Anda di halaman 1dari 7

Masukkan

Menu kataCari
kunci pencarian...

TEKS

› Investigasi › Berbagi Makanan, Kurangi...

JURNALISME DATA

Berbagi Makanan, Kurangi Sampah


Melimpahnya timbulan sampah makanan, menggerakkan hati sejumlah pihak
untuk menyumbang, mengolah kembali, dan membagikan makanan berlebih
kepada orang-orang yang membutuhkan.

Oleh MARGARETHA PUTERI ROSALINA, SATRIO PANGARSO WISANGGENI, ALBERTUS KRISNA


20 Mei 2022 06:00 WIB · 5 menit baca
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Menu Cari TEKS
Yanti (32) mendampingi anaknya, Dea (5), murid PAUD Mawar Sandi Manggarai, Jakarta, yang datang untuk
mengambil donasi dari Dapur Pangan Foodbank of Indonesia pada Kamis (28/4/2022) sore. Para pengajar PAUD
Mawar Sandi Manggarai tergabung sebagai relawan Dapur Pangan Foodbank of Indonesia, yang akan mengolah
bahan makanan hasil donasi dan membagikannya.

Siang itu (Kamis, 28/04/2022) ruang kelas PAUD Mawar Sandi,


Manggarai, Jakarta Selatan, telah disulap menjadi dapur. Barisan bangku
kecil dipenuhi botol saus, kecap, minyak goreng, beras, serta sayur
mayur. Di lantai berderet puluhan kotak nasi yang masih kosong. Sudah
sekitar empat jam Indri (54) berdiri di depan kompor, memasak puluhan
porsi ikan goreng, ayam kecap, bihun goreng, dan sayur capcai.

Hari ini targetnya memasak untuk sekitar 100 porsi nasi kotak. Tugas
membungkus dan menempatkannya pada tiap dus nasi diserahkan ke
delapan rekan Indri lainnya.

Meski sudah bertahun-tahun berprofesi sebagai guru di berbagai PAUD


di Jakarta, siang ini Indri mengemban tanggung jawab sebagai relawan
Dapur Pangan Foodbank of Indonesia (FOI). Tugasnya adalah mengolah
bahan makanan hasil donasi menjadi makan untuk buka puasa bagi 78
siswanya yang berasal dari keluarga prasejahtera ditambah sejumlah
lansia pemulung yang tinggal di sekitar.

“Dengan menjadi relawan FOI, saya bisa membantu teman-teman yang


kurang beruntung, meskipun gaji guru PAUD kecil,” ujarnya tersenyum.
Menu Cari TEKS

KOMPAS/ALBERTUS KRISNA

Seorang relawan FOI sekaligus guru PAUD Mawar Sandi di Manggarai Indri (54) sedang menyiapkan masakan dari
makanan berlebih di salah satu kelas yang disulap menjadi dapur pada Kamis (28/04/2022).

Dapur pangan FOI Manggarai aktif beroperasi seminggu tiga kali. Mulai
Kamis hingga Sabtu. Satu regu relawan ini dipimpin Sri Utami Satriastuti,
yang juga Kepala Sekolah PAUD Mawar Sandi. Tuti, panggilan akrabnya,
mengatakan, aktivitas para guru PAUD Mawar Sandi sebagai relawan
Dapur Pangan FOI bermula sejak 2018. Setidaknya sepekan sekali, FOI
memberikan pasokan bahan makanan dan minuman untuk diolah Dapur
Pangan.

Baca juga : Sampah Makanan Indonesia Mencapai Rp 330 Triliun

Paud Mawar Sandi, kata Tuti, memang memberikan perhatian khusus


kepada anak-anak dari keluarga prasejahtera. “Kami ingin anak-anak
sehat, cerdas, dan berkarakter baik. Ini hanya bisa kita capai kalau ada
pemenuhan gizi yang maksimal,” kata Tuti.

Ketika jam menunjukkan pukul 15.30 WIB, sebuah truk boks berwarna
merah parkir di depan sekolah. Kotak nasi pun mulai dimasukkan ke tas
plastik putih satu per satu dan dibawa masuk ke dalam truk.
KOMPAS/ANDREAS MARYOTO
Menu Cari TEKS
Karyawan Foodbank of Indonesia memasukkan boks makanan usai menyalurkan makanan di Jakarta Utara.

Dalam tas plastik, tidak hanya kotak nasi ikan goreng tadi, namun juga
ada roti hasil donasi toko roti yang kerap ada di pusat perbelanjaan.
Melalui kanal WhatsApp, orang tua siswa diberi kabar. Tidak lama, para
balita tiba diantar orangtuanya. Banyak yang berjalan kaki, ada yang naik
sepeda motor, namun ada juga yang datang dengan gerobak pemulung.

Dea (5) bocah perempuan kecil berponi datang didampingi kakak laki-
lakinya Dias (7) dan ibunya, Yanti (32). Dua bocah kecil itu duduk di
gerobak yang ditarik ibu mereka.

Dea pun antre di depan truk. Dia berdiri di belakang balok kayu yang
menjadi batas antrian. Begitu ia menerima tas dari Indri, tasnya langsung
diberikan ke ibunya dan langsung diletakkan di gerobak.

Bagi Yanti, bantuan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi Dea dan
Dias. Bantuan datang di saat yang tepat karena penghasilannya beberapa
hari terakhir sangat sedikit.

KOMPAS/ALBERTUS KRISNA

Dea (5) dan kawannya ketika menerima kotak nasi dari Food of Indonesia di PAUD Mawar Sandi, Manggarai pada
Kamis (28/04/2022).
Biasanya,Cari
Menu
Yanti dan suaminya mengantongi uangTEKS
hasil memulung
masing-masing sebanyak Rp 70.000. Namun sehari sebelum mendapat
bantuan dari Dapur Pangan FOI, Yanti tidak pergi memulung sama sekali.
“Kemarin ‘kan banyak trantib tuh jadi ya enggak ada (penghasilan). Boro-
boro, mau keluar rumah saja sudah dihadang trantib duluan. Jadi
kemarin saya enggak cari,” tutur Yanti sedikit terkekeh.

Menyumbang

Dapur Pangan adalah salah satu program FOI, lembaga nonpro�t bank
makanan yang didirikan salah satunya oleh Hendro Utomo pada 2015.
Hendro mengatakan, masyarakat Indonesia secara tradisional suka
menyumbangkan makanan. “Misal kalau kita masak, ada tetangga yang
mencium bau masakan, ya harus dikasih juga,” lanjutnya.

Menurut laporan FOI per 28 April 2022, selama 2017-2021 FOI telah
menyalurkan 4.634 ton makanan dan bahan makanan kepada 348.133
anak-anak, lansia, pekerja informal, dan korban bencana alam.

Pendonor FOI berasal dari berbagai industri. Ada pasar swalayan,


perusahaan makanan kemasan, dan toko roti. Salah satunya adalah
Superindo yang telah menjadi mitra FOI sejak 2018 dengan
mendonasikan makanan yang sudah tidak layak jual tapi masih layak
dikonsumsi sebagai bahan masak di Dapur Pangan FOI. Selama
2018-2021, ada 558 ton makanan yang didonasikan.
Menu Cari TEKS

KOMPAS/ALBERTUS KRISNA

Relawan FOI sedang menyiapkan kotak nasi hasil pengolahan kembali dari makanan berlebih di PAUD Mawar
Sandi. Sebanyak 100 kotak nasi hendak dibagikan kepada siswa-siswi PAUD, lansia, dan orang yang membutuhkan
di sekitar sekolah pada Kamis (28/04/2022).

Donatur FOI tak hanya ritel besar seperti Superindo. Pedagang sayur di
pasar pun turut serta. Para pedagang sayur di Pasar Tebet Timur,
Jakarta, sejak April 2022 , mulai menyumbangkan sayur yang tidak terjual
pada FOI.

Salah satu pedagang yang menjadi donatur, Sutarmi (45) mengaku


senang karena akhirnya ada yang memanfaatkan sayur sisa jualannya.
“Kami enggak minta imbalan karena memang biasanya dibuang. Kalau
ada yang manfaatin, ya alhamdullilah,” tambahnya.

Sayur-mayur dari Pasar Tebet Timur yang digunakan oleh Indri, Tutik,
dan relawan Dapur Pangan di PAUD Mawar Manggarai untuk memberi
makan murid-murid mereka.

Baca juga : Dibuang Warga, Dimakan Pemulung

Aktivitas penyelamatan makanan berlebih juga ada di Solo, Jawa Tengah.


Lembaga nonpro�t lingkungan Gita Pertiwi bekerja sama dengan
komunitas Carefood dan Komunitas Pangan Sehat Surakarta (Konpasera)
menghubungkan produsen yang mempunyai pangan berlebih dengan
masyarakat yang membutuhkan.

Anggota Carefood berperan layaknya tangan. Mereka menjemput,


mengecek kualitas, dan membagikannya kembali. Sekretaris Carefood
Widihantoro, mengungkapkan, prosesnya harus cepat, agar makanan
tidak rusak. “SOP waktu ambil hingga distribusi adalah 3 jam,”
tambahnya.

Jika Carefood mendapatkan bahan makanan mentah, Konpasera


bertugas mengolahnya menjadi masakan yang siap diantarkan Carefood.
Sejauh ini, produsen pangan yang bekerja sama dengan Gita Pertiwi
adalah katering,
Menu Cari
hotel, dan restorano. Atiek Dewanto
TEKS pengusaha katering
“Dahar Eco” mengatakan, ia terbantu dengan adanya inisiatif dari
Carefood dan Gita Pertiwi untuk mengatasi makanan berlebih.

“Kalau ada makanan berlebih, saya langsung telepon Gita Pertiwi,”


katanya. Hanya saja menurut Atiek, dari sekitar 250 katering di Solo,
baru tujuh yang ikut program penyelamatan makanan.

KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI

Murid PAUD Mawar Sandi Manggarai, Jakarta, menerima donasi makanan dari relawan Dapur Pangan Foodbank of
Indonesia, pada Kamis (28/5/2022) sore. Donasi yang berwujud satu porsi nasi dan lauk pauk serta roti manis dan
susu merupakan hasil donasi makanan berlebih dari pasar dan toko roti terkemuka yang dikumpulkan oleh
lembaga nonpro�t Foodbank of Indonesia (FOI).

Kegiatan ini, menurut Ketua Gita Pertiwi Titik Sasanti, diawali keinginan
untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat Kota Solo. Melalui
riset Gita Pertiwi pada 2019, ditemukan fakta bahwa di tengah masih
adanya orang yang membutuhkan makanan, restoran dan hotel masih
membuang-buang makanannya.

“Di hotel, ada sekitar 12 persen makanan yang disajikan berpotensi jadi
sampah pangan. Kalau di katering sekitar 10 persen dan rumah makan 9
persen,” jelas Titik.

Anda mungkin juga menyukai