Anda di halaman 1dari 1

Seni Berkhotbah

“Berbicaralah dengan cara yang baik sehingga dapat mempengaruhi orang,” demikian
kata seorang orator. Sebuah pembicaraan di depan umum, termasuk homili, akan menarik
jika memperhatikan beberapa hal penting.
Pertama, seorang pembicara harus memiliki sesuatu untuk disampaikan. Pengalaman
menunjukkan bahwa kadang terjadi setelah permenungan berhari-hari, belum juga
ditemukan gagasan yang hendak disampaikan dalam homili. Dari bacaan Kitab Suci, masih
belum jelas apa yang mau dikatakan, apa yang hendak ditekankan, mengapa hal itu dipilih
dan bukan yang lainnya, apa hal itu akan diterima dengan baik dan bermanfaat. Seorang
pengkhotbah tidak bisa mengandaikan begitu saja bahwa ide yang mengena akan muncul
ketika dia berdiri di mimbar.
Jika seorang pengkhotbah berjalan ke mimbar tetapi belum memiliki sesuatu yang
hendak disampaikan, maka hendaknya dia diam. Dia harus mengerem omongannya. Dia
harus ingat bahwa dia hanyalah alat yang dipilih Tuhan untuk menyampaikan pesan-Nya.
Dia perlu tahu apa yang hendak disampaikan Tuhan. Dia bisa saja menyampaikan hal-hal
yang indah, entah dari mana asalnya, tetapi itu belum tentu yang hendak dikatakan Tuhan
bagi umat-Nya.
Kedua, apa yang disampaikan bermanfaat. Peristiwa yang disampaikan tidak kosong
dan bukan pengulangan yang membosankan. Yang diwartakan benar-benar dibutuhkan,
sungguh terjadi, memunculkan penghiburan serta harapan dalam diri umat beriman. Ini
bukan tentang anekdot yang tak nyata, melainkan penggenapan isi Kitab Suci di masa kini.
Bukti bahwa Allah hadir dalam peristiwa hidup manusia.
Ketiga, pembicara harus tahu cara membuat pendengar tertarik pada apa yang
dibawakannya. Hal itu mungkin terjadi bila pendengar merasa terlibat, bukan hanya
dengan telinga dan pikirannya, melainkan terutama dengan hatinya. Penguasaan seni
berbicara sangat berperan: suara dengan dinamika yang baik, gaya bahasa dan kata-kata
yang mengena. Selain itu, apa yang menyentuh hati sangat membantu orang untuk
bergerak dan bertindak.
Semua ini menuntut sebuah proses kerja dan persiapan. Seorang pengkhotbah perlu
berpikir seperti orang bijak. Pada saat yang sama, dia perlu menyampaikannya dengan cara
sederhana seperti berbicara dengan orang kebanyakan.

Anda mungkin juga menyukai