Anda di halaman 1dari 12

HEMATURIA

OLEH :
NILAN YULINANDA TRIKORA
NUR HIDAYAH
NURSYAMSINAR
HASRI AENUN SULTAN

POLITEKKNIK KESEHATAN MAKASSAR


PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kepada Allah SWT dan syukur tiada tara atas
terselesainya penyusunan makalah”HEMATURIA”. Dengan harapan makalah ini dapat
memenuhi apa yang di kriteriakan.
Makalah ini dapat tersusun atas literature dan sumber yang saya dapat. Oleh
karena terbatasnya literature dan sumber yang ada dan kurangnya pengalaman,
sewajarnya apabila makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan.
Sehubungan dengan itu saya sangat mengharap tegur sapa, masukan, saran- saran
dan perbaikan dari siapapun yang sifatnya membangun.
Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya makalah ini .
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan petunjuk kepada kita dalam
menambah ilmu yang selanjutnya dapat di amalkan.
Sekian, semoga bermanfaat.

Parepare,16 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI .................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................4
A.LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................4
B.RUMUSAN MASALAH...............................................................................4
C.TUJUAN......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................5
A.PENGERTIAN PENYAKIT……………………………………….5
B.GEJALA PENYAKIT………………………………………………6
C.FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT……………………………….8
BAB IV PENUTUP
A.KESIMPULAN.........................................................................................11
B.SARAN………………………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

panik merupakan reaksi pertama seseorang saat mendapati darah dalam urine.


Hal ini tentu saja beralasan karena kondisi tersebut bisa jadi indikasi adanya penyakit
tertentu.
Menurut spesialis urologi dr Eddy Sunarno, SpU dari Rumah Sakit Balikpapan Husada
(RSBH), kencing darah baik yang kelihatan secara nyata ataupun yang hanya dapat
dilihat dengan mikroskop dalam bahasa medisnya disebut Hematuria. Penyebab
hematuria dapat disebabkan oleh kelainan di dalam sistem saluran kencing atau di luar
sistem saluran kencing. Kelainan yang berasal dari sistem saluran kencing antara lain
berupa batu saluran kencing, tumor jinak atau tumor ganas seperti tumor ginjal, tumor
ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak. Ditambahkan, nyeri
yang menyertai hematuria dapat berasal dari nyeri di saluran kemih bagian atas berupa
kolik atau gejala iritasi dari saluran kemih bagian bawah. Gejala khas dari hematuria
yang disebabkan tumor ginjal, prostat, dan kandung kencing adalah hematuria yang
hilang timbul dan hematuria tanpa disertai rasa nyeri. Lebih lanjut dikatakan, kencing
darah merupakan pertanda dari penyakit yang perlu segera ditindak lanjuti secara
serius. Untuk itu, disarankan semua penderita kencing darah rutin melakukan
pemeriksaan urine dan mikroskopis yang tujuannya tak lain adalah untuk memastikan
adanya sel darah merah dalam urine dan tingkat keparahannya. Disebutkan, adapun
penatalaksanaan pertama mengatasai hematuria ini adalah dengan melakukan
diagnosis masalah primer penyebab hematuria.

B.RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kelainan hematuria pada urin?


2. Apa yang menyebabkan seseorang terinfeksi hematuria?
3. Apa saja tipe dari hematuria?
4. Bagaimana cara mengatasi hematuria?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kelainan hematuria pada urin
2. Untuk mengetahui penyebab seseorang terinfeksi hematuria
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari hematuria
4. Untuk mengetahui cara mengatasi hematuria

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN PENYAKIT
Dokter spesialis urologi Rumah Sakit Balikpapan Husada (RSBH) Eddy Sunarno
Sp.U menuturkan, hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah dalam urin
yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu hematuria makroskopik dan mikroskopik.
Hematuria makroskopik dapat dilihat secara kasat mata, seperti kencing yang berwarna
merah. Sedangkan mikroskopik adalah ditemukannya sel-sel darah merah pada
kencing melalui pemeriksaan mikroskop.
Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa,
karena dapat menimbulkan penyulit berupa terbentuknya gumpalan darah yang dapat
menyumbat aliran kencing, pendarahan yang dapat menimbulkan syok dan infeksi.
Gejala-gejala khas yang timbul disebabkan tumor ginjal, prostat, dan kandung
kencing, yaitu hematuria yang hilang timbul dan hematuria tanpa disertai nyeri. Pada
pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin manifestasi dari suatu
penyakit ginjal. Syok dan anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang
keluar. Ditemukannya tanda-tanda pendarahan di tempat lain merupakan petunjuk
adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik.
Saat diagnosa, harus diperhatikan apakah seorang pasien menderita hematuria,
pseudo hematuria, atau pendarahan per-uretra. Dijelaskan dr Eddy, pseudo adalah
urine yang berwarna merah atau kecokelatan yang bukan disebabkan sel-sel darah
merah. Keadaan ini dapat disebabkan karena hemoglobinuria, mioglobinuria,
konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan atau minum bahan yang
mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah
mengonsumsi beberapa obat-obatan tertentu. Sedangkan pendarahan per-uretera
adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna (muara saluran kencing) tanpa
melalui proses miksi. Hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra.
Dalam mencari penyebab hematuria, kata dr Eddy, perlu digali data yang terjadi saat
episode hamaturia, antara lain bagaimana warna urine yang keluar, apakah diikuti
dengan keluarnya bekuan-bekuan darah, di bagian mana saat miksi, urine berwarna
merah, dan apakah diikuti dengan perasaan sakit.
Dalam pemeriksaan penunjang, kencing dapat mengarahkan indikasi penyebab
hematuria. Hal ini diketahui melalui pemeriksaan pH urine yang sangat kalis
menandakan adanya infeksi, sedangkan pH urine yang sangat asam mungkin
berhubungan dengan batu asam urat. Selain USG, sitologi urine juga diperlukan untuk
mencari kemungkinan adanya keganasan.
Pengobatan hematuria tidak bisa dilakukan sekali, perlu ditindaklanjuti masalah primer
penyebab hematuria. Bila penyebabnya infeksi cukup diberikan antibiotik, bila
penyebabnya batu maka batu perlu dikeluarkan. Selain itu, bila disebabkan kelainan
anatomis, maka harus dikoreksi kelainan tersebut. Sedangkan bila disebabkan tumor
mesti dilakukan pembedahan.
Hematuria adalah keadaan abnormal dengan ditemukannya sel darah merah dalam
urin. Ada dua macam hematuria, yaitu hematuria mikroskopis dan hematuria
makroskopis (gross hematuria). Hematuria makroskopis dapat terjadi bila sedikitnya 1
5
cc darah per liter urin sedangkan hematuria mikroskopis sering kita temukan pada
pemeriksaan laboratorium urinalisis pada pasien dengan berbagai keluhan, atau pada
saat pemeriksaan kesehatan (check up). Dikatakan hematuria bila pada pemeriksaan
mikroskop ditemukan sel darah merah 3 atau lebih per lapang pandang besar urin yang
disentrifugasi, dari evaluasi sedimen urin dua dari tiga contoh urin yang diperiksa.
Hematuria juga merupakan suatu keadaan dimana terdapat sel-sel darah merah di
dalam urin. terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urin. Berdasarkan
penampakkannya hematuria dibagi menjadi 2 tipe, yaitu hematuria mikroskopik dan
makroskopik. Hematuria mikroskopik adalah tidak terlihatnya urin berwarna merah
namun dengan pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan minimal 2 sel darah merah
per lapang pandang.
Hematuria makroskopik adalah keadaan terlihatnya urin berwarna merah secara kasat
mata, yang jika berlangsung lama dapat mengancam jiwa dan menimbulkan penyulit
berupa clotting di saluran urin, syok hipovolemi, anemia, bahkan sepsis.

B.GEJALA PENYAKIT

fatopisiologi
Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan glomerulus
dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang nefrologi dan urologi. Darah yang
berasal dari nefron disebut hematuria glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah
merah jarang ditemukan pada urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada
kelainan herediter atau perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang
abnormal. Eritrosit bila berikatan dengan protein Taam-Horsfall akan membentuk
silinder eritrosit. Ini merupakan petunjuk penyakit/kelainan glomerulus yang merupakan
penanda penyakit ginjal kronik. Pada penyakit nefron/glomerulus biasanya hanya
ditemukan sel darah merah saja tanpa silinder. Proteinuria merupakan tanda lesi
nefrologi/glomerulus.
Evaluasi pemeriksaan mikroskopis bila ditemukan hematuria, yaitu ditemukan
eritrosit dalam urin 3 per lapang pandang besar. Hematuria mikroskopik: bila ditemukan
eritrosit 3 atau lebih/lapang pandang besar. Bila hematuria disertai proteinuria positif 1
dengan menggunakan dipstick dilanjutkan dengan pemeriksaan kuantitatif ekskresi
protein/24 jam. Pada ekskresi protein lebih dari 500 mg/24 jam yang makin meningkat
atau persisten diperkirakan suatu kelainan parenakim ginjal. Perlu diperhatikan dalam
pengambilan contoh urin: pada perempuan harus disingkirkan penyebab hematuria lain
misalnya menstruasi, adanya laserasi pada organ genitalia, sedangkan pada laki-laki
apakah disirkumsisi atau tidak.
Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit, leukosit, dan silinder eritrosit merupakan
tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi
lebih lanjut. Diagnosis banding hematuria persisten antara lain glomerulonefritis, nefritis
tubulointertisial atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit, leukosituria menandakan
nefiritis tubulointerstisial. Bila disertai hematuria juga merupakan variasi dari
glomerulonefritis. Pada kelompok faktor risiko penyakit ginjal kronik harus dilakukan
evaluasi pemeriksaan sedimen urin untuk deteksi dini. Pemeriksaan sitologi urin
dilakukan pada risiko tinggi untuk menndeteksi karsinoma sel transisional, kemudian
dilanjutkan pemeriksaan sistoskopi. Kelainan urologi yang lain seperti karsinoma sel

6
transisional pada ginjal, sistem pelviokaliks, ureter dapat dideteksi dengan pemeriksaan
ultrasonografi, IVU, CT scan atau MRI.
Namun, beberapa faktor dapat menyebabkan false-negative atau false-positive.
False-negative dapat disebabkan karena konsumsi vitamin C, pH urin yang kurang dari
5,1, atau dipstick yang telah terpapar udara dalam waktu yang lama sebelum tes
dilakukan. False-positive dapat disebabkan karena kontaminasi urin oleh darah
menstruasi, mioglobulinuria, dan peroksida bakteri. Sampel harus dikirim dalam waktu
kurang dari satu jam karena casts akan mulai tidak terintegrasi dan RBCnya dapat lisis.

Etiologi
Etiologi hematuria berdasarkan lokasi kelainan:
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem
urogenitalia atau kelianan yang berada di luar urogenitalia. Kelainan yang berasal dari
sistem urogenitalia antara lain :
a. Infeksi/inflamasi, antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan
uretritis
b. Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor Wilm, tumor Grawitz, tumor pielum,
tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
c. Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan ren mobilis
d. Trauma yang mencederai sistem urogenitalia
e. Batu saluran kemih

Diagnosis
Hematuri merupakan gejala yang penting dan serius, serta dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit. Agar diagnosis penyebab hematuri dapat ditegakkan secara pasti,
diperlukan pemeriksaan yang sistematik dan terarah meliputi anamnesis, pemerikasaan
fisik, laboratorium dan pemeriksaan khsusus lainnya, dan menghindari pemeriksaan yang
tidak perlu.1 Karakteristik suatu hematuria dapat dipakai sebagai pedoman untuk
memperkirakan lokasi lokasi penyakit primernya, yaitu apakah terjadi pada awal
miksi,semua proses miksi, atau pada akhir miksi. Sering kali, diagnosis dibuat
berdasarkan sejarah medis dan beberapa tes darah, terutama pada anak muda dengan
risiko keganasan rendah atau diabaikan, dan umumnya gejalanya terbatas.
Penyelidikan USG saluran ginjal sering digunakan untuk membedakan antara
berbagai sumber pendarahan. Sinar-X dapat digunakan untuk mengidentifikasi batu
ginjal, walaupun CT scan lebih tepat. Pada pasien yang lebih tua, sistoskopi dengan
biopsi dari lesi yang diduga sering digunakan untuk menyelidiki kanker kandung kemih.
Jika dihubungkan dengan rasa sakit, mungkin hematuria ditandai dengan sindrom nyeri
pinggang. Berdasarkan pedoman AUA (Urologic American Association), hal-hal berikut
ini harus dilakukan untuk pasien berisiko tinggi dengan hematuria mikroskopis yang
signifikan (lebih dari 3 sel darah merah per bidang berdaya tinggi)

7
C.Penyebab penyakit
Hematuria dapat disebabkan karena inflamasi, trauma, keganasan, batu, atau diatesis
hemoragik. Hematuria dapat pula menandakan adanya glomerulonefritis, tumor ginjal,
tumor ureter, atau tumor buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak. Mungkin juga
disebabkan kelainan bawaan seperti kista ginjal dan ren mobilis. Kelainan lain yang
cukup jarang adalah akibat kelainan pembekuan darah, pemakaian obat antikoagulan,
SLE, dan kelainan hematologik lainnya.
Beberapa penyebab hematuria makroskopik (darah terlihat dalam urin) meliputi:
 Benign Familial Hematuria, nefropati akibat membran basal glomerulus ginjal
yang merenggang
 Urinary Schistosomiasis (yang disebabkan oleh Schistosoma haematobium) –
penyebab utama hematuria di berbagai negara Afrika dan Timur Tengah
 IgA nefropathy ( “penyakit Berger”) – terjadi selama infeksi virus pada pasien
yang terpengaruh
 Batu ginjal (atau kencing batu)
 Kanker kandung kemih
 Karsinoma sel ginjal, kadang-kadang disertai perdarahan
 Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria – penyakit langka dimana hemoglobin dari
sel-sel hemolysed dilewatkan ke dalam urin.
 Infeksi saluran kemih dengan beberapa spesies termasuk bakteri strain EPEC
dan Staphylococcus saprophyticus
 Sifat sel sabit dapat memicu kerusakan sejumlah besar sel darah merah, tetapi
hanya sejumlah kecil individu menanggung masalah ini
 Malformasi arteriovenosa ginjal (jarang, tapi mungkin terkesan seperti karsinoma
sel ginjal pada pencitraan, karena keduanya sangat vaskular)
 Sindrom nefritis (suatu kondisi yang terkait dengan pasca infeksi streptokokus
dan berkembang cepat menjadi glomerulonefritis).
 Fibrinoid nekrosis dari glomeruli (akibat dari hipertensi ganas atau hipertensi
maligna)
 Varises kandung kemih, yang mungkin jarang mengembangkan obstruksi
sekunder dari ven kava inferior.
 Hipertensi vena ginjal kiri, juga disebut “pemecah kacang fenomena” atau
“sindrom alat pemecah buah keras,” adalah kelainan vaskular yang jarang
terjadi, yang bertanggung jawab atas gross hematuria.
 Pelvic Junction Ureteral Sumbatan (UPJ) adalah kondisi langka mulai dari
kelahiran di mana ureter diblokir antara ginjal dan kandung kemih. Kondisi ini
dapat menyebabkan darah dalam urin.
 March hematuria- Seperti berkuda dan bersepeda jarak jauh

8
Anamnesis
Saat pasien datang dengan keluhan hematuria maka perlu digali apa saja yang
terjadi saat hematuria itu berlangsung guna mencari penyebabnya. Misalnya saja
dengan mengetahui apakah warna merah keluar di sepanjang episode berkemih atau
hanya di bagian awal atau akhir saja kita dapat mengetahui lokasi penyakit primernya.
Selain itu dapat pula kita tanyakan mengenai kualitas warna  Pertanyaan yang biasanya
diajukan adalah mengenai warna urin yang keluar, apakah saat urin keluar disertai
dengan clotting, apakah pasien merasa nyeri saat berkemih, dan di bagian mana saat
berkemih urin terlihat berwarna merah.
Inisial total Terminal
Terjadi pada Awal miksi Seluruh proses Akhir miksi
miksi
Tempat kelainan Uretra Buli-buli, ureter Leher buli-buli
atau ginjal

Hematuria tanpa gejala lainnya (silent hematuria) harus dipikirkan sebagai gejala
tumor buli atau ginjal sampai dibuktikan bukan keganasan. Hematuria biasanya terjadi
intermitten dan mungkin tidak tuntas dalam sebulan. Penyebab lain yang dapat
menyebabkan hematuria tanpa gejala adalah kalkulus staghorn, ginjal polikistik, kista
renal, sickle cell disease, dan hidronefrosis.

Ada 3 tipe hematuria, yaitu:


1. Initial hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing.
2. Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang
membuat pembuluh darah kecil melebar.
3. Total hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal ini
kemungkinan akibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ seperti ureter
atau ginjal.

Keluhan memegang peranan penting untuk menentukan ke arah mana pemeriksaan


selanjutnya, seperti kapan terjadi hematuria, bagaimana nyerinya dan daerah mana
yang terasa nyeri apakah di pinggang, perut bawah atau perut bagian tengah.Untuk
mendiagnosis hematuria biasanya dilakukan tes urin dengan menggunakan dipstick,
jika hasilnya positif terdapat darah maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan
mikroskop, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan cytology urine dan pemeriksaan
fisik.Jika dalam analisis urine ditemui adanya protein, nitrit atau leukosit, maka
kemungkinan terjadi infeksi pada saluran urine (urine tract infection / UTI) yang bisa
disebabkan oleh bakteri ataupun virus.

Pemeriksaan
Pasien dengan hematuria makroskopik atau mikroskopik, tanpa adanya bukti
infeksi saluran urin perlu dievaluasi. Pada pemeriksaan mikroskopik urin perlu
ditemukan lebih dari lima sel darah merah per high power field pada konsentrat

9
spesimen urin atau dua sel darah merah per high power field pada spesimen urin untuk
membuktikan terdapatnya hematuria mikroskopik.
Oleh karena hematuria dapat terjadi secara intermitten, walaupun terdapat satu
saja terdeteksi adanya hematuria maka pasien perlu dievaluasi lebih lanjut. Untuk
traktus urinarius bagian atas maka perlu dievaluasi dengan intravena pielografi, CT
scan, atau pielogram retrograd. Sedangkan traktus urinarius bagian bawah perlu
dievaluasi dengan cystoscopy.

Penatalaksanaan
Saat terjadi gumpalan pada urin yang menimbulkan retensi maka perlu dilakukan
kateterisasi dan bilasan buli dengan memakai cairan garam fisiologis. Jika gagal maka
sebaiknya pasien dirujuk untuk ditangani lebih lanjut dengan evakuasi bekuan darah
dan menghentikan sumber perdarahan. Jika perdarahan sampai menyebabkan anemia
maka perlu dipikirkan transfusi darah. Jika terjadi infeksi maka harus diberikan
antibiotik. Setelah gejala hematuria ditangani selanjutnya dicari penyebab primernya
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya tergantung pada
penyebabnya:
 Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.
 Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat dilakukan
ESWL atau pembedahan.
 Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.
 Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker, atau
kemoterapi.

10
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh .
2. Hematuria adalah keadaan abnormal dengan ditemukannya sel darah
merah dalam urin. Ada dua macam hematuria, yaitu hematuria
mikroskopis dan hematuria makroskopis (gross hematuria).
3. Gejala-gejala khas yang timbul disebabkan tumor ginjal, prostat, dan
kandung kencing, yaitu hematuria yang hilang timbul dan hematuria tanpa
disertai nyeri.
4. Ada 3 tipe dari hematuria yaitu initial hematuria,terminal hematuria, dan
total hematuria
5. Tidak terdapat cara yang spesifik untuk mengobati hematuria, cara
pengobatannya tergandung dari factor penyebab terinfeksinya penyakit
hematuria.

B. SARAN
Berdasarkan pembahasan yang telah ditulis diatas penulis menyarankan agar
kita tetap selalu berusaha menjaga kesehatan tubuh kita dari ujung rambut
sampai ujung kaki agar terhindar dari segala jenis penyakit yang dapat
merugikan tubuh dengan selalu berprilaku sehat setiap hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

- Efendy, nasrul. 1997. Dasar Keperawatan Kesmas . Penerbit Buku Kedokterar


ECG : Jakarta

- Murwani, arita. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan . Fitramajaya .


Jogjakarta

- Kategori: Penyakit urogenital | Nefrologi | Mikrobiologi

- 1987. Guyton Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit .Penerbit Buku


Kedokteran : Jakarta

- www.Google.com

12

Anda mungkin juga menyukai