Anda di halaman 1dari 2

“Suara Hati Pencari Ilmu”

Bagai resonansi yang bergetar, impian merambat tanpa batas. Pepatah inilah yang
mengantar seseorang itu untuk semangat meraih cita – cita dimana pun tanpa mengenal lelah.
Mungkin sudah waktunya kita bercerita yang telah terjadi. Awalnya, tak ada yang menyangka
bahwa manusia biasa yang dilahirkan serba sederhana ini bisa lulus menapakkan kaki di
almamater favorit ini dalam rangka terus berusaha mengejar mimpi orang tuanya. Andai
engkau tahu, sulit rasanya bila harus menolak mentah hasil mufakat itu, Bukan karena takut
dikutuk menjadi batu. Akan tetapi, dibalik itu ada doa dan restu yang terselip untuk masa
depan buah hatinya kelak menjadi cerah selayaknya Mentari. Jika diingat kembali, masa –
masa itu penuh dilema yang entah harus mengikuti kata hatinya atau berbanding terbalik.
Bertanya – tanya tentang apa mimpi sebenarnya ? Tentu saja, Dia sangat ingin rasanya untuk
mencoba rejekinya di dunia Pendidikan, sekiranya bisa meraih gelar sastra diluar negeri.

Perjuangannya dari awal dibuka dengan penuh tanda tanya, bingung untuk harus
mulai dari mana. Seakan – akan berhasil terjebak dan berdiri sendiri dari balik tembok ini.
Mentalnya terus digembleng agar siap tempur menghadapi nyatanya ekspetasi tak seindah
realita. Dari seragamya yang menonjolkan khas kewibawaan dan sistem pendidikannya
sungguh disiplin, maka tidak heran apabila ini menjadi faktor utama orang tua berlomba –
lomba ingin memperebutkan kursi kosong itu untuk anaknya. Sampai sini, Dia mulai paham
bahwa setiap mimpi orang tua ada tersimpan keberhasilan yang luar biasa.

Butiran hujan mulai turun satu per satu seperti yang bisa dia rasakan detik ini, seiring
waktu yang terus bergulir tanpa memperhatikan belas kasihan sedikit pun. Rasa syukur itu
pun tak terasa mulai muncul perlahan – lahan mengikuti derasnya arus kehidupan. Sadar
bahwa tak lama lagi perjalanan ini sebentar lagi akan usai dan menghasilkan buih - buih
memorial yang pasti selalu dikenang. Selama hampir 3 tahun lamanya, Perjalannya dipenuhi
dengan hal – hal baru yang tidak akan pernah dijumpai dimanapun.

Baginya, SMK Kehutanan Makassar ini adalah rumah kedua yang selalu menciptakan
kenyamanan dihatinya, karena dari sinilah ceritanya dimulai untuk tumbuh dan merasakan
suka duka bersama tulang sekawan lainnya. Meski harus hidup jauh dari orang tua, Suatu
kebanggan besar bagi dirinya sudah bisa menerima keadaan dewasa bahwa dia terlahir di
bumi kandung rimbawan dan tak cukup lama lagi akan menjadi calon rimbawan muda yang
akan berpartisipasi melestarikan hutan di Indonesia. Terkadang, seseorang itu seringkali
menyebut sekolah ini sebagai wadah pencari ilmu, Mengapa ? Menurutnya, sangat cocok
bagi kamu yang haus akan ilmu dan berminat di bidang Kehutanan, maka bisa segera
mengembangkannya disini karena tersedia berbagai fasilitas yang bisa menunjang
keberhasilan kamu dalam mencarinya. Salah satunya adalah Perpustakaan. Kata orang –
orang itu adalah tempat yang membosankan, Tetapi berbeda dengan dirinya yang bisa
menghabiskan banyak waktu ditempat favoritnya itu untuk menikmati dunianya sendiri,
berinteraksi dengan setiap lembaran buku.

Sayangnya, hari ke hari menjelang kelulusannya dia harus tetap bertahan dengan
lapang dada dalam menghabiskan sisa – sisa waktunya itu dengan kebijakan sekolah yang
semakin terdengar aneh. Ilmu itu bagaikan Mutiara yang terlihat kecil tetapi sangat berharga
di mata manusia, maka lekaslah untuk mencarinya jangan menuntutnya karena tak bersalah
apapun. Kalimat itu seringkali terucap dari mulutnya agar menjadi penutup cerita singkat ini
dan harapannya bisa memotivasi banyak orang untuk semakin semangat dalam mencari ilmu
dan mengejar masa depan di masing – masing wadah yang mereka inginkan. Percayalah
disetiap wadah tersebut, ada keberhasilan dan kesuksesan yang menunggumu. Baiklah,
mungkin sudah waktunya cerita ini usai dan aku memberitahukanmu ini karena bukan
meluapkan kekesalan, tetapi hati ini meyakinkan bahwa engkau adalah satu – satunya orang
yang setia dan diandalkan dalam menerimanya.

Anda mungkin juga menyukai