Anda di halaman 1dari 13

lOMoARcPSD|23932656

MAKALAH
NEGARA, AGAMA DAN WARGA NEGARA
Dosen Pengampun: Yusran S.Pd.i, M.Pd.i

DISUSUN OLEH :

1. M. TAUFIK AS SHIDDIQ (220250501017)


2. MUH. ARIEF RAMADHAN (220250501026)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS TOMAKAKA

TAHUN 2023

1
lOMoARcPSD|23932656

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Adapun makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas wajib mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yusran
S.Pd.I ,M.Pd.I selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini.

Makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk hasil yang lebih baik.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih semoga tugas makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Mamuju, 30 April 2023

Kelompok 5

2
lOMoARcPSD|23932656

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................5
D. Kegunaan...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
A. Bentuk-Bentuk Negara.......................................................................................6
B. Perkembangan Teori Kenegaraan NKRI............................................................7
C. Hubungan Agama Dengan Negara....................................................................8
BAB III PENUTUP......................................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................................10
B.
Saran............................................................................................................................
. 10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11

3
lOMoARcPSD|23932656

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok


masyarakat yang memiliki cita – cita untuk bersatu hidup di dalam kawasan dan
mempunyai pemerintah yang berdaulat. Tujuan negara, antara lain untuk
memperluas kekuasaan, menyelenggarakan ketertiban hokum dan untuk mencapai
kesejahteraan umum. Sebuah negara tentu di dalamnya terdapat warga negara
yang bernaungan didalamnya (Try et al., 2022).

Negara merupakan organisasi sekelompok orang yang bersama-sama mendiami


dan tinggal di satu wilayah dan mengakui suatu pemerintahan. Unsur-unsur
terbentuknya suatu negara secara konstitutif adalah wilayah, rakyat, dan
pemerintahan. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 26 ayat 1, warga negara Indonesia
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang- orang bangsa lain yang
bertempat tinggal di Indonesia, dan mengakui Indonesia sebagai tanah airnya
dan bersikap setia kepada NKRI yang disahkan dengan UU. Indonesia menganut
sistem pemerintahan demokrasi sesuai dengan Pancasila (Iswiyanto, 2020).

Menurut UUKI 2006, yang dimaksud dengan warga negara adalah suatu negara
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang – undangan. Negaralah yang
menjadi wadah bagi tumbuhnya agama. Dalam hubungannya antara negara dengan
warga negara sangat erat kaitannya (Sadzali, 2020). Warga negaralah yang
berperan penting daklam menjaga keutuhan sebuah negara. Umat muslim di
Indonesia tentu harus cerdas menjadi tonggak kerukunan antarumat beragama.
Kemajemukan warga negara Indonesia dalam hal agama, suku, ras, dan
antargolongan sering terjadi konflik yang dapat berdampak pada keutuhan Negara
Republik Indonesia, disingkat NKRI. Akan tetapi, terlihat semangat menjaga
keutuhan antarumat juga suku dan menjaga keutuhan NKRI mulai terlupakan oleh
penerus bangsa ini (Shaleh & Wisnaeni, 2019).

Banyaknya aturan pemerintah dalam mengatur kehidupan beragama tersebut


menunjukkan seberapa jauh keikutsertaan pemerintah dalam kehidupan beragama
di Indonesia. Keikutsertaan pemerintah dalam urusan agama mendapat tanggapan
dari sejumlah tokoh diantaranya adalah Hatta dan Daliar Noor. Menurut Hatta
masalah agama dan negara harus dipisahkan sedangkan menurut Daliar Noor
berpendapat, bahwa intervensi negara/pemerintah dalam masalah agama sebatas
lingkup administrasi. Pendapat senada 4
lOMoARcPSD|23932656

dikemukakan oleh Jazim Hamidi dan M. Husnu Abadi yang menyatakan intervensi
negara atau pemerintah terhadap agama terbatas padamasalah administrasi belaka
meliputi: fasilitas, sarana,dan prasarana (Mujahidin, 2012). Jadibukan pada materi
agamanya atau dengan kata lain negara tidak mencampuri dan tidak ingin
mencampuri urusan syari’ah dan ibadah agama- agama di Indonesia.

Keikutsertaan negara dalam urusan agama seperti yang terjadi di Indonesia


sangat berbeda di negara-negara sekuler di mana negara dilarang untuk
mencampuri urusan agama. Mengingat kebebasan beragama adalah bagian dari
hak asasi,apakah keikutsertaan negara dalam urusan agama sudah sesuai dengan
UUD 1945 dan apakah keikutsertaan negara dalam urusan agama hanya sekadar
memberi jaminan dan perlindungan terhadap kebebasan memeluk agama dan
kepercayaan serta menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing atau negara juga melakukan pembinaan terhadap agama dan
kepercayaan (Abdillah, 2013).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah teori terbentuknya negara


2. Apa sajakah bentuk-bentuk negara?
3. Bagaimanakah hubungan antara agama dengan negara dan atau sebaliknya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana teori terbentuknya negara.


2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk negara.
3. Untuk mengetahui hubungan antara agama dengan negara dan atau
sebaliknya.
D. Kegunaan

1. Untuk melindungi dan membantu agar semua agama hidup dan berkembang
2. Untuk menjamin baik kebebasan maupun kerukunan hidup beragama

5
lOMoARcPSD|23932656

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk-Bentuk Negara

Bentuk Negara adalah merupakan batas negara antara peninjauan secara


sosiologis dan peninjauan secara yuridis mengenai Negara. Peninjauan secara
sosiologis yaitu apabila Negara dilihat secara keseluruhan tanpa melihat isinya dan
sebagainya. Peninjauan secara yuridis yaitu apabila negara hanya dilihat dari isinya
atau strukturnya. Pengertian bentuk negara sering digaduhkan dengan bentuk
pemerintahan. Pembahasan bentuk negara menurut perkembangan sejarahnya
yakni sejak zaman yunani kuno hingga sekarang.

1. Bentuk Negara pada Zaman Yunani Kuno


Plato mengemukakan ada lima macam bentuk negara, yaitu:
(1) Aristokrasi, yaitu berada di puncak, Aristokrasi adalah pemerintahan oleh
Aristokrat (cendikiawan) sesuai dengan pikiran keadilan.
(2) Timokrasi, yaitu pemerintah oleh orang-orang yang ingin mencapai
kemasyuran dan kehormatan.
(3) Oligarki, yaitu pemerintah oleh para hartawan. Keadaan ini melahirkan
milik partikulir, maka orang-orang miskin pun bersatu melawan para
hartawan.
(4) Demokrasi, yaitu pemerintah oleh rakyat miskin. Karena salah
mempergunakannya maka keadaan ini berakhir dengan kekacauan atau
anarki.
(5) Tirani, yaitu pemerintahan oleh seorang penguasa yang bertindak secara
sewenang- wenang. Bentuk ini adalah bentuk paling jauh dari cita-cita tentang
keadilan.

2. Bentuk Negara pada Zaman Pertengahan


C. F Strong mengemukakan ada lima macam kriteria untuk melihat bentuk negara,
yaitu:
(1) Melihat Negara itu bagaimana bangunannya apakah ia Negara Kesatuan
ataukah serikat.
(2) Melihat bagaimana konstitusinya.
(3) Mengenai badan eksekutif, apakah ia bertanggung jawab kepada Parlemen
atau tidak, atau di sebut badan eksekutif yang sudah tertentu jangka
waktunya.
lOMoARcPSD|23932656

6
lOMoARcPSD|23932656

(4) Mengenai badan perwakilannya, bagaimana susunannya, siapa yang berhak


duduk di situ.
(5) Bagimana hukum yang berlaku dan bagaimana hukum nasionalnya.

3. Bentuk Negara pada Masa Sekarang


(1) Negara Kesatuan
Negara Kesatuan adalah Negara yang terususun dari pada beberapa Negara.
Seperti halnya dalam Negara Federasi, melainkan Negara itu sifatnya
tunggal, artinya hanya ada satu Negara, tidak ada Negara dalam Negara. Di
dalam Negara Kesatuan itu juga hanya ada satu pemerintahan pusat yang
mempunyai kekuasaan atau wewenang tertinggi dalam segala lapangan
pemerintahan. Pemerintah pusat inilah yang pada tingkat terakhir dan
tertinggi dapat memutuskan segala sesuatu dalam Negara tersebut.
(2) Negara Federal
Negara federal, di lihat dari asal usulnya, kata "federal" berasal dari bahasa
latin, feodus, yang artinya liga. Liga negara-negara kota yang otonom pada
zaman Yunani Kuno dapat di pandang sebagai Negara Federal yang mula-
mula.
(3) Negara Konfederasi
Di dalam Konfederasi kedaulatan itu terletak pada masing-masing Negara
anggota peserta Konfederasi itu.

B. Perkembangan Teori Kenegaraan NKRI

Teori kedaulatan adalah adanya negara merupakan kodrat alam, demikian pula
kekuasaan tertinggi terdapat pada pemimpin negara. Kodrat alam merupakan
sumber kedaulatan, penerapan hukum mengikat di sebabkan karena di kehendaki
oleh negara yang menurut kodrat memiliki kekuasaan mutlak.

Perkembangan Teori Kenegaraan NKRI

⇨ Proses perjuangan kemerdekaan dengan pembentukan ide ide dasar


yang di citacitakan
⇨ Proklamasi mengantar bangsa Indonesia sampai pintu gerbang kemerdekaan

7
lOMoARcPSD|23932656

⇨ Pemerintah, wilayah dan bangsa mengisi kemerdekaan menuju keadaan


merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur
⇨ Terjadinya negara adalah kehendak seluruh rakyat yang menentang teori
kelas
⇨ Religiositas yang tampak pada terjadinya negara menunjukkan
kepercayaan bangsa Indonesia Terhadap Tuhan yang Maha Esa

Pemahaman yang baik mengenai hubungan antara warga negara dengan


negara sangat penting untuk mengembangkan hubungan yang harmonis,
konstruktif, produktif dan demokratis dalam tatanan sosial dan kenegaraan. Pada
gilirannya pola hubungan yang baik antara warna negara dengan negara dapat
mendukung kelangsungan hidup bernegara yang harmonis dan akan serta
sejahtera.

C. Hubungan Agama Dengan Negara

Perjalanan sejarah bangsa Indonesia telah menemukan suatu formulasi yang


khas tentang hubungan negara dan agama, di tengah-tengah tipe negara yang ada
di dunia, yaitu negara sekuler, negara ateis, dan negara teokrasi. Para pendiri
negara bangsa ini menyadari bahwa ‘kausa materialis’ negara Indonesia adalah
pada bangsa Indonesia sendiri. Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu adalah
bangsa yang religius, yang mengakui adanya ‘Dzat Yang Maha Kuasa’, yaitu Tuhan,
dan hal ini merupakan suatu dasar ontologis bahwa manusia sebagai warga negara
adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Hubungan agama dan negara telah diperdebatkan sejak lama. Bahkan, masalah
ini dianggap pemicu pertama kalinya konflik intelektual dalam kaitannya beragama
dan bernegara. Dalam perkembangan peradaban manusia, agama senantiasa
memilki hubungan negara. Hubungan agama dan negara mengalami pasang surut.
Ada suatu masa di mana agama dekat dengan negara atau bahkan menjadi negara
agama atau sebaliknya pada masa- masa agama mengalami ketegangan dengan
negara, dalam perjalanannya hubungan antara agama dengan negara, tentu tidak
dapat lepas dari pengaruh sosial budaya atau politik yang melatarbelakanginya.
Puncak hubungan negara dengan agama terjadi konsepsi Kedaulatan Tuhan
(theocracy) dalam pelaksanaanya diwujudkan dalam diri raja. Kedaulatan Tuhan dan
Kedaulatan Raja berhimpit satu sama lain sehingga raja adalah absolut yang
mengungkung peradaban manusia pada abad pertengahan. Kondisi tersebut
melahirkan gerakan sekulerisme yang berusaha memisahkan institusi negara dari
institusi agama, antara negara dengan gereja.
Sejarah hubungan agama dan negara di Indonesia selalu mengalami
perdebatan yang tidak pernah usai semenjak negara ini didirikan. Pembahasan
mengenai hubungan negara dan agama sesungguhnya tidak saja berasal ketika
rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) negara Indonesia.
Tetapi sudah berlangsung jauh hari di antara para pendiri bangsa. Perbedaan
pandangan mengenai hubungan negara dengan agama sudah dimulai sejak
sebelum kemerdekaan yakni perdebatan ideologis antara PNI dengan tokohnya
lOMoARcPSD|23932656

8
lOMoARcPSD|23932656

Soekarno yang mewakili kelompok nasionalis sekuler dengan kalangan Islam


dengan Tokohnya HOS Cokroaminoto, Agus Salim, Ahmad Hasan, dan M. Natsir
yang mewakili kelompok nasionalis Islam.
Soekarno berbeda pandangan dengan M.Natsir mengenai masalah hubungan
agama dengan negara, Soekarno mendukung gagasan pemisahan agama dengan
negara. Menurut Soekarno, agama merupakan urusaan spritual dan pribadi,
sedangkan negara merupakan persoalan dunia dan kemasyarakatan. Oleh karena
itu, Soekarno berpendapat ajaran agama hendaknya menjadi tanggung jawab
pribadi dan bukan negara atau pemerintah. negara dalam hal ini tidak punya
wewenang mengatur apalagi memaksakan agama kepada warga negaranya.
Sementara Natsir berpandangan sebaliknya yaitu tidak ada pemisahan antara
negara dengan agama. Menurut Natsir agama (Islam) bukan semata-mata mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur manusia dengan
manusia. Natsir beranggapan bahwa negara adalah lembaga, sebuah organisasi
yang memiliki tujuan, lengkap dengan sarana fisik serta norma- norma khusus yang
diakui umum. Dalam sebuah masyarakat terdapat berbagai lembaga (pendidikan,
ekonomi, agama, politik, keluarga), negara mencakup keseluruhan dan semua
lembaganya , negara mempersatukan lembaga-lembaga ini di dalam sistem hukum,
mengatur masyarakat yang berbeda-beda. Negara juga berhak memaksa
anggotanya mematuhi peraturan dan hukumnya.
Dikotomi pemikiran mengenai masalah hubungan agama dengan negara
ternyata mendominasi perdebatan pemikiran di BPUPKI selama membahas dasar
Negara Indonesia. Perdebatan pemikiran di BPUPKI itu sebenarnya meneruskan
perdebatan yang sudah berlangsung sebelumnya antara dua kelompok ideologi
utama itu. Ideologi kebangsaan tampak dalam pandangan-pandangan
mempertahankan persatuan persatuan, kebangsaan, kekeluargaan, kerakyatan, dan
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusian yang adil dan beradab. Ideologi
Barat modern sekuler tampak dalam pandangan mereka yang menginkan
dipisahkannya urusan agama dengan negara sedangkan ideologi Islam tampak dari
pendapat yang menghendaki Islam yang menjadi dasar negara. Sehingga dalam
sidang BPUPKI dapat dikelompokkan secara ideologi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok sekuler (gabungan antara ideologi kebangsaan dan ideologi barat
modern) dan kelompok nasionalis Islam (gabungan antara antara ideologi
kebangsaan dan Islam).
Secara filosofis relasi ideal antara negara dengan agama, prinsip dasar negara
berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti setiap warga negara bebas
berkeyakinan atau memeluk agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.
Kebebasan dalam pengertian ini berarti bahwa keputusan beragama dan beribadah
diletakkan pada domain privat atau pada tingkat individu. Dapat juga dikatakan
bahwa agama merupakan persoalan individu dan bukan persoalan negara. Negara
dalam hubungan ini cukup menjamin secara yuridis dan memfasilitasi agar warga
negara dapat menjalankan agama dan beribadah dengan rasa aman, tenteram, dan
damai (Budiyono, 2015).

9
lOMoARcPSD|23932656

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Negara dapat diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok


masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu kawasan,
dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat yang memiliki tujuan-tujuan, unsur-
unsur, serta ada beberapa teori dalam pembentukannya.
Dalam kehidupan bernegara pun tidak lepas hubungannya dengan agama yang
dimana peraturan-peraturan agama dapat masuk ke dalam sistem pemerintahan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa agama juga berhubungan dengan warga negara yang
ada dalam suatu negara tersebut.

B. Saran

Diharapkan setelah membaca ini dapat mengetahui dan memahami peran penting
negara,agama,dan warga negara dalam kehidupan

10
lOMoARcPSD|23932656

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, M. (2013). Hubungan Agama dan Negara Dalam Konteks Modernisasi


Politik di Era Reformasi.

Budiyono, B. (2015). Hubungan Negara Dan Agama Dalam Negara Pancasila. FIAT
JUSTISIA:Jurnal Ilmu Hukum, 8(3), 410–423.

Iswiyanto, H. A. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan Antara Negara, Agama, dan


Warga Negara. Jurnal Studi Keislaman, 1(2), 1–15.

Mujahidin, A. (2012). Konsep Hubungan Agama dan Negara Studi Atas Tafsir Al-
Misbâh Karya M. Quraish Shihab. Dialogia: Islamic Studies and Social Journal,
10(2), 169–184.

Sadzali, A. (2020). Hubungan Agama dan Negara di Indonesia: Polemik dan


Implikasinya dalam Pembentukan dan Perubahan Konstitusi. Undang: Jurnal
Hukum, 3(2), 341–375.

Shaleh, A. I., & Wisnaeni, F. (2019). Hubungan Agama Dan Negara Menurut
Pancasila Dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 1(2), 237–249.

Try, D., Hutabarat, H., Sari, A. A., Wella, A., Elfindra, A., Lubis, F. F., Mhd, F. M.,
Mpr, F. A., & Rahmadani, S. (2022). Pendidikan Pancasila: Negara, Agama,
dan Negara. Jurnal Riset Pendidikan Dan Pengajaran, 1(1), 1–14.

11

Anda mungkin juga menyukai