INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mas’ud, S.Pd
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Fase / Kelas : E - X (Sepuluh)
Mata Pelajaran : IPS (Sosiologi)
Prediksi Alokasi Waktu : 4 JP (45 x4)
Tahun Penyusunan : 2022
KOMPONEN INTI
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu menjelaskan pengertian paradigma dalam sosiologi; ,
paradigma fakta sosial; , paradigma definisi sosial; , paradigma perilaku sosial; ,
teori-teori sosiologi yang terkandung dalam paradigma fakta sosial; , definisi
social, paradigma perilaku social, definisi sosiologi menurut Peter L. Berger; ,
tokoh-tokoh yang membahas hubungan antara individu dan masyarakat; ,
definisi teori dan syarat-syarat yang harus dipenuhi; , aliran-aliran filsafat
(pemikiran) yang melatar belakangi pandangan pandangan para tokoh dalam
membahas hubungan antara individu dan masyarakat.
V. ASESMEN/PENILAIAN
Penilaian dilakukan untuk mengevaluasi ketercapaian belajar pesertadidik selama
proses pembelajaran. Selain itu, penilaian merupakan pengukuran ketercapaian
kompetensi peserta didik sesuai dengan CP. Aspek yang dinilai adalah aspek
pengetahuan (konten), keterampilan (inkuiri, penelitian, memecahkan masalah)
dan sikap berdasarkan enam Profil Pelajar Pancasila.
Remedial
Mengerjakan kembali soal di atas.
Prinsip dari remedial adalah memberikan kesempatan peserta didik memperbaiki
proses belajar yang belum tercapai. Mengacu dari Mukhtar dan Rusmini (2005)
pembelajaran remedial adalah proses pembelajaran dalam bentuk kegiatan
perbaikan yang terencana, sehingga diharapkan dapat membantu ketuntasan
belajar peserta didik. Remedial terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu; faktor
peserta didik yang terkait dengan kompleksitas masalah maupun kebutuhan
peserta didik (terutama untuk peserta didik berkebutuhan khusus), faktor
penyampaian materi yang belum optimal maupun faktor daya dukung dari
sekolah dan orang tua. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan guru dalam
remedial adalah:
Adaptif: menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, misalnya guru
menggunakan berbagai media untuk menfasilitasi kebutuhan pesertadidik.
Interaktif: guru melibatkan teman sebaya, orang tua, konselor sekolah untuk
mendukung peserta didik agar mencapai ketercapaian belajar secara optimal.
Fleksibel: guru meluangkan waktu secara fleksibel untuk mendukung
ketercapaian peserta didik.
Lampiran 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Lembar Aktivitas
Petunjuk kerja:
Kerjakan tugas secara berpasangan.
Gunakan berbagai sumber belajar untuk mengerjakan tugas.
Sampaikan temuan kalian melalui berbagai media atau bentuk laporan.
Kemukakan temuan kalian melalui diskusi kelas..
Tugas:
Temukan contoh kasus dari tiga paradigma sosiologi yang terdapat di
masyarakat maupun lingkungan sekitar kalian.
Kemukakan alasan dari pemilihan ketiga contoh kasus yang termasuk fakta
sosial, definisi sosial dan perilaku sosial!
Lampiran 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Paradigma Metafisik
Paradigma Sosiologi
Paradigma Konstrak
Sehingga oleh Ritzer dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi itu terdiri atas
kelipatan beberapa paradigma. Dimana diantaranya terdapat pergulatan pemikiran
yang terjelma dalam eksemplar, teori-teori, metode, serta perangkat yang digunakan
masing-masing komunitas ilmuwan yang termasuk kedalam paradigma tertentu.
Paradigma Fakta Sosial
Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi. Fakta social
dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu (Thing) yang berbeda
dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu
pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif).
Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran
manusia. Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua macam :
Dalam bentuk material : Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan
diobservasi. Fakta sosial inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata contohnya
arsitektur dan norma hukum.
Dalam bentuk non-material : Yaitu sesuatu yang ditangkap nyata ( eksternal ). Fakta
ini bersifat inter subjective yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia,
sebagai contao egoisme, altruisme, dan opini.
Pokok persoalan yang harus menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi menurut
paradigma ini adalah fakta-fakta sosial. Secara garis besar fakta sosial terdiri atas
dua tipe, masing-masing adalah struktur sosial dan pranata sosial. Secara lebih
terperinci fakta sosial itu terdiri atas : kelompok, kesatuan masyarakat tertentu,
system sosial, peranan, nilai-nilai, keluarga, pemerintahan dan sebagainya. Menurut
Peter Blau ada dua tipe dasar dari fakta sosial :
Nilai-nilai umum ( common values )
Norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam subkultur.
Ada empat varian teori yang tergabung ke dalam paradigma fakta sosial ini. Masing-
masing adalah :
1. Teori Fungsionalisme-Struktural, yaitu teori yang menekankan kepada
keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam
masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah : fungsi, disfungsi, fungsi laten,
fungsi manifestasi, dan keseimbangan.
2. Teori Konflik, yaitu teori yang menentang teori sebelumnya (fungsionalisme-
struktural) dimana masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang
ditandai oleh pertentangan yang terus menerus diantar unsure-unsurnya.
3. Teori Sistem, dan
4. Teori Sosiologi Makro
Dalam melakukan pendekatan terhadap pengamatan fakta sosial ini dapat dilakukan
dengan berbagai metode yang banyak untuk ditempuh, baik interviu maupun
kuisioner yang terbagi lagi menjadi berbagai cabang dan metode-metode yang
semakin berkembang. Kedua metode itulah yang hingga kini masih tetap
dipertahankan oleh penganut paradigma fakta sosial sekalipun masih adanya
terdapat kelemahan didalam kedua metode tersebut.
Paradigma Definisi Sosial
Paradigma pada definisi ini mengacu pada apa yang ditegskan oleh Weber sebagai
tindakan sosial antar hubungan social. Inti tesisnya adalah “ tindakan yang penuh
arti “ dari individu. Yang dimaksudkannya adalah sepanjang tindakannya itu
mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan
orang lain. Ada tiga teori yang termasuk kedalam paradigma definisi sosial ini.
Masing-masing : Teori Aksi (action theory), Interaksionisme Simbolik (Simbolik
Interactionism), dan Fenomenologi (Phenomenology).
Ketiga teori diatas mempunyai kesamaan ide dasarnya bahwa menurut
pandangannya : manusia adalah merupakan aktor yang kreatif dari realitas sosialnya.
Selain itu dalam ketiga pembahasan ini pula mempunyai cukup banyak kebebasan
untuk bertindak diluar batas kontrol dari fakta sosial itu. Sesuatu yang terjadi
didalam pemikiran manusia antara setiap stimulus dan respon yang dipancarkan,
menurut ketiga teori ini adalah merupakan hasil tindakan kreatif manusia. Dan hal
inilah yang menjadi sasaran perhatian paradigma definisi sosial. Sehingga secara
umum dapat dikatakan bahwa penganut ketiga teori yang termasuk kedalam
paradigma definisi sosial ini membolehkan sosiolog untuk memandang manusia
sebagai pencipta yang relatif bebas didalam dunia sosialnya.
Disini pula terletak perbedaan yang sebenarnya antara paradigma definisi sosial ini
dengan paradigma fakta sosial. Paradigma fakta sosial memandang bahwa perilaku
manusia dikontrol oleh berbagai norma, nilai-nilai serta sekian alat pengendalian
sosial lainnya. Sedangkan perbedaannya dengan paradigma perilaku sosial adalah
bahwa yang terakhir ini melihat tingkahlaku mansuia sebagai senantiasa
dikendalikan oleh kemungkinan penggunaan kekuatan (re-enforcement).
Paradigma Perilaku Sosial
Seperti yang dipaparkan pembahasan sebelumnya, bahwa paradigma ini memiliki
perbedaan yang cukup prinsipil dengan paradigma fakta sosial yang cenderung
perilaku manusia dikontrol oleh norma. Secara singkat pokok persoalan sosiologi
menurut paradigma ini adalah tingkahlaku individu yang brelangsung dalam
hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau
perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan yang berpengaruh terhadap
perubahan tingkahlaku. Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkahlaku
dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor.
Penganut paradigma ini mengaku memusatkan perhatian kepada proses interaksi.
Bagi paradigma ini individu kurang sekali memiliki kebebasan. Tanggapan yang
diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang dating dari luar dirinya. Jadi
tingkahlaku manusia lebih bersifat mekanik dibandingkan dengan menurut
pandangan paradigma definisi sosial.
Ada dua teori yang termasuk kedalam paradigma perilaku sosial.
Behavioral Sociology Theory, teori ini memusatkan perhatiannya pada hubungan
antara akibat dari tingkahlaku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan
tingkahlaku aktor, khususnya yang dialami sekarang oleh si aktor.
Exchange Theory, teori ini dibangun dengan maksud sebagai rekasi terhadap
paradigma fakta sosial, terutama menyerang ide Durkheim secara langsung dari tiga
jurusan :
Paradigma perilaku sosial ini dalam penerapan metodenya dapat pula menggunakan
dengan dua metode sebelumnya yaitu kuisioner, interview, dan observasi. Namun
demikian, paradigma ini lebih banyak menggunakan metode eksperimen dalam
penelitiannya.
Lampiran 3
GLOSARIUM
Behaviorisme : Suatu pandangan yang menyatakan bahwa semua gejala
kejiwaan dapat ditanggapi dengan metode tingkah laku.
Darwinisme : ajaran yang dikemukakan oleh Charles Darwin.
Definisi : Suatu pernyataan yang memuat penjelasan tentang arti sesuatu
term atau istilah, atau kalimat yang menjelaskan tentang
makna, keterangan, atau arti tentang suatu istilah.
Disintegrasi : Perpecahan, kehancuran. Eksplanasi : penjelasan atau
keterangan tentang sesuatu hal.
Empiris : Suatu pandangan yang menyatakan bahwa semua pengetahuan
manusia diperoleh dari pengalaman dan pengamatan.
Fenomenologi : Suatu pandangan yang menyatakan bahwa gejala adalah
mendasari semua pengetahuan empiris. Fisika sosial : istilah
yang diberikan oleh Auguste Comte untuk menyebut sosiologi.
Fundamental : Bersifat pokok, mendasar, atau sesuatu yang penting dan
mendasar.
Hakikat : makna terdalam(mendasar)dari sesuatu hal. Imperialisme :
sistem politik yang digunakan dengan cara menjajah negara lain.
Individualisme : Suatu paham yang hanya mementingkan diri sendiri.
Kapitalisme : Suatu sistem dan paham ekonomi yang modalnya bersumber
pada pribadi atau perusahaan swasta dengan ciri persaingan
dalam pasaran bebas.
Nominalisme : Suatu pandangan yang menyatakan bahwa yang benar adalah
yang khusus,dalam arti ada secara konkret.
Objektivisme : Suatu pandangan yang menyatakan bahwa kebenaran dari
suatu objek terdapat pada objeknya itu sendiri.
Paradigma : Menurut Thomas Kuhn yaitu suatu bingkai pemikiran yang
dominan di tengah-tengah komunitas ilmiah dan sesuai dengan
masa yang terkait, atau menurut George Ritzer, yaitu asumsi
yang mendasar mengenai suatu.
Lampiran 4
DAFTAR PUSTAKA
1 BSE Buku Guru Oktafiana, dkk., S. (2021). Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
http://118.98.166.64/bukuteks/assets/uploads/pdf/IPS_BS_Kelas_X_Rev.pdf
2 BSE Buku Siswa Oktafiana, dkk., S. (2021). Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat
Kurikulum danPerbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
http://118.98.166.64/bukuteks/assets/uploads/pdf/IPA-BS-KLS_X_Rev.pdf
3 Sumber MateriTambahan
https://pergipagi.wordpress.com/2007/12/12/resume-sosiologi-ilmu-
pengetahuan-berparadigma-ganda/