Anda di halaman 1dari 7

MAKNA PENGALAMAN SPIRITUAL

PADA ROHANIWAN ISLAM


Studi Kualitatif dengan Metode
Interpretative Phenomenological Analysis (IPA)

Arina Haq Ratri, Yohanis Franz La Kahija*


Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro
arinahaqratri@yahoo.com
franzlakahija@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat bagaimana pengalaman subjek yang memiliki peran
sebagai rohaniwan Islam di masyarakat dalam memaknai proses pengembangan
spiritual. Tujuan penelitian ini adalah memahami pengalaman setiap subjek dalam
proses mendalami kehidupan spiritual. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Metode ini
dipilih dengan pertimbangan bahwa IPA merupakan metode sistematis yang
berfokus pada makna yang diperoleh subjek terhadap pengalaman, peristiwa
khusus, dan keadaan yang dialami subjek. Peneliti menemukan bahwa proses
yang dialami setiap subjek untuk mengoptimalkan kualitas spiritualnya terdiri
dari: (1) ketertarikan untuk mendalami kehidupan spiritual; (2) proses individu
mengembangkan kualitas spiritual; (3) manfaat menjalani kehidupan spiritual; (4)
manifestasi mendalami kehidupan spiritual. Penelitian ini sampai pada
kesimpulan bahwa makna pengalaman spiritual rohaniwan Islam adalah
kebutuhan untuk menjalin kedekatan dengan Allah SWT (need of intimacy).
Setiap subjek menjalani berbagai pengalamannya untuk mencapai apa yang diridai
DWDX GLVHQDQJL ROHK $OODK 6XEKDQDKXZDWD¶DOD 6:7 3HQJDODPDQ \DQJ PHUHND
lalui kental dengan pengabdian yang bersifat sukarela untuk mencapai kedekatan
dengan Allah SWT.

Kata kunci : pengalaman spiritual, rohaniwan Islam.


*Penulis Penanggung jawab
THE MEANING OF SPIRITUAL EXPERIENCE
OF THE ISLAMIC ECCLESIASTIC

Arina Haq Ratri, Yohanis Franz La Kahija*


Department of Psychology, Diponegoro University
arinahaqratri@yahoo.com
franzlakahija@gmail.com

ABSTRACT
The study focused upon the experiences of the Islamic ecclesiastic sensing their
process of spiritual development. Therefore, the purpose of this study was to gain
in-depth understanding of the experience of each subject deepen their spiritual life
process. Verbatim and transcripts of the interviews were then analysed using
Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). This method was chosen with
the consideration that science is a systematic method that focuses on the meaning
of the subject of the experience gained, special events, and circumstances
experienced by the subject. Researcher found four master themes as the result of
analysis. It consist of: (1) an interest to deepen the spiritual life, (2) the process of
developing the spiritual qualities of the individual, (3 ) the benefits of living a
spiritual life, (4) explore the manifestation of spiritual life. This study came to the
conclusion that the meaning of the Islamic clergy spiritual experience is the need
to establish closeness with Allah (need of intimacy). Each subject underwent a
variety of experiences to achieve what is pleasing by Allah Subhanahuwata'ala
(SWT). All of the experiences they have been through are close with voluntary
devotion to achieve closeness to Allah SWT.

Keyword : spiritual experiences, Islamic ecclesiastic.

*Responsible Author
PENDAHULUAN dengan agama dan pengalaman
Kesadaran akan kebutuhan transendental. Selama beberapa
spiritual mengalami peningkatan dekade, spiritualitas juga berada
beberapa waktu belakangan ini. dalam konteks yang dianggap sakral
Munculnya berbagai penelitian dan transenden (Nelson, 2009).
terkait spiritualitas dilakukan dalam Spiritualitas ini bersifat individual,
berbagai bidang dan disiplin ilmu. sehingga pengalaman spiritual yang
Beberapa diantara penelitian tersebut dapat terjadi pada seseorang tidak
banyak dijumpai berkaitan dengan akan sama dengan pengalaman
variabel psikologi positif, kesehatan spiritual yang dialami oleh orang lain
fisik, dan kaitannya dengan kondisi (Rosidi, 2010).
psikologis manusia (van Kajian tentang spiritualitas
Dierendonck, 2011; Kusumawati, dalam psikologi dikemukakan oleh
2011; Allen, Phillips, Roff, penggagas psikologi analitis, yaitu
Cavanaugh, Day, 2008; Grant, Carl Gustav Jung. Jung
2¶1HLO 6WHSKHQV, 2004). mengungkapkan teori mengenai
Isu tentang spiritualitas arketipe Self yang dianggapnya
sebenarnya bukan merupakan isu sebagai akhir dari proses individuasi
baru dalam kebudayaan masyarakat diri dan alasan dari munculnya
Timur. Beberapa agama yang pribadi yang telah mencapai self-
berkembang di negara Timur, seperti realization (Jacobi, 1973). Pendapat
Islam, Hindu, Buddha, dan lainnya Jung tentang Self ini memiliki
memiliki hubungan yang erat dengan kemiripan dengan istilah fitrah
spiritualisme. Fenomena ini GDODP SHUVSHNWLI $O 4XU¶DQ
memberikan pengaruh terhadap (Baharuddin, 2005).
munculnya kebutuhan spiritual Seorang guru besar Sufi, yaitu
dalam kehidupan masyarakat Timur, Syekh Abdul Qadir Al Jilani (1992)
termasuk Indonesia. mengungkapkan istilah the sultan-
Spiritualitas kerap kali soul. The sultan-soul dianggapnya
dianggap sebagian besar masyarakat sebagai kebijaksanaan yang luar
sebagai istilah yang bersinggungan biasa yang dapat dimiliki manusia.
Terdapat dua macam pengetahuan, spiritual/rohani adalah rohaniwan.
pertama adalah pengetahuan yang Rohaniwan adalah orang yang
mampu diucapkan manusia. Kedua memiliki kompetensi untuk
adalah pengetahuan yang berasal dari memberikan bimbingan agama
hati di mana seharusnya disadari sebagai landasan berperilaku
sebagai kebutuhan akan tujuan (Partanto & Dahlan, 1994).
manusia. Fungsi hati bagi orang- Tujuan penelitian kualitatif ini
orang Sufi sangat dekat dengan adalah memahami pengalaman
makna istilah fitrah, yaitu kembali rohaniwan Islam dalam rangka
kepada Allah SWT. mendalami kehidupan spiritual.
Sejalan dengan pemaparan di Proses analisis dan interpretasi
atas, pendapat lain yang membuat dilakukan peneliti dengan
peneliti tertarik untuk mengangkat menggunakan metode analisis
tema ini adalah pendapat yang Interpretative Phenomenological
dikemukakan oeh Abraham H. Analysis (IPA).
Maslow. Maslow (1993) berpendapat
bahwa hanya mempelajari gangguan METODE
psikis pada manusia dapat membuat Metode analisis data yang
pemahaman yang timpang bagi digunakan dalam penelitian ini
kekayaan ilmu psikologi yang adalah Interpretative
dipelajari seseorang. Diperlukan Phenomenological Analysis (IPA).
pemahaman yang seimbang tentang Metode ini dipilih dengan
individu dengan kondisi psikologis pertimbangan bahwa IPA merupakan
yang sehat. Individu yang sehat metode sistematis dengan
dianggap oleh Maslow (1993) pendekatan fenomenologi untuk
sebagai individu yang telah memahami makna dari pengalaman
memenuhi kebutuhan aktualisasi- individu dalam sebuah konteks.
dirinya. Metode IPA memberikan
Salah satu bagian dari kesempatan bagi peneliti untuk
masyarakat yang memiliki perhatian memahami bagaimana subjek
besar untuk memahami kehidupan
memaknai perspektif yang Penelitian ini dilaksanakan
dimilikinya (Larkin, 2013). mengikuti Kode Etik Psikologi
Pemilihan subjek pada Indonesia yang berlaku. Sangat
penelitian kualitatif didasarkan pada penting bagi para peneliti psikologi
ketersediaan di lapangan. Karakter untuk terlebih dahulu meminta
pengalaman unik subjek adalah persetujuan kepada masing-masing
bagian dari penentuan kriteria subjek sebelum melakukan
penelitian. Terkait dengan penelitian.
pernyataan tersebut, peneliti Berikut adalah urutan analisis
menggunakan sampling purposif yang dilakukan peneliti untuk
sebagai jenis sampling yang cocok mendapatkan makna pengalaman
untuk penelitian ini. Berikut adalah subjek:
beberapa karakteristik subjek a. Membaca transkrip berulang
penelitian: kali
1. Dipercaya dan dianggap oleh b. Pencatatan awal (initial noting)
masyarakat sebagai orang yang c. Mengembangkan tema yang
mampu spiritual dalam muncul (emergent themes)
masyarakat. d. Mengembangkan tema super-
2. Pemeluk agama Islam. ordinat
3. Tidak pernah melakukan e. Beralih ke transkrip subjek
konversi agama. berikutnya
Prosedur pengumpulan data f. Menemukan pola antarsubjek
dalam metode IPA diawali dengan g. Mendeskripsikan tema induk
membuat sejumlah pertanyaan
wawancara (interview schedule) HASIL DAN PEMBAHASAN
yang akan diajukan kepada masing- Berdasarkan hasil analisis yang
masing subjek. Pertanyaan dilakukan, peneliti mendapatkan
wawancara yang diajukan pada beberapa tema induk yang terdiri dari
setiap subjek terdiri dari 13 tema super-ordinat. Tema induk
pertanyaan (Lampiran B). tersebut adalah sebagai berikut:
Tema Induk Tema Super-ordinat KESIMPULAN DAN SARAN
Ketertarikan ƒ Lingkungan
Berdasarkan pemaparan
Mendalami berorientasi agama
Kehidupan ƒ Motivasi internal sebelumnya, peneliti sampai pada
Spiritual
kesimpulan bahwa makna
Proses Individu ƒ Kematangan tauhid
Mengembangkan sebagai kebutuhan pengalaman spiritual bagi rohaniwan
Kualitas Spiritual spiritual Islam adalah kebutuhan untuk
ƒ Eksplorasi makna
bertasawuf mendekatkan diri kepada Allah SWT
ƒ Hawa nafsu sebagai dan melibatkan pengabdian yang
kendala
ƒ Mencari rida Allah bersifat sukarela untuk mendapatkan
SWT sebagai tujuan rida-Nya. Usaha yang dilakukan
pengembangan spiritual
Manfaat Menjalani ƒ Ketenangan batin setiap subjek untuk mendekatkan diri
Kehidupan ƒ Perubahan transformatif bertujuan untuk mendapatkan rida
Spiritual ƒ Kemudahan mendapat
petunjuk Allah SWT atau meraih apa yang
Manifestasi ƒ Bersyukur disenangi oleh-Nya.
Mendalami ƒ Pengalaman spiritual
Kehidupan ƒ Relasi dengan sesama Saran bagi peneliti yang
Spiritual ƒ Kematangan spiritual tertarik untuk mendalami topik
Inti dari proses yang dilakukan
serupa dapat mencoba mendalami
setiap subjek untuk meningkatkan
pengalaman spiritual subjek yang
kualitas spiritual adalah kebutuhan
menjalani bimbingan spiritual dan
untuk menjalin kedekatan diri
bagaimana proses psikologis yang
dengan Tuhan (need of intimacy).
menyertainya. Subjek yang
Sesuai dengan pernyataan tersebut,
menjalani bimbingan spiritual dapat
Bukhardt (dalam Rosidi, 2010)
ditemukan pada mereka yang
mengungkapkan beberapa aspek
menganut paham Sufisme atau
spiritualitas yang salah satunya
beberapa paham agama lain yang
adalah perasaan terikat dengan Yang
memiliki ritual khusus untuk
Maha Tinggi dan dengan diri sendiri.
menyucikan diri. Ini dapat dilakukan
Perasaan ini muncul pada diri setiap
oleh peneliti selanjutnya untuk
subjek dan diutarakan kepada
memperluas kajian tentang
peneliti saat wawancara berlangsung.
spiritualitas ditinjau dari perspektif
ilmu psikologi.
DAFTAR PUSTAKA Universitas Diponegoro,
Semarang.
Al-Jilani, A.A.Q. (1992). The Secret
of Secrets²The
Manifestation of Lights Larkin, M. (2013). Interpretative
(Kitab Sirr Al-Asrar wa Phenomenological Analysis ±
Mazhar Al-Anwar). New Introduction [PowerPoint
Delhi: Muslim Media Delhi slides]. Didapatkan kembali
India. dari
http://prezi.com/dnprvc2nohjt
Allen, R.S., Phillips, L.L., Roff, L.L., /interpretative-
Cavanaugh, R., Day, L. phenomenological-analysis-
(2008). introduction/?auth_key=3d2c
Religiousness/Spirituality and 098e0db0a31ea05f2d9f60148
Mental Health Among Older ed5144e6d06
Male Inmates. The
Gerontologist (The Nelson, J.M. (2009). Psychology,
Gerontological Society of Religion, and Spirituality.
America), 48(5), 692. doi: 10.1007/978-0-387-
87573-6
Baharuddin. (2005). Aktualisasi
Psikologi Islami. Yogyakarta: Partanto, P.A., Dahlan, A.B.M.
Pustaka Pelajar. (1994). Kamus Ilmiah
Populer. Surabaya: Arkola.

*UDQW ' 2¶1HLO . 6WHSKHQV / Rosidi. (2010). Spiritualitas dan


(2004). Spirituality in the Konsep Diri Narapidana
Workplace: New Empirical (Studi Narapidana LP
Direction in the Study of the Kedungpane). Laporan
Sacred. Sociology of Religion Penelitian Individu, IAIN
(ProQuest Sociology), 65(3), Walisongo Semarang.
265.
Van Dierendonck, D. (2012).
Spirituality as an Essential
Jacobi, J. (1973). The Psychology of Determinant for the Good
C.G. Jung. Michigan: Yale Life, its Importance Relative
University Press. to Self-Determinant
Psychological Needs. Journal
Kusumawati, R.F. (2011). Happiness Study, 13, 687.
Spiritualitas dalam Perilaku doi:10.1186/1472-6882-12-
Health-Seeking yang S1-P211.
Dilakukan Survivor Kanker.
Skripsi: Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai