Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN HEAT TREATMENT

Disusun oleh:

NAMA : MUHAMMAD AZARI

NIM : 3202102005

KELAS : 2A

KELOMPOK : 1 (SATU)

TANGGAL : 8 JUNI 2022

PENGAJAR : DWI HANDOKO,ST., M. Eng

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2022
A. TUJUAN
Dari membaca dan mempelajari job sheet di dapat kan tujuan dari praktikum Heat
Treatment sebagai berikut :
a. Menjelaskan prosedur proses Heat Treatment.
b. Menjelaskan jenis-jenis proses Heat Treatment.
c. Pratikum proses Heat Treatment.
d. Pack Carborizing / metode penambahan karbon pada logam.
e. Membandingkan harga kekerasan material .
B. TEORI DASAR
Proses perlakuan panas adalah memanaskan logam/paduan itu sampai ke suatu titik
tertentu, lalu ditahan beberapa saat pada temperatur itu, kemudian mendinginkannya
dengan laju pendinginan tertentu. Selama pemanasan dan pendinginan ini akan terjadi
beberapa perubahan struktur mikro yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat dari
logam tersebut. Perubahan sifat tersebut yaitu adalah ductility yang meningkat, kekerasan
yang bertambah tinggi, tahan korosi, dll.
Hardening adalah suatu proses pengerasan suatu logam/paduan yang bertujuan untuk
mendapatkan sifat tahan aus dan kekuatan yang tinggi serta sifat tahan korosi yang lebih
baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memanaskan baja/paduan sampai daerah
austenit lalu didinginkan secara cepat kedalam media pendinginan, misalnya air, oli, dll,
sehingga akan diperoleh struktur martensit yang keras.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat mekanik pada proses hardening adalah
temperatur pemanasan, holding time (waktu penahanan), laju pendinginan tebal
penampang benda kerja dan kondisi awal baja yang akan dikeraskan itu sendiri.
Temperatur pemanasan adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan proses hardening. Untuk memperoleh struktur martensit yang banyak dan
keras diusahakan dalam pemanasan harus dapat mencapai struktur austenit, karena
hanya austenit yang dapat bertransformasi mencapai martensit jika dilakukan
pendinginan melebihi kecepeatan pendinginan kritis.
Apabila dalam pemanasan didapat stuktur yang lainnya, maka pada saat pendinginan
tidak akan terbentuk martensit, yang berarti menurunkan harga kekerasannya. Untuk baja
kabon, temperatur austening berkisar antara 770°-880° C atau sekitar 30°-50° C diatas
temperatur kristal untuk baja hypereutectoid, sehingga dengan pemanasan seperti diatas
diharapkan didapat butir austenit yang halus dan diperoleh kekerasan maksimum tetapi
memiliki keuletan yang cukup tinggi.
Holding time atau waktu penahanan sangat dipengaruhi tingkat kelaruta karbida
ukuran butir/grainsizeI. Hal ini disebabkan jumlah dan jenis karbida ini berbeda antara
baja yang satu dengan yang lain. Holding time juga berfungsi untuk mendapatkan ukuran
butir austenit yang hampir sama pada seluruh bagian baja yang dikenai proses perlakuan
panas.
Jika suatu material diberi pemanasan yang sangat lambat maka pemberian holding
time tidak akan begitu banyak berpengaruh, karena telah banyak karbida yang larut pada
saat pemanasan serta grainsize yang terbentuk sudah cukup homogen. Sebaliknya, jika
satu material dilakukan pemanasan dengan cepat, maka holding time sangat diperlukan,
karena dengan kenaikan temperatur yang cepat laju kelarutan karbida akan menurun dan
juga terjadi perbedaan temperatur yang cukup besar antara permukaan dan bagian dalam
material, sehingga grainsize yang terbentuk tidak homogen.
Setelah logam dipanaskan dan dilakukan holding time, untuk mendapatkan struktur
martensit maka dilakukan pendingin yang cepat melebihi/sama dengan kecepatan
pendinginan kritis dari struktur austenit. Pada umumnya media pendingin yang paling
sering digunakan orang adalah air, karena air mempunyai sifat cooling capacity yang
sangat tinggi. Selain air media pendingin yang lazim digunakan adalah minyak (oil).

Keunggulan dari media pendingin oli adalah cooling capacity tidak terlalu tinggi,
sehingga kemungkinan retak pada saat pendingin dapat dihindarkan. Jika cooling
capacity dari oli sudah sangat rendah maka cooling capacitynya dapat dinaikkan secara
agitasi/paksa.

Gambar 1. Pengaruh persen karbon terhadap kekrasan dalam besi

Dibawah ini dapat dilihat gambar mikrostruktur perubahan dari austenit menjadi
martensit hasil pendinginan yang cepat dan perubahan dari austenit menjadi pearlit, hasil
pendinginan yang lambat.

Martensit ferrit/pearlit

Gambar 2. Sturktur mikro martensit dan pearlit


C. PERLENGKAPAN PRAKTEK
Perlengkapan yang digunakan dalam praktek ini adalah :
a. Dapur/furnace heat treatment
b. Bak larutan pendingin (air dan oli).
c. Material yang akan di heat treatment yaitu baja st 41
d. Tang penjepit
D. KESELAMATAN KERJA
1. Pelajari job sheet sebelum praktek.
2. Gunakan pakaian praktikum.
3. Jangan merokok dan makan saat praktek.
4. Pastikan bahwa dapur sudah tertutup.
5. Hati- hati terhadap bahan yang dipanaskan terhadap benda yang mudah
terbakar.
6. Jangan mengubah settingan dapur jika Anda masih belum selesai melakukan
praktek,.
7. Tanyakan pada pembimbing praktikum hal-hal yang belum jelas.
E. TAHAPAN
1. Potong bahan menjadi dua bagian yang akan diuji (st 41) disini menggunakan
gir motor
2. Masukkan 1 bahan yang diuji kedalam dapur heat treatment

3. Masukan power (stop kontak)


4. Hidup ON/OFF

5. Tunggu monitor menyala


6. Tekan tombol P kemudian tekan tombol
7. Atur waktu 10 menit (waktu yang diinginkan) kemudian tekan tombol
8. Atur temperature suhu 900 oC (atur temperature suhu sesuai dengan yang di
perlukan) kemudian tekan tombol
9. Atur waktu penahan temperatur sesuai dengan yang di perlukan, disini kami
menggunakan waktu 30 menit
10. Matikan dapur heat treatment
11. Buka pintu dapur heat treatment

12. Ambil benda uji menggunakan tang panjang(harap berhati-hati karena benda
uji masih dalam suhu tinggi

13. Lalu celupkan ke dalam air yang telah disiapkan

14. Amplas benda uji hingga permukaannya mengkilap

15. Lakukan pengujian dengan menggunakan metode vickers


F. DATA HASIL PENGAMATAN
Berikut adalah data dan pengolahan data menggunakan metode Vickers dengan bahan
ST 37 yang telah mengalami perlakuan panas maupun tidak .

N BEBAN(F HASIL(HV
O NAMA D1 (mm) D2(mm) ) )
1 ST.41 ( tidak dipanaskan) 438,43 µm 441,14 µm 10 N 95,9 HV
2. ST.41 (pendinginan air) 419,12 µm 414,9µm 10 N 106,7 HV
1. ST.41 Tidak dipanaskan
D1 = 438,43 x 0,05 = 21,921 mm

D2 = 441,14 x 0,05 = 22,057 mm

d 1+ d 2 21,921+ 22,057
Dm: = =¿21,989 mm
2 2

1,854 F 1,854 x 10
HV= 2
= 2 = 0,0383441197 kgf/mm
d 21,989

2. ST.41 dipanaskan pendinginan air


D1 = 419,12 x 0,05 = 20,956 mm

D2 = 414,90 x 0,05 = 20,745 mm

d 1+ d 2 20,956+20,745
Dm: = =¿ 20,8505mm
2 2

1,854 F 1,854 x 10
HV= 2
= 2 = 0,0426458507 kgf/mm
d 20,8505

G. ANALISA
Pada pratikum heat treatment, kami menggunakan bahan berupa gir motor yang
merupakan baja karbon medium (ST 41),Pratikum dimulai dari memotong gir
menjadi dua (2) bagian, bagian yang pertama dipanaskan lalu ditahan, kemudian
didinginkan secara cepat menggunakan media air,lalu yang bagian yang kedua tidak
dilakukan pengujian apapun, sebagai perbandingan dengan bahan yang di ujikan heat
treatment.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode Vickers dan mendapatkan
data sebagai berikut:
Baja ST 41 yang dilakukan pengujian heat treatment dan didinginkan menggunakan
air,mendapatkan HV sebesar 0,0426458507 kgf/mm

Baja ST 41 yang tidak dilakukan pengujian heat treatment,mendapatkan HV sebesar


0,0383441197 kgf/mm

H. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat saya simpulkan setelah melakukan pengujian heat treatment,
ialah:

1.Pemanasan sampai dengan temperatur 900 ̊, karena pada temperature tersebut


merupakan titik murni austenite tanpa tercampur unsur lain

2.Kekerasan material berubah yang semula (tidak dilakukan pengujian)


HV=0,0383441197 kgf/mm, menjadi HV=0,0426458507 kgf/mm

3.Luas permukaan juga berpengaruh pada holding time atau waktu penahanan setelah
dipanaskan,semakin besar luas penampang maka semakin lama juga waktu yang
dibutuhkan saat holding time.Penahanan dilakukan agar panas bisa merata sebelum
didinginkan menggunakan media pendingin.

Anda mungkin juga menyukai