di bagian proksimal,
cellularre, M. scrofulaceum, M.malmacerse, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru
M. xenopi yang terkadang bisa mengganggu dikarenakan adanya suatu proses peradangan
penegakan diagnosis dan pengobatan TB. atau inflamasi yang kronik. Pajanan terhadap
Mycobacterium merupakan bakteri tahan asam faktor pencetus PPOK yaitu partikel noxius
(BTA), yang mempunyai sifat: basil berbentuk yang terhirup bersama dengan udara akan
batang dengan panjang 1-10 mikron dengan memasuki saluran pernapasan dan mengendap
lebar 0,2-0,6 mikron, bersifat aerob, mudah hingga terakumulasi. Akibatnya, pergerakan
mati pada air mendidih (5 menit pada suhu cairan yang melapisi mukosa berkurang dan
80⁰C), mudah mati terkena sinar ultraviolet menimbulkan iritasi pada sel mukosa sehingga
serta tahan hidup berbulan-bulan pada suhu merangsang kelenjar mukosa, kelenjar mukosa
kamar dan ruang yang lembab. akan melebar dan terjadi hiperplasia sel goblet
Penyakit tuberkulosis paru ditularkan sampai produksi mukus berlebih dan dapat
melalui udara secara langsung dari penderita mengakibatkan rusaknya dinding alveolus
penyakit tuberkulosis kepada orang lain. berupa perforasi alveolus.
Droplet yang mengandung basil tuberkulosis ILUSTRASI KASUS
yang dihasilkan dari batuk dapat melayang di Pasien Tn. S usia 33 tahun rujukan dari
udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam. . Jika RS Dr. Oen Solo Baru datang ke IGD RSUD
droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, Ir. Soekarno Sukoharjo pada hari Minggu, 25
maka droplet akan masuk ke sistem pernapasan Juni 2023 pukul 21.00 WIB dengan keluhan
atas dan bawah. utama batuk (+) dan sesak nafas (+).
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) Kronologinya pasien rujukan dari RS Dr. Oen
adalah penyakit paru diakibatkan oleh adanya Solo Baru dengan TB, Pneumonia, dan PPOK
hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya eksaserbasi akut disertai dengan keluhan sesak
reversibel. Eksaserbasi PPOK didefinisikan (+) dan batuk (+) yang dirasakan sejak 2 bulan.

2
Akhirnya pasien memutuskan untuk datang ke Juni 2023 pukul 22.35 WIB sebagai berikut:
IGD RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo. Pasien Pemeriksaan Hasil Nilai
dirawat di RS Dr. Oen Solo Baru sejak hari Rujukan
Minggu, 18 Juni 2023 dan sempat dirawat di Leukosit 4.1x10 /uL
3
3.8 – 10.6
ICU 2 kali. Pasien menyangkal riwayat alergi Eritrosit 4.01x10 /uL
6
4.40 – 5.90
makanan maupun obat. Pasien juga
menyangkal riwayat diabetes melitus, asma, Hemoglobin 9.7 g/dL 13.2 – 17.3

alergi obat, dan penurunan berat badan drastis


Trombosit 108x103/uL 150 – 450
akhir akhir ini. Pasien menyangkal bahwa
Diff. Count
keluarga pasien memiliki riwayat hipertensi.
- NRBC 0.00 % 0–1
Riwayat penyakit serupa (PPOK), diabetes
- Neutrofil 89.3 % 53 – 75
melitus, asma, penyakit jantung, disangkal oleh
- Limfosit 7.6 % 25 – 40
keluarga pasien.
- Monosit 2.90 % 2–8
Keadaan umum pasien lemah,
- Eusinofil 00.00 % 2–4
kesadaran compos mentis, tekanan darah 95/56
- Basofil 0.20 % 0–1
mmHg, heart rate 89 x/menit, respiratory rate
28 x/menit, suhu 360C, dan SpO2 100%. Pada
Kimia Klinik menunjukkan
pemeriksaan fisik head to toe, secara inspeksi
kepala kesan normal, pada mata konjungtiva Nilai
Pemeriksaan Hasil
Rujukan
tidak anemis dan pupil normal. Leher tidak
terdapat pembesaran kelenjar/struma dan tidak GDS 70 mg/dL 70 -120
ada peningkatan JVP. Pada pemeriksaan fisik
Ureum 41.0 mg/dL 0 – 31
thoraks secara palpasi tidak terdapat benjolan
pada leher dan dada, pergerakan dada saat Creatinin 0.28 mg/dL 0.60 – 1.10
respirasi normal. Pada perkusi thoraks
SGOT 53.95 mg/dL 0 – 30
ditemukan suara sonor (+/+). Auskultasi
didapatkan suara vesikuler (+/+) suara ronki 30.5 U/L
SGPT 0 – 50
basah kasar (+/+) pada dan wheezing (-/-), dan
Elektrolit
pada jantung dalam batas normal. Pemeriksaan
- Natrium 134.4 mmol/L 135 – 147
fisik abdomen auskultasi terdengar suara
- Kalium 3.68 mmol/L 3.5 – 5.0
peristaltik usus regular, inspeksi tidak terdapat
- Chlorida 102.6 mmol/L 95.0 – 105.0
benjolan dan asites (-), palpasi nyeri tekan (-),
HBsAq Non Non
perkusi didapatkan suara timpani. Tidak
Reaktif reaktif
terdapat edem pada kedua extremitas atas dan
bawah, CRT <2 detik. Pada pemeriksaan
antigen SARS CoV-2 negatif. Pemeriksaan
laboratorium darah lengkap pada tanggal 25

3
1x2 tab, digoxin 1x1, ketokonazol 1x200
Pemeriksaan radiologi Toraks AP mg.
menunjukkan: Observasi hari ke 1 Senin 26 Juni
2023 pasien telah berada di ICU bed 1,
pasien mengeluhkan lemas, sesak nafas
berkurang, batuk (-), pilek (-) demam (-),
pusing (+), dan berat bada menurun.
Pemeriksaan fisik thoraks secara inspeksi
kanan dan kiri sama dan simetris, palpasi
fremitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor
kanan dan kiri, auskultasi terdengar suara
dasar vesikuler (+/+), rhonki (+/+),
wheezing (-/-), suara jantung normal.
Abdomen supel, BU (+). Akral hangat, CRT
<2 detik. Pemeriksaaan vital sign KU lemah
compos mentis GCS E4V5M6, TD 116/76
Gambar 1. Foto Thorax AP mmHg, HR 103x/menit, RR 27x/menit,
Pemeriksaan radiologi foto polos thorak pada suhu 36oC, SpO2 97%, O2 NRM 10 lpm.
25 Juni 2023 didapatkan kesan: Pasien mendapatkan terapi berupa RA + 1
- Menyokong gambaran TB pulmo amp aminophilin dinaikkan dosisnya dan
bilateral dd pneumonia bilateral terapi tatalaksana lanjut sesuai dengan
- Besar cor normal DPJP.
Berdasarkan dari anamnesis, gejala, Observasi hari ke 2, 27 Juni 2023,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang pasien mengeluhkan lemas, dan masih
dan klinis pasien didiagnosis TB paru, terasa sesak. Keadaan umum lemas kompos
PPOK eksaserbasi akut. Pasien mentis, tekanan darah 106/69 mmHg, heart
dikonsultasikan pada dokter spesialis paru. rate 85x/menit, respiratory rate 23x/menit,
Pasien mendapatkan terapi advise suhu 36,2oC, SpO2 99%, oksigen NRM 15
dari dokter paru saat di IGD O2 10 lpm lpm. Pemeriksaan fisik thoraks secara
NRM (Non Breathing Oxygen Face Mask), inspeksi fisik thoraks secara inspeksi kanan
RA + ½ amp amino 20 tpm, N. Bion 1 dan kiri sama dan simetris, palpasi fremitus
amp/24 jam, meropenem 1 gr/8 jam, kanan dan kiri sama, auskultasi terdengar
levodrip 500 mg/24 jam, MP 40 mg/12 jam, suara dasar vesikuler (+/+), rhonki basah
omeprazole 1 amp/12 jam, ondancentron 1 (-/-), wheezing (-/-). Pasien tidak
amp/12 jam, antrain 1 amp/8 jam, resfar mendapatkan terapi tambahan dan
1200 mg/24 jam, combi + pulmi/8 jam, tatalaksana lanjut sesuai dengan DPJP.
salbutamol 3x1, stop TB kit fase intensif Observasi hari ke 3, 28 Juni 2023,

4
pasien mengeluhkan lemas, sesak nafas SpO2 95% dengan oksigen NRM 15 lpm.
berkurang, mual (-), muntah (-). Keadaan Pemeriksaan fisik thoraks secara inspeksi
umum lemas, kesadaran compos mentis kanan dan kiri sama dan simetris, palpasi
dengan skor GCS E4V5M6, tekanan darah fremitus kanan dan kiri sama, perkusi
107/65 mmHg, heart rate 88 x/menit, hipersonor kanan dan kiri, auskultasi
respiratory rate 27 x/menit, suhu 36,5o C, dan terdengar suara dasar vesikuler (+/+),
SpO2 98% dengan oksigen NRM 15 lpm. rhonki (-/-), wheezing (-/-). Pasien tidak
Pemeriksaan fisik thoraks secara inspeksi mendapatkan terapi tambahan dan
kanan dan kiri sama dan simetris, palpasi tatalaksana lanjut sesuai dengan DPJP.
fremitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor Observasi hari ke 5, 30 Juni 2023,
kanan dan kiri, auskultasi terdengar suara pasien mengeluhkan lemas, sesak, dan
dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing terkadang disertai batuk. Keadaan umum
(-/-). Pasien diberikan terapi tambahan lemas, kesadaran compos mentis dengan skor
injeksi D40% 2 fl, selanjutnya diobservasi GCS E4V5M6, tekanan darah 96/71 mmHg,
dan tatalaksana lanjut sesuai dengan DPJP. heart rate 96 x/menit, respiratory rate 22
Observasi hari ke 3, 28 Juni 2023, pasien x/menit, suhu 36 o C, dan SpO2 99% dengan
mengeluhkan lemas, sesak nafas berkurang, oksigen NRM 15 lpm. Pemeriksaan fisik
mual (-), muntah (-). Keadaan umum lemas, thoraks kanan dan kiri sama dan simetris,
kesadaran compos mentis dengan skor GCS palpasi fremitus kanan dan kiri sama, perkusi
E4V5M6, tekanan darah 107/65 mmHg, sonor kanan dan kiri, auskultasi terdengar
heart rate 88 x/menit, respiratory rate 27 suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
x/menit, suhu 36,5 C, dan SpO2 98% dengan
o
wheezing (-/-). Pasien tidak mendapatkan
oksigen NRM 15 lpm. Pemeriksaan fisik terapi tambahan dan tatalaksana lanjut sesuai
thoraks secara inspeksi kanan dan kiri sama dengan DPJP.
dan simetris, palpasi fremitus kanan dan kiri Observasi hari ke 7, 1 Juli 2023,
sama, perkusi sonor kanan dan kiri, pasien mengeluhkan sesak berkurang, lemas
auskultasi terdengar suara dasar vesikuler (+), batuk (-). Keadaan umum lemas,
(+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-). Pasien kesadaran compos mentis, tekanan darah
diberikan terapi tambahan injeksi D40% 2 fl, 88/58 mmHg, heart rate 77 x/menit,
selanjutnya diobservasi dan tatalaksana respiratory rate 19 x/menit, suhu 36 o C, dan
lanjut sesuai dengan DPJP. Observasi hari ke SpO2 99% dengan oksigen NRM 15 lpm.
4, 29 Juni 2023, pasien mengeluhkan lemas Pemeriksaan fisik thoraks kanan dan kiri
berkurang, sesak berkurang, mual berkurang. sama dan simetris, palpasi fremitus kanan
Keadaan umum lemas, kesadaran kompos dan kiri sama, perkusi sonor kanan dan kiri,
mentis dengan skor GCS E4V5M6, tekanan auskultasi terdengar suara dasar vesikuler
darah 100/78 mmHg, heart rate 86 x/menit, (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-). Pasien
respiratory rate 20 x/menit, suhu 36,3o C, dan mendapatkan terapi tambahan berupa SP

5
Vascon (norepinefrin) dengan dosis mulai IGD RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo pada hari
0,1 mcg/kgBB/menit, titrasi target MAP 70 Minggu, 25 Juni 2023 pukul 21.00 WIB
dan tatalaksana lanjut sesuai dengan DPJP. dengan keluhan utama batuk (+) dan sesak
Observasi hari ke 8, 2 Juli 2023, nafas (+). Diagnosis awal masuk pasien
pasien mengeluhkan sesak berkurang, lemas berupa obs. Dyspnea, TB, Pneumonia, dan
(+), batuk (-). Keadaan umum lemas, PPOK eksaserbasi akut. Diagnosis
kesadaran compos mentis, tekanan darah didapatkan dari anamnesis pasien yang
88/58 mmHg, heart rate 77 x/menit, mengeluhkan adanya rasa sesak didada,
respiratory rate 19 x/menit, suhu 36 o C, dan batuk yang dirasakan sejak 2 bulan.
SpO2 99% dengan oksigen NRM 15 lpm. Pada pemeriksaan fisik thoraks secara palpasi
Pemeriksaan fisik thoraks kanan dan kiri tidak terdapat benjolan pada leher dan dada,
sama dan simetris, palpasi fremitus kanan pergerakan dada saat respirasi normal.
dan kiri sama, perkusi sonor kanan dan kiri, Auskultasi didapatkan suara vesikuler (+/+)
auskultasi terdengar suara dasar vesikuler suara ronki (+/+) dan wheezing (-/-).
(+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-). Pasien Pemeriksaan darah lengkap menunjukan
tidak mendapatkan terapi tambahan dan penurunan eritrosit, peningkatan neutrofil,
tatalaksana lanjut sesuai dengan DPJP. gula darah sewaktu normal serta ureum
Observasi hari ke 9, 3 juli 2023, meningkat dan kreatinin yang menurun. Pada
pasien mengeluhkan sesak sudah lebih pemeriksaan foto thorax didapatkan
berkurang tetapi badan masih merasa lemas. menyokong gambaran TB pulmo bilateral dd
Keadaan umum lemas, kesadaran compos pneumonia bilateral dan besar cor normal.
mentis dengan skor GCS E4V5M6, tekanan Pada hasil laboratorium terdapat penurunan
darah 100/73 mmHg, heart rate 75 x/menit, limfosit, eosinophil, dan natrium. Pasien
respiratory rate 22 x/menit, suhu 36,8 C, dan
o
tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi
SpO2 96% dengan oksigen NRM 8 lpm. akan tetapi terdapat dari klinis pasien dan
Pemeriksaan fisik thoraks kanan dan kiri hasil foto rontgen pasien yang mengarah ke
sama dan simetris, palpasi fremitus kanan PPOK dan TB.
dan kiri sama, perkusi sonor kanan dan kiri,
auskultasi terdengar suara dasar vesikuler DISKUSI
(+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-). Pasien Tuberculosis Paru
mendapatkan terapi tambahan berupa injeksi Definisi
D40 1 fl (ekstra) dan tatalaksana lanjut Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular
sesuai dengan DPJP. yang disebabkan oleh infeksi bakteri dari
kelompok Mycobacterium yaitu
PEMBAHASAN Mycobacterium tuberculoasis. Terdapat
Telah dirawat pasien Tn. S usia 30 beberapa spesies Mycobacterium tuberculosis
rujukan dari RS Dr. Oen Solo Baru datang ke compleks, antara lain : M. tuberculosis,

6
Varian Asian, Varian African I, Varian ultraviolet. Paparan langsung terhadap sinar
African II, M. bovis, M. leprase. Merupakan ultra violet sebagian besar kuman akan mati
Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok dalam beberapa menit, sedangkan dalam
bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium dahak pada suhu antara 30⁰C-37⁰C akan mati
tuberculosis yang bisa menimbulkan dalam waktu lebih kurang 1 minggu dan
gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai kuman dapat bersifat dormant (tidur/tidak
MOTT (Mycobacterium Other Than berkembang) (Kemenkes RI, 2014).
Tuberculosis) seperti M. kansasi, M. avium, Patofisiologi
M. intra cellularre, M. scrofulaceum, Penyakit tuberkulosis paru ditularkan melalui
M.malmacerse, M. xenopi yang terkadang udara secara langsung dari penderita penyakit
bisa mengganggu penegakan diagnosis dan tuberkulosis kepada orang lain. Dengan
pengobatan TB (Fitriani, et. al., 2020). demikian, penularan penyakit tuberkulosis
Etiologi terjadi melalui hubungan dekat antara
Tuberkulosis paru merupakan penyakit penderita dan orang yang tertular (terinfeksi),
menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri misalnya berada di dalam ruangan tidur atau
dari kelompok Mycobacterium yaitu ruang kerja yang sama. Penyebaran penyakit
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat tuberkulosis sering tidak mengetahui bahwa ia
beberapa spesies 10 Mycobacterium, antara menderita sakit tuberkulosis. Droplet yang
lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, mengandung basil tuberkulosis yang
M. leprae. Yang juga dikenal sebagai basil dihasilkan dari batuk dapat melayang di udara
tahan asam (BTA). Yang mempunyai sifat: sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung
basil berbentuk batang, bersifat aerob, mudah ada atau tidaknya sinar matahari serta kualitas
mati pada air mendidih (5 menit pada suhu ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam
80⁰C), mudah mati terkena sinar ultraviolet suasana yang gelap dan lembab kuman dapat
serta tahan hidup berbulan-bulan pada suhu bertahan sampai 9 berhari-hari bahkan
kamar dan ruang yang lembab (Fitriani, et. al., berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh
2020). orang lain yang sehat, maka droplet akan
Secara umum sifat kuman tuberkulosis paru masuk ke system pernapasan dan berlanjut
adalah sejenis kuman yang berbentuk batang pada dinding sistem pernapasan. Droplet besar
dengan panjang 1-10 mikron dengan lebar akan masuk pada saluran pernapasan bagian
0,2-0,6 mikron, kuman berbentuk batang atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke
berwarna merah dalam pemereriksaan di dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada
bawah mikroskop, tahan terhadap suhu rendah predileksi lokasi masuknya droplet kecil.
sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka Basil tuberkulosis yang bersarang pada
waktu yang lama pada suhu diantara 4⁰C jaringan paru akan membentuk suatu focus
sampai minus 70⁰C. Kuman tersebut sangat infeksi primer berupa tempat pembiakan basil
peka terhadap panas sinar matahari dan sinar tuberkulosis tersebut dan tubuh penderita akan

7
memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu
infeksi tersebut akan menyebar melalui
sirkulasi, yang pertama terangsang adalah
limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak
untuk merangsang macrofage, sehingga
berkurang atau tidaknya jumlah kuman
tergantung pada jumlah makrofag. Karena
fungsi dari makrofag adalah membunuh
kuman atau basil apabila proses ini berhasil
dan makrofag lebih banyak maka pasien akan
sembuh dan daya tahan tubuhnya akan Sumber : Pedoman Nasional Pengendalian
meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya Tuberkulosis, 2011
menurun pada saat itu maka bakteri tersebut Diagnosis TB paru sesuai dengan Pedoman
akan bersarang di dalam jaringan paru-paru Nasional Pengendalian Tuberkulosis
dengan membentuk tuberkel. Tuberkel seiring Kementerian Kesehatan RI sebagai berikut:
berjalannya waktu akan bertambah besar dan Suspek TB paru diperiksa 3 spesimen dahak
bergabung menjadi satu dan kemudian akan dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu – pagi –
timbul perkejuan di tempat tersebut. Apabila sewaktu.
jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan Diagnosis TB paru pada orang dewasa
saat penderita batuk yang menyebabkan ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
pembuluh darah pecah, maka pasien akan (BTA). Penemuan BTA melalui pemeriksaan
batuk darah (hemaptoe). (Djojodibroto, 2016). dahak mikroskopis merupakan diagnosis
Diagnosis utama.
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk Pemeriksaan foto toraks digunakan sebagai
berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk penunjang diagnosis.
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu Penatalaksanaan
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak Pengobatan Tujuan utama dari pengobatan
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, tuberculosis (TB) adalah untuk
berat badan menurun, malaise, berkeringat menyembuhkan penderita. Selain itu
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam pengobatan TB juga memiliki beberapatujuan
merianglebih dari satu bulan. lain yaitu :
- Mencegah kematian dan penderita aktif TB
- Mencegah relaps/ kekambuhan kembali
penderita
- Serta untuk menurunkan transmisi penularan
dari TB
Maka untuk mencapai tujuan tersebut

8
diperlukan pengobatan anti TB yang efektif setiap
sesuai dengan kategori dari hari
4 Pasien Standar
Katego Pasien Regimen
dengan TB pengobatan di
ri TB Pengobatan TB
kronis dan design secara
Fase Fase
MDR-TB khusu sesuai
Inisiasi Lanjuta
(hasil kebutuhan dari
n
pemeriksaa maisng-masing
1 Pasien baru 2HRZE 4HR n BTA individu penderita
dengan atau masih
hasil 4H3R3 positif
pemeriksaa atau setelah
n BTA (+) 6HE enjalni
Pasien baru setiap pengobatan
dengan hari jantung)
hasil
Keterangan:
pemeriksaa
n BTA (-) H =INH (5mg/kgbb/hari)
dan disertai R=Rifampisin (10mg/kgbb/hari)
lesi Z=Pirazinamid(25mg/kgbb/hari)
parenkimal
S=Streptomycin (15mg/kgbb/hari)
yang
ekstensif E=Ethambutol(15mg/kgbb/hari)
Pasien Prognosis
dengan
Tanpa pengobatan angka kematian akibat
HIV-AIDS
2 Pasien 2 5 HRE tuberculosis mencapai 50% dalam 5tahun.
yang HRZE atau Namun secara umum, kesembuhan dari
sebelumny S/ 5
tuberkulosis setelah menjalani seri pengobatan
a sudah 2HRZE H3R3E
pernah 3 secara lengkap dan utuh dinilai sangat baik,
terapi dengan fullrecovery ataupun komplikasi
dengan minimal. Hal ini terutama pada kasus-kasus
BTA (+):
Relaps TB non-MDR (Multi Drug Resistance) dan
Pengobata non-XDR (eXtensiVely Drug Resistance).
n setelah Sementara pada pasien-pasien dengan MDR
sempat
ataupun XDR memiliki kemungkinan sembuh
putus lebih
dari 4 yang lebih kecil. Angka kesembuhan kepada
minggu pasien-pasien ini sangat tergantung kepada
Gagal
jenis obat apa yang resistan dan besarnya
pengobatan
3 Pasien baru 2HRZE 4HR kerusakan paru yang sudah terjadi.Risiko
dngan hasil atau kematian /komplikasi meningkat berkaitan
BTA (-) 4 H3R3 dengan factor-faktor lain seperti umur
(selain dari atau
kategori 1) 4 HE (ekstrem muda atau ekstrem tua), kebiasaan

9
merokok, keterlambatan diagnosis dan terapi, Initiative for Chronic Obstructive Lung
imunocompromised dan diabetes. Disease, PPOK adalah penyakit yang umum,
Pencegahan dapat dicegah dan diobati dengan gejala
Beberapa upaya yang dilakukan untuk pernafasan persisten serta keterbatasan aliran
mencegah penularan TB yaitu: udara yang bersifat progresif dan
- Menggunakan masker saat berada berhubungan dengan respon inflamasi pada
ditempat ramai dan berinteraksi paru, biasanya disebabkan akibat pajanan
dengan penderita TBC, serta mencuci terhadap partikel atau gas berbahaya.
tangan. Eksaserbasi PPOK didefinisikan sebagai
- Tutup mulut saat bersin, batuk, dan perburukan gejala pernapasan akut yang
tertawa atau gunakan tisu untuk memerlukan terapi tambahan. Eksaserbasi
menutup mulut, tisu yang sudah dapat dipicu oleh beberapa faktor, yang
digunakan  dimasukan kedalam paling sering infeksi saluran pernapasan.
plastik dan di buang ke kotak sampah. Penyebab lainnya adalah polusi udara,

- Tidak membuang dahak atau meludah kelelahan, dan adanya komplikasi. Pada

sembarangan. PPOK, bronkitis kronis dan emfisema sering

- Pastikan rumah memiliki sirkulasi kali ditemukan namun keduanya tidak

udara yang baik, misalnya dengan termasuk dalam definisi PPOK (GOLD,

sering membuka pintu dan jendela 2020).

agar udara segar serta sinar matahari Faktor risiko

dapat masuk. Menurut Lowe (2019), faktor risiko yang


dapat menyebabkan terjadinya PPOK diantara
- Jangan tidur sekamar dengan orang
lain, seperti asap rokok, polusi udara, stres
lain, sampai dokter menyatakan TBC
oksidatif, sosial ekonomi, tumbuh kembang
yang diderita tidak lagi menular.
paru, asma, dan genetik.
- Khusus bagi penderita TB
Klasifikasi
menggunakan masker ketika berada
Berdasarkan GOLD 2020, klasifikasi
disekitar orang terutama selama tiga
PPOK terbagi menjadi:
minggu pertama pengobatan, upaya
1. Berdasarkan peniaian spirometri untuk
ini dapat membantu mengurangi
mengukur keterbatasan aliran udara pada
resiko penularan.
PPOK pemberian dosis yang memadai
PPOK EKSASERBASI AKUT
dari setidaknya satu bronkodilator inhalasi
Definisi
shortacting, pada pasien yang telah
Penyakit paru obstruksi kronis
terkonfirmasi nilai FEV1/FVC <70.
(PPOK) adalah penyakit paru diakibatkan
Terbagi menjadi 4 tingkatan yaitu:
oleh adanya hambatan aliran udara yang tidak
sepenuhnya reversibel. Menurut Global - GOLD 1: Ringan (FEV1 ≥ 80%)

10
- GOLD 2: Sedang (50% ≤ FEV1 < Dapat mengganggu aktifitas
80%) harian penderita, mengeluarkan

- GOLD 3: (30% ≤ dahak setiap hari dan satu kali

FEV1 < 50%) serangan PPOK dalm setahun

- GOLD 4: Sangat - Skor >20 : Berat.

Berat (FEV1 < 30%) Penderita dapat menghentikan

1. Penilaian gejala sesak aktifitas hariannya

menggunakan penilaian mMRC (Modified - Skor >30 : Sangat berat.

British Medical Research Council) yaitu: Penderita tidak dapat melakukan

- mMRC grade 0: timbul sesak ketika aktifitas harian (GOLD, 2020).

sedang berolahraga atau aktivitas Patogenesis

berat. Hambatan aliran udara yang progresif


memburuk merupakan perubahan fisiologi
- mMRC grade 1: timbul sesak ketika
utama pada PPOK yang disebabkan
sedang bergegas atau saat berjalan
perubahan saluran nafas secara anatomi di
mendaki.
bagian proksimal, perifer, parenkim dan
- mMRC grade 2: saat timbul sesak
vaskularisasi paru dikarenakan adanya suatu
harus berjalan lebih lambat dari orang
proses peradangan atau inflamasi yang kronik
seusianya atau berhenti sejenak
dan perubahan struktural pada paru. Dalam
ketika berjalan untuk bernafas.
keadaan normal, radikal bebas dan
- mMRC grade 3: berhenti untuk
antioksidan berada dalam keadaan dan
bernafas setelah berjalan sekitar 100
jumlah yang seimbang, sehingga bila terjadi
meter atau setelah berjalan beberapa
perubahan pada kondisi dan jumlah ini maka
menit.
akan menyebabkan kerusakan di paru.
- mMRC grade 4: terlalu sesak untuk
Radikal bebas mempunyai peranan besar
meninggalkan rumah tau melakukan
menimbulkan kerusakan sel dan menjadi
aktifitas ringanseperti memakai atau
dasar dari berbagai macam penyakit paru.
melepas baju.
Pajanan terhadap faktor pencetus PPOK yaitu
2. Penilaian gejala menggunakan skor partikel noxius yang terhirup bersama dengan
CAT (COPD Assesment Test) dengan udara akan memasuki saluran pernapasan dan
interpretasi: mengendap hingga terakumulasi. Partikel
- Skor 5 : Normal tersebut mengendap pada lapisan mukus yang
- Skor <10 : Ringan. melapisi mukosa bronkus sehingga
Pasien dapat menjalani aktifitas menghambat aktivitas silia. Akibatnya
harian pergerakan cairan yang melapisi mukosa
- Skor 10-20 : Sedang. berkurang dan menimbulkan iritasi pada sel

11
mukosa sehingga merangsang kelenjar terminal, disertai kerusakan dinding alveoli
mukosa, kelenjar mukosa akan melebar dan yang menyebabkan berkurangnya daya
terjadi hiperplasia sel goblet sampai produksi regang elastis paru. Terdapat dua jenis
mukus berlebih. Produksi mukus yang emfisema yang relevan terhadap PPOK, yaitu
berlebihan menimbulkan infeksi serta emfisema pan-asinar dan emfisema sentri-
menghambat proses penyembuhan, keadaan asinar. Pada jenis pan-asinar kerusakan asinar
ini merupakan suatu siklus yang bersifat difus dan dihubungkan dengan proses
menyebabkan terjadinya hipersekresi mukus. penuaan serta pengurangan luas permukaan
Manifestasi klinis yang terjadi adalah batuk alveolus. Pada jenis sentri-asinar kelainan
kronis yang produktif. terjadi pada bronkiolus dan daerah perifer
Dampak lain yang ditimbulkan asinar, yang erat hubungannya dengan asap
partikel tersebut dapat berupa rusaknya rokok.
dinding alveolus. Kerusakan yang terjadi Eksaserbasi
berupa perforasi alveolus yang kemudian Eksaserbasi merupakan amplifikasi lebih
mengakibatkan bersatunya alveoulus satu dan lanjut dari respon inflamasi dalam saluran
yang lain membentuk abnormal large- napas pasien PPOK, dapat dipicu oleh infeksi
airspace. Selain itu terjadinya modifikasi bakteri atau virus atau oleh polusi
fungsi anti-protease pada saluran pernafasan lingkungan. Mekanisme inflamasi yang
yang berfungsi untuk menghambat neutrofil, mengakibatkan eksaserbasi PPOK, masih
menyebabkan timbulnya kerusakan jaringan banyak yang belum diketahui. Dalam
interstitial alveolus. Seiring terus eksaserbasi ringan dan sedang terdapat
berlangsungnya iritasi di saluran pernafasan peningkatan neutrophil, beberapa studi
maka akan terjadi erosi epitel serta lainnya juga menemukan eosinofil dalam
pembentukan jaringan parut. Akan timbul dahak dan dinding saluran napas. Hal ini
juga metaplasia skuamosa dan penebalan berkaitan dengan peningkatan konsentrasi
lapisan skuamosa yang menimbulkan stenosis mediator tertentu, termasuk TNF- α, LTB4
dan obstruksi ireversibel dari saluran nafas. dan IL-8, serta peningkatan biomarker stres
Walaupun tidak menonjol seperti pada asma, oksidatif.
pada PPOK juga dapat terjadi hipertrofi otot Pada eksaserbasi berat masih banyak
polos dan hiperaktivitas bronkus yang hal yang belum jelas, meskipun salah satu
menyebabkan gangguan sirkulasi udara. penelitian menunjukkan peningkatan neutrofil
Pada bronkitis kronik terdapat pada dinding saluran nafas dan peningkatan
pembesaran kelenjar mukosa bronkus, ekspresi kemokin. Selama eksaserbasi terlihat
metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi peningkatan hiperinflasi dan terperangkapnya
otot polos pernapasan serta distorsi akibat udara, dengan aliran ekspirasi berkurang,
fibrosis. Pada emfisema ditandai oleh sehingga terjadi sesak napas yang meningkat.
pelebaran rongga udara distal bronkiolus Terdapat juga memburuknya abnormalitas

12
VA / Q yang mengakibatkan hipoksemia peningkatan frekuensi pernapasan /
berat. (PDPI, 2011). frekuensi nadi >20% dari nilai dasar D,
DIAGNOSIS Gejala -gejala saat eksaserbasi akut (KMK RI,
Gejala dan tanda PPOK bervariasi, 2008):
diagnosis dipertimbangkan bila timbul tanda a. Sesak bertambah
dan gejala yang secara rinci dapat dilihat di b. Produksi sputum meningkat
tabel: c. Perubahan warna sputum (menjadi
Tabel 1. Indikator kunci untuk purulen)
mendiagnosis PPOK Eksaserbasi akut Pasien dengan PPOK stadium berat,
diklasifikasikan menjadi 3, diantara lain: tanda yang sangat penting dari eksaserbasi
Tipe I (Eksaserbasi berat), memiliki 3 berat adalah perubahan kesadaran dan segera
gejala diatas dilakukan evaluasi di rumah sakit. Penilaian
Gejala Keterangan faal paru pada ekesaserbasi akut sulit untuk

Sesak Progresif Bertambah dengan dilakukan, namun secara umum PEF < 100
aktivitas Menetap sepanjang L/menit atau FEV1 < 1L menunjukan
hari Dijelaskan oleh Bahasa eksaserbasi berat. Pemeriksaan gas darah
pasien sebagai “perlu usaha
untuk bernapas” Berat, sukar penting untuk mengetahui berat-ringan
bernapas, terengah – engah eksaserbasi dengan menggunakan
Batuk Hilang timbul dan mungkin pemeriksaan gas darah di rumah sakit. PaO2
kronik tidak berdahak < 50 mmHg, PaCO2 > 70 mmHg dengan pH

Batuk Setiap batuk kronik dapat < 7,30 mengarah pada eksaserbasi yang dapat
kronik mengindikasikan PPOK mengancam jiwa maka diperlukan evaluasi
berdahak dan monitoring yang baik di ruang perawatan
Riwayat Asap rokok
terpajan Debu dan bahan kimia di intensif. Penyebab eksaserbasi sekitar 40-
Faktor tempat kerja 50% disebabkan oleh adanya infeksi bakteri.
risiko Asap dapur Namun juga terdapat
Riwayat Berat badan lahir rendah,
keluarga infeksi saluran nafas kecil adanya penyebab lain seperti polusi udara,
menderita pneumonia, gagal jantung, emboli paru, obat-
PPOK obatan, penyakit metabolic, status nutrisi
jelek dan stadium akhir penyakit.
a) Tipe II (Eksaserbasi sedang), memiliki 2 Penilaian berdasarkan ABCD assesment tool:
gejala diatas 1. Populasi A: Risiko rendah, gejala
b) Tipe III (Eksaserbasi ringan), memiliki 1 sedikit. Klasifikasi spirometri GOLD I
gejala di atas ditambahinfeksi saluran apas dan II, eksaserbasi pertahunnya 0-1 kali,
atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab, skor mMRC 0-1 dan skor CAT
peningkatan batuk, peningkatan mengi, <10

13
2. Populasi B: Risiko rendah, gejala j) Pada mereka yang merokok
banyak. Klasifikasi spirometri GOLD I dapat digunakan kuisioner yang
dan II, eksaserbasi pertahunnya 0-1 kali, diterbitkan PDPI untuk menapis
skor mMRC ≥ 2 PPOK. (PDPI, 2016).
3. Populasi C: Risiko tinggi, gejala sedikit. 2) Pemeriksaan Fisik
Klasifikasi spirometri GOLD III dan IV, a) Inspeksi
eksaserbasi pertahunnya >2 kali, skor a. Pursed-lips breathing (mulut
mMRC 0-1 dan skor CAT setengah terkatup/mencucu) ini
<10 terjadi dikarenakan mekanisme
4. Populasi D: Risiko tinggi, gejala tubuh untuk mengeluarkan
banyak. Klasifikasi spirometri GOLD III retensi CO2 yang terjadi pada
dan IV, eksaserbasi pertahunnya gagal napas kronik.
>2kali, skor mMRC ≥ 2 dan skor CAT b. Barrel chest, diameter antero-
≥ 10 posterior dan transversal sama
1) Anamnesis besar
a) Riwayat rokok (aktif atau bekas c. Penggunaan otot bantu napas
perokok) dengan atau tanpa d. Hipertropi otot bantu napas
gejala sistem pernapasan. e. Pelebaran sela iga
b) Riwayat terpapar zat iritan yang f. Bila terjadi gagal jantung
bermakna di tempat kerja.
kanan terlihat denyut Vena
c) Terdapat faktor predisposisi jugularis di leher dan edema
pada bayi/anak. tungkai (PDPI, 2016).
d) Batuk berulang dengan atau b) Palpasi, pada emfisema sela iga
tanpa dahak. melebar dan fremitus melemah.
e) Sesak dengan atau tanpa bunyi c) Perkusi, pada emfisema hipersonor
mengi. dan batas jantung mengecil, letak
f) Riwayat keluarga yang diafragma rendah serta hati
menderita PPOK. terdorong ke bawah.
g) Riwayat perawatan sebelumnya d) Auskultasi
karena penyakit paru. 1) Suara napas vesikuler normal
h) Penyakit komorbid seperti atau melemah.
penyakit jantung, osteoporosis, 2) Terdapat wheezing pada waktu
musculoskeletal dan keganasan. bernapas biasa atau pada
i) Keterbatasan aktivitas, kondisi ekspirasi paksa.
depresi dan ansietas serta 3) Ekspirasi memanjang.
gangguan aktivitas seksual.

14
4) Bunyi jantung terdengar jauh. Lazarus, 2016). Oksimetri nadi dapat
(PDPI, 2016). digunakan untuk mengevaluasi saturasi
3) Pemeriksaan Penunjang oksigen arteri pasien dan kebutuhan terapi
Faal paru menjadi pemeriksaan yang rutin oksigen tambahan. Oksimetri nadi harus
dilakukan dalam mendiagnosis PPOK, ada digunakan untuk menilai semua pasien
2 cara pemeriksaan faal paru: dengan tanda- tanda klinis yang

a) Spirometri (VEP1, VEP1 Prediksi, menunjukkan gagal napas atau gagal

KVP, VEP1/KVP) jantung kanan. Jika saturasi oksigen arteri

Menurut GOLD, obstruksi perifer < 92%, gas darah arteri atau kapiler

ditentukan oleh nilai VEP1/KVP <70%. harus dinilai.

VEP1 merupakan parameter yang paling b) Pemeriksaan sputum


umum dipakai untuk menilai beratnya Pemeriksaan sputum dilakukan
PPOK dan memantau perjalanan penyakit. untuk mengetahui jenis kuman dan
Apabila tidak ada spirometeri, dapat memilih antibiotik yang tepat. Penyebab
digunakan APE (Arus Puncak Ekspirasi) utama terjadinya eksaserbasi akut adalah
( PDPI, 2016). akibat infeksi saluran napas berulang, yang

b) Uji Bronkodilator disebabkan paling banyak yaitu bakteri

Dilakukan pada PPOK stabil gram negative.

dengan menggunakan spirometri dan


jika tidak ada digunakan APE. Setelah c) Pemeriksaan Darah
pemberian terapi bronkodilator inhalasi Pemeriksaan darah diperlukan untuk
sekitar 4-8 hisapan (dosis 400-800ug mengetahui apa faktor pencetus,
salbutamol), 15-20 menit kemudian peningkatan leukosit akibat infeksi pada
dievaluasi kembali perubahan nilai eksaserbasi akut, polisitemia pada
VEP1 atau APE. Pada PPOK akan hipoksemia kronik dan deteksi terjadinya
mendapatkan peningkatan sebesar komplikasi.
kurang dari 12% atau <20% jika 5) Radiologi
menggunakan APE ( PDPI, 2016). Rontgen dada sangat berharga dalam
4) Laboratorium menyingkirkan diagnosis alternatif dan

a) Analisa Gas Darah (AGD) menetapkan adanya komorbiditas yang

Pemeriksaan ini biasanya signifikan seperti pernapasan yang

dilakukan untuk membantu mendeteksi menyertai (fibrosis paru, bronkiektasis,

kondisi hipoksemia atau hiperkapnia penyakit pleura), tulang (misalnya,

terutama pada pasien dengan tingkat kyphoscoliosis), dan penyakit jantung

keparahan penyakit yang berat atau selama (misalnya,kardiomegali). Perubahan

terjadinya eksaserbasi akut (Han dan radiologis yang berhubungan dengan

15
PPOK termasuk tanda-tanda hiperinflasi
paru (diafragma mendatar dan peningkatan
volume ruang udara retrosternal),
hiperlusensi paru, dan tanda vaskular yang
cepat meruncing. Computed tomography
(CT) dada tidak dianjurkan secara rutin
kecuali untuk deteksi pasien bronkiektasis
dan PPOK yang memenuhi kriteria
penilaian risiko kanker paru. Kehadiran
emfisema khususnya dapat meningkatkan
risiko perkembangan kanker paru-paru.
Namun, Pemindaian CT dapat membantu
Gambar 5. Diagnosis Banding
dalam diagnosis banding di mana ada
(PDPI, 2011).
penyakit penyerta.
TATALAKSANA
Selain itu, jika prosedur pembedahan
Tujuan pengobatan untuk PPOK
seperti pengurangan volume paru-paru
eksaserbasi adalah meminimalkan dampak
atau pengurangan volume paru berbasis
negatif dari eksaserbasi saat ini dan
non-bedah yang semakin meningkat
mencegah perkembangan kejadian
dipertimbangkan, CT scan dada
selanjutnya. Tergantung pada tingkat
diperlukan karena distribusi emfisema
keparahan eksaserbasi dan/atau keparahan
adalah salah satu penentu paling penting
penyakit yang mendasarinya. Lebih dari 80%
dari kesesuaian bedah. CT scan juga
eksaserbasi dapat dirawat dengan pengobatan
diperlukan untuk pasien yang sedang
rawat jalan menggunakan terapi farmakologi
dievaluasi untuk transplantasi paru-paru.
termasuk bronkodilator, kortikosteroid, dan
(GOLD, 2020).
antibiotik (GOLD, 2020).
DIAGNOSIS BANDING
Ketika pasien dengan PPOK
eksaserbasi datang ke unit gawat darurat,
yang harus diberikan adalah oksigen dan
penilaian untuk menentukan apakah
eksaserbasi mengancam jiwa dan jika
peningkatan kerja pernapasan atau adanya
gangguan pertukaran gas memerlukan
pertimbangan ventilasi non invasif (GOLD,
2020).
Indikasi potensial untuk penilaian rawat inap:
gejala parah seperti sesak napas yang

16
memburuk secara tiba-tiba, laju 5. Ventilasi mekanik non invasif harus
pernapasan yang tinggi, penurunan menjadi mode ventilasi pertama yang

saturasi oksigen, kebingungan, kantuk digunakan pada pasien PPOK dengan


gagal napas akut yang tidak memiliki
● gagal nafas akut
kontraindikasi absolut karena
● timbulnya tanda-tanda fisik baru
meningkatkan pertukaran gas,
(misalnya, sianosis, edema perifer)
mengurangi kerja pernapasan dan
● Kegagalan eksaserbasi untuk
kebutuhan intubasi, mengurangi
menanggapi manajemen medis awal
durasi rawat inap dan meningkatkan
● adanya komorbiditas yang serius
kelangsungan hidup (bukti A)
(misalnya, gagal jantung, aritlimia
(GOLD, 2020).
yang baru terjadi, dll.)
Bronkodilator adalah obat yang
● dukungan rumah tidak mencukupi, meningkatkan FEV1 dan/atau mengubah
sumber daya lokal perlu variabel spirometri. Obat bronkodilator pada
dipertimbangkan (GOLD, 2020). PPOK paling sering diberikan secara teratur
untuk mencegah atau mengurangi gejala.
Poin kunci untuk pengelolaan eksaserbasi : Toksisitas juga berhubungan dosis (GOLD,
1. Beta 2 inhalasi kerja pendek, dengan 2020).
atau tanpa antikolinergik kerja Agonis Beta 2 adalah untuk
pendek, direkomendasikan sebagai mengendurkan otot pada saluran napas
bronkodilator awal untuk mengobati dengan merangsang beta 2 reseptor
eksaserbasi akut (bukti C). adrenergic yang meningkatkan AMP siklik
2. Kortikosteroid sistemik dapat dan menghasilkan antagonism fungsional
meningkatkan fungsi paru (FEV1), terhadap bronkokonstriktor. Ada yang kerja
oksigenasi dan mempersingkat waktu pendek (SABA) dan kerja panjang (LABA)
pemulihan dan durasi rawat inap. agonis beta 2. Efek SABA biasanya hilang
Durasi terapi tidak boleh lebih dari 5 - dalam 4 hingga 6 jam (GOLD, 2020).
7 hari (bukti A). Obat antikolinergik memblokir efek
3. Antibiotik, bila diindikasikan, dapat bronkokontriktor asetilkolin pada reseptor
mempersingkat waktu pemulihan, muskarinik M3 yang diekspresikan dalam
mengurangi risiko kekambuhan dini, otot polor saluran napas. Kerja pendek
kegagalan pengobatan, dan durasi antikolinergik (SAMAs) yaitu ipratropium
rawat inap. durasi terapi harus 5 - 7 dan oxitropium, juga memblokir reseptor
hari (bukti B). saraf penghambar M2, yang berpotensi
4. Metilxantin tidak dianjurkan karena menyebabkan bronkokonstriksi yang
meningkatkan profil efek samping diinduksi secara vagal (GOLD, 2020).
(bukti B). Kortikosteroid tidak selalu diberikan

17
tergantung derajat eksaserbasi. Pada 500 mg tiga kali seminggu) atau eritromisin
eksaserbasi derajat sedang dapat diberikan (250 mg dua kali sehari) selama satu tahun
prednisone 30 mg/hari selama 1 – 2 minggu, pada pasien yang rentan terhadap eksaserbasi
pada derajat berat diberikan secara intravena. mengurangi risiko eksaserbasi dibandingkan
Pemberian lebih dari 2 minggu tidak dengan perawatan biasa (GOLD, 2020).
memberikan manfaat yang lebih baik, tetapi Metilxantin tetap kontroversi tentang
lebih banyak menimbulkan efek samping efek yang tepat dari turunan xanthine.
(PDPI, 2011). Teofilin yang paling umum digunakan,
dimetabolisme oleh oksidase fungsi campuran
Nama Obat Tipe Nebul
Oral Injeksi sitokrom P450. Ada bukti terbatas dan kontra
Generik Inhaler aizer
adiktif mengenai efek teofilin dosis rendah
Agonis Beta 2
pada eksaserbasi (GOLD, 2020).
Kerja pendek (SABA)
Ventilasi mekanik non invasif (NIV)
Fenoterol MDI √ Pil, sirup 4
lebih disukai daripada ventilasi invasif
jam
(intubasi dan ventilasi tekanan positif)
Levalbuterol MDI √ 6
sebagai cara awal ventilasi untuk mengobati
jam
gagal pernapasan akut pada pasien yang
Salbutamol MDI dan √ Pil, √ 4 dirawat di rumah sakit karena eksaserbasi
(albuterol) DPI sirup, jam awal PPOK (GOLD, 2020).
tablet 12 jam
Indikasi untuk ventilasi mekanik non invasif
dengan (waktu
(NIV) setidaknya salah satu dari berikut:
waktu panjan
1. Asidosis respiratorik (PaCO2 ≥ 6,0
panjan g)
kPa atau 45 mmHg dan pH arteri ≤
g
7,35)
Terbutaline DPI Pil √ 4
2. Dispnea berat dengan tanda-tanda
jam
klinis yang menunjukkan kelelahan
Kombinasi Agonis Beta 2 kerja pendek plus
otot pernapasan, peningkatan kerja
Antikolinergik di satu rencana (SABA/SAMA)
pernapasan, atau keduanya, seperti
Fenoterol/ SMI √ 6
penggunaan otot aksesori pernapasan,
Ipratropiu m jam
gerakan paradoks perut, atau retraksi
Salbutamol/ SMI, √ 6
ruang intercostal
ipratropi um MDI jam
3. Hipoksemia persisten meskipun terapi
Tabel 2. Obat – obatan PPOK eksaserbasi
oksigen tambahan (GOLD, 2020).
Antibiotik pada penelitian
KOMPLIKASI
menemukan bahwa penggunaan beberapa
- Infeksi berulang
antibiotik secara teratur dapat mengurangi
Imunitas rendah disertai produksi
eksaserbasi. Azitromisin (250 mg/hari atau

18
sputum berlebihan dapat mempermudah dengan PPOK memiliki tingkat mortalitas
koloni kuman dan menyebabkan infeksi lebih rendah kecuali pada keadaan
berulang defisiensi alpha1-antitrypsin, abnormalitas
- Kor pulmonal genetic yang menyebabkan panlobular
Ditandai dengan P pulmonal pada EKG, emfisema pada usia dewasa muda.
hematokrit > 50%, dan dapat disertai Defisiensi alpha1-antitrypsin harus
gagal jantung kanan dicurigai ketika PPOK muncul pada lebih
- Gagal napas muda dari 45 tahun dan tidak ada riwayat
bronchitis kronis atau penggunaan
⮚ Gagal napas kronik
tembakau, atau ada anggota keluarga
Hasil analisis gas darah PO2 < 60
dengan riwayat penyakit paru obstruktif
mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan
pafda usia muda (Susanto, 2021).
pH normal, penatalaksanaan:
PENCEGAHAN
▪ Jaga keseimbangan PO2 dan
⮚ Berhenti merokok adalah kuncinya.
PCO2
Farmakoterapi dan penggantian nikotin
▪ Bronkodilator adekuat
secara andal meningkatkan tingkat
▪ Terapi oksigen yang adekuat
berhenti merokok dalam jangka
terutama waktu aktiviti atau
panjang. Larangan dan konseling
waktu tidur
merokok, yang disampaikan oleh
▪ Antioksidan professional kesehatan meningkatkan
▪ Latihan pernapasan dengan tingkat berhenti merokok.
pursed lips breathing ⮚ Efektifitas dan keamanan rokok elektrik
⮚ Gagal napas akut pada gagal sebagai alat bantu berhenti merokok
napas kronik, ditandai oleh : untuk saat ini tidak pasti.
▪ Sesak napas dengan atau ⮚ Vaksinasi influenza dan pneumokokus
tanpa sianosis menurunkan kejadian infeksi saluran s
▪ Sputum bertambah dan bawah.
purulen ⮚ CDC merekomendasikan vaksinasi
▪ Demam Tdap (dTaP/dTPa) pada pasien PPOK
▪ Kesadaran menurun untuk melindungi dari pertussis, tetanus,
(Kristiningrum, 2019). dan difteri. Untuk pasien yang tidak
PROGNOSIS divaksinasi saat remaja.
Beberapa penelitian menunjukkan ⮚ Rehabilitasi paru meningkatkan gejala,
predictor mortalitas pasien PPOK adalah kualitas hidup, emosional, dan partisipasi
usia tua dan penurunan forced expiratory fisik dalam aktivitas sehari – hari
volume per detik (FEV1). Pasien usia muda (GOLD, 2020).

19
⮚ Strategi yang dianjurkan oleh Public sering infeksi saluran pernapasan. Penyebab

Health service report USA adalah: lainnya adalah polusi udara, kelelahan, dan

- Ask : melakukan identifikasi perokok adanya komplikasi. Setelah pasien diberikan

pada setiap kunjungan terapi dan dilakukan observasi di ruang ICU

- Advice: menerangkan tentang selama 9 hari pasien mengalami perbaikan


mulai dari keluhan batuk yang berkurang,
keburukan/dampak merokok sehingga
sesak napas sudah tidak dikeluhkan, tekanan
pasien didesak mau berhenti merokok
darah membaik, namun pasien masih
- Assess: menyakinkan pasien untuk
merasakan lemas.
berhenti merokok
- Assist: membantu pasien dalam
berhenti merokok
Arrange: menjadwalkan kontak usaha
berikutnya yang leih intesif, bila usaha
pertama masih belum memuaskan (Mahler, et
al, 2015).
KESIMPULAN
Tuberkulosis (TB) merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri dari kelompok Mycobacterium
yaitu Mycobacterium tuberculosis.Terdapat
beberapa spesies Mycobacterium tuberculosis
kompleks, antara lain : M. tuberculosis,
Varian Asian, Varian African I, Varian
African II, M. bovis, M. leprase, dan juga
dapat disebabkan oleh MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis)
seperti M. kansasi, M. avium, M. intra
cellularre, M. scrofulaceum, M.malmacerse,
M. xenopi. Penyakit Paru Obstruksi Kronis
(PPOK) adalah penyakit paru yang
diakibatkan oleh adanya hambatan aliran
udara yang tidak sepenuhnya reversibel.
Eksaserbasi PPOK didefinisikan sebagai
perburukan gejala pernapasan akut yang
memerlukan terapi tambahan dan dapat
dipicu oleh beberapa faktor, yang paling

20
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, D. (2016). Respirologi (Respiratory Medecine). (J. Suyono & E. Melinda,


Eds.) (2nd ed.). Jakarta: EGC.

Fitriani, N. E., Sinaga, T., & Syahran, A. (2020). Hubungan Antara Pengetahuan, Motivasi
Pasien dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada
Penderita Penyakit TB Paru BTA (+) di Puskesmas Pasundan Kota Samarinda. KESMAS
UWIGAMA: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2), 124. https://doi.org/10.24903/kujkm.v5i2.838

Kementrian Kesehatan. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI; 2011.

Kementrian Kesehatan RI. 2022. Stop Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI. Diakses pada
tanggal 8 Juli 2023 dari https://rb.gy/p0um0

Lowe, K.E. et al. Redefining the Diagnosis of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Original research; 2019.

Mahler DA, Kerwin E, Ayers T, FowlerTaylor A, Maitra S, Thach C et al FLIGHT1 and


FLIGHT2: Efficacy and safety of qva149 (indacaterol/glycopyrrolate) versus its monocomponents
and placebo in patients with chronic obstructive pulmonary disease Am J Respir Crit Care Med.
2015;192(9):1068–79.

PDPI. (2011). Diagnosis dan penatalaksaan PPOK.. Indonesia, Perhimpunan dokter paru
Indonesia (PDPI). Jakarta : PDPI.

21

Anda mungkin juga menyukai