FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
REFERAT
Senin, 13 September 2016
SPONDILITIS TUBERKULOSA
Disusun Oleh:
Dewi Sartika Muliadi
1116777140120
Pembimbing :
1. dr. Masyita, M.Kes, Sp.Rad
2. dr. Dafriana Darwis, M.Kes, Sp.Rad
BAGIAN RADIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
Fakultas
: Kedokteran
Program Studi
: Profesi Dokter
Universitas
: Alkhairaat
Judul Refarat
: Spondilitis Tuberkulosa
Bagian
: Radiologi
Bagian Radiologi
RSU Anutapura Palu
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat
Pembimbing II
Mengetahui,
KPM Bagian Radiologi
DAFTAR ISI
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
PENDAHULUAN....... 4
EPIDEMIOLOGI................ 6
ANATOMI..................... 6
ETIOPATOGENESIS............ 8
EMBRIOLOGI.......... 4
DIAGNOSIS......... 11
VI.I.
GAMBARAN KLINIK.......................... 11
DIAGNOSIS BANDING. 24
PENATALAKSANAAN........ 26
PROGNOSIS........ 27
SPONDILITIS TUBERKULOSA
I.
PENDAHULUAN
Spondilitis Tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang
II.
per tahun. Dari jumlah ini, 236.000 merupakan kasus dengan smear positif atau
102 per 100.000. Prevalensi tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2007adalah
566.000 atau 244 per 100.000 populasi per tahun.
Pada kasus-kasus pasien dengan tuberkulosa, keterlibatan tulang dan sendi
terjadi pada kurang lebih 10% kasus dan lebih kurang 50% kasus tuberkulosa
tulang adalah spondilitis tuberkulosa. Lebih kurang 45% pasien dengan
keterlibatan spinal mengalami defisit neurologis.
Walaupun setiap tulang atau sendi dapat terkena, namun tulang yang
mempunyai fungsi untuk menahan beban (weight bearing) dan mempunyai
pergerakan cukup besar (mobile) lebih sering terkena dibandingkan dengan bagian
yang lain. Tulang belakang merupakan tempat yang paling sering terkena
tuberkulosa tulang, diikuti kemudian oleh tulang panggul, lutut dan tulang-tulang
lain di kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang terkena.
Area torako-lumbal terutama torakal bagian bawah (umumnya T10) dan
lumbal bagian atas merupakan tempat yang paling sering terlibat karena pada area
ini pergerakan dan tekanan dari weight bearing mencapai maksimum, lalu diikuti
dengan area servikal dan sakral.
III.
ETIOLOGI
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberculosis
disebut juga sebagai Basil/bakteri Tahan Asam (BTA)) dan tidak dapat diwarnai
dengan baik melalui cara yg konvensional. Lokalisasi tuberkulosa terutama pada
daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas setinggi T8-L3 dan paling jarang
pada vertebra C1-C2 , sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu
tuberculosis traktus urinarius, yang penyebarannya melalui pleksus Batson pada
IV.
V.
7 vertebra cervicalis
12 vertebra thoracalis
5 vertebra lumbalis
5 vertebra sakcalis
4 vertebra cocsigeus
PATOGENESIS
Tuberkulosis biasanya memiliki pola seperti yang diuraikan oleh
mengganggu korteks dan menyebar ke celah diskus yang berdekatan (gambar 2c).
Ini menyebabkan sedikit penyempitan celah diskus, namun sangat minimal jika
dibandingkan dengan penyempitan diskus pada spondilitis piogenik. Seiring
dengan perkembangan infeksi, bagian lateral dan anterior dari korpus vertebra
dapat hancur dan menyebabkan kolaps angular. Penyebaran subligamentosa lebih
lanjut di bawah ligamen longitudinalis anterior menyebabkan perluasan
kraniokaudal dari infeksi ke multipel korpus vertebra yang berdekatan, dengan ciri
destruksi tulang anterior.
keseimbangan
dinamis
ini,
menyebabkan
hilangnya
matriks
satu subgrup chaperone, yaitu chaperonin , kini banyak menjadi fokus perhatian.
Chaperonin terdiri dari dua kelompok protein, yaitu chaperonin 60 (cpn60) dan
chaperonin 10 (cpn10).
Bukti menunjukkan bahwa molekul chaperone memiliki aksi biologis
selain aktivitas untuk protein-folding intraseluler. Aktivitas yang sangat poten dari
cpn60 adalah resorpsi tulang. Hilangnya tulang adalah faktor kunci pada penyakit
spondilitis tuberkulosa. Chaperonin60 adalah faktor osteolitik yang aktif. Telah
dilaporkan bahwa cpn60 tertentu juga dapat menstimulasi sintesis sitokin.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa kerja dari cpn60 pada tulang mungkin
disebabkan oleh aktivasi langsung osteoklas dan perekrutan osteoklas.
Dalam suatu studi ditemukan bahwa aktivitas resorpsi tulang dari Mt
disebabkan oleh cpn10 yang sama aktifnya dengan sitokin osteolitik yang paling
poten, interleukin-1. Chaperonin 10 dari Mt juga menghambat proliferasi dari
osteoblas yang dikultur. Selain menstimulasi penghancuran tulang secara in vitro
dan pada kultur sel, cpn10 Mt juga menginduksi monosit secara invitro untuk
mensintesa dan mensekresi sitokin pro-inflamasi. Cpn10 dipostulasikan sebagai
komponen utama yang bertanggung jawab terhadap resorpsi tulang pada
spondilitis tuberkulosa.
Destruksi progresif tulang di bagian anterior dan kolapsnya bagian
tersebut akan menyebabkan hilangnya kekuatan mekanis tulang untuk menahan
berat badan sehingga kemudian akan terjadi kolaps vertebra dan timbul deformitas
berbentuk kifosis (angulasi posterior) yang progresifitasnya tergantung dari
derajat kerusakan,level lesi dan jumlah vertebra yang terlibat. Bila sudah timbul
deformitas ini, maka hal tersebut merupakan tanda bahwa penyakit ini sudah
meluas.
Deformitas kifosis disebabkan kolaps pada vertebra anterior. Suatu abses
dingin dapat terbentuk jika infeksi meluas ke ligamen dan jaringan lunak di
dekatnya. Di regio torakal kifosis tampak nyata karena adanya kurvatura dorsal
yang normal; di area lumbal hanya tampak sedikit karena adanya normal lumbar
lordosis dimana sebagian besar dari berat badan akan ditransmisikan ke posterior