HALAMAN JUDUL
Oleh:
Muhamad Adi Ma’ruf
NIM. 2230912310063
Pembimbing:
Mei, 2022
Laporan Kasus
HALAMAN PENGESAHAN
Seorang Perempuan Usia 63 Tahun dengan Diagnosis Hematochezia + Moderate
Anemia NN + Efusi Pleura Massive Sinistra + Tumor Padat Ovarium
Oleh
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
berwarna merah terang atau merah marun, terutama dari perdarahan saluran cerna
bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bawah terjadi bila sumber perdarahan
yang keluar pada penderita melena berwarna hitam, sedangkan pada penderita
hematochezia feses yang keluar berwarna merah segar. Hal ini terjadi karena
perdarahan yang terjadi di saluran pencernaan bagian bawah terletak tidak jauh dari
dan/atau jumlah hemoglobin (Hb) yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya
eritrosit dan hematokrit. Jenis anemia terbanyak adalah anemia defisiensi zat besi.
Tanda-tanda anemia adalah 5L yaitu lemah, letih, lesu, lelah, dan lalai. Selain itu
sering juga didapat keluhan seperti mata berkunang-kunang dan pusing, pucat pada
mukosa kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan. Menurut data World
2-5 kali menjadi anemia defisiensi besi yang disebabkan beberapa faktor seperti
1
2
Efusi pleura merupakan suatu akumulasi cairan yang abnormal di dalam kavum
produksi cairan yang berlebihan atau karena adanya penurunan absorpsi cairan. Efusi
pleura biasanya merupakan efek sekunder dari suatu penyakit primer. Insidensinya
tergantung dari penyakit yang mendasari efusi pleura. Pada pasien dengan penyakit
gagal jantung insiden terjadinya efusi pleura cukup tinggi yaitu sekitar 55-88%, efusi
juga dapat terjadi pada 67% pasien dengan penyakit pericardial. Sirosis hepar dan
ascites juga dihubungkan dengan efusi pleura (6%) serta beberapa pneumonia
ovarium, yang dapat terbentuk dari kelainan neoplasma maupun bukan neoplasma.
ovarium antara lain: kista endometriosis, kista folikel dan proses infeksi. Neoplasma
dapat dibedakan menjadi neoplasma ganas, borderline, dan jinak. Neoplasma ganas
(disebut kanker) ovarium menempati urutan ke tujuh dari semua kanker pada wanita
di dunia, dengan perkiraan 239.000 kasus dan 152.000 kematian setiap tahun.
ovarium sering kali sulit ditegakkan karena tumor jinak maupun tumor ganas dapat
tindakan operasi tumor ovarium tergantung dari jenis tumornya. Penentuan diagnosis
saat operasi berlangsung sangat penting untuk memberikan dasar tindakan operasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hematochezia
1. Definisi
Hematochezia adalah kondisi ketika terdapat darah segar dalam feses atau tinja.
bawah, seperti akibat wasir atau kanker usus besar. Hematochezia berbeda dengan
melena. Pada penderita hematochezia, darah yang keluar berwarna merah segar.
Sedangkan pada penderita melena, darah yang keluar berwarna hitam. Hal ini terjadi
karena perdarahan yang terjadi di saluran pencernaan bagian bawah terletak tidak
2. Etiologi
bagian bawah, seperti usus besar dan rektum. Beberapa kondisi yang dapat
fisura ani, karsinoma kolon, kolitis ulseratif, Polip kolon, Tumor jinak di usus besar
3. Patofisiologi
hemorrhoid, jika pecah atau teriritasi, dapat terjadi pendarahan yang mengakibatkan
hematochezia. Pendarahan ini terjadi ketika darah dari pembuluh darah yang rusak
mengalir ke dalam saluran pencernaan dan bercampur dengan tinja. Pada fistula ani,
3
4
dapat menyebabkan hematochezia ketika darah mengalir melalui saluran fistula dan
muncul di dalam tinja. Pada infeksi saluran pencernaan, seperti disentri, kolitis
infeksi, atau infeksi parasit seperti amebiasis dapat merusak dinding saluran
cerna bawah dapat menyebabkan hematochezia. Pada kondisi radang usus seperti
kolitis ulserativa atau Crohn Disease dapat menyebabkan peradangan pada dinding
usus. Peradangan ini dapat merusak pembuluh darah di dalam usus dan menyebabkan
polip kolon, beberapa polip dapat berdarah dan menyebabkan hematochezia jika
mereka pecah atau teriritasi. Pada karsinoma kolon, dapat menyebabkan pendarahan
4. Manifestasi Klinik
berwarna merah terang yang keluar bersama feses. Selain keluarnya darah saat BAB,
ada beberapa gejala lain yang dapat menyertai hematochezia, yaitu: nyeri perut,
demam, diare, perubahan pola buang air besar, dan penurunan berat badan.7
5. Diagnosis
mengetahui jumlah sel darah, memeriksa kecepatan proses pembekuan darah, serta
memeriksa fungsi organ hati. Kolonoskopi, untuk melihat kondisi usus besar dengan
jaringan guna diperiksa di laboratorium. Foto Rontgen, untuk melihat kondisi saluran
untuk melihat kerusakan pada pembuluh darah dengan menyuntikkan cairan kontras
6. Tatalaksana
darah yang pecah. Selain itu, pasien diberikan edukasi agar tidak mengonsumsi obat
B. Moderate Anemia
1. Definisi
klinis, anemia dapat diukur dengan penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau
hitung eritrosit, namun yang paling sering digunakan adalah pengujian kadar
hemoglobin.8
2. Etiologi
Penyebab umum dari anemia antara lain: kekurangan zat besi, pendarahan,
genetik, kekurangan asam folat, dan gangguan sumsum tulang. Secara garis besar,
darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan akut, perdarahan kronis,
3. Patofisiologi
kehilangan sel darah merah secara berlebihan. Kegagalan sumsum tulang dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui pendarahan destruksi, dapat
mengakibatkan defek sel merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Pecah atau rusaknya sel darah merah
terjadi terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel merah atau hemolisis
lebih 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel
yang terlepas dari sel darah merah yang telah rusak) untuk mengikat semuanya,
(hemoglobinuria).10
Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi maka terjadi anemia
defisiensi zat besi. Hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat
yang terlalu dini (sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang
mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi berlebihan
tanpa tambahan makanan pada kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan
perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat
besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih
tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan. Anemia defisiensi
zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik. Pada Bayi terjadi
karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang
tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari
saluran cerna setiap hari menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja putri,
anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.10
berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hemopoetik (sel-sel sumsum tulang yang memproduksi sel darah
merah, sel darah putih, dan kepingan darah) dalam sumsum tulang. Aplasia dapat
terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga sistem hemopoetik (eritropoetik,
8
tiga sistem disebut panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia aplastik. Kekurangan
asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat merupakan bahan
esensial untuk sintesis DNA (Deoxyribonucleic acid) dan RNA (Ribonucleid acid),
yang penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel.10
4. Manifestasi Klinik
Sistem organ yang dapat terkena anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis
anemia, tingkat aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasari dan beratnya anemia.3
darah lebih cepat terjadi karena reflek kardiovaskuler fisiologis berupa kontraksi
arteriola, pengurangan aliran darah. Gejala yang timbul tergantung cepat dan
banyaknya darah yang hilang dan tubuh masih dapat melakukan kompensasi.
Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan tampak gejala pucat, takikardi, tekanan
darah rendah atau normal. Kehilangan darah sebanyak 15-20% dapat mengakibatkan
tekanan darah menurun dan dapat terjadi syock yang masih reversible. Kehilangan
darah lebih dari 20% dapat menimbulkan syock yang irreversible dengan angka
yang paling sering, bila hemoglobin menurun sampai 5g/dl iritabilitas dan anorexia,
takikardi dan bising usus menurun. Pada kasus berat akan mengakibatkan perubahan
pada kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah yang halus, terdapat tanda-tanda
1.000.000). b) Anemia defisiensi asam folat: Tanda dan gejala pada anemia defisiensi
asam folat sama dengan anemia defisiensi besi. Anemia megaloblastic mungkin dapat
ditemukan gejala neurologis seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat.
Gambaran darah seperti anemia pernisiosa tetapi kadar vitamin B 12 serum normal
dan asam folat serum rendah, biasanya kurang dari 3ng/ml. Menentukan diagnose
dari yang anemia ringan sampai dengan anemia yang berat dan bisa mengancam jiwa.
Keluhan pada anemia ini adalah fatigue dapat terlihat bersama gagal jantung
kongestif dan angina. Biasanya ditemukan icterus dan spleno megali. Jika pasien
mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia Limfositik Kronik, gambaran
klinis pasien tersebut dapat terlihat. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar
Sferositosis biasanya dapat dilihat pada apusan darah tepi. Pada kasus hemolisis
berat, penekanan pada sumsum tulang dapat mengakibatkan sel darah merah yang
mulai beragam mulai dari anemia hematolik neonatus berat sampai ringan, hemolisis
yang terkompensasi dengan baik dan tampak pertama pada dewasa. Polikromatofilia
10
klinis sangat beragam tergantung dari jenis kekurangan enzim, defisiensi enzim
sferositosis, tetapi tidak ada peninggian fragilitas osmotic dan hapusan darah tepi
menyebabkan penyakit hematolik pada bayi baru lahir dan tampak dengan anemia
dan hyperbilirubinemia yang cukup berat. Sebagian penderita tidak terdapat gejala
sampai dewasa sedangkan sebagian lainnya mungkin mengalami anemia berat yang
pucat, icterus, lesu dan intoleransi aktivitas. Hasil hemolisis yaitu retikulositosis dan
meningkat sampai 6-20% dengan nilai 10%. Eritrosit pada apus darah tepi berukuran
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang membesar. Pada anak
biasanya disertai keadaan gizi yang buruk dan mukanya memperlihatkan fasies
memerlukan transfusi darah, mudah terjadi hemolisis akut pada serangan infeksi
berat, kadar Hb 7-10g/dL, sediaan apus darah tepi memperlihatkan tanda hipokromia
yang nyata dengan anisositosis (ukuran sel darah merah berbeda tidak seragam) dan
4. Anemia Aplastik: Anemia aplastik biasanya khas dan bertahap ditandai oleh
kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan. Hasil laboratorium biasanya
5. Klasifikasi
(MCHC normal). Keadaan ini disebabkan terganggunya atau terhentinya sitesis asam
deoksibonukleat (DNA) yang ditemukan pada defisiensi B12, asam folat, dan pada
DNA.3 Anemia megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari vitamin B12 dan
asam folic tidak cukup atau penyerapan yang tidak mencukupi, kekurangan folate
secara normal tidak menghasilkan gejala jika B12 cukup. Anemia megaloblastic
suatu kondisi autoimmune yang melawan sel parietal dari perut. Sel parietal
makanan. Penghancuran dari sel parietal menyebabkan kematian faktor intrinsic dan
sel kecil, hipokronik adalah pewarna yang berkurang. Sel-sel ini mengandung
hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari jumlah normal, keadaan ini
menyebabkan kekurangan zat besi seperti anemia pada defisiensi besi, kehilangan
12
darah kronis dan gangguan sintesis globin. a) Anemia defisiensi besi, merupakan
jenis anemia yang paling umum dari semua jenis anemia dan yang paling sering
penyerapan atau masukan dari zat besi tidak cukup. Zat besi adalah suatu zat di dalam
tubuh yang erat dengan ketersediaan jumlah darah yang diperlukan dan kekurangan
anemia sel sabit yang merupakan kondisi sel-sel darah merah berbentuk bulan sabit,
mengandung jumlah hemoglobin normal. (MCV dan MHCH normal atau rendah)
tetapi mengalami anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah pendarahan yang akut,
anemia dari penyakit yang kronis, anemia yang aplastic (kegagalan sumsum
tulang).9,10
6. Diagnosis
hemoglobin, indeks eritrosit dan hapusan darah tepi. Dari ini dapat dipastikan adanya
anemia serta jenis morfologik anemia tersebut, yang sangat berguna untuk
retikulosit dan laju endap darah. Sekarang sudah banyak dipakai automatic
hematology analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang lebih baik.
definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum tulang mutlak diperlukan
d. Pemeriksaan khusus
1) Anemia defisiensi besi: serum iron. TIBC (total iron binding capacity),
dan lain-lain.
7. Tatalaksana
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi pada penderita
anemia adalah:11
akibat anemia aplastik yang mengancam jiwa penderita, atau pada anemia
2) Terapi suportif.
teresbut.
d. Dalam keadaan dimana diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan, kita terpaksa
perubahan diagnosis.
diberikan packed red cell, jangan whole blood. Pada anemia kronik sering
15
dijumpai peningkatan volume darah, oleh karena itu transfusi diberikan dengan
tetesan pelan. Dapat juga diberikan diuretika kerja cepat seperti furosemid
sebelum transfusi.
1. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam
rongga pleura. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. Cairan pleura normalnya merembes secara
terus menerus ke dalam rongga dada dari kapiler-kapiler yang membatasi pleura
parietalis dan diserap ulang oleh kapiler dan sistem limfatik pleura viseralis. Kondisi
apapun yang mengganggu sekresi atau drainase dari cairan ini akan menyebabkan
efusi pleura.9
Cairan pleura diproduksi utama oleh pleura parietal dan direabsorbsi melalui
limfatik pleura melalui stomata yang ada di pleura parietal. Pada manusia sehat,
kavitas pleural umumnya berisi kira-kira 0.3 mL/kg cairan atau 10-20 mL dengan
2. Etiologi
Efusi pleura transudatif sering terjadi karena gagal jantung, penyakit hepar yang
atau empyema bakterialatau fungus, malignansi, emboli paru dengan atau tanpa
16
infark paru, penyakit kolagen (lupus eritematosus [LE] serta asrtritis rematoid),
miksedema, dan trauma dada. Empiema dapat terjadi karena infeksi idiopatik atau
Transudat adalah cairan pleura dalam keadaan normal yang jumlahnya sedikit.
Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan
koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura
akan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terdapat pada
menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura, dan menurunnya tekanan intra
pleura.9,13
peradangan pada pleura. Protein yang terdapat dalam cairan pleura kebanyakan
berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening akan
eksudat.5,12,13
sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar, yaitu: peningkatan tekanan kapiler
3. Patofisiologi
cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini
Di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Sebagian cairan
ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-
20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga aliran cairan disini mencapai 1
liter sehari.5,9,13
cairan ini. Tekanan hidrostatik yang berlebihan atau tekanan osmotik yang menurun
dapat menyebabkan cairan berlebihan tersebut mengalir melintasi kapiler yang utuh.
eksudatif.5,9,13
4. Manifestasi Klinik
adalah: batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, berat badan
banyak keringat, dan batuk; Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi
jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan; Pada pemeriksaan fisik:
inflamasi dapat terjadi friction rub; Atelektaksis kompresif (kolaps paru parsial) dapat
menyebabkan bunyi napas bronkus; Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan
duduk akan berlainan karena cairan akan berpindah tempat; Bagian yang sakit akan
kurang bergerak dalam pernapasan; Focal fremitus melemah dan pada perkusi
5. Klasifikasi
eksudat. Transudat adalah cairan pleura dalam keadaan normal yang jumlahnya
sedikit. Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik
dan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi
pleura akan melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terdapat pada
menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura, dan menurunnya tekanan intra
pleura.5,9,13
peradangan pada pleura. Protein yang terdapat dalam cairan pleura kebanyakan
berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening akan
19
eksudat.5,9,13
6. Diagnosis
efusi pleura. Tanda dan gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya seperti
dispnea, batuk, dan nyeri dada pleuritik. Gejala tambahan seperti demam, ortopnea,
riwayat pekerjaan sebelum dan saat ini, penggunaan obat, riwayat operasi
sebelumnya (seperti bedah bypass arteri coroner; CABG), keganasan, tempat tinggal,
nafas, redup pada perkusi thoraks, dan penurunan fremitus taktil pada area efusi
pleura; Temuan ini umumnya hanya terjadi pada efusi yang lebih besar dari 300 mL.
Petunjuk lain pada pemeriksaan fisik meliputi distensi vena leher, edema perifer,
pembesaran ventrikel kanan atau trombosis vena dalam, stigmata penyakit hati
stadium akhir, kelainan bentuk sendi, atau sinovitis. Setiap temuan ini dapat
adanya efusi pleura ketika ada sekitar 200 ml cairan pleura, dan foto lateral akan
thoraks juga memiliki peran yang semakin penting dalam evaluasi efusi pleura karena
20
pemeriksaan klinis atau radiografi toraks. Karakteristik yang juga dapat dilihat pada
USG dapat membantu menentukan apakah terjadi efusi sederhana atau kompleks.
Efusi sederhana dapat diidentifikasi sebagai cairan dalam rongga pleura dengan
echotexture homogen seperti yang terlihat pada sebagian besar efusi transudatif,
sedangkan efusi yang kompleks bersifat echogenic, sering terlihat septasi di dalam
7. Tatalaksana
gejala. Pilihan terapi harus tergantung pada prognosis, kejadian efusi berulang, dan
a. Thorakosintesis
thorasentesis merupakan hal yang wajar dalam penanganan efusi pleura karena gagal
jantung atau setelah operasi CABG. Namun manifestasi lain (seperti demam,
pleuritis; radang selaput dada) atau kegagalan untuk menanggapi terapi pada pasien
b. Pemeriksaan laboratorium
bernanah. Cairan berdarah (hemoragik) sering terlihat pada keganasan, emboli paru
dengan infark paru, trauma, efusi asbes jinak, atau sindrom cedera jantung. Cairan
purulen dapat dilihat pada empiema dan efusi lipid. Sebagai tambahan. bau busuk
c. Kimia darah
berbanding lurus dengan kelainan patologi pada cairan pleura. Asidosis cairan pleura
pleurodesis. Pada dugaan infeksi pleura, pH kurang dari 7,20 harus diobati dengan
drainase pleura. Amilase cairan pleura meningkat jika rasio cairan amilase terhadap
serum pleura lebih besar dari 1,0 dan biasanya menunjukkan penyakit pankreas,
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,2 liter perlu dikeluarkan segera
untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak
maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian. Pada efusi
yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui
selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya
irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik
22
hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan
pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang
1. Definisi
Tumor padat ovarium merujuk pada pertumbuhan massa atau benjolan yang
padat di dalam ovarium. Tumor ini dapat bersifat jinak (non-kanker) atau ganas
2. Etiologi
Etiologi tumor padat ovarium masih belum jelas untuk saat ini. Ada beberapa
hipotesis yang dapat menjelaskan terjadinya tumor pada ovarium antara lain:
hipotesis trauma ovulasi dan hipotesis gonadotropin. Saat ovulasi, terjadi kerusakan
epitel permukaan ovarium pada waktu pecahnya folikel dan kemudian diikuti oleh
perbaikan 16 sel/DNA. Ini menyatakan bahwa semakin banyak pembelahan sel yang
diikuti proses perbaikan meningkatkan peluang untuk terjadinya mutasi spontan yang
Beberapa hipotesis lain yang menjelaskan terjadinya kanker ovarium adalah hipotesis
kerusakan DNA, protein dan lipid. Kerusakan DNA menyebabkan mutasi DNA.
Mekanisme perbaikan DNA tubuh akan melakukan perbaikan DNA yang rusak,
dengan demikian inflamasi kronik akan menimbulkan efek yang lama dan
terjadi mutagenesis. Sitokin yang dilepaskan pada reaksi inflamasi juga berperan
Dimana fungsi prostaglandin sendiri antara lain adalah penurunan diferensiasi sel,
3. Patofisiologi
sel yang tidak terkendali di dalam ovarium. Proses ini melibatkan perubahan genetik
a. Fibroma: Fibroma ovarium berkembang dari jaringan ikat ovarium. Tidak ada
perubahan genetik yang jelas yang terlibat dalam fibroma ovarium, namun
dari berbagai jenis jaringan, seperti rambut, gigi, dan tulang. Teratoma dermoid
teratoma dermoid.
jaringan ikat ovarium. Perubahan genetik seperti mutasi gen tertentu dapat
d. Brenner tumor: Brenner tumor ovarium adalah tumor yang terbentuk dari epitel
sel.
Mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2, serta faktor risiko lain seperti paparan
yang berasal dari jaringan ovarium baik epitelial maupun jaringan ikat.
c. Tumor sel germinal: Tumor sel germinal ovarium, seperti teratoma ganas dan
genetik pada sel-sel germinal dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak
terkontrol.
d. Stromal tumors: Tumor stromal ovarium ganas, seperti granulosa cell tumors
dan Sertoli-Leydig cell tumors, terjadi akibat perubahan genetik pada sel-sel
penunjang ovarium. Mutasi gen tertentu, seperti gen FOXL2, dapat terlibat
4. Manifestasi Klinik
ukuran, jenis, dan lokasi tumor tersebut. Beberapa gejala yang mungkin muncul
termasuk:6,9
d. Perubahan berat badan: Perubahan berat badan yang tidak dijelaskan, seperti
penurunan berat badan yang tidak disengaja atau peningkatan berat badan,
dapat terjadi.
f. Mual dan muntah: Gejala ini mungkin terjadi sebagai akibat tekanan tumor
menyebabkan sering buang air kecil, sulit buang air kecil, atau perasaan tidak
5. Klasifikasi
termasuk histologi (jenis sel), karakteristik patologis, dan faktor prognostik. Berikut
a. Tumor epitelial ovarium: Ini adalah jenis tumor ovarium yang paling umum.
b. Tumor germinal ovarium: Tumor ini berasal dari sel-sel yang akan menjadi
c. Tumor stromal ovarium: Jenis tumor ini berasal dari jaringan pendukung
ovarium yang disebut stroma. Contoh tumor stromal ovarium termasuk tumor
d. Tumor kecil sel ovarium: Ini adalah jenis tumor langka yang berkembang dari
penanganan agresif.
6. Diagnosis
a. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik: riwayat medis lengkap dan pemeriksaan
fisik untuk mencari tanda-tanda atau gejala yang dapat mengarah ke tumor
ovarium.
guna analisis histologis oleh seorang ahli patologi. Biopsi dapat dilakukan
e. Marker tumor: Tes darah dapat dilakukan untuk mengukur tingkat marker
tumor spesifik seperti CA-125, HE4, atau CEA. Namun, perlu dicatat bahwa
tingkat marker tumor dapat meningkat dalam kondisi lain selain tumor ovarium.
penentuan stadium kanker ovarium untuk menentukan tingkat penyebaran tumor. Ini
melibatkan pemeriksaan tambahan seperti tes imaging, tes darah, dan evaluasi
Selain itu, dikenal juga Meigs Syndrome, yaitu sekumpulan gejala yang terdiri
dari tumor ovarium benigna dengan ascites dan efusi pleura yang menghilang setelah
reaksi tumor. Tumor ovarium pada Meigs Syndrome adalah jenis fibroma. Gejala
klinis Meigs Syndrome adalah kelelahan, napas yang pendek, peningkatan lingkar
perut, penurunan berat badan, batuk yang tidak produktif, bengkak, amenorea pada
7. Tatalaksana
jenis tumor, stadium kanker, keadaan umum pasien, serta preferensi pasien.
kasus tertentu, terutama jika ada penyebaran kanker ke daerah tertentu, seperti
paliatif, yaitu untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
bantuan psikologis.
30
untuk memeriksa respons terhadap terapi dan deteksi dini adanya kekambuhan atau
penyebaran kanker.6,9
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pernikahan : Menikah
RMK : 01-51-XX-XX
B. ANAMNESIS
16 Mei 2022 pukul 10.00 WITA di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Ulin
Banjarmasin.
a. Keluhan Utama
BAB berdarah
31
32
Pasien mengeluh BAB berdarah sejak 1 hari SMRS dengan frekuensi > 6 kali
sehari dengan warna darah segar dan keluar banyak seperti menstruasi, darah yang
keluar sekitar 3 sendok makan tiap kali BAB berdarah. Pasien ganti pampers 4-5 kali
sehari. Pasien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam kondisi BAB berdarah
seperti ini dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. BAB berdarah tidak dipengaruhi
perubahan posisi atau makanan. BAB berdarah juga tidak berkurang dengan obat.
Pasien juga mengeluhkan perut membesar dan nyeri perut sebelah kanan sejak
4 bulan SMRS. Nyeri perut muncul hilang timbul. Nyeri dirasakan seperti ditusuk
benda tajam, memberat bila beraktivitas dan sedikit membaik bila istirahat. Nyeri
tidak menjalar ke seluruh area perut. Keluhan nyeri perut memberat bila pasien
Pasien juga mengeluhkan sesak nafas hilang timbul sejak 4 bulan SMRS.
Keluhan bertambah bila beraktivitas dan lebih nyaman bila tidur posisi miring ke kiri.
Riwayat diambil cairan di paru-paru kiri sebanyak 1 kali di poli paru 1 bulan yang
lalu, didapatkan cairan 700cc berwarna kuning jernih dari paru-paru kiri.
Nafsu makan pasien menurun sejak 4 bulan SMRS. Awalnya pasien bisa makan
1 porsi penuh, namun saat ini hanya bisa makan 4-5 sendok. Berat badan menurun
namun pasien tidak pernah mengukur berat badan. Pasien hanya merasakan pakaian
Pasien pernah dilakukan USG oleh Obsgyn dan didiagnosis Tumor Padat
Ovarium sejak 4 bulan yang lalu. Pasien direncanakan untuk operasi dengan terlebih
33
dahulu kemoterapi regimen Paclitaxel dan Carboplatin oleh TS Obsgyn, tetapi pasien
menolak.
Keluhan lain seperti demam, batuk, nyeri dada, nyeri ulu hati, mual dan muntah
disangkal. Riwayat BAB hitam, benjolan di luar dubur, nyeri di area dubur, dan
HT (-), DM (-), asma (-), penyakit kuning (-) dan penyakit jantung (-)
e. Riwayat pengobatan
Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol, tidak ada alergi makanan dan
minuman, riwayat menikah 1 kali namun tidak mempunyai anak, tidak ada riwayat
KB, riwayat hamil 1 kali namun dikatakan keguguran, riwayat kuretase disangkal.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 8.2 12.0 – 16.0 g/dl
Leukosit 9.0 4.0 – 10.5 ribu/ul
Eritrosit 2.93 4.00 – 5.30 juta/ul
Hematokrit 25.4 37.0 – 47.0 %
Trombosit 347 150 – 450 ribu/ul
RDW-CV 14.9 12.1 – 14.0 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 86.7 80.0 – 92.0 Fl
MCH 28.0 28.0 – 32.0 Pg
MCHC 32.3 33.0 – 37.0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0.6 0.0 – 1.0 %
Eosinofil% 1.3 1.0 – 3.0 %
Neutrofil% 76.0 50.0 – 81.0 %
Limfosit% 17.8 20.0 – 40.0 %
Monosit% 4.3 2.0 – 8.0 %
Basofil# 0.05 <1.00 ribu/ul
Eosinofil# 0.12 <3.00 ribu/ul
Neutrofil# 6.85 2.5 – 7.00 ribu/ul
Limfosit# 1.61 1.25 – 4.00 ribu/ul
Monosit# 0.39 0.30 – 1.00 ribu/ul
36
KIMIA
DIABETES
Glukosa darah sewaktu 93 <200.00 mg/dl
HATI DAN PANKREAS
Albumin 3.4 3.2 – 4.6 g/dl
SGOT 25 5 – 34 u/l
SGPT 10 0 – 55 u/l
GINJAL
Ureum 29 0 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.69 0.57 – 1.11 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 138 136 – 145 Meq/L
Kalium 2.8 3.5 – 5.1 Meq/L
KIMIA
HATI DAN PANKREAS
Albumin 2.6 3.2 – 4.6 g/dl
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.5 12.0 – 16.0 g/dl
Leukosit 7.5 4.0 – 10.5 ribu/ul
Eritrosit 4.94 4.00 – 5.30 juta/ul
Hematokrit 41.7 37.0 – 47.0 %
Trombosit 225 150 – 450 ribu/ul
RDW-CV 14.4 12.1 – 14.0 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 84.4 80.0 – 92.0 Fl
MCH 27.3 28.0 – 32.0 Pg
MCHC 32.4 33.0 – 37.0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0.7 0.0 – 1.0 %
Eosinofil% 2.5 1.0 – 3.0 %
Neutrofil% 81.4 50.0 – 81.0 %
Limfosit% 11.5 20.0 – 40.0 %
Monosit% 3.9 2.0 – 8.0 %
37
Interpretasi:
Irama: Sinus rhythm
Frekuensi: 98 x/menit
Axis: normoaxis (lead I (+), II (+), AVF (+))
Gel. P: P mitral (-), P pulmonal (-)
Interval PR: Prolonged PR (-)
Kompleks QRS: 0,04s (normal) LVH (-), RVH (-), q patologis (-), LBBB
(-), RBBB (-)
Segmen ST: ST elevasi (-), ST depresi (-)
Gel. T: T inversi (-), T tall (-)
Interval QT: Prolonged QT (-)
Gel. U: Tidak ada
Interpretasi:
Penetrasi cukup
Marker L, tidak ada artefak
Soft tissue: normal, swelling (-), tidak ada massa dan udara
Skeletal: normal, clavicula simetris, costae simetris, tidak ada deformitas, tidak
ada fraktur
Trakea: lusen, berada di tengah, tidak ada deviasi
Cor tidak membesar
Sinus dan diafragma kanan normal. Sinus dan diafragma kiri tertutup
perselubungan
Pulmo: tampak perselubungan opak homogeny di hemitoraks atas sampai
bawah kiri
Pasien Ny. R usia 63 tahun, datang dengan keluhan BAB berdarah. Pada
anamnesis didapatkan hematochezia sejak 1 hari SMRS dengan frekuensi >6 kali
sehari dengan warna darah segar dan keluar banyak seperti menstruasi, darah yang
keluar sekitar 3 sendok makan. Pasien ganti pampers 4-5 kali sehari. Pasien tidak bisa
melakukan aktivitas sehari-hari dalam kondisi seperti ini dan hanya bisa berbaring di
tempat tidur.
Pasien juga mengeluhkan perut membesar dan nyeri perut sebelah kanan sejak
4 bulan SMRS. Nyeri perut muncul hilang timbul. Nyeri dirasakan seperti ditusuk
benda tajam, memberat bila beraktivitas dan sedikit membaik bila istirahat. Tidak ada
riwayat disedot cairan perut, tapi hanya diberikan obat untuk mengurangi cairan
perut.
Nafsu makan pasien menurun sejak 4 bulan SMRS, awalnya pasien bisa makan
1 porsi penuh namun saat ini hanya bisa makan 4-5 sendok. Berat badan menurun
namun tidak pernah mengukur berat badan, pasien merasakan pakaian yang dipakai
terasa lebih longgar. Riwayat melena, benjolan di luar dubur, nyeri di area dubur, dan
Selain itu, pasien juga mengeluhkan dispneu hilang timbul sejak 4 bulan
SMRS, bertambah bila beraktivitas dan lebih nyaman bila tidur posisi miring ke kiri.
Riwayat pleurocentesis di paru-paru kiri sebanyak 1 kali di poli paru 1 bulan yang
Pasien pernah dilakukan USG oleh Obsgyn dan didiagnosis Tumor Padat
Ovarium sejak 4 bulan yang lalu, direncanakan untuk operasi dengan terlebih dahulu
41
menolak.
Keluhan lain seperti demam, batuk, nyeri dada, nyeri ulu hati, mual dan muntah
disangkal.
kesadaran komposmentis. Pada tanda vital didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg,
denyut nadi 92 kali/menit, kuat angkat, reguler, frekuensi napas 34 kali/menit, irama
reguler, suhu axila 37,8 ºC, saturasi oksigen 95% on Room Air.
rambut hitam, rambut tipis, terdistribusi merata, alopesia (-), wajah simetris,
Pada pemeriksaan thorax cor didapatkan iktus kordis tidak terlihat, iktus kortis
teraba di ICS IV linea parasternalis sinitra, thrill (-). Perkusi batas jantung kiri, batas
kanan dan pinggang jantung sulit dievaluasi. Auskultasi: S1 dan S2 normal, reguler,
murmur (-), gallop (-). Pada pemeriksaan thorax pulmo didapatkan bentuk dada
normal, saat bernapas dada bagian kiri tertinggal. Pergerakan dinding dada tertinggal
di bagian kiri, fremitus vokal menurun di dada kiri, tidak ada massa. Pada perkusi
ditemukan suara sonor di lapang paru kanan, redup di lapang paru kiri, batas paru-
hepar di ICS V linea midclavicularis dextra. Pada Auskultasi ditemukan suara napas
medusa (-), striae (-). Bising usus (+) 10 x/menit. Timpani seluruh lapang abdomen,
42
undulasi (+), hepar dan lien sulit dievaluasi, massa (+), defans muscular (-), murphy
Pada pemeriksaan rectal toucher didapatkan spincter ani menjepit kuat, ampula
recti tidak kolaps, masssa padat (+) arah jam 12 sampai jam 6, darah (+), feses (-),
melena (-).
8.2, MCV 86.7, MCH 28.0, MCHC 32.3, eritrosit 2.93, hematokrit 25.4, RDW-CV
14.9, limfosit 17.8%, kalium 2.8, dan albumin 2.6. Pemeriksaan foto toraks tanggal
12 Mei 2023 didapatkan hasil efusi pleura sinistra massive. Pemeriksaan USG
F. DIAGNOSIS KERJA
G. DAFTAR MASALAH
Objektif:
- Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
perut cembung, teraba massa pada area
suprapubik ukuran 10x6 cm, konsistensi
keras, berdungkul-dungkul, tepi ireguler,
imobile, nyeri tekan (+) VAS 3
- Pada rectal toucher didapatkan massa
padat (+) arah jam 12 sampai jam 6,
darah (+)
- USG Abdomen: tumor padat ovarium
2. Moderate anemia NN Subjektif:
2.1. Blood loss - Hematochezia sejak 1 hari SMRS
2.2. Chronic disease dengan frekuensi >6 kali sehari dengan
warna darah segar dan keluar banyak
seperti menstruasi, darah yang keluar
sekitar 3 sendok makan
- Pasien pernah dilakukan USG oleh
Obsgyn dan didiagnosis Tumor Padat
Ovarium sejak 4 bulan yang lalu
Objektif:
- Konjungtiva anemis (+/+)
- Hb 8.2, MCV 86.7, MCH 28.0
3. Efusi pleura masive sinistra post Subjektif:
pungsi - Dispneu hilang timbul sejak 4 bulan
3.1 Metastasis process related no SMRS, bertambah bila beraktivitas dan
4 lebih nyaman bila tidur posisi miring ke
3.2 Infection - pleuropneumonia kiri. Riwayat pleurocentesis di paru-paru
kiri sebanyak 1 kali di poli paru 1 bulan
yang lalu, didapatkan cairan 700cc dari
paru-paru kiri
Objektif:
- Pemeriksaan fisik toraks pulmo: saat
bernapas dada bagian kiri tertinggal,
pergerakan dinding dada tertinggal di
bagian kiri, fremitus vokal menurun di
dada kiri, tidak ada massa. Sonor di
44
Objektif:
- Pemeriksaan palpasi abdomen: teraba
massa, nyeri tekan (+) VAS 3
- USG abdomen: tumor padat ovarium
5. Ascites grade III Subjektif:
- Perut membesar sejak 4 bulan SMRS
- Tidak ada riwayat disedot cairan perut,
tapi hanya diberikan obat untuk
mengurangi cairan perut
Objektif:
- Pemeriksaan abdomen: perut cembung,
undulasi (+)
6. Moderate hipokalemia Subjektif:
6.1 GI loss - Nafsu makan menurun sejak 4 bulan
6.2 Low intake SMRS, awalnya bisa makan 1 porsi
6.3 Renal loss penuh namun saat ini hanya bisa makan
4-5 sendok
Objektif:
- Pemeriksaan laboratorium: Kalium 2.8
7. Severe malnutrition Subjektif:
- Nafsu makan menurun sejak 4 bulan
SMRS, awalnya bisa makan 1 porsi
penuh namun saat ini hanya bisa makan
45
Objektif:
- Berat badan 33 kg, tinggi badan 150 cm,
IMT 14,2 (underweight)
H. RENCANA AWAL
pengobatan yang
dilakukan pada
pasien
- Komplikasi dari
penyakit yang
pasien alami
4. Tumor padat CT scan abdomen Farmakologi: Monitoring KIE pasien dan
ovarium curiga Ca 125 - Konfirmasi tanda vital keluarga mengenai:
maligna diagnosis - Kondisi pasien
4.1 Malignant – ca - Konsul obgyn saat ini
ovarium pertimbangan - Penyebab
4.2 Benign biopsi munculnya
keluhan pada
pasien
- Tujuan dari
pemeriksaan
yang akan
dilakukan
- Tujuan
pengobatan yang
dilakukan pada
pasien
- Komplikasi dari
penyakit yang
pasien alami
5. Ascites grade III Sitologi cairan Non farmakologi: Monitoring KIE pasien dan
ascites - Diet rendah garam tanda vital dan keluarga mengenai:
balance cairan - Kondisi pasien
Farmakologi: saat ini
- Pertimbangan - Penyebab
parasentesis munculnya
keluhan pada
pasien
- Tujuan dari
pemeriksaan
yang akan
dilakukan
- Tujuan
pengobatan yang
dilakukan pada
pasien
- Komplikasi dari
penyakit yang
pasien alami
6. Moderate Urine kalium Non farmakologi: Monitoring KIE pasien untuk
hipokalemia - Diet tinggi kalium tanda vital dan mengonsumsi
6.1 GI loss balance cairan makanan tinggi
6.2 Low intake Farmakologi: kalium
6.3 Renal loss - KSR 2x600mg
7. Severe malnutrition Non farmakologi: Monitoring KIE pasien untuk
- Diet 1300kkal/hari tanda vital dan mengonsumsi
- Peptimun asupan nutrisi makanan sesuai
2x100mg kebutuhan kalori
- Jus buah 2x100cc harian
47
I. FOLLOW UP
SOAP Keterangan
13 Mei 2023
Subjective Bab darah (-), lemas (-)
Objective KU: tampak sakit sedang
GCS: E4V5M6
TD: 140/70 mmHg
HR: 84 x/m
RR: 24 x/m
T: 37,2 ºC
SpO2: 96% on RA
GDS: 119 mg/dl
VAS: 3
BC: -225 cc/24jam
SOAP Keterangan
15 Mei 2023
Subjective Bab darah kadang-kadang, sesak napas (-)
Objective KU: tampak sakit sedang
GCS: E4V5M6
TD: 140/80 mmHg
HR: 90 x/m
RR: 30 x/m
T: 37,8 ºC
SpO2: 96% on RA
GDS: 113 mg/dl
VAS: 2
BC: -375 cc/24jam
SOAP Keterangan
16 Mei 2023
Subjective Bab darah (<), nyeri perut (+), sesak napas (-
)
Objective KU: tampak sakit sedang
GCS: E4V5M6
TD: 140/80 mmHg
HR: 110 x/m
RR: 30 x/m
T: 37,2 ºC
SpO2: 96% on RA
GDS: 169 mg/dl
VAS: 3 on tramadol
BC: -175 cc/24jam
SOAP Keterangan
17 Mei 2023
Subjective Bab darah (<), sesak (<), perut membesar (<)
Objective KU: tampak sakit sedang
GCS: E4V5M6
TD: 100/70 mmHg
HR: 100 x/m
RR: 22 x/m
T: 37,2 ºC
SpO2: 96% on RA
GDS: 139 mg/dl
VAS: 2
BC: -225 cc/24jam
BAB IV
PEMBAHASAN
Laporan kasus ini membahas mengenai kasus Ny. R berusia 63 tahun dirawat di
Padat Ovarium.
Hematochezia adalah kondisi ketika terdapat darah segar dalam feses atau tinja.
Hal ini terjadi karena perdarahan yang terjadi di saluran pencernaan bagian bawah
terletak tidak jauh dari anus. Pada anamnesis didapatkan hematochezia sejak 1 hari
SMRS dengan frekuensi >6 kali sehari dengan warna darah segar dan keluar banyak
seperti menstruasi, darah yang keluar sekitar 3 sendok makan. Pasien ganti pampers
4-5 kali sehari. Pasien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam kondisi
bagian bawah, seperti usus besar dan rektum. Beberapa kondisi yang dapat
fisura ani, karsinoma kolon, kolitis ulseratif, Polip kolon, Tumor jinak di usus besar
atau rektum, Crohn disease, proctitis, dan diverkulitis. Pada pasien, kemungkinan
penyebab hematochezia nya adalah akibat proses dari tumor padat ovarium yang
ada darah dalam feses. Jika hasil pemeriksaan mendeteksi darah dalam feses, maka
darah, untuk mengetahui jumlah sel darah, memeriksa kecepatan proses pembekuan
darah, serta memeriksa fungsi organ hati. Kolonoskopi, untuk melihat kondisi usus
besar dengan memasukkan selang berkamera melalui anus. Biopsi, untuk mengambil
sampel jaringan guna diperiksa di laboratorium. Foto Rontgen, untuk melihat kondisi
cairan kontras ke pembuluh darah. Radionuclide scan, untuk melihat kerusakan pada
laparotomi, untuk melihat sumber perdarahan dengan cara bedah terbuka pada perut.2
oksigen ke jaringan perifer. Secara klinis, anemia dapat diukur dengan penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit, namun yang paling sering
anemis (+/+) dengan Hb 8.2, MCV 86.7, MCH 28.0. Data ini mengindikasikan
yang paling mungkin dari anemia yang dialami pasien adalah kondisi Hematochezia
sehingga pasien banyak kehilangan darah. Setelah dilakukan transfusi PRC 2 kolf,
Tatalaksana anemia pada penyakit kronik yang paling baik adalah mengobati
membahayakan pasien juga bila terjadi komplikasi pada pasien seperti perdarahan.
Pemberian suplemen besi secara oral tidak akan memberikan perbaikan pada anemia
Pasien juga mengeluh dispneu hilang timbul sejak 4 bulan SMRS, bertambah
bila beraktivitas dan lebih nyaman bila tidur posisi miring ke kiri. Riwayat
pleurocentesis di paru-paru kiri sebanyak 1 kali di poli paru 1 bulan yang lalu,
didapatkan cairan 700cc dari paru-paru kiri. Berat badan pasien menurun namun
tidak pernah mengukur berat badan, pasien merasakan pakaian yang dipakai terasa
lebih longgar. Pada pemeriksaan fisik toraks pulmo, saat bernapas dada bagian kiri
tertinggal, pergerakan dinding dada tertinggal di bagian kiri, fremitus vokal menurun
di dada kiri, tidak ada massa. Sonor di lapang paru kanan, redup di lapang paru kiri.
Suara napas post pungsi (vvv/v<<). Foto toraks AP: efusi pleura massive sinistra.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami efusi pleura
massive sinistra.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinik yang ditimbulkan dari
efusi pleura yaitu sesak napas/dispneu, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, batuk,
ataupun berat badan menurun. Dapat terjadi deviasi trachea menjauhi tempat yang
sakit jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan. Pada pemeriksaan fisik:
inflamasi dapat terjadi friction rub; Atelektaksis kompresif (kolaps paru parsial) dapat
54
menyebabkan bunyi napas bronkus; Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan
duduk akan berlainan karena cairan akan berpindah tempat; Bagian yang sakit akan
kurang bergerak dalam pernapasan; Focal fremitus melemah dan pada perkusi
didapati pekak, dan pada foto toraks dalam keadaan duduk permukaan cairan
Keluhan lain yang dirasakan pasien yaitu perut membesar dan nyeri perut
sebelah kanan sejak 4 bulan SMRS. Nyeri perut muncul hilang timbul. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk benda tajam, memberat bila beraktivitas dan sedikit
membaik bila istirahat. Pasien pernah dilakukan USG oleh Obsgyn dan didiagnosis
Tumor Padat Ovarium sejak 4 bulan yang lalu, direncanakan untuk operasi dengan
tetapi pasien menolak. Pada pemeriksaan palpasi abdomen: teraba massa, nyeri tekan
(+) VAS 3, dan pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan tumor padat ovarium.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Tumor padat
ovarium curiga maligna. Selain itu, pasien juga dicurigai mengalami Meigs
Syndrome, yaitu sekumpulan gejala yang terdiri dari tumor ovarium benigna dengan
ascites dan efusi pleura yang menghilang setelah reaksi tumor. Tumor ovarium pada
Meigs Syndrome adalah jenis fibroma. Gejala klinis Meigs Syndrome adalah
kelelahan, napas yang pendek, peningkatan lingkar perut, penurunan berat badan,
batuk yang tidak produktif, bengkak, amenorea pada wanita premenopause, dan
menstruasi yang tidak teratur. Namun, pada pasien masih belum diketahui jenis tumor
padat ovarium yang dialami, sehingga masih memerlukan pemeriksaan lebih lanjut
Hal ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi klinis tumor padat ovarium dapat
bervariasi tergantung pada ukuran, jenis, dan lokasi tumor tersebut. Beberapa gejala
(seperti diare dan konstipasi), mual muntah, gangguan berkemih, maupun kelelahan
dan kelemahan.6,9
Selain itu, pasien mengeluhkan perut membesar sejak 4 bulan SMRS, tidak ada
riwayat disedot cairan perut, tapi hanya diberikan obat untuk mengurangi cairan
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Asites Grade
III.
cardinal sirosis, ataupun bentuk berat lain dari penyakit hati. Pada pasien dapat terjadi
asites akibat dari sekuestrasi cairan yang tidak memadai pada pembuluh darah
splanknik akibat peningkatan tekanan portal dan penurunan Effective Arterial Blood
Volume (EABV). Selain itu, asites pada pasien disebabkan karena gangguan organ
lain, dalam hal ini adalah iritasi peritoneum akibat tumor padat ovarium, dan
Pasien juga mengeluhkan nafsu makan menurun sejak 4 bulan SMRS, awalnya
pasien bisa makan 1 porsi penuh namun saat ini hanya bisa makan 4-5 sendok. Berat
badan menurun namun tidak pernah mengukur berat badan, pasien merasakan
didapatkan Kalium 2.8. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 33 kg, tinggi
badan 150 cm, IMT 14,2 (underweight). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
serum dibagi menjadi: Mild/ringan yaitu 3-3.4 mmol/L, moderate yaitu 2.5-3
mmol/L, dan severe/berat yaitu <2.5 mmol/L.15 Pada pasien, kadar kalium serum
rekurensi di masa depan. Pemberian kalium baik secara oral atau intravena
penggantian kalium secara oral. Garam kalium klorida mengandung sekitar 13,6
mEq/gram. Pemberian kalium secara oral sebaiknya diikuti dengan pemberian 100-
250 mL air dan diberikan setelah makan. Pasien dengan kadar kalium serum <3 mEq/
nafas memerlukan koreksi kalium secara intravena. Pasien dengan kadar kalium <2,5
57
Malnutrisi adalah kondisi ketika asupan nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan IMT dibagi menjadi: Mild/ringan yaitu 17-18.5, moderate yaitu 16-17,
dan severe/berat yaitu <16.17 Pada pasien didapatkan IMT sebesar 14.2 sehingga
pemberian suplemen. Tujuan terapi pada malnutrisi adalah agar pasien dapat
memiliki tingkat kesehatan optimal, mencegah perburukan status gizi dan metabolik,
serta untuk memastikan asupan yang memadai. Pasien yang memiliki nafsu makan
dan tingkat kesadaran baik dapat dirawat jalan. Pasien yang memiliki komplikasi
medis, edema berat, atau nafsu makan yang buruk akan memerlukan rawat inap.18
BAB V
PENUTUP
mendapatkan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) 1300 kkal; oksigenasi O2 NK
mg/8jam (k/p) nyeri, Drip tramadol 50 mg dalam NS 100 cc/8jam; IVFD: intrafluid
500 cc/24jam; PO: KSR 2x600 mg; Peptimun 2x100mg; dan Jus buah 2x100cc.
58
59
DAFTAR PUSTAKA
2. Percac-Lima S, Pace LE, Nguyen KH, Crofton CN, Normandin KA, Singer SJ,
et al. Diagnostic Evaluation of Patients Presenting to Primary Care with Rectal
Bleeding. J Gen Intern Med. 2018;33(4):415–22.
4. Betty J. Chest Radiograph. Atlas of the Oral and Maxillofacial Surgery Clinics
of North America. 2002;166–77.
10. Wijaya AS, Putri YM. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa. Yogyakarta: Nuhamedika; 2013.
11. Bakta IM. Pendekatan Diagnosis dan Terapi terhadap Penderita Anemia. Bali
Health Journal. 2017;1(1):36–48.
13. Pranita NPN. Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru Penyakit Pleura. Wellness
And Healthy Magazine. 2020;2(1):69–78.
14. Saif MW, Siddiqui IAP, Sohail MA. Management of Ascites due to
Gastrointestinal Malignancy. Ann Saudi Med. 2009;29(5):369–77.
60
17. Skeie E, Tangvik RJ, Nymo LS, Harthug S, Lassen K, Viste A. Weight loss
and BMI criteria in GLIM’s definition of malnutrition is associated with
postoperative complications following abdominal resections – Results from a
National Quality Registry. Clinical Nutrition. 2020;39(5):1593–9.