Anda di halaman 1dari 3

TUGAS DISKUSI PERTEMUAN 4

LOGIKA DAN PENALARAN ILMIAH

DOSEN PENGAMPU
Gita Irianda Rizkyani Medellu, M.Ps NIM 5023123456

TIM PENYUSUN
Kelompok XA
1. Aflah Hermafito NIM 1506521020
2. Yosua Marananta NIM 1506521042
3. Ilham Tri Putra NIM 1506521047
4. Odelia Salma Renanthy NIM 1506521051
5. Ratfiano Nugroho NIM 1506521054

PROGRAM STUDI STr- TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI BANGUNAN


GEDUNG
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
1
Kasus 1: 

Berkembangnya teknologi dan digital, berkembang pula konten-konten kreatif yang


disuguhkan di berbagai platform media sosial. Dari sekian posting-an, yang menarik yaitu
boba seharga Rp 300 juta. Bagi Anda pengikut kuliner kekinian, harga boba normalnya hanya
20 ribuan saja. Masih dalam akun yang sama, posting-an lainnya yaitu menyajikan mie instan
dengan taburan caviar dan topping mewah lainnya, total harganya Rp 15 juta rupiah/porsi.
Masih banyak posting-an lainnya yang mempertontonkan aneka kuliner dengan racikan yang
nama bahan-bahannya serba asing di telinga. Serba impor dengan harga yang fantastis. Bukan
menyudutkan apalagi menghakimi, terkuak fakta adanya gap yang sangat luar biasa antara
kelompok pengeluaran desil tertinggi dengan kelompok pengeluaran lainnya. Apabila
dihitung, harga boba tersebut setara dengan 53 orang pengeluaran orang miskin selama
setahun. Begitu pula caviar, yaitu telur ikan dengan bandrol termurah Rp 170 juta rupiah/kg,
jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga telur ayam yang mayoritas dikonsumsi
penduduk miskin. Mengukur ketimpangan pendapatan, dapat dilihat dari nilai gini rasio.
Berdasarkan data BPS, selama satu dasawarsa terakhir tercatat ketimpangan tertinggi terjadi
pada 2014 yaitu sebesar 0.414. Setelah itu menurun dan puncaknya ketika awal terjadi
pandemi Covid pada September 2019 sebesar 0.380.

Kasus 2:

Rohika Kurniadi Sari, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan, Keluarga, dan
Lingkungan di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan, menjelaskan
kesetaraan antara perempuan dan lelaki masih menjadi pekerjaan rumah untuk diselesaikan.
Dia menekankan sampai saat ini masih banyak hal-hal yang belum setara antara kaum hawa
dengan kaum adam. "Mulai dari kekerasan, satu dari tiga perempuan mengalami kekerasan.
Juga masih banyak perkawinan anak, tingginya angka perceraian," kata Rohika, dalam
diskusi menyambut hari Perempuan Internasional yang digelar di Jakarta, Rabu (5/3). Rohika
menambahkan pemerintah Indonesia telah menetapkan 2045 sebagai Tahun Indonesia Emas,
sebagai target terwujudnya kesetaraan antara perempuan dan lelaki. Kesetaraan, lanjutnya,
adalah bagaimana perempuan dan lelaki sama-sama mendapatkan empat hal, yakni akses,
partisipasi, kontrol, dan mendapatkan manfaat. Rohika menegaskan kesetaraan antara
perempuan dan lelaki tersebut perlu dibangun mulai dari keluarga. Isu perkawinan anak
menjadi sangat penting dalam hal kesetaraan karena banyak yang menganggap anak
perempuan hanya sebagai aset dan tidak mempunyai kontrol atas dirinya sendiri. Dia
menjelaskan untuk membangun kesetaraan antara perempuan dan lelaki dalam keluarga
dimulai dengan kesetaraan dalam pendidikan. Masih banyak, lanjutnya, yang beranggapan
anak perempuan tidak boleh mengejar pendidikan yang lebih tinggi. Kemudian kesetaraan
dalam bidang kesehatan dan kesetaraan dalam hal berpendapat.

Kasus 3: 

Setiap tanggal 22 April, setiap tahunnya dunia akan memperingati Hari Bumi. Dikutip dari
laman Earth Day, tema Hari Bumi 2021 adalah Pulihkan Bumi Kita atau Restore Our Earth.
Tema ini berfokus pada proses alam, teknologi hijau yang sedang berkembang, dan
pemikiran inovatif yang dapat memulihkan ekosistem dunia. Di Indonesia saat ini
menghadapi berbagai permasalahan bumi akibat berbagai pancaroba dan perubahan.
Berdasarkan catatan penelitian di Journal of Geophysical Reasearch, Atmospheres oleh para
peneliti yaitu Russo S,. Dosio A, dkk ; Indonesia akan mengalami lebih dari tiga kali kondisi
gelombang panas ekstrem antara tahun 2020 dan 2052. Kemudian di antara tahun 2068 dan
2
2100, akan terjadi sebuah gelombang panas yang ekstrem akan terjadi setiap 2 tahun sekali.
Gelombang panas ini akan memiliki intensitas yang sama atau lebih besar dibandingkan
dengan tahun 2010, di mana gelombang panas ekstrem terjadi di Rusia dan menewaskan
55.000 orang. Tidak hanya itu, kejadian tersebut juga akhirnya menghancurkan sekitar 9 juta
hektar tanaman, membunuh semua burung di Moskow dan menyebabkan peristiwa kebakaran
hutan. Selain itu, adanya kemungkinan meningkatnya kejadian kebakaran hutan ekstrem.
Diprediksi, dalam skenario emisi yang tinggi, maka Kalimantan Timur dan Sumatera bagian
Timur akan mengalami pemanasan hampir 4 derajat Celcius dan curah hujan berkurang 12
persen pada tahun 2070 hingga 2100. Hal ini akan menyebabkan sekitar 55 hari bahaya
kebakaran ekstrem per tahun di Timur Kalimantan pada tahun tersebut. Sementara, di
Sumatera Timur, jumlah hari bahaya kebakaran ektrem setiap tahun meningkat 17 hingga 64
hari di bawah skenario emisi tinggi ini. Bersamaan dengan potensi risiko kebakaran hutan
ekstrem, risiko kekeringan juga akan meningkat. Wilayah Kalimantan Selatan dan Sumatera
bagian utara pada tahun 2071 hingga 2100 akan menjadi lebih kering sekitar 20-30 persen.
Sedangkan, di wilayah Jawa dan bagian selatan Sumatera menjadi lebih kering 30-40 persen
pada tahun tersebut.

Anda mungkin juga menyukai