Anda di halaman 1dari 4

Madrasah Akhlak; Solusi Mencegah Dekadensi Moral Generasi Muda Indonesia untuk

Menyongsong Indonesia Emas 2045

Hari ini banyak orang menggaungkan Indonesia Emas 2045, satu waktu di mana negara kita tercinta
Indonesia genap berusia 100 tahun alias satu abad. Di temali waktu inilah Indonesia diharapkan
menjadi negara maju dan telah sejajar dengan negara adidaya yang telah ada. Tentu untuk menggapai
impian akbar tersebut harus ada persiapan matang dari jauh-jauh hari, apalagi mengingat hitung
mundur tersebut sekarang tinggal 23 tahun. Maka tak ayal persiapan yang harus dibenahi patutlah
seserius mungkin, khususnya dalam mencetak sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan
berkualitas.

Menurut Alissa Q. Wahid dalam kata pengantarnya untuk buku “Indonesia di Tanganmu!” karya
Prof. Subroto menegaskan bahwa successor Indonesia Emas 2045 yakni generasi muda Indonesia,
haruslah mempersiapkan diri untuk mampu men-sukseskan cita-cita tersebut. Dia mengatakan,
“Apabila generasi muda Indonesia menyadari benar-benar makna ‘Indonesia di Tanganku’, yakni
kemajuan Indonesia di tangan anak-anak muda, maka semua proses ini, cinta dan cita mulia berdirinya
negara ini, akan dapat berlanjut menuju masyarakat yang adil makmur sentosa, dalam negara yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”

Dalam narasinya itu, Alissa Q. Wahid menyebutkan bahwa yang diperlukan Indonesia untuk
merealisasikan momentum emas tersebut adalah generasi yang berwawasan internasional dengan tetap
menjaga kearifan bangsa, yang cakap dan profesional dalam berbagai bidang ilmu untuk kesejahteraan
masyarakat, terpelajar, serta terampil menjadi pemimpin masa depan Indonesia nantinya.

Kemudian, Alissa Q. Wahid sedikit menyinggung peranan moral (akhlak) anak bangsa untuk
kemajuan Negara Indonesia. Sayangnya, peranan moral generasi muda ini tidak sampai dibahas secara
mendalam oleh Alissa Q. Wahid sendiri. Dia hanya menjelaskan ‘secuil’nya saja. Oleh karena itu,
narasi yang cukup ringkas dari kami ini akan membahas bagaimana sumbangsih moral atau akhlak
anak bangsa dalam membangun dinamika Indonesia ke depan. Sehingga dengan membenahi atau
‘meng-upgrade’ akhlak generasi muda tersebut, maka seruan impian Indonesia Emas di tahun 2045
semakin mungkin untuk digapai.

Keprihatinan Gus Sholah

Gus Sholah, adik dari Presiden Indonesia ke-4 Gusdur juga salah satu dari Murobbi kami di
Tebuireng menyampaikan rasa prihatinnya atas kemerosotan moral anak bangsa Indonesia. Hal ini
disampaikannya di salah satu acara di Pondok Pesantren Tebuireng pada tahun 2016 (sambutan ini
telah disarikan menjadi sebuah artikel serta telah diabadikan dalam buku berjudul ‘ Memadukan
Keindonesiaan dan Keislaman; Pustaka Tebuireng’). Beliau menyebutkan setidaknya di tahun 2010
kekerasan terhadap perempuan saja sudah mencapai 126.000 kasus, naasnya bukannya menurun justru
kebejatan ini terus meningkat. Imbasnya di tahun 2015, kasus kekerasan terhadap perempuan tersebut
membludak hingga mencapai 370.000 kasus. Sekali lagi catatan kecil ini diungkap oleh Gus Sholah
pada tahun 2016. Lantas, bagaimana dengan sekarang?.

Dilansir dari website CNN Indonesia dari Komisi Nasional Aktif Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat sebanyak 457.889 kasus kekerasan terhadap perempuan
sepanjang tahun 2023. Gus Sholah mengatakan bahwa angka-angka ini hanyalah jumlah kasus yang
terungkap saja. Dia menyebutnya dengan “Fenomena Gunung Es”, tampak hanya permukaannya saja
padahal sebenarnya, di bawah gunung es tersebut tersimpan gundukan kasus yang lebih besar dan
dalam. Menurutnya, masih banyak kasus yang tidak diketahui.

Masalah dekadensi moral bangsa ini harus ditanggulangi sedemikian mungkin. Semuanya harus
bekerja sama untuk menyelesaikan masalah besar tersebut. Karena jika terus dibiarkan maka gaungan
Indonesia Emas 2045 sangat sulit untuk digapai.

Berkaca pada Bangsa Arab Sebelum dan Setelah Datangnya Islam

Bangsa Arab sebelum datangnya Islam mengalami degradasi moral yang sangat parah. Puncaknya
mereka-pun disebut dengan “Masyarakat Masa Jahiliyah”. Keadaan bangsa Arab di masa pra-Islam
tersebut dikatakan oleh banyak buku Tarikh (sejarah) sebagai masyarakat yang amoral (tidak
bermoral), biadab, tidak berperikemanusiaan, suka berperang, membunuh anak perempuan, dan masih
banyak lagi perilaku bejat lainnya yang mereka lakukan.

Akibat faktor buruknya moral bangsa Arab tersebut, Jazirah Arab-pun sangat sulit mencicipi rasa
berkemajuan seperti halnya Romawi dan Yunani dahulu. Namun, setelah datangnya Islam, dinamika
Jazirah Arab mulai berubah. Yang awalnya sebagai masyarakat berkedaulatan rendah, sedikit demi
sedikit berotasi menjadi bangsa yang maju serta menempati posisi bergengsi di kancah internasional.

Apa yang diajarkan Islam pada bangsa Arab sehingga dapat menjadikan mereka maju dan
berkedaulatan?. Hal ini tak luput dari tugas seorang Nabi Muhammad SAW. sebagai utusan Allah
SWT. Dalam salah satu hadits, beliau mengatakan,

“Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”

Ini menjadi salah satu bukti bahwa dengan memperbaiki moral suatu bangsa maka bangsa tersebut
akan menjadi bangsa yang maju di kemudian hari. Oleh karena itu, Ahmad Syauqi Beik (w. 1932),
seorang sastrawan dari Mesir menuliskan satu bait syair dalam buku diwan miliknya yang sangat
terkenal sampai saat ini. Dia mengatakan,
‫ فإن هم ذهبت أخالقهم ذهبوا‬# ‫وإنما األمم األخالق ما بقيت‬

“Jatuh bangunnya suatu bangsa disebabkan oleh akhlaknya. Jika akhlak mereka runtuh, maka runtuh
pula bangsa tersebut”

Ahmad Syauqi mengarang bait syair di atas karena prihatin melihat kondisi bangsa Mesir yang
mengalami dekadensi (kemerosotan) moral atau akhlak di masa dirinya. Dia khawatir akan terjadi
“kehancuran” Mesir disebabkan merosotnya moral bangsa Mesir tersebut.

Madrasah Akhlak

Melihat keberhasilan bangsa Arab di atas, maka yang menjadi faktor utama pengubah rotasi bangsa
mereka menjadi bangsa yang maju adalah pendidikan moral yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Dengan uswah hasanah serta bimbingan langsung dari Nabi Muhammad SAW. bangsa Arab secara
perlahan menggapai masa emasnya. Puncak dari keberhasilan tersebut nampak jelas pada masa
Abbasiyah, mereka menjadi bangsa paling maju seantero jagad, baik dari segi ekonomi maupun
keilmuan diembat habis oleh mereka. Hingga bangsa barat-pun (yang kini digadang-gadang menjadi
bangsa yang paling maju) turut belajar dari bangsa Arab kala itu.

Bimbingan atau pendidikan moral dari Nabi ini seyogyanya mulai ditiru oleh bangsa Indonesia,
apalagi ketika dekadensi moral anak bangsa perlahan terjadi saat ini seperti yang telah dijelaskan di
atas tadi. Maka, pendidikan moral harus segera diberikan kepada mereka dengan lebih serius untuk
menghasilkan generasi berakhlak serta berkualitas, supaya generasi tersebut berhasil menyelesaikan
misi Indonesia Emas 2045 nantinya.

Pendidikan moral atau akhlak ini bisa dilakukan dengan menciptakan “Madrasah Akhlak”, sebuah
sistem pendidikan dengan bimbingan moral sebagai mata pelajaran intinya. Madrasah ini dapat
dibentuk dalam lapisan sosial masyarakat manapun, baik dari lingkungan terkecil seperti keluarga
sampai khalayak luas pada umumnya.

Madrasah Akhlak ini dapat dengan mudah terlihat di dunia Pesantren. Pondok Pesantren dengan
metode “ngaji” berbagai literatur kitab, khususnya kitab-kitab yang bernuansa adab dan moral seperti
adabul ‘alim wal muta’allim, ta’limul muta’allim, atau washoya menjadi kunci penting keberhasilan
pondok membentuk anak muda yang bermoral. Hal ini di Pondok Pesantren, lantas bagaimana dengan
sekolah formal?

Sekolah sendiri merupakan lingkup paling strategis untuk memberikan pendidikan moral. Namun
sayangnya, seperti apa kata Gus Sholah bahwa kebanyakan sekolah di Indonesia pada hari ini
tampaknya terlalu menekankan pada aspek pengetahuan saja, namun pada saat yang sama
mengabaikan pendidikan moral atau akhlak. Akibatnya, siswa yang seharusnya menjadi manusia utuh
(memiliki ilmu, dan keterampilan sekaligus memiliki kesadaran nilai) dikurangi menjadi manusia satu
dimensi yang miskin nilai (moral).

Hal ini merupakan tantangan tersendiri untuk para pejuang pendidikan. Jika Madrasah Akhlak sudah
dapat direalisasikan dalam berbagai lingkup masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah bukan di
Pondok Pesantren saja, maka generasi muda yang bermoral akan banyak terlahirkan kembali. Sehingga
dengan generasi muda tersebut akan berhasil mempersembahkan “Indonesia Emas” di tahun 2045.

Kesimpulan

Generasi muda menjadi succesor Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, generasi ini harus
dipersiapkan sebaik mungkin. Sayangnya dekadensi moral mulai merambah pada anak muda Indonesia
saat ini. Padahal, moral suatu bangsa dapat mempengaruhi bangsa itu sendiri di masa depan. Apabila
moral bangsa tersebut baik, maka masa depan mereka akan cerah nantinya. Sebaliknya, jika moral
bangsa itu menurun dan terpuruk, maka keruntuhan yang akan menghampiri mereka di masa depan.

Maka harus dilakukan upaya pencegahan masalah tersebut. Salah satunya dengan “Madrasah
Akhlak”. Sistem ini mengambil contoh dari tugas Nabi SAW., yakni mengajarkan akhlak mulia atau
yang bisa kita sebut sebagai pendidikan moral.

Madrasah Akhlak dengan kurikulum pendidikan moral di dalamnya dapat dilakukan dalam semua
lingkup bermasyarakat, khususnya dalam lingkungan sekolah seperti yang telah dicontohkan oleh
pesantren. Harapannya dengan membangun Madrasah Akhlak tersebut akan dapat memperbaiki moral
anak bangsa serta menanggulangi kemerosotan akhlak yang bisa saja terjadi lagi nantinya.

Akhirnya, setelah berhasil melahirkan generasi muda yang bermoral melalui Madrasah Akhlak
tersebut, maka Indonesia Emas 2045 tidak lagi menjadi impian omong kosong beberapa orang semata
saja, tapi menjadi proyek besar bangsa Indonesia yang telah dirancang, terencana, dan dipersiapkan
sebaik mungkin sejak jauh-jauh hari.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai