Anda di halaman 1dari 124

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan semesta alam Allah SWT. Karena atas berkat dan
kebaikannya penulis dapat menyelsaikan karya tulis novel yang berjudul My Perfect Mother kisah
nyata menginspirasi penulis untuk mempersembahkan karya tulis kepada kedua orang tua tercinta .
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi panutan kita Rasulullah Muhamad SAW,
suri teladan bagi kita semua.

Penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Mamah Popon Fatimah dan Bapak
Eman Sulaeman sebagai tokoh utama yang menginspirasi untuk penulis berkarya menuliskan cerita
yang diambil dari kisah luar biasanya perjuangan mereka. Terimakasih atas dukungan dan doa terbaik
untuk penulis.

Penulis ucapkan terimakasih banyak kepada kakak dan adik tercinta yang melengkapi bagian
kesempurnaan dari kisah My Perfect Mother, Marwah Qonita,Andy Rochmana Apriyanto,Bayu
Nugraha,Rizky Gilang Ramadhan dan keponakan tercinta Zein El Kaffie.

Penulis ucapkan terima kasih banyak kepada Almarhum Kakek Suwita dan Nenek Minah yang
berperan penting dalam cerita ini. Semoga Allah menempatkan mereka di surga Aamiin.

Penulis ucapkan terimaksih kepada guru keluarga besar SMP Pasundan Rancaekek dan teman-
temanyang menjadi bagian dari kisah ini Bapak Cucu Alghifari dan Ibu Erna Kardinasari.
Yulia,Sagina,Iklima,Sharla dan Kyrana terimakasih atas dukungan dan doanya.

Penulis ucapkan kepada penerbit Faza Citra Production dan seluruh tim yang terlibat mendukung
penulis untuk menyalurkan bakatnya untuk berkarya.

Penulis ucapkan terimakasih untuk tokoh-tokoh yang menjadi bagian dari cerita ini, penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam menulis novel ini semoga untuk itu penulis berharap
masukan yang membangun dari pembaca agar menjadi lebih baik untuk kedepanya. Penulis berharap
novel ini dapat memberikan motivasi,inspirasi dan sumber pembelajaran untuk para pembacanya.

Semoga Allah memberkahi segala niat baik dan karya ini dihitung sebagai ibadah yang baik bagi
pembacanya,penulis dan sumber inspirasi menulis karya ini.

Dewi sundari

I
Daftar isi

Kata Pengantar __I

Daftar isi__II

Prolog__1

Part 1 Mantra kata__4

Part 2 Pintu Rezeki__7

Part 3 Naluri__11

Part 4 Kisah klasik__14

Part 5 Petikan kata__17

Part 6 Ladang padi__20

Part 7 Rumah sejuta kenangan__23

Part 8 Merangkai kisah baru__26

Part 9 Bayu dan Astrea__30

Part 10 Kun Fayakun__34

Part 11 Cinta Alina__38

Part 12 Terapi bahagia__42

Part 13 Bersyukur__46

Part 14 Kotak kejutan__50

Part 15 Nadir__54

Part 16 Ruang__58

Part 17 Pancaran bahagia__61

Part 18 Cinta dimusim mangga__65

Part 19 Jarum waktu__69

Part 20 Warna tawa__73

Part 21 Membuka hati__77

Part 22 Dua hati satu cinta__81

II
Part 23 Bagian kesempurnaan__85

Part 24 Sarang tawa__89

Part 25 Luka__93

Part 26 Irama__97

Part 27 Liburan__101

Part 28 Kosong__105

Part 29 Kebenaran__110

Part 30 Keyakinan__114

Monolog__119

Tentang Penulis__120

I
My Perfect Mother

PROLOG

Langkah kaki keluar dari rumah panggung yang cukup luas,suara ayam berkokok menjadi nuasansa
pagi di desa yang begitu khas. Udara dan hembusan angin pagi membuat pagi tampak sejuk,kilauan
mentari penghias langit yang meyambut hari. Alina menarik napas menghirup udara pagi menikmati
pemandangan desa yang asri menampakan keindahan. Petani yang akan menuju ke kebun membuat
Alina antusias untuk ikut bisa mencabut umbi yang akan dipanen. Dia menuju goah dalam Bahasa
Indonesia adalah gudang,yang Alina anggap sebagai tempat ajaib semua ada di goah. Ruangan yang
berbalut bilik yang di cat bewarna putih dan beralas papan,langkah kaki kecil berlari membuat suara
gaduh dalam rumah. “grudung-grudung” suara jalan kaki keluar rumah. “Alina!” teriak Abah.

Barang yang dicarinya dia temukan dalam goah yaitu boboko atau bakul wadah yang biasanya
terbuat dari serat serat tanaman yang dianyam. “Abah Alina ikut paman ke kebun” balasnya. Terlukis
kebahagiaan dalam raut wajah Alina,gadis desa yang sangat mudah menarik perhatian siapapun yang
melihatnya.Parasnya yang cantik dan lincah membuat dirinya menjadi dirinya sendiri. Faiz kakak dari
Alina yang biasa membantu Ema dan Abah ke sawah,tersenyum saat melihat tingkah lucu dari
saudarinya.

Alina merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara,dia memiliki tiga saudari yaitu Nia,Hana dan
Divya.Sedangkan tiga saudara laki-lakinya Burhan,Dalmar,dan Faiz. Hidup di tatar sunda,setiap anak
dari pasangan Ema dan Abah memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda,kehangatan tercipta saat
berkumpul bersama. Rumah panggung yang memiliki dua kamar,satu dapur dan ruang tengah untuk
menonton tv yang hanya pada saat itu ada chanel tvri.Sebelum listrik datang pada desa
Alina,penerangan hanya menggunakan lentera atau lilin untuk bisa mengerjakan PR hingga membuat
hidung mancung dari Alina menghitam. Gadis cantik itu tetap antusias untuk mengaji dan belajar iqra
walaupun dalam penerangan yang kurang memadai.

Wajahnya gembira, saat melihat umbi yang dipanen begitu banyak. “Bibi, Alina bantu masukin
dalam karung” ungkap Alina. Dari sini dia mendapatkan umbi saat mendapat imbalan karena telah
membantu orang lain,dia inisiatif karena baginya itu menyenangkan. Ema tidak pernah meminta Alina
untuk pergi ke sawah atau kebun,karena Abah memiliki sawah yang cukup luas,dan ternak unggas
supaya bisa di kelola bersama keluarga. Dari tujuh bersaudara hanya Alina yang tidak ingin menjadi
petani, kebanyakan yang dilakukan saudara dan saudarinya. Dia memiliki cita-cita ingin hidup enak
dan mempunyai suami pegawai kantoran yang memiliki gaji yang besar. Alina yang selalu
berimajinasi dan dia anggap sebagai doa yang akan terwujud.

II
Malam tiba, tubuh berbaring di atas kasur kapuk dan mata indah kembali menatap atap yang
berselimut bilik.Lagi-lagi dia berperang dengan pikiran saat sebelum tidur.Alina ingin tau dunia
luaran disana tidak hanya kampung halaman dan desa tetangga yang dia ketahui, pikiran yang bagus
membayangkan makanan yang enak tersirat. Harapan baru selalu dia simpan dalam doa agar bisa
mengubah nasib dirinya.

"Kerrrrr"suara dengkuran dari Abah, membuat Alina beralih pada pikirannya.Dalam ruang tengah
saudara lainya tidur seperti korban bencana tapi itu tak jadi masalah bagi Alina,karena kebersamaan
dan keutuhan yang terpenting. Hidup dalam keluarga sederhana Alina remaja yang memiliki
perbedaan pemikiran dengan saudara yang lainya.

Bola mata bulatnya berbinar saat dia membayangi bisa keliling Bandung dan hidup diluar
desanya,gadis kelahiran 1 juni 1973 itu menjelajah semua imajinasi yang datang pada waktu
malam.Alina tak ingin seperti Ema dan Abah yang hanya menjadi seorang petani,dia menyebutkan
semua keinginan saat dia selesai sholat. Hal yang paling unik adalah ingin bisa memberikan makanan
yang belum pernah Ema dan Abah makan sebelumnya .

Terdengar suara adzan subuh,Abah yang biasa sholat di mesjid langkah kakinya membangunkan
gadis yang cerdik. Alina pergi untuk mengambil air wudhu.Sebelum langkah kakinya menuju
dapur,dia melihat Ema yang tengah berdzikir menggunakan tasbih.

"Subhanallah,"

"Subhanallah" ucap Ema.

Setalah sholat subuh dia menghampiri Ema dan mengikuti dzikir, gadis remaja melihat tiada henti
melihat apa yang dilakukan Ema.

"Dzikir harus dari hati dan inget Allah,supaya hati tenang."ucap Ema.

Alina hanya tersenyum manis dan mengangguk, dirinya yang selalu mendengarkan perkataan dari
Ema.

Berbeda dengan Divya dan Hana yang selalu banyak kemauan dan sulit untuk dinasehati oleh Ema
dan Abah.

***

"Brukk" suara dibawah rumah panggung,Abah mengecek apa yang terjadi dikira tikus yang
menggigit papan alas rumah mereka.

"Astagfirullah Alina ngapain di kolong?" tanya Abah.

Anak pengais bungsu itu,memunguti sampah yang ada dalam kolong rumah panggung

III
"Abah Alina lagi ambilin sampah-sampah yang banyak banget di bawah." Balas Alina.

Melihat baju yang dikenakan Alina kotor berlumpur,Abah meminta dirinya untuk mandi. Abah
khawatir bila terdapat ular atau rotan dalam kolong.

Anduk dan sabun Alina bawa,dia berlari menujunya Sumur milik masyarakat desa yang hanya ada
satu didesa,dengan penuh riang dan rasa senang Alina bernyanyi menuju Sumur.

Nia kakak tertua membawa makanan yang berasal dari Nenek Erot,yang senang membuat menu
makanan favorit cucu-cucunya.

Hana dan divya yang paling banyak makan, Singkong rebus kelapa menjadi santapan lahap.

Ema meminta Nia untuk menyisihkan untuk Alina.Abah dan Faiz yang baru tiba, Ema membuatkan
kopi dan bakau untuk Abah. Ema istri yang royal baik dan agak sedikit cerewet.Dia selalu memenuhi
kebutuhan Abah dan anak-anaknya.Sehabis Abah jualan ikan pindang bandeng Ema sosok istri yang
selalu menunggu Abah untuk pulang.Ema pintar memasak,Alina selalu memperhatikan resep dan
bumbu rahasia makanan lezat yang selalu Ema buat.

Abah suami yang baik, penyabar dan tegas apalagi soal anak-anaknya bukan tipe Abah untuk
memanjakan setiap anak-anaknya.Abah selalu memberikan pembelajaran hidup dalam sebuah filosofi
yang masih Alina ingat adalah "Jika ingin belajar sepeda maka keseimbangan adalah hal yang utama."
terbayang dalam pikiran Alina saat kembali dari sumur.

Inilah kisah ibuku yang akan aku ceritakan betapa bersyukurnya aku terlahir darinya. Karya ini aku
persembahkan sebuah kisah nyata yang penulis lalui bersama Mamah yang menemani kisahku,
darinya penulis banyak belajar segala hal. Dia bisa menjadi segala hal bagiku teman cerita,support
sistem,guru pertama yang mengajari aku mengenal dunia,chef favorit yang selalu memasak makanan
lezat. Untuk Alina dari anakmu yang sangat sayang dan bangga memiliki ibu seperti dirimu pelindung
tak bersayap.Aku sayang wanita terhebatku.

IV
Part 1

Mantra Kata

Bunyi Alarm tepat waktu menunjukan waktu jam 3 pagi,Alina terbangun untuk sholat tahajud.
Gadis kecil yang tidur disebelahnya hanya melihat bayang-bayang Ibunya mengusap kepala Sundari.
Dia memperhatikan gerakan sholat,hingga selesai.Gadis kecil kesayangan Alina terbangun."Mah,"
ucap Sundari. Alina beranjak dari sajadah dan mencium kening putri kesayangannya,dan membawa
Sundari untuk duduk disajadah sambil mengangkat kedua tangan mungilnya. Alina mengucapkan doa
dan memeluknya. "Bobo yaa dari," ungkap Alina. Gadis kecilnya ingin selalu berada dekat dengan
ibunya,dia menyukai pelukan hangat dari Alina. Dia mengelus rambut putrinya untuk bisa tidur
kembali.

Mentari terbit di ufuk timur, suasana rumah makin terasa ramai,anak-anak mulai terbangun dan siap
melanjutkan aktivitas untuk pergi sekolah. Alina memiliki 5 anak diantara Marwah,Andy,Bayu ,
Sundari dan Rizky. Rutinitas Alina menyiapkan sarapan pagi sebelum Bayu, Sundari dan Rizky pergi
ke sekolah. Arsyad adalah seorang pegawai kantor Pos. Sebelum berangkat Arsyad biasanya melewati
sekolah dasar untuk mengantarkan Bayu,Sundari dan Rizky. Satu motor menggunakan Karisma x 125
mereka menikmati perjalanan menuju sekolah,terkadang jadi pusat perhatian karena satu motor terdiri
dari empat orang. Udara pagi yang sejuk dan perasaan yang bahagia dirasakan oleh ketiga saudara itu,
mereka menghiraukan semua perhatian orang pada mereka.

"Assalamualaikum" ucap ketiga saudara itu.Mereka mencium tangan Arsyad. Senyuman terlukis
dalam raut wajah Arsyad. "Waalaikumsallam, yang pinter sekolahnya,Bayu jagain adik-adiknya yaa,"
balas Arsyad. Bayu mengangguk.

****

Alina kembali melanjutkan aktifitas,setelah memasak dia memberereskan rumah. Alina dengan
senang hati menjalankan rutinitas sebagai ibu rumah tangga,istri dan teman bagi anak-anaknya.
Setalah selesai dia menonton film favoritnya bolywood. Marwah dan Andy mereka sekolah di asrama
pesantren yang ada di Lembang Bandung. Marwah yang masih SMA sedangkan Andy SMP,Alina
yang merindukan anak pertama dan keduanya itu melampiaskan kerinduan dengan melihat photo
masa kecil mereka.

Kerinduan terobati oleh Bayu, Sundari dan Rizky saat melihat tingkah lucu mereka, keharmonisan
tercipta disetiap karakter mereka yang bewarna. Bayu anak yang suka berjoget dan kreatif untuk
membuat suatu kerajinan dari bahan bekas menjadi miniatur motor. Sundari gadis periang,banyak
akal. Sedangkan Rizky anak bungsu yang lucu dan menggemaskan. Tawa lepas dari Alina

V
menggugurkan rasa capek,tiga anak itu kesayangan Alina. Alina ibu yang pengertian dia memahami
setiap karakter dari tiap anaknya,dia memposisikan bagaiman dia harus bersikap dan tutur kata dalam
menasehati.

"Tok-tok" suara pintu yang semakin lama mengetuk semakin keras. Saat membuka pintu dihadapan
ada Bu Eti yang memasang wajah marah dan membawa anaknya sambil menangis. Alina
kebingungan dengan apa yang terjadi,saat membuka pintu Bu Eti memaki Alina.

"Lihat Alina apa yang dilakukan anakmu Bayu pada Saepa,!!" Teriak Bu Eti.

Tangisan anak semakin keras,"Gara-gara anakmu Saepa terluka berdarah,Bayu yang ngelakuin ini
semua," ungkap Bu Eti. "Didik Anakmu yang benar,jaga sikapnya," celetuknya.

Dengan penuh kesabaran Alina meminta maaf atas kesalahan Bayu pada Saepa. Dengan lemah
lembut,Alina meminta Bayu untuk menjelaskan yang terjadi.Bayu menceritakan Saepa yang
mengganggu dirinya hingga tak sengaja Bayu mendorong Saepa hingga terjatuh. Pikiran dengan tetap
tenang Bayu dan Saepa Alina hadapkan untuk saling meminta maaf dan tidak akan melakukan
kejadian itu lagi. Teriakan Bu Eti menjadi tontonan tetangga yang penasaran apa yang terjadi. Alina
kembali menenangkan suasana hati Bu Eti yang sedang marah,hingga masalah ini selesai dengan baik.

Bayu menangis atas perbuatannya,Alina menenangkan anaknya dan bicara dengan penuh kesabaran

"Mamah tau Bayu tak bermaksud untuk melakukan itu,tapi sayang lain kali Bayu bagus bisa jaga
emosi Bayu,jangan ambil tindakan saat amarah." Ungkap Alina. Bayu memeluk Alina meminta maaf
dan mengakui kesalahannya.

Arsyad tiba setelah kerja,alis mengangkat melihat Bayu yang terus menangis. Arsyad menanyakan
pada Alina, Sundari membawa kakanya untuk masuk kamar. Arsyad marah saat tau anaknya
melakukan hal itu, lagi-lagi Alina menenangkan pikiran suaminya yang baru tiba di rumah. Dia
mengalihkan perhatian masalah yang tadi dengan menghidangkan Kopi hitam kesukaan suaminya.

Saat Arsyad masuk ke kamar "Ayah jangan marahin kakak," ucap Rizky. Arsyad hanya tersenyum
melihat anak bungsunya membela kakaknya. Arsyad merankul Bayu membicarakan hal yang baik
tanpa nada emosi. Alina meminta Arsyad agar jadi sosok teman dan pendengar yang baik,suasana
haru tercipta saat ketiga anak tersebut memeluk ayahnya.

"Jangan erat-erat meluknya dong,sesak," ungkap Sundari.Alina masuk ke kamar meminta untuk
makan,semua berpindah ke ruang tengah untuk makan dan nonton TV. "Cuci tangan dulu,terus
berdoa," ucap Arsyad. ketiga saudara saling menatap dan menjawab "Siap bos,"

Alina mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat ashar, Sundari yang memperhatikan
mengikuti ibunya untuk berwudhu.Gadis tujuh tahun itu membuka lemari dia melihat tak ada mukena

VI
untuk dia pakai,dia membawa kursi untuk bisa menggapai mukena berwarna putih milik Alina. Saat
mengetahui anaknya Ingin sholat,Alina tertawa melihat anak gadisnya memakai mukena kebesaran
bahkan menutupi seluruh tubuh mungilnya Sundari.

"Masyaallah Darii," sambil tertawa Alina membantu Sundari yang sulit untuk mengeluarkan
dirinya dari mukena yang kebesaran. "Anak mamah mau sholat masyaallah," Alina memberikan
kerudung yang bisa menutupi lengan mungil Sundari agar bisa mengikuti sholat.

Alina tak tahan melihat tingkah lucu anaknya yang membuka Al-Qur'an dan membuka acak serta
meletakkan telunjuk kecilnya itu dalam huruf-huruf sambil membawa surat yang Sundari hafal yaitu
surat Al Kausar.

****

Alina Pergi ke toko baju,dia membeli beberapa potong baju untuk ketiga anaknya. Rizky si bungsu
meminta baju karakter Angry bird kartun kesukaannya,Alina mencari setelan bergambar Angry bird
dan menemukan dilantai 2. Dua setelan yang sama dia beli untuk Sundari dan Rizky yang dari kecil
baju mereka disamakan seperti anak kembar. Alina banyak membeli bahan makanan untuk persiapan
bulan puasa seperti membuat ketupat,opor ayam dan es timun suri kesukaan anaknya. Alina selalu
mengajarkan kepada ketiga anak kecilnya untuk belajar puasa sejak dini,tak memaksakan mulai dari
puasa setengah hari, waktu asar, hingga Bayu berhasil melakukan sampai magrib. Berbeda dengan si
kecil Sundari dan Rizky yang kadang melaksanakan puasa,atau tidak. Hanya mereka ketika waktu
berbuka ikut meramaikannya.

Alina tak lupa selalu menelpon untuk menanyakan kebar Marwah dan Andy di pondok sana. Di
pesantren saat bulan Ramadhan banyak kegiatan untuk mengisi waktu sebelum berbuka. Sedikit
keluhan dari Andy yang susah beradaptasi dengan lingkungan pondok pesantren. Marwah yang masih
duduk di bangku SMA sudah jauh berpisah bersama Alina,banyak rintihan kerinduan yang
disampaikan anak pertamanya itu,ingin segara kembali kerumah kumpul bersama keluarga. Mungkin
hal yang Sulit untuk berjauhan dengan orang yang dicintai,tapi Alina Ingin anak perempuan memiliki
akhlak yang baik didasari agama,dan ilmu pengetahuan yang luas. Tak lama dari itu Marwah
memutuskan untuk pindah karena dia ingin sekolah SMA yang tak jauh dari Keluarganya. Alina
memutuskan untuk membawa kembali putri pertamanya,dia tidak mau memaksakan bila putrinya tak
sanggup lagi untuk pesantren. Semua ilmu yang didapat tak sia-sia setalah Marwah ada di rumah dia
mengajarkan adik-adiknya untuk menghapal juz amma.

"Kebahagiaan anak-anak adalah anugrah terindah yang aku dapatkan"

Alina Fatimah

VII
Part 2

Pintu Rezeki

Arsyad mengeluarkan mobil dari garasi,setiap pagi dia pergi berbelanja untuk stok barang di
warung yang kosong. Alina membuka usaha warung yang menyediakan beberapa kebutuhan pokok
dan jajanan,tepat didepan rumah terdapat halaman yang luas dan memiliki ruangan yang awalnya
kamar dirubah dijadikan warung Rizky. Orang didesa banyak mengunjungi warung Alina dan
berbelanja bahkan warung kecil berbelanja kebutuhan di warung Alina. Penghasilan yang cukup
untuk tambahan sehari-sehari walaupun keuntungan tidak terlalu besar,Alina terus berjalan
melanjutkan usaha kecilnya itu. Arsyad senantiasa mendampingi membantu istrinya setelah dia
pulang kerja dari kantor.Alina pintar membagi waktu dia memasak, mengurus rumah,anak dan
melayani pembeli. Semua tanggung jawab yang dia pikul tanpa sedikitpun mengeluh. Saat berbelanja
stok barang yang kosong Alina tidak bisa meninggalkan Sundari dan Rizky dirumah sendirian dia tak
Mau merepotkan orang lain,Marwah yang sedang sekolah. Dia membawa ketiga anaknya untuk ikut
berbelanja, Alina meminta saat dirinya berbelanja anak-anak tetap berada dalam mobil bersama
Arsyad. Mobil Hijet 1000 berwana hitam,mobil pertama yang dimiliki Arsyad saat dia menginginkan
di usia remaja dan dapat bisa dia beli saat mengumpulkan uang gaji nya.

Mobil yang lumayan memiliki bagasi yang cukup luas,dapat membuat barang belanjaan yang
lumayan banyak. Saat melayani pembeli terkadang Sundari dan Rizky sedikit mengganggu mereka
mengambil makanan dan jajanan saat ada pembeli,Alina memaklumi sikap kanak-kanakan mereka.
Alina istri yang pintar memasak sesibuk apapun keadaannya dia selalu mengutamakan memasak
untuk keluarganya. Alina jarang keluar rumah untuk bergosip,dan melakukan hal yang menurut
dirinya merugikan waktu dan jadi dosa. Bukanya dia kurang bersosialisasi dia hanya membatasi diri
untuk hal yang tidak penting. Terkadang para tetangga yang bertamu kerumah Selalu membawakan
informasi yang sama sekali tidak ingin diketahui Alina, hanya dia menghargai kedatangannya. Alina
selalu menyikapi dengan senyuman,para pembeli yang terkadang banyak mengobrolkan hal yang
tidak penting.

****

"Assalamualaikum," Alina membuka pintu ruang tamu, ternyata itu adalah bibi dari Asryad yang
datang dari Garut. Alina menyambut dengan baik,Arsyad mengajak bibinya untuk di ruang tengah
untuk mengobrol. Arsyad selalu diandalkan dari keluarganya baik untuk meminta pendapat, nasehat
bahkan hingga dapat membantu dari segi keuangan. Sundari dan Rizky sedikit kurang menyukai
kedatangannya karena mereka mengira saudara ayah hanya memanfaatkan ayahnya saja. Alina selalu
menasehati anak-anaknya untuk tetap jadi anak yang baik,dan sopan. Mereka mengulurkan tangannya

VIII
untuk memberi salam pada nenek, Sundari mendengarkan nasehat dari Alina dia mulai berdamai
dengan sugestinya.

Masih segar ingatan penulis saat dahulu dirinya membuat keributan,dimana dia mengetahui bibi
dari ayahnya akan menginap beberapa hari,ntah pikiran apa yang membuat dirinya menyimpan kasur
lipat yang akan di pakai bibi dari Asryad dalam lemari. Saat ingin waktu tidur tiba Alina mencari
keberadaan kasur lipat yang akan diberikan pada bibinya Arsyad. Marwah dan Bayu mencari kesana
kemari kasur lipat tersebut.

"Dimana ya perasaan Alina yang menyimpan kasur di kamar, sekarang hilang." Sambil
kebingungan.

Semua orang mencari kasur hingga ke tempat yang mustahil keberadaannya di dapur,ruang tamu.
Sundari yang pura-pura tertidur terlebih dahulu hanya tersenyum tipis sambil ketawa-ketawa.

"Mungkin Asryad membawanya," ucap bibi

"Tidak Mungkin, gimana Arsyad membawa sambil naik motor," balas Alina

Hingga Alina memutuskan untuk mengajak tidur bibinya Arsyad dikamarnya. Akan tetapi Andy
yang melihat kunci lemari tiba-tiba mendadak hilang tidak menggantung seperti biasanya. Andy mulai
curiga pada adiknya yang sedang pura-pura tertidur.

"Tok-tok" suara ketukan pintu

"Sun buka pintunya Aa tau kamu kan yang ngumpetin kasur untuk nenek," ungkap Andy.

Sundari mulai panik karena dia ketahuan,Andy membuka pintu dan mengambil kunci membuka
lemari.Benar kasur lipat itu di simpan dalam lemari. Alina tertawa dengan tingkah gadis kesayangan
nya,dia melangkah menuju kamar. "Apa yang membuat Dari melakukan semua ini?" tanya Alina.

Sundari hanya terdiam malu kerena tertangkap basah atas kesalahan yang dia lakukan, "Mah
Sundari minta maaf,dari ga suka nenek," Alina mencubit hidung putrinya.

"Dari tidak boleh melakukan itu kepada orang dewasa, apalagi ini bibi dari Ayah,gimana kalau
ayah sedih lihat Sundari kurang menghargai tamu, jangan lakukan itu lagi yaa sayang," Sundari
mendatangi nenek dan meminta maaf atas perbuatan yang tidak terpujinya itu.

****

Malam tiba terdengar suara ketukan pintu yang keras,hujan turun mengguyur desa Alina
terbangun karena ketukan keras itu. Langkah kaki membuka pintu,Alina terkejut ternyata dia adalah
Andy dan satu teman nya. "Yallah Andy kenapa malam-malam pulang nak?" Pernyataan yang belum
sempat terjawab Alina melihat anaknya yang basah kuyup mempersilahkan Andy dan temannya

IX
masuk untuk mengganti baju. Andy jauh dari Lembang dia melarikan diri dari pesantren bersama
temannya,Alina mendengar pernyataan dari anaknya terdiam.Andy menceritakan perjalanan saat dia
kabur dari pesantren anak SMP yang nekad naik angkot tengah malam,dan banyak orang baik yang
membantu selama diperjalanan. Alina menarik napas setelah mengetahui anaknya tidak betah untuk
melanjutkan pesantren. Alina berbicara dengan Arsyad atas tidakan anaknya itu, dia tidak enak untuk
ngobrol dengan pimpinan pondok pesantren. Keesokan harinya Alina meminta maaf atas perbuatan
anaknya dan memutuskan untuk Andy tidak melanjutkan mondok lagi dipesantren karena takut
melakukan hal yang sama dan memaksakan kepada Andy.

Alina tidak berhenti disitu saja,Dia mendaftarkan kembali Andy di sekolah SMP swasta yang
tidak jauh jaraknya dari rumah. Semua anak berkumpul satu rumah ini tantangan bagi Alina untuk
bisa lebih intens mendidik anak-anaknya. Nuansa rumah semakin ramai.

Marwah yang sudah memasuki usia remaja mulai membantu Alina dalam pekerjaan rumah seperti
nyetrika baju, nyapu rumah dan membantu melayani konsumen.

****

Marwah diminta Alina untuk menjaga adik-adiknya. Dia akan pergi ke pasar bersama Arsyad.
Warung tetap buka,ada pembeli dan Andy yang melayani dia sudah mengetahui harga dari beberapa
barang. "Mamah kemana?" tanya pembeli.

"Ke pasar," jawab Andy.

Andy cukup melayani pembelanjaan yang cukup banyak,bi Yayah tukang gorengan biasanya
membeli bahan untuk membuat gorengan di warung Alina. Dia berbelanja cukup banyak
tepung,minyak dan bumbu lainya.

Marwah bertanya pada adiknya "Bisa beneran? Teteh tadi jemur dulu pakaian," Andy
menggangguk dan menjawab "Bisa gampang," Marwah sedikit kurang yakin karena belanjaan bi
Yayah lumayan banyak. "Andy tadi bener kan ngitung sama ngasih barangnya?" tanya Marwah untuk
meyakinkan kembali keraguannya. Dia mencek struk belanjaan dari Bi Yayah, untuk hitungan soal
uang benar.Marwah memberikan struk belanjaan pada Alina setelah pulang belanja.

"Masyaallah anak mamah sudah bisa bertanggung jawab," ungkap Alina.

Waktu pagi tiba,Alina kembali membuka warung, bi Yayah pagi-pagi sudah berada di depan
warung

Dia menceritakan barang belanjaanya kemarin, yang di layani oleh Andy bukanya Marwah.

"Alina, kemarin bi Yayah meminta terigu terus bibi buatkan paginya bakwan,dan gehu pedas tapi
yang aneh itu semua rasanya jadi manis," bi Yayah menceritakan sambil tertawa.

X
"Alina tau apa yang diberikan Andy? Bukanya terigu malah gula halus, untung bibi baru satu
orang yang beli bakwan bibi di warung,"

Mendengar itu Alina meminta maaf atas kecerobohan Andy,dan menggantikan dengan tepung
terigu

Bi Yayah baik,tidak menghakimi karena dia sudah mengenal Alina dari kecil bertetanggaan
dengan Abah dan Ema sejak lama.

Alina menceritakan kejadian pada Arsyad dan membuat tertawa semua orang, termasuk Andy.
Marwah sudah curiga ada hal yang aneh apakah Andy bisa membedakan tepung dan gula karena yang
dia takutkan Andy tidak bisa membedakan warna sama-sama putih.

Andy meminta maaf, harusnya dia bertanya pada kakanya jadi pembelajaran buat kedepan untuk
bertanya kalau merasa ragu.

Di ruang tengah semua tawa terdengar, keharmonisan tercipta dari perilaku dan tingkah lucu dari
Andy.

Mata berbinar menunjukkan kebahagiaan senyum canda tawa

Alina Fatimah

XI
Part 3

Naluri

Bulan suci Ramadhan membalut kehangatan Susana keluarga Arsyad ditambah lagi kehadiran
anak-anak saat berbuka,Alina mempersiapkan semua dari jam 3 sore, dia mulai dari melayani
pembeli, menyapu halaman rumah hingga memasak untuk menu berbuka. Alina yang gesit pintar
membagi waktu kesehariannya. Setelah berbuka puasa dia membaca ayat suci Alquran,Bayu mulai
menghapal juz amma surat pendek dan bacaan sholat. Marwah yang membimbing saat Bayu belajar.
Wajah Alina yang berseri memakai mukena putih menambah karismatik dalam dirinya. Gadis kecil
mendatangi ibunya yang sedang membaca ayat suci Alquran tiba-tiba duduk dihadapan Alina. Masih
sangat jelas ingatan penulis untuk pertama kalinya Sundari kecil belajar surat Al Maun, dia melihat
wajah ibunya serta mengikuti gerakan bibir dari ibunya. Meskipun sedikit terbata-bata Alina terlihat
gemas dengan perilaku dari gadis kecilnya itu. Mata bulat terbuka lebar,alis tebal membuat Alina
sedikit tertawa saat anaknya melihat ekspresi darinya.

Andy meminta izin untuk pergi keluar bersama anak dari Burhan kakak dari Alina,yaitu Sholeh
yang jauh lebih tua umurnya dari Andy dan Marwah. "Mah Andy berangkat dulu, pulangnya ga akan
lama," ucap Andy. Alina mengizinkannya karena percaya Sholeh bisa menjadi teman yang baik. Ema
mengunjungi rumah,kami senang bisa berjumpa Ema nenek yang baik rajin memberi uang jajan
walaupun jumlahnya tidak banyak namun kami senang dulu bisa dibelikan permen gulali,Ema banyak
bicara semua cucu dinasehati,banyak larangan jangan gini gitu akibatnya gini. Kasih sayang Ema dan
Abah begitu unik,dulu saat Sundari,Rizky Masih balita, terdapat kolam kecil di depan rumah berisi
ikan koi,Sundari baru belajar merangkak dia menyukai kolam kecil itu,Abah khawatir terjadi hal yang
tidak diinginkan,Abah menutup pintu depan untuk bermain didalam lagi-lagi dia kembali mendatangi
kolam kecil. Itu terjadi berulang hingga membuat Abah kewalahan saat mengasuh Sundari dan Rizky.
Kami mendengarkan cerita Abah sedikit tersenyum malu.

Alina yang membuat telur gabus untuk cemilan,banyak tertawa saat Abah menceritakan kisah
zaman dahulu,saat Abah menaiki kereta Api untuk pergi berbelanja ikan bandeng terdapat tukang
koran keliling,melihat orang-orang pokus membaca koran Abah ingin melakukannya serasa seperti
orang yang tak mau ketinggalan informasi berita terkini pada zamannya. Abah membeli koran, namun
Abah kebingungan dengan isi koran hanya bisa melihat gambarnya saja. Setelah di tegur oleh
penumpang yang lain ternyata koran yang Abah baca terbalik. Abah yang tidak bisa membaca ingin
terlihat keren saat berada dalam kereta api. Semua orang yang berada dalam ruang tengah tertawa.
Wajah Abah yang terlihat tenang membuat kami terhibur,ntah bagaimana perasaan Abah saat berada
dalam kereta api dulu.

XII
Tak terasa adonan dari telur gabus habis. Alina mengambil rantang atau tempat makan dari
stainless yang berbentuk bulat menyusun,dia isi berbagai makanan untuk menu buka puasa untuk Ema
dan Abah. Dia tau Ema dan Abah menyukai kolak pisang dan kolang Kaling.

Alina melihat jam kini waktu menunjukan jam 5 sore Andy belum kembali,Saat itu tidak ada
WhatsApp seperti sekarang. Alina tidak memiliki nomor dari Sholeh,dia meminta Epul untuk
mengantarkan dirinya untuk menyusul Andy. Terlihat cemas dan terburu-buru, setelah memasak dia
langsung pergi untuk menjemput Andy. Dalam perjalanan menuju tempat perternakam bebek
memakan waktu setengah jam dari rumah. Andy izin untuk bermain tapi ini diluar batasan waktu. Saat
membuka gerbang tidak terdapat siapapun hanya terdapat motor matic Alina mencoba masuk
mengetuk pintu tempat istirahat yang ada berada tak jauh dari peternakan. Alina gelisah saat mencium
bau yang tidak enak.

"Assalamualaikum Andy," Alina mencari setiap sudut tempat itu,dan benar dia melihat anaknya
yang tak sadarkan diri. Alina terkejut Saat melihat anak lelakinya berjalan seperti orang tak
normal.Alina teriak histeris karena Andy meminum minuman keras,dia tak menyangka anaknya dapat
melakukan hal seperti itu. "Mana Sholeh?" tanya Alina. Alina marah dan kecewa apa yang dilakukan
anaknya,dia meminta Sholeh untuk menjelaskan semua kejadian ini. "Bibi Andy yang ingin
mencoba," pernyataan Sholeh dihiraukan Alina dia hanya pokus pada Andy. Dia membawa keluar
anaknya dari tempat itu. Tangisan Alina membuat Epul terkejut,dia langsung membantu Alina
membawa Andy naik motor. Sepanjang perjalanan Alina takut apa yang harus dia jelaskan pada
Arsyad mengenai semua hal ini.

Dia berperang dengan pikirannya,anaknya yang di bawah umur sudah melakukan hal semacam
ini. Arsyad belum pulang kerja,lantas bagaimana dia mengetahui anaknya dalam keadaan tak
sadarkan diri. Tiba di rumah,Alina melihat motor Arsyad sudah berada di depan.

Alina gemetar, langkah kakinya melemas saat membopong anaknya, Arsyad yang duduk melihat
tv melihat kondisi anaknya dan Alina. Dia berdiri dan mencium bau minuman keras pada Andy.
Seketika Arsyad bertanya, Alina berusaha mengumpulkan keberanian untuk menjelaskan.

"Plakk," tamparan mendarat dari pipi Andy.

"Astagfirullah ayah," teriak Alina.

Alina mencoba menenangkan Arsyad yang emosi melihat anaknya tak sadarkan diri, matanya
seperti orang mabuk. Bahkan Arsyad mengangkat Tv Samsung yang akan di lemparkan pada Andy
namun Alina mencegah hal itu,dia meminta untuk tenang "Istighfar ayah,"

"Kurang ajar siapa yang menjadikan dia seperti ini,saya tidak mendidik anak untuk jadi seorang
pemabuk," teriak Arsyad. Tangisan terdengar dari Aliana, Arsyad membawa minyak kelapa untuk

XIII
diminumkan pada Andy supaya minuman keras itu keluar. Dan benar setalah beberapa detik Andy
meminum minyak kelapa dia memuntahkan semua minuman kerasa itu.

Bayu, Sundari dan Rizky hanya terdiam,dan memperhatikan kejadian itu, tangisan Alina
membuat mereka takut. Bayu dan Sundari diminta Arsyad untuk mengambil ke warung membawa
pewangi ruangan, Karena muntahan yang dikeluarkan Andy mengundang bau tak sedap dalam kamar.

Pagi tiba, setelah Andy sadar Alina menelpon kakanya Burhan untuk mengandukan perbuatan
Sholeh yang membawa Andy pada jalan yang tidak benar. Burhan merasa malu atas perbuatan
anaknya itu,Andy menceritakan tidak hanya Andy dan Sholeh saja akan tetapi ada teman sholeh yang
sama meminum minuman yang dibelinya. Andy ditawarkan untuk mencoba sedikit minuman itu
hingga dia tak menyadari dia meminum lumayan banyak.

Alina melarang keras untuk Andy bermain kembali bersama sholeh.Andy merasa bersalah dan
membuat keributan.hingga membuat Arsyad dan Alina kecewa. Semenjak kejadian itu Andy tidak
keluar rumah untuk memperbaiki suasana keluarga.

Arsyad dengan tegas melarang semua anak-anaknya untuk melakukan hal itu atau kegiatan
negatif yang dapat merugikan diri sendiri. Arsyad meminta untuk memilih pergaulan pertemanan
yang baik. Alina merenung terdiam dalam lamunan selama ini apa yang salah dalam mendidik anak-
anaknya,si kecil Rizky mengambil tangan yang menempel pada dagu ibunya itu,dia meminta ibunya
untuk tersenyum sambil memeragakan telunjuk dan ibu jarinya.

Ditambah Sundari dan Bayu yang menghibur dengan berjoget di depan Alina. Senyuman
kembali nampak pada wajah Alina yang cantik. Kehadiran 3 anak itu menjadi obat rasa merenung dan
kecemasan dalam diri Alina.

Burhan mendatangi rumah bersama istrinya,dia meminta maaf kembali pada Arsyad secara
langsung atas perbuatan Sholeh dia malu dengan sikap anaknya itu. Sholeh datang meminta maaf
pada bibinya.

Dia mengakui semua perbuatannya."Maaf Bi Sholeh harusnya memegang kepercayaan bibi,


untuk menjaga Andy Sholeh menyesal Bi," ungkap Sholeh.

Ema yang mengetahui cucunya melakukan itu, dia memarahi Andy dan sholeh dan memukul
dengan sapu lidi. Abah ikut meluruskan semua ini. Menasehati Sholeh sebagi Kaka dari Andy harus
mencontoh perilaku yang baik untuk saudaranya.

"Kita ambil hikmahnya atas segala kejadian yang terjadi, kita harus lebih tegas dan kasi
pengertian pada anak-anak kita,yang lalu jadikan pembelajaran," ungkap Abah.

"Perasaan sekuat kilat yang menuturkan naluri hati"

XIV
Alina Fatimah

Part 4

Kisah Klasik

Kertas dan buku berserakan dikamar,tak mempedulikan situasi sekitar Bayu tetap pokus
menggambar memiliki jiwa seni dan bisa memainkan alat musik,Bayu menunjukkan saat dia masih
duduk di bangku sekolah dasar. Anak yang tak banyak bicara ini namun kadang tingkah
menggemaskan dia tunjukkan. Alina yang melihat anaknya berimajinasi dalam sebuah karya
mendukung kesenangan Bayu dalam dunia menggambar. Bayu dapat bisa menggambar berbagai
macam mobil tua, motor tua dan pemandangan alam. Arsyad yang multitalenta menurunkan
keahliannya pada Bayu. Alina beruntung Arsyad bisa memainkan berbagai jenis alat musik,mahir
menggambar,dan suami yang pintar.

Bayu telah mengikuti beberapa lomba kaligrafi atau tulisan Arab yang dihias, mewakili tempat
sekolah agamanya. Dengan alat seadanya tak membuat dirinya merasa kurang,Bayu justru bersyukur
telah diberi kesempatan untuk bisa mewakili sebagai peserta kaligrafi. Alina membantu untuk
menyiapkan baju Koko yang sudah rapih dia setrika, menyiapkan sarapan sebelum Bayu pergi. Ini
adalah pertama kalinya Bayu mengikuti lomba. Alina meyakinkan Bayu tetap tenang, apapun hasilnya
Bayu harus menerima dengan lapang,dan dijadikan sebagai pengalaman.

Bayu mencium tangan Alina. "Mah doain Bayu semoga lancar hari ini."

Alina memeluk anaknya. Bayu mulai perlahan berjalan meninggalkan rumah dengan rasa yang
penuh percaya diri dan sedikit perasaan nervous. Bayu tiba di madrasah nampak tak ada siapapun
disana, bingung dengan keadaan Bayu bertanya pada pengurus mesjid.

"Pak ini sepi untuk yang mengikuti lomba pada kemana ya?"

"Setau bapak tadi jam setengah tujuh sudah berangkat,"

Bayu heran dan kebingungan satu hari sebelum lomba mereka tak memberi informasi yang jelas
hari ini datang pada jam tujuh pagi. Bayu kecewa dia pulang dengan rasa tak percaya,kalau dirinya
ditinggalkan guru yang meminta dirinya untuk ikut lomba.

Perlahan langkah kaki rasanya lemas untuk berjalan, Alina yang sedang menyapu halaman depan
rumah,melihat wajah Bayu murung. " Kenapa bay kok pulang lagi,ada yang tertinggal?" Tanya Alina.

Bayu menceritakan dirinya telah ditinggal guru untuk mengikuti lomba. Tak tahan melihat kek
ewaan dari Bayu Alina berusaha menghibur Bayu. Jauh sebelum lombab yang akan diselenggarakan
Bayu berlatih dengan baik.

XV
Kemarahan Bayu dia lampiaskan merangkai motor dari kawat. Dia hanya terdiam dan gak banyak
bicara hasil karya Seni saat perasaan sedih.

****

Bayu memutuskan pindah dari tempat sekolah agamanya,dan memilih pindah belajar dari DTA
Al ikhlas. Bayu senang pindah karena banyak teman sebaya yang dia kenal dari sekolah dasar. Saat
itu terdapat acara imtihan yang diadakan setiap satu tahun sekali manampilkan kreasi dari murid-
murid DTA Al ikhlas. Bayu mengikuti lomba joget dan berlawanan dengan temanya sendiri. Alina
memperhatikan pertujukan setiap siswa dari DTA,tiba pada segmen battle dance. Alangkah
terkejutnya Alina saat anak laki-lakinya pintar berjoget dan menghibur semua orang yang
menyaksikan pada malam itu.

Tawa bahagia mengudara dalam acara itu, Alina tertawa terbahak-bahak saat anak nya yang tak
pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya. Semua mata penonton berpusat pada Bayu,bahkan
diantara mereka banyak yang bilang "Anak siapa itu?" Setalah waktu di penghujung acara Bayu
memenangkan lomba itu juara pertama. Rasa sedih yang sebelumnya terbayar saat Bayu bisa
menghibur semua orang. Air mata bahagia Alina karena tertawa lepas,sosok Alina yang dahulu
dikenal sebagai gadis periang kini kembali pada masa itu.

Warung dibuka, banyak pembeli yang belanja kebutuhan dengan jumlah yang banyak, suara
motor berhenti didepan warung Alina. Dia membawa tas yang berisi produk yang akan ditawarkan
dan ikut menjual pada warung Alina. Bisa kita sebut dengan sales, kehadiran mereka mengurangi
berbelanja ke pasar untuk Alina membeli produk yang stoknya menipis.

Sales obat,tersebut menitipkan barangnya,dengan syarat Alina membeli semua jumlah obat yang
dititipkan. Alina membayar dua ratus ribu rupiah,sales tersebut menanyakan keberadaan warung yang
gak jauh dari warung Alina. Alina menunjukan arah warung tersebut,sales tersebut pergi untuk
mendatangi warung tersebut, perasaan Alina dengan sales baru ini meragukan. Benar dugaan Alina
dia tak kembali lagi hanya meninggalkan beberapa brosur iklan saja. Alina mengiklaskan dia
menjadikan semua pembelajaran untuk lebih cermat kerja sama bersama sales.

****

Bau aroma ayam kecap manis tercium sampai depan rumah,Alina membuat ayam kecap manis
kesukaan anak-anak. Awal pagi di hari senin aroma masakan Alina membangunkan Marwah dia
langsung menghampiri ibunya,"Mah masak apa enak banget baunya," Alina tersenyum, dia
mengambil sendok meminta Marwah untuk mencicipi masakannya. "Sini mah biar Mawah yang
cobain," Marwah mengacungkan jempol pada Alina. Masakan Alina jadi favorit semua anggota
keluarga Arsyad. Alina istri yang cermat dia tau suaminya setiap pagi pergi ke kantor, Alina bangun
dari jam 4 pagi untuk menyiapkan semua.

XVI
Saat menunggu ayam kecap manis,Alina menceritakan kepada Marwah pertama kali dia bertemu
dengan Arsyad, saat dia masih kerja di pabrik tekstil Alina tinggal dalam kosan,dia akan pergi
ketukang jahit yaitu bibi dari Arsyad. Disana pertemuan pertama kali diantara mereka,Alina yang
sempat patah hati karena menunggu kepastian dari TNI yang ditugaskan di Malaysia yang tak
kunjung kembali, ataupun membalas surat darinya. Sedangkan Arsyad yang terluka saat mencoba
melupakan orang dimasa lalu, pertemuan mereka menjadi obat dari rasa sakit yang mereka alami
kehadiran Arsyad dan Alina mulai menjalani komitmen setalah 3 Minggu berkenanlan Arsyad yakin
pada Alina sosok wanita baik,tak lama dari itu dia melamar anak Abah dan Ema. Alina gadis bunga
desa yang banyak disukai,dia memilih laki-laki yang akan hidup berdampingan dengannya. Bahkan
Alina dianggap cuek. Dan Arsyad hadir sembuhkan luka penantian Alina. Dia menikahi Alina di
bulan Agustus tahun 1993,tak selang satu taun lebih Marwah terlahir.

Marwah menggoda Alina, "Mamah sama Ayah memang serasi,"Arsyad menikahi Alina dengan
sederhana, tidak melakukan pesta hanya syukuran. Alina meminta dana yang akan digunakan untuk
pesta lebih baik digunakan untuk membangun rumah,dan benar tak lama setelah menikah Arsyad dan
Alina memiliki rumah yang di impikan. Kehadiran sosok Marwah menjadi pelengkap rumah yang
awalnya hanya dihuni oleh 2 orang saja. Alina berpikir panjang,dia tidak gengsi karena tidak
melakukan pesta, karena yang dia pikirkan setelah menikah kebanyakan membebani biaya yang di
tangguhkan kepada orang tua. Alina tidak mau menyusahkan Abah dan Ema petugas pernikahan yang
penting "Sah," dan disaksikan oleh semua orang. Alina gadis cantik yang memiliki wajah yang
rupawan dioleskan sedikit meke up nambah cantik.

Arsyad memiliki prinsip yang sama,tidak ingin menyusahkan kedua orangtuanya, karena Arsyad
dari kecil hanya tinggal bersama nenek yang mengurus dirinya dari bayi. Kedua Orang tua Arsyad
bercerai,Arsyad kecil tumbuh dengan sederhana bahkan di bilang prihatin. Arsyad tak ingin semua
apa yang menimpa pada dirinya terjadi pada anak-anak. Dia tak mau masalalu terulang kembali saat
dahulu Arsyad masih kecil untuk makan dia berjualan daun dipasar dan berangkat jam 5 pagi. Arsyad
remaja mulai menjadi pribadi yang baik,saat dirinya masuk dan diterima di kantor Pos Giro.

Satu garis takdir yang menyatukan dirimu dan aku dalam ikatan suci

Alina Fatimah

XVII
Part 5

Petikan Kata

Suasana rumah hening anak-anak menanti kabar, terlihat kecemasan,Marwah mundar-mandir. Jam
yang hanya dilihat,mobil yang menjemput Alina tadi pagi belum kembali "Gimana keadaan disana,"
gumam Marwah. Arsyad yang menemani Alina untuk melakukan operasi kecil rahim, yang bertujuan
untuk mengikat rahim agar tidak memiliki anak kembali. Terdengar suara klakson mobil seketika
Marwah membuka pagar depan rumah. Alina yang nampak lemas, Arsyad menggendong istri tercinta
kedalam rumah. "Mamah jangan di ganggu,biarkan mamah istirahat," ungkap Arsyad kepada anak-
anak."Gimana yah operasi mamah lancar?" tanya Andy.

"Alhamdulillah lancar,tinggal nunggu pemulihan mamah jangan capek-capek," jawab Arsyad.


Selama Alina masa penyembuhan Arsyad yang menggantikan sosok ibu,dia memasak, mencuci dan
membereskan rumah dibantu dengan Marwah. Sundari dan Rizky masuk kamar dan melihat ibunya
yang sedang tertidur. Pintu akan di tutup Alina memanggil anak kesayangannya. "Darii.. bungsu
kesini nak," kerinduan beberapa jam tak bertemu membuat mereka langsung duduk disebelah
Alina."Mamah sakit apa?"tanya Sundari. "Pasti sakit ya rasanya di operasi," ucap Rizky. Kepolosan
mereka membuat senyuman tipis dari Alina. "Engga kok mamah ga sakit,rasanya kaya makan gulali,"
balas Alina. "Kalian sudah makan?" tanya Alina. Sundari dan Rizky berbarengan menggelengkan
kepala mereka. "Dari belum laper mah,mamah juga belum makan,"

Arsyad membawa mangkuk yang berisi sayur sop buatannya "Siapa hayo yang belum makan,
yukk makan sayur sop spesial," ungkap Arsyad. Dia mensuapi istri tercinta. Selama Alina masa
pemulihan Arsyad yang melakukan aktivitas yang Biasa Alina lakukan. Dia mengambil cuti kantor
beberapa hari untuk menemani Alina.

Alina melihat dibalik jendela, Sundari dan Rizky menyapu halaman rumah sambil berlari
memunguti sampah. "Hehehe," tawa kecil dari Alina melihat tingkah anaknya yang menggemaskan.
"Mamah jangan capek biar Bayu dan Andy yang pijit mamah," Alina begitu diratukan oleh anak-
anaknya. Semua anak berperan ada yang menyapu,memijit dan membaca Alquran untuk Alina bisa
sehat kembali. "Alhamdulillah yaa Allah anak-anak jadi obat dan kebahagiaanku" ucap Alina.

Ema dan Abah menjenguk keadaan anak pengais bungsunya,di susul Burhan,Faiz,dalmar,divya
dan saudara lainya. Mendoakan Kesehatan Alina.

"Arsyad,sudah lima hari kamu tidak kerja biar Ema yang mengurus anak-anak dan Alina," ungkap
Ema.

XVIII
"Tak apa-apa Bu lagi pula Arsyad ambil cuti,makasih tawaran ibu insyaallah Arsyad bisa
mengurus anak-anak dan menjaga Alina." Balas Arsyad.

Dipagi hari Alina berjalan,sinar matahari membuat dia tertarik untuk keluar tidak hanya diam
diatas kasur. Dia senang bisa menghirup kembali kesegaran udara pagi. Dia menjemur dan duduk
diteras rumah untuk menikmati hangatnya sinar matahari. Ibu Atha yang berjalan menikmati pagi
menghampiri Alina yang tengah duduk diteras "Gimana Bu keadaan sekarang?" tanya Bu Atha.

"Alhamdulillah membaik Bu," jawab Alina.

Alhamdulillah Bu Alina Jangan cape - cape,"

Bu Atha tetangga yang rumahnya berada didepan rumah Alina,bisa dibilang tetangga yang paling
up to date soal informasi apapun. Dia tetangga yang baik,namun satu sisi yang penulis kurang suka
selalu memamerkan barang yang baru dibeli anaknya, terkadang mengajak Alina untuk
memperlihatkan barang barunya itu. Namun Alina tidak pernah sedikitpun iri,dia senang tetangga
dapat barang-barang yang baru pemberian dari anaknya.

****

Tak lama setelah anak-anak mulai beranjak dewasa Alina tidak melanjutkan usaha warungmya
itu,karena modal habis, Alina kewalahan dan memiliki tekanan darah yang rendah,dan banyak
konsumen yang belum membayar amanahnya. Alina tidak mau ambil pusing dia mengiklaskan semua
itu, Karena sebelum Alina memutuskan untuk berhenti membuka warung kembali,dia sempat
menagih utang-utang namun hasilnya nihil.

Alina berada diruang tengah,dia mengikat rambut Sundari,dia menyukai Sundari memakai
bandu,dikepang sebelum berangkat sekolah,karena baginya anak perempuan harus tampil cantik
apalagi anak kesayangannya ini. Tak terasa Sundari akan memasuki sekolah menengah pertama, gadis
kecil kini tumbuh remaja. Bayu sudah memasuki sekolah menengah kejuruan dan semenjak sekolah
SMK dia tinggal bersama Ibu Arsyad yang ada di Ciamis,kini dirumah tinggal tersisa dua anak lagi si
pangais bungsu dan bungsu. Andy sudah bekerja dan tinggal dibandung. Sedangkan Marwah telah
menikah dan berada di Bandung. Semua tak terasa waktu begitu cepat anak-anak yang dahulu selalu
meramaikan suasana kini tumbuh dewasa.

Alina selalu bicara pada anak-anaknya untuk tetap saling menyayangi satu sama lain,saling
menjaga sebagai saudara,saling membantu bila saudara berada dalam kesulitan. Itu yang penulis ingat
saat masih berumur 10 tahun. Alhamdulillah hubungan anak-anak Alina tetap terjaga dengan baik.
Keharmonisan keluarga tetap terjaga,Alina mendekatkan semua anaknya dari kecil hingga sampai
besar mereka tetap dekat seperti dulu. Penulis bersyukur, mendapatkan keluarga yang baik. Karena
ada beberapa keluarga dengan saudaranya acuh dan menjalani kehidupan masing-masing. Terkadang

XIX
banyak diantara mereka yang ingin bicara dari hati kehati bersama orang tua sulit kerena tak terbiasa
bicara bersama.

Alina menyiapkan bekal nasi untuk Sundari,dia menyukai masakan buatan ibunya.Sampai dia
menjuluki Alina sebagai Rasa Bunda. Divya datang dia membawakan kue bolu ketan hitam buatannya
"Siapa yang buat Divya?" tanya Alina.

"Aku teh mungkin teksturnya agak kasar ga lembut ini kue pertama kalinya dia membuat," balas
divya. Dia membuat lumayan banyak kue dia bagikan pada Kakaknya dan tetangga. Ema datang tak
lama setelah Divya "Ema juga disini? Divya kuenya kurang telur tambahin beberapa telur pasti pas
rasanya," celetuk Ema. Tawa bahagia lepas diantara Divya dan Alina. Melihat ibu mereka yang masih
sama saat mereka kecil dahulu Ema tetap bisa berjalan dengan baik dan bicara sedikit agak keras
sama seperti dulu.

Divya datang dengan maksud ingin memetik mangga yang berada di belakang rumah,di belakang
terdapat beberapa pohon mangga harumanis yang sedang berbuah. " Pasti mau metik buah kan div?"
tanya Alina. Dia mengenal sosok adiknya,Alina membawakan kantong kresek. Setiap tahunya
mangga selalu berbuah,Alina membagikan pada tetangga,ibu hamil yang sedang nyidam. Terkadang
pemborong suka membeli mangga dari pohon mangga Alina. Rumah yang kini ditempati, dulu Abah
menanam saat masih menjadi kebun, setelah menikah Alina membeli kebun yang diurus Abah milik
atasan Arsyad. Kini mangga bisa dinikmati anak cucunya.

Alina yang rajin membuat manisan dan es mangga untuk dinikmati dan dibagikan pada para
tetangga ataupun teman Sundari dan Rizky saat bermain.

****

Sundari pulang sekolah "Mahhh Sundari terpilih sebagai peserta lomba cipta puisi," anak senja ini
mulai menyukai untaian kata dan berpuisi saat dirinya mulai menulis di buku binder. Sundari yang
puitis membuat dirinya terpilih sebagai perwakilan sekolah. Arsyad yang menyukai syair puisi
menurunkan bakat kesukaannya itu kepada Sundari. Sundari yang memikirkan Judul untuk dia
bacakan saat lomba Arsyad membantu untuk menyalurkan pikiran dan idenya.

Hingga mendapatkan judul "Budaya bangsa Indonesia" yang menceritakan sejarah dan
kebudayaan candi Borobudur yang Sundari susun menjadi sebuah puisi.

Alina melihat Sundari begitu menghayati setiap ucapan yang dia baca, Sundari berbeda dengan ke
empat anak yang lainya dia memiliki rasa percaya diri,sama seperti Alina kecil. Tersirat saat melihat
tingkah Sundari Alina mengingat masa saat dia seusia Sundari. Bayangan Alina ada pada Sundari
ceria,mudah tersenyum identik dengan Alina.

Tutur hati menciptakan suasana rumah makin harmonis

XX
Alina Fatimah

Part 6

Ladang Padi

Ema membawa teko yang berisi air teh hangat tawar,dan makanan untuk Abah yang disawah,tak
jauh dari rumah Alina sawah yang Abah garap tepat berada di pinggir rumah Alina. Abah dibantu
Faiz untuk mengumpulkan hasil panen padi yang akan di tumpuk membentuk lingkaran. Ema yang
menggunakan kebaya tradisional dan kain samping, membuat dirinya tampak sangat bugar. Alina
membuat pisang goreng yang disuguhkan kepada Kakanya dan Abah, Alina tak ikut membantu dia
tak terbiasa melakukan pengambilan hasil panen.

Dalmar yang tinggal di Jakarta sejak menikah dengan mba umi,dapat berkomunikasi dengan Abah
dan Ema melalui telepon seluler milik Divya. Alangkah antusias saat Ema menceritakan didesa
sedang panen. "Dalmar gimana Ikbal,dan Ahmad?" tanya Ema. Cucu laki-laki dari dalmar tinggal di
Jakarta sejak kecil, Ema tidak terlalu banyak menghabiskan waktu banyak bersama Ikbal dan Ahmad
kecuali saat lebaran berkunjung ke rumah Ema.

Angin yang kencang dan cuaca yang cukup panas membuat jerami terbang berserakan.Setelah
terkumpul membentuk lingkaran jerami tersebut di tutup beberapa karung untuk dilanjutkan hari esok
sebagai alas padi. Tiba Hana yang membantu Abah dan Faiz memanen padi.

Alina menunggu Sundari dan Rizky pulang sekolah yang satu sekolah bersama. Sundari duduk di
bangku kelas 8 dan Rizky duduk dikelas 7. Perjuangan Alina saat ingin mengantarkan anaknya masuk
sekolah favorit saat itu, takdir baik menuntun Sundari diterima disalah satu SMP Pasundan
Rancaekek. Dengan fasilitas beasiswa prestasi Sundari di bebaskan SPP dan mendapatkan potongan
harga biaya masuk,satu paket seragam gratis. Tak hanya itu dia mendapatkan gratis buku LKS atau
buku latihan setiap semesternya. Alina bersyukur itu untuk apresiasi Sundari supaya nambah
semangat belajarnya. Saat Sundari di tes hapalan Alquran,dan bahasa Inggris.Alina menemani dan
memperhatikan dari balik jendela. Keputusan di tetapkan saat Sundari tes berakhir. Sundari dikenal
anak yang ramah pintar Dan menyukai dunia publik speaking.

Satu kebanggaan buat Alina anaknya bisa bergabung dengan sekolah yang terbaik. Postur tubuh
Rizky yang semakin tinggi saat berjalan berdua bersama Sundari disekolah,banyak yang mengira
mereka pacaran.

Saat setelah sholat shubuh Abah dan Faiz berada di ladang untuk merontokan padi yang telah
terkumpul, Abah membawa karung besar,jam 6 pagi Abah mulai membawa padi untuk di jemur di

XXI
halaman rumah Abah. Hasil panen yang lumayan cukup banyak. Arsyad membantu Abah membawa
karung yang berisi padi menggunakan motor.

Kurang lebih seminggu padi yang kering dan matang Abah giling pergi ke pabrik beras,Abah
mengelola sawah dan memberikan hasil kepada pemilik sawah. Abah membagikan beberapa liter
beras kepada setiap anaknya yang tak jauh rumahnya berada didesa.

Nia yang merupakan anak pertama dari Ema dan Abah memiliki sawah yang cukup luas,
membagikan hasil panen pada saudara-saudaranya. Di desa kami biasa melakukan hal memberi hasil
panen kepada keluarga, tetangga. Tujuannya untuk sama- sama menikmati berkah dari hasil panen.
Alina tau bagaimana Abah dari dulu mengelola sawah terkadang banyak hewan dan tumbuhan
pengganggu hingga menyebabkan kegagalan pada panen. Cuaca mempengaruhi, arus air besar
menyebabkan padi terendam itu membuat padi busuk.

"Assalamualaikum," Sundari dan Rizky baru tiba,Alina memasak makanan favorit mereka, yaitu
sayur lodeh pakai krupuk. "Gimana belajar hari ini?" tanya Alina. "Alhamdulillah baik, mah cuma
perut laper mamah masak enak nii," balas Rizky. Setalah membuka sepatu dia mengambil piring dari
dapur dan langsung menyantap makanan kesukaannya itu.

Belajar dari yang dirasakan Alina.Tak lupa untuk mementingkan makan untuk anaknya,
mengingat dia bertemu dengan anak yang tak jau berbeda dengan Sundari,yang duduk menyender
pada tembok. Alina yang selesai berbelanja sayur menghampiri anak itu. "Kenapa nak belum
berangkat sekolah?" Anak itu hanya menggelengkan kepala. Dia memegang perut "Kenapa nak sakit
perutnya" pertanyaan Alina tak terjawab terdengar suara "kruuukuk" Alina membeli nasi uduk yang
tak jauh berada ditempatmya sekarang berada. Alangkah senangnya anak itu diberikan nasi uduk satu
porsi,dengan lahap anak itu makan. Alina tak tega dengan keadaan dari anak itu. Setalah makan anak
itu mulai berbicara "Saya sudah dua hari tidak makan Bu,dirumah tidak ada apa-apa" mendengar itu
Alina merasa empati dengan keadaannya.

"Ini buat beli nasi yaa,"

"Alhamdulillah ibu terimakasih," anak itu mendoakan hal baik pada Alina.

"Gimana rasanya nahan lapar," tersirat dalam pikirannya,beberapa pertanyaan yang membuat
Alina bersyukur atas semua nikmat yang Allah berikan.

Ema meminta Hana untuk membagikan beras pada anak-anak yatim yang kurang mampu. Tak
hanya itu Ema mengisi dalam kresek hitam mie instan,dan telur, mimyak curah seperempat. Alina
mengingat pada anak itu dan langsung memberikan bagianya.

Alina menceritakan pada Sundari dan Rizky diluaran sana masih banyak orang yang susah untuk
makan, sekolah."Nak bersyukur yaa, Alhamdulillah kita masih diberi kesehatan badan dan makanan

XXII
enak," ucap Alina. "Habiskan yaa nasinya,itu berkahnya kalau ambil nasi secukupnya,nanti kalau
kurang bisa nambah," ungkap Alina.

Rizky yang mendengar dengan cepat menghabiskan sayur yang tersisa di mangkuk."Rizky
laper?" tanya sundari. "Perlu asupan bergizi apalagi makan buatan mamah," jawab Rizky. "Itumah
doyan makan bukan lapar," timpas Sundari sambil ketawa.

"Ayoo habiskan,"

"Siap Bu bos," jawab Rizky.

Sundari membawa piring yang telah selesai makan untuk dia cuci. Setelah makan Alina
memberikan buah mangga sebagai menu penutup untuk cuci mulut. Alina bersyukur hari ini anak-
anak bisa menikmati hidangan yang dapat dibuatnya.

****

Diruang tengah tamu berkumpul, terdapat beberapa Surat penting yang dijadikan sebagai syarat
dan bukti. Anak-anak diminta Alina untuk masuk kedalam kamar tidak untuk bermain dan keluar saat
ada tamu yang datang kerumah. Wajah tegang menyelimuti Asryad dan Alina. Rumah yang dia
tempati terancam akan dibagi dua. Alina menangis meminta kemudahan. Bayu, Sundari dan Rizky
yang pada saat itu berada dalam kamar,hanya bisa mendengar suara tangisa ibunya dalam tembok dan
lubang kunci dari pintu. Saling bergiliran untuk melihat apa yang terjadi. Sundari ikut menangis takut
terjadi sesuatu pada Alina.

Bayu merangkul adiknya,dan meyakinkan semua baik-baik aja. "Mamah kenapa menangis A
Bayu?" tanya Sundari. Bayu yang sama juga kebingungan berusaha memberikan pernyataan yang
positif untuk adiknya.

Diam berada dalam kemar,dan memperhatikan apa yang terjadi dibalik lubang kunci pintu
membuat anak-anak menanti kapan tamu itu akan pergi dari rumah. Arsyad yang berusaha tenang
meyakinkan istrinya dan dirinya. Mencari jalan solusi yang terjadi.

"Yallah jangan buat mamah sedih,kuatkan mamah yallah," Gumam Sundari. Tak lama Rizky ikut
menangis melihat kakak perempuan melihat ibunya menangis.

Tak lama merekapun pulang Pintu yang dikunci dari dalam, segera anak-anak buka dan memeluk
Alina. "Mamah," mereka berlari mendekati Alina dan Arsyad.

Bersyukur atas semua nikmat yang Allah berikan untukku dan harapanku

XXIII
Alina Fatimah

Part 7

Rumah Sejuta Kenangan

Waktu menunjukan pukul 5 pagi,Sundari bersiap untuk datang lebih awal ke sekolah. Hari ini dia
akan mengikuti kegiatan OSIS untuk acara masa pengenalan lingkungan sekolah, hari pertama untuk
Rizky masuk sekolah SMP, dia akan di ospek kakanya sendiri. Sundari yang aktif mengikuti kegiatan
disekolah membuat dirinya banyak dikenal disekolah. Alina menyiapkan sarapan dan bekal untuk
istrirahat. Sundari yang tidak bisa menggunakan motor pergi bersama Rizky menggunakan motor
karisma milik Arsyad. Alina sebelumnya mendatangi Pak Sugondo ayahnya Putri teman dari Sundari
yang posisi rumah tak jauh dari sekolah,Alina meminta ijin untuk ikut menitipkan motor didepan
rumahnya yang cukup lumayan besar. Aturan sekolah tidak boleh membawa motor,jarak rumah
kesekolah lumayan memakan cukup waktu 30 menit dengan jarak 5kg. Sundari tak mau merepotkan
Arsyad yang harus antar jemput setiap hari. Saat Sundari duduk di kelas satu SMP Alina membayar
Setiap bulan kepada ibu Ade untuk antar jemput.

Sundari tak mau memberatkan Alina tiap bulan harus membayar 300 ribu,apalagi posisi keuangan
saat itu tidak bersahabat. Sundari sempat jatuh dari motor hingga membuat dirinya enggan untuk
membawa motor lagi. Masa sebelum Sundari memasuki masa sekolah menengah pertama banyak
ujian menghadapi keluarga Arsyad.

Saat Sundari dan Rizky masih duduk dibangku sekolah dasar, Arsyad rencana ingin pindah rumah
dan menjual rumah yang ada di Rancaekek Bandung. Saat itu dia menawarkan ke beberapa kenalan
dan perantara yang biasanya melakukan jual beli rumah. Hingga suatu hari Arsyad bertemu dengan
pak haji wadimun kenalan dari pak Bandi tetangga rumah, saat melakukan survei kerumah Pak haji
wadimun menyukai rumah kami. Alina dan Arsyad yang berargumen, Alina tidak setuju untuk pindah
rumah, sedangkan Arsyad ingin menjual rumah dan pindah ke Ciamis.

Bentuk rumah yang masih ada perbaikan membuat pak haji wadimun memberikan DP sebesar 100
juta. Alasan dia menyetujui untuk membeli rumah,posisi rumah kami yang strategis untuk usaha.
Alina kecewa dengan keputusan Arsyad.

Tak lama dari itu pak haji wadimun mengirim beberapa kanopi,batu bata dll untuk memperbaiki
rumah. Alina yang melihat photo kenangan dalam rumah tersirat kenangan saat pertama kali
membangun rumah, merawat bahkan mereka pernah tinggal dalam rumah yang masih beralas tanah

XXIV
saat belum beres. Air mata membasahi pipi Alina sedih tak ada yang mengerti perasaannya saat itu.
Arsyad yang keras kepala tetap pada keputusannya.

Tak lama saat masih renovasi hampir selesai,pak haji wadimun memutuskan membatalkan untuk
membeli rumah. Arsyad yang bingung karena sebagian uang telah terpakai untuk renovasi rumah.
Saat itu pak haji wadimun memberikan waktu untuk bisa mengembalikan uang. Bagai tertimpa badai
Arsyad dan Alina menghadapi masalah yang begitu serentak datang. Pikiran yang kawut dalam
pikiran mereka membuat seperti orang hilang tanpa arah.

Pak Bandi sebagai perantara menyarankan untuk membagi dua rumah sejuta kenangan inii, Alina
yang tak terima histeris bagaimana mungkin rumah ternyaman harus berbagi dengan orang asing.
Luas rumah 238 meter dan halaman belakang yang cukup luas harus dibagi. Pak Bandi menyarankan
itu pada Arsyad dan Alina. Sebelum pak haji membawa ke jalur hukum, Arsyad berusaha untuk
meminjam uang kesana kemari namun untuk waktu yang lumayan cukup dekat dan pinjaman yang
besar membuat usahanya nihil.

Hingga Waktu tiba pak haji wadimun datang kerumah untuk membuat kesepakatan dengan
Arsyad, untuk membagi dua tanah yang berada di belakang. Di ruang tengah yang penuh dengan
perasaan yang tak mengenakan bagi Alina,dia meminta anak-anak untuk masuk kedalam kamar. Kami
yang saat itu tak mengerti keadaan yang terjadi hanya ketegangan,dan tangis pada ibu mereka.
Sundari yang mendekatkan telinganya pada tembok agar bisa tau apa yang terjadi akhir-akhir
ini,Alina yang menujukan perubahan. Membuat anak-anak berpikir ibunya sedang bersedih. Lubang
kunci jadi penglihatan kami untuk mengetahui apa yang terjadi dalam ruang tengah. Sundari
meneteskan air mata melihat ibunya yang sedih, Bayu memeluk kedua adiknya sambil menguatkan
kami saat itu. Tangisan tak terbendung Bayu yang ikut sama Merasakan apa yang terjadi pada kedua
orangtuanya. Alina dan Arsyad menyetujui kesepakatan itu.

Usaha warung Alina yang hampir bangkrut,mobil yang biasa Arsyad gunakan untuk belanja dan
membawa keliling keluar jalan bersama anaknya ikut lenyap. Pak haji wadimun membeli mobil Hijet
1000 warna hitam itu untuk menutupi kekurangan sisa utangnya.

Arsyad dan pak haji wadimun saat itu memiliki hubungan yang cukup baik, pak haji wadimun
kakek tua yang masih aktif untuk berwirausaha. Dia menggunakan mobil Hijet 1000 untuk berjualan
tahu Sumedang. Saat itu posisi keuangan Alina lebih menghemat semua pengeluaran, kondisi uang
yang sangat buruk.

****

"Ayoo Rizky jam berapa ini?" teriak Sundari. Penampilan Rizky yang memakai seragam SD
untuk hari pertama pengenalan lingkungan sekolah. Alina menghentikan langkah kaki Rizky "Bungsu
eits ada yang lupa baca apa dulu BISMILLAH, semoga lancar yaa," ucap Alina. Sundari dan Rizky

XXV
mencium pipi Alina dan mencium tangan Alina. "Mamah cantik doain yaa,hari ini acaranya lancar,
Assalamualaikum,"

Alina senang Sundari dan Rizky bisa satu sekolah,agar bisa saling menjaga satu sama lain,dan bisa
pulang bareng. Saat disekolah semua peserta dikumpulkan dilapangan untuk mendapatkan arahan dari
guru dan kakak OSIS. Rizky bangga kakaknya bisa jadi bagian dari panitia mpls jadi membuat dirinya
tak malu dan canggung untuk bertanya apapun.

Jas almamater berwarna biru Sundari kenakan gadis manis dan lincah ini begitu antusias melihat
adik kelas yang bergabung masuk sekolah begitu banyak. Sundari ditunjuk sebagai ketua gugus untuk
mengarahkan seperti apa agenda kegiatan hari pertama masuk sekolah ini. Dia yang bisa menguasai
publik speaking membuat Sundari dipercaya untuk membuka acara sebagai perwakilan dari OSIS
kepada adik kelasnya.

Hari pertama berjalan dengan lancar,2 hari tersisa banyak agenda yang akan dilaksanakan.
Sundari kumpul rapat untuk acara selanjutnya. Rizky diminta untuk menunggu dan melihat bangunan
sekolah. Rizky antusias untuk bisa masuk satu sekolah bersama Sundari. Hari yang cukup melelahkan
terbayar saat pulang di sambut oleh Alina yang menyiapkan makanan favorit mereka yaitu sayur
lodeh dan kerupuk udang.

"Bagaimana hari ini?" tanya Alina

"Alhamdulillah seruu mah Iki jadi punya temen baru,"

"Gimana Sundari disekolah?"

"Seruu banget mah,mamah tau ga? tadi dari perwakilan untuk menyampaikan pengalaman sebagai
siswa berprestasi seruu banget," balas Sundari.

Semua cerita yang Alina dengar dari pengalaman anaknya,itu yang membuat Alina dekat dan
bisa berkomunikasi dengan baik. Alina yang mengerti perasaan anaknya menempatkan dirinya
sebagai sahabat yang siap mendengarkan semua keluh kesah anak-anak.

Moment indah tercipta Alina yang mengembalikan semua keadaan menjadi lebih baik.

Dua hati satu cinta

Dewi Sundari

XXVI
Part 8

Merangkai Kisah Baru

Asryad tengah sibuk menjahit pakaian pesanan, diruang tengah yang terdapat dua mesin jahit,satu
mesin obras. Beberapa tahun kebelakang Arsyad mendapatkan tender menjahit pakaian seragam
sekolah agama,yang pada saat itu dia masih belajar menjahit. Masih sangat penulis ingat ditahun 2014
Arsyad mencoba menjahit celana pangsi setalah dia pulang dari kantor, dia melatih diri untuk bisa
membuat pola pakaian dan menjahit. Alina sosok istri yang baik mendukung kesenangan baru Arsyad
dia menjual keliling celana hasil dari jahitan suaminya mulai dari tetangga hingga satu desa
mengetahui kami membuka usaha jahit rumahan. Alina memberikan minuman kesukaan suaminya
yaitu kopi hitam panas.

Ditahun 2017 saat Sundari masuk sekolah menengah pertama, Arsyad memutuskan untuk pensiun
dini,dia telah bekerja selama 30 tahun. Keputusan Arsyad disetujui atasanya,Alina sebenarnya tidak
ingin Arsyad cepat pensiun dia berpikir pendidikan Sundari dan Rizky masih jauh banyak tanggungan
kedepannya. Arsyad meyakinkan istrinya pendidikan mereka akan terjamin Arsyad akan
berusaha,suami istri itu mendepankan pendidikan untuk anaknya mereka berharap suatu saat nanti
Sundari dan Rizky bisa tembus pendidikan tinggi yaitu kuliah.

Kehidupan keluarga ini tetap terjaga keutuhan dan keharmonisan, setalah Arsyad memutuskan
pensiun dia lebih banyak waktu dirumah dan melakukan aktivitas kesukaannya. Setalah tragedi
Arsyad terlilit hutang yang cukup besar membagi tanah tidak melunasi seluruhnya, semenjak itu dia
mengajukan ke kantor untuk mempotong setiap gaji perbulan untuk bisa melunasi hutang-hutang yang
melilit.

Keadaan ekonomi naik turun. Alina hanya menerima sisa gaji yang telah terpotong kurang lebih
dari 500 ribu sisa dari gaji pensiunan 5juta lebih. Alina tetap menemani Arsyad dalam kondisi
terpuruk apapun,dorongan mental dan support dari keluarga cukup menguatkan satu sama lain.

****

Pagi hari yang sejuk menampakan keindahan, cahaya mentari menjadi sambutan hari yang penuh
harapan baik, di weekend anak-anak libur sekolah,Sundari yang bangun lebih awal mulai bersiap
untuk sholat subuh, dia akan pergi belanja agar tidak kehabisan. Alina menuliskan setiap daftar

XXVII
belanja dengan detail,bagaikan teman anak dan ibu ini tau kualitas sayur yang baik, Sundari belajar
menawar sama yang Alina lakukan dipasar. Setalah selesai berbelanja,Alina membagi tugas kepada
Rizky dan Sundari. Ada yang menyapu halaman rumah, mencuci sepatu, setrika setagam,mengepel
rumah. Itu membuat waktu weekend menjadi produktif, setalah semua pekerjaan rumah selesai Alina
memberi hak untuk me-time Sundari dan Rizky,yang memiliki hobi masing-masing.

Alina sedih saat liburan akhir tahun sekolah,dia tidak bisa membawa mereka liburan sekolah
karena uang yang pas-pasan. Tapi itu tak membuat Sundari dan Rizky bersedih karena mengerti
keadaan keuangan dari Alina dan Arsyad.

"Liburan di rumah jauh lebih menyenangkan yaa kan," ucap Sundari.

"Bener nii kita bisa buat rumah sendiri jadi tempat wisata mana gratis lagi," jawab Rizky.

Mereka pergi mengelilingi desa,menjelajah sawah yang terdapat dipinggir rumah,menaiki pohon
sama seperti masa kecilnya dulu.

"Mah jangan sedih ya kita seneng ko diem dirumah,asal bareng mamah kita happy,"

Sundari yang menyalakan sound untuk menyetel musik favorit nya, dia mulai bernyanyi sambil
memegang sapu. Serasa konser dalam rumah Alina terhibur melihat tingkah laku anaknya itu. Arsyad
yang bisa memainkan Alat musik gitar mulai bernyanyi. Rizky dan Sundari di ruang tengah tempat
favorit mereka. Suasana harmonis tercipta walaupun sederhana,tapi itu menjadi momen kisah
sempurna yang mereka lewati. Alina meyiapkan singkong goreng panas,saat dimakan terasa lembut
dan gurih. Alina bersyukur anak-anak tidak menuntut untuk makan harus dengan apa, mereka makan
apa yang dia masak.

"Yaallah aku tau kondisi keluargaku sekarang, dulu anak-anak makan yang cukup dan enak,
hamba bersyukur mereka menjadi anak yang baik" tersirat pikiran Alina.

****

Bel bunyi istirahat berbunyi

Semua siswa pergi menuju kantin, Rizky yang membawa bekel nasi mengeluarkan dari tas,
karena sekolah full day Alina selalu memberikan bekal untuk anak-anak. Rizky yang membawa uang
10 ribu sama dengan Sundari. Dia ke kantin pada waktu jam istirahat kedua hanya membeli beberapa
cemilan atau baso tahu.

Rizky yang melihat teman-temannya membawa bekal dengan chicken katsu, dan makanan yang
mungkin jarang dimakan dirinya.

XXVIII
"Yaaallah aku bersyukur bekal dengan tahu dan kangkung,aku tidak malu aku bersyukur mamah
setiap hari selalu bangun pagi dan menyiapkan bekal untukku," lirih Rizky.

Fakhri membagi bakal dengan Rizky, mereka saling mencoba bekal satu sama lain. "Wah
kangkungnya enak yaa kii siapa yang masak?" tanya Fakhri. Respon yang baik,dari teman terdekat
Rizky. "Alhamdulillah yang masak mamah aku Fakhri," jawab Rizky.

"Kamu bersyukur Ki mamah aku selalu jarang masak, sekalinya masak beli makanan Frozen food
yang praktis," ucap Fakhri.

Begitu juga dengan Sundari yang tak pernah membandingkan kondisinya bersama teman-
temannya. Dia berpikir tidak semua orang bisa seberuntung dirinya yang mendapatkan ibu seperti
Alina. Kaka adik itu dikelilingi orang-orang baik,saat disekolah.

"Assalamualaikum mbaa," Sundari mengetuk pintu.

"waalaikumsallam eh teh Sundari masuk nak,"jawab mba.

"Mba saya pesan donat, onde-onde dan pastel dicampur 50 biji ya mbak besok pagi sebelum
berangkat sekolah saya ambil pesanan,"

Tak kenal malu gadis cantik ini yang dikenal satu sekolah sebagai siswa berprestasi dan
aktif,membawa box yang berisi dagangan. Alina tak mengetahui,dia heran dengan sikap anaknya yang
menolak pemberian uang bekal. Saat Sundari masuk gerbang sekolah dia menjadi pusat perhatian
karena box yang dibawanya, guru-guru menanyakan apa yang dia bawa.

"Bawa apa Wii," Dewi Sundari adalah nama lengkapnya namun orang-orang lebih banyak
memanggil nama itu. "Dewi jual makanan pak," jawab Sundari.

"Ouh makanan apa?" tanya guru.

"Donat, onde-onde sama pastel pak,"

"Boleh bapak mau yaa,nanti istirahat keruang guru,"

"Baik pak makasih,"

Tak ada rasa minder sedikitpun dalam dirinya, dia lakukan untuk mengurangi pengeluaran yang
Alina berikan. Tak lama dari itu, satu kelas penasaran dengan apa yang dibawa Sundari,hingga
membuat kerumunan dimeja Sundari. Belum jam pembelajaran dagangan Sundari tinggal sedikit
lagi,dia pisahkan untuk guru yang tadi memesan saat sapa pagi.

Kringg bel istirahat sekolah berbunyi

XXIX
Langkah kaki, menuju koridor yang melewati setiap kelas, Sundari menarik perhatian semua
orang yang sedang duduk dan makan pada saat itu.

"Assalamualaikum, maaf pak Dewi mau bertemu pak Maman,"

Salah satu guru mengijinkan Sundari untuk masuk kedalam ruang guru. Saat terjadi transaksi
semua guru bertanya apa yang dibawa dalam box Sundari, pak Maman mempromosikan dagangan
Sundari hingga banyak guru yang memesan untuk hari esok.

Terlukis senyuman manis diwajahnya, pipi memerah karena senang hari pertama dia
mendapatkan pesanan yang banyak untuk besok dibawa.

"Iki ini uang untuk jajan jadi besok ga boleh minta ke mamah yaa,"

"Uang dari mana teh?"

"Hasil jualan hari inii Ki,"

"Laku teh,"

"Alhamdulillah," Sundari menganggukan kepalanya.

Alina yang mengetahui, putri tersayangnya belajar mandiri,dia bangga pemikiran Sundari paham
kondisi keluarganya.

"Anak Mamah hebat, Dari gak malu,"

"Iyaa Mah Sundari cari tambahan aja lumayan kan, engga ngapain malu toh aku tidak merugikan
orang lain," spontan jawab Sundari.

Alina memeluk gadis kesayangannya itu dan mencium keningnya.

"Makasih sayang udah jadi anak Sholeha,"

Cinta menguatkan satu ikatan yang terjalin antara kasih sayang dan keyakinan

Alina Fatimah

XXX
Part 9

Bayu dan Astrea

Dering telepon berbunyi, beberapa pesan WhatsApp belum terbaca,Bayu menelpon Alina. Rindu
tak terbendung dari suara yang Alina baru sapa,dua tahun berpisah menempuh pendidikan diluar kota,
Bayu tetap selalu memberikan kabar pada Alina. Terkadang tiba-tiba pulang tak memberi kabar dia
membawa peyeum dan opak makanan kesukaan Alina.

"Assalamualaikum mah gimana kabar mamah,ayah sehat?"

"Alhamdulillah mamah sehat bay, Bayu gimana,sekolahnya gimana nak?" tanya Alina.

"Alhamdulillah sehat mah, sekolah aman mah,bungsu Sundari gimana?" tanya Bayu.

Tak lupa Kakak yang selalu menemani masa kecil adik-adiknya itu, merindukan sosok adik yang
selalu usil padanya. Bayu menceritakan selama tinggal bersama nenek dia belajar mandiri, mulai
mencuci baju seragam, membantu nenek,mengantarkan nenek pergi-pergian. Tak hanya nenek dan
Bayu dirumah, paman Ebow yang merupakan seorang polisi pamong praja,satu rumah dengan
nenek. Nenek meminta pada Alina untuk Bayu menemani dirinya karena sering ditinggal sendiri di
rumah saat paman dinas. Setalah beberapa tahun terakhir kakek meninggalkan nenek, suasana rumah
menjadi sepi. Bayu menghabiskan masa sekolah menengah kejuruan tiga tahun di Ciamis.

Bayu yang mudah bergaul dan bersosialisasi memudahkan dirinya untuk beradaptasi dengan
lingkungan baru. Keluarga Arsyad berada di Ciamis dia memilih 4 adik dari ibunya. Ayah Arsyad
yang bercerai memiliki keluarga hingga Arsyad memiliki banyak adik dan saudara dari Garut.

Alina yang selalu mengirimkan uang transfer bulanan,Bayu memberikan kepada nenek untuk
diatur semua keuangannya. Tak banyak kemauan sama seperti bekal uang Sundari dan Rizky Bayu
sehari kurang dari 20 ribu. Motor Astrea yang menemani perjalanan Bayu selama menempuh
pendidikan,membuat dirinya bersyukur. Dia bersyukur dikelilingi orang-orang baik merasa beruntung
teman dan nenek yang baik rezeki bagi Bayu. Selama masa kecil kami kurang dekat denga nenek

XXXI
yang berada di Ciamis, mungkin karena jarang bertemu berbeda dengan Abah dan Ema kami tak
segan untuk meminta uang jajan saat masih kecil.

Alina meneteskan air mata, saat dirinya mendengar Bayu bercerita tentang biaya tunggakan yang
belum dapat dia penuhi, Bayu terkadang telat membayar iuran SPP dan dipanggil guru untuk
mengingatkan pada orang tuanya. Bagaimana perasaan anaknya Bayu menutupi rasa malu saat
ditanya ke beradaan orang tuanya,dia hanya terdiam. Dia tau bagaimana kondisi keuangan
dirumah,tak ingin membebankan pikiran Alina. Dia menyebunyikan surat panggilan orang tua yang
dia genggam.

Nenek yang mengetahui keadaan cucunya, menelpon bi Imas anak perempuan yang dinas di
Pemda yang memiliki ekonomi yang berkecukupan. Bayu hanya diam tak memberi tau keadaan pada
nenek hanya meminta doa

"Emah doain Babay semoga lancar rezekinya,"

Bayu hanya mengucapkan itu,Emah yang memiliki hasil uang dari pensiunan mendiang suaminya.
Saat Bayu akan melaksanakan ujian,dia diberi kartu ujian dari sekolah karena pembiayaan sudah
terbayar.

Malu, dan tidak enak hati ada perasaan itu, anak seusia Bayu yang masih senang dengan dunia
luar, bermain terkadang disatu sisi dia memikirkan kedua orangtuanya disana. Dia selalu mendoakan
apapun keadaannya Allah selalu menjaga keduanya.

Alina selalu berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan Bayu disana. Dia tak lupa berusaha dengan
Arsyad untuk rutin walaupun terkadang telat.

"Mahh haloo kok diem?" tanya Bayu.

"Hah engga mamah lagi flu bay,"

Hening..

Bayu mengalihkan pembicaraan ditelpon,dia menceritakan pengalaman saat menjelajah gunung


bersama temannya. Bayu mengerti perasaan Alina,ikatan batin dan doa yang kuat selalu
menghubungkan mereka walaupun jarak yang jauh. Dia tak pernah mengeluh pada Alina.

"Bay nelpon sama siapa?" tanya Emah. Berdiri disamping Bayu.

Bayu memberikan genggaman telpon pada Emah. Alina dan Emah mulai bercakap layaknya
menantu dan ibu mertua yang tak abis bahan untuk pembicaraan.

"Mah gimana Bayu disana,maaf kalo Bayu merepotkan mamah disana,jewer aja telinganya,"
ungkap Alina.

XXXII
"Bayu baik, banyak temen-temennya yang suka bermain dirumah,kadang juga pulang malem.
Tapi gapapa Alina dirumah jadi ramai gak sepi lagi," balas Emah.

Emah yang kreatif di usianya dia tetap selalu membuat makanan untuk cucunya, seperti kue
pelangi. Bayu menyukai makanan apapun yang dibuat Emah. Emah yang memiliki kulit yang bersih
dan selalu memakai daster batik jadi ciri khas.

****

Bel pulang sekolah berbunyi, Bayu menuju tempat parkir dan bersiap untuk pulang. Anak pecinta
motor classic ini menjadi sorotan, terdapat keranjang yang berada ditengah,memakai helm Jpn
menambah manis pada wajah Bayu.

Saat berada di trotoar jalan, banyak gadis yang menunggu angkutan umum motor Bayu yang
melewati tiba-tiba mati mendadak itu membuat tawa kecil pada Bayu dan gadis-gadis yang
memperhatikan Bayu saat dari luar gerbang sekolah. Tawa yang manis membuat Bayu sedikit malu
tersipu,wajahnya memerah.

Setelah mencoba menyelah motor kembali, Bayu berhasil menghidupkan motor setelah dia
menepuk stang "nyala econ," julukan yang diberikan pada motor Bayu. Dia mengingat pesan dari
Emah yaitu untuk mampir ke apotik untuk membeli skin care yang biasa Emah pake.

Saat sampai di tempat apotik langganan Emah, banyak anak gadis yang mengantri, Bayu yang
memakai seragam sekolah membuat perhatian saat membeli kebutuhan wanita.

"Buat pacar nya yaa a," ucap pegawai apotik.

Bayu hanya mengangguk kecil sambil tersenyum manis dia mengeluarkan tulisan yang dia tulis
sebelum pagi agar tak lupa membeli pesanan Emah.

"Semuanya berapa a?" tanya Bayu.

"50 ribu, ini struknya a," balas pegawai apotik

Saat Bayu meninggalkan apotik, beberapa dari gadis yang mengantri berkata"Romantis banget
kebutuhan cw nya di perhatiin aaaa,"

Bayu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Bayu yang puitis dan bisa memakai alat musik gitar membuat dirinya jadi anak senja, dirinya
selalu berusaha menghibur diri dengan cara apapun. Saat waktu libur dirinya selalu membantu Emah
untuk ke kebun mencabut Singkong yang telah siap untuk Emah olah jadi makanan. Bayu memiliki
banyak teman, dia selalu mendaki gunung dan trabus motor cross bersama paman Ebow. Satu
frekuensi dengan paman membuat dirinya serasa memiliki teman dirumah.

XXXIII
Mudah tertawa, dan asik itu ciri khas bayu yang membuat dirinya menjadi charming atau sosok
yang membuat orang senang. Mungkin saat pertama kali mengenalnya akan menganggap Bayu
angkuh nyatanya berbalik dengan dugaan orang-orang.

****

Saat Alina masih membuka usaha warung, Bayu sering berbelanja di grosir yang kumplit,masih
sangat penulis ingat dengan baik Bayu mengkayuh sepeda sambil membawa barang belanjaan,
terkadang Sundari selalu ikut menemani. Sundari dibonceng di step bagian belakang sambil berdiri.
Satu kejadian saat Bayu bersepeda tak jauh dari rumah, dirinya mengkayuh dengan cepat hingga tak
bisa tak tertahan menggunakan rem saat melewati polisi tidur.

Ban dan garpu as sepeda seketika berpisah dengan tubuh sepeda, bukanya malu reflek dia tertawa
keras dan Pulang membawa ban sepeda yang dia bawa bersama tubuh sepeda lainya. Ternyata baud
baud sepeda longgar.

Kami tertawa melihat tingkah lucu kejadian yang menimpa Bayu, syukur dia tidak terluka.

Garis senyum membuat kamu jadi kisah paling indah

Alina Fatimah

XXXIV
Part 10

Kun Fayakun

Kecemasan terlukis saat Marwah dibawa keruang UGD disalah satu rumah sakit yang ada di
Bandung. Tangisan rintihan dia tahan sejak menuju perjalanan,air ketuban keluar banyak. Tak ada
pembukaan saat diperiksa ke bidan,namun bidan menyarankan untuk membawa Marwah ke rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Alina berdoa sepanjang perjalanan, berusaha
menenangkan suasana. Penulis yang saat itu berada dalam mobil yang sama ikut cemas,dan khawatir.
Penantian bayi yang telah di tunggu akhirnya akan lahir.

Tawa haru mengudara saat Ahmad suami dari Marwah menggenggam tangan mungilnya. Ahmad
diberi penjelasan oleh dokter mengenai kondisi bayi yang melemah.

"Masyaallah ini adalah keajaiban Allah,"

"Bersyukur ini terjadi berkat kekuatan doa semua orang Allah maha besar,"

"Saya sendiri akan melakukan tindakan operasi sesar namun takdir berkehendak lain,"

Ahmad yang tampak senang bercampur kekhawatiran mulai tersimpan senyuman kecil dari
wajahnya.

Dia mendekati ruangan tempat anaknya di inkubator, adzan berkumandang air mata jatuh
membasahi pipi. Hal yang begitu besar terjadi.Ahmad sangat bersyukur

Tangannya yang tak henti menghitung dzikir yang sejak tadi jadi penenang untuk dirinya.

Semalaman Marwah merasa gelisah,air ketuban pecah sebelum waktu melahirkan. Dokter
menyarankan untuk melakukan operasi sesar. Beberapa obat perangsang,infus dia gunakan. Pada jam
23.15 malam. Marwah menahan rasa sakit,hingga Di pagi hari terdengar suaranya tangisan bayi laki-
laki dengan keadaan membiru karena beberapa jam bayi terendam air ketuban. Marwah bersyukur
anaknya lahir dengan sehat lahir batin. Perjuangan kisah yang sangat panjang menguji
kesabaran,Alina selalu menemani anak pertamanya. Bagai tempat ternyaman saat bersandar. Dokter
menyarankan untuk bayi di inkubator selama 3 hari, Karena tubuhnya yang membiru.

XXXV
Marwah tetap menangis kesakitan,saat sebelum menikah Marwah selalu merasakan sakit yang
luar biasa saat menstruasi. Dikira sakit yang Biasa di rasakan pada umumnya saat wanita mengalami
hari pertama menstruasi, Alina memberi jamu untuk mengatasi sakit hari pertama menstruasi. Namun
berbeda dengan dugaan setalah Alina membawa Marwah ke klinik untuk di ronsen terdapat Kista.
Kata yang asing bagi Alina, dokter menjelaskan type penyakit ini.

"Kista yang berada dalam rahim Marwah sebesar 13cm," ungkap dokter

Marwah yang menanti penentian yang panjang ketika ingin memiliki buah hati, terapi kesana ke
sini melakukan ikhtiar Marwah membuahkan hasil yang baik. Setalah dia memiliki penyakit kista
saat masih gadis, menyebabkan dirinya berada dalam titik terendah dalam hidupnya. Alina yang selalu
sabar,dan berusaha untuk memberikan pikiran yang positif pada anaknya. Saat menjalani proses terapi
penyembuhan kista, Marwah didiagnosa tidak akan pernah bisa memiliki anak hal itu membuat dia
jatuh secara mental dan fisik. Gadis berusia 19 tahun dikejutkan dengan kabar yang dia anggap
sebagai mimpi buruk.

Alina mencoba pengobatan herbal dan alami,setiap pagi Marwah harus meminum air rebusan
daun sirih merah,air kelapa dan daun binahong. Tak kenal pahit Marwah selalu meminum agar bisa
membaik. Ujian yang datang bertubi-tubi. Alina tetap yakin ada takdir yang Allah tuliskan untuk anak
gadisnya itu,semua sudah atas ijin dan ketetapannya. Marwah yang selalu menangis menahan rasa
sakit bila datang menstruasi.

"Sabar yaa nak, ini minum air hangat," ungkap Alina.

Alina tak henti memberikan perhatian lebih kepada putri tersayangnya, penulis tak terbayangkan
bagaimana kondisi yang tiba-tiba membuat Alina seketika kepalanya dipenuhi beban yang begitu
berat. Terlihat dari bahasa tubuh dan kesedihan yang dia pancarkan dari aura diri. Dalam keadaan
ekonomi yang tidak baik Alina harus menerima kenyataan bahwasanya Marwah memiliki kista.

Ahmad selaku pacar dari marwah atau guru yang pernah dia temui saat pesantren,tidak
meninggalkan marwah saat mengetahui pacarnya memiliki penyakit kista dan didiagnosa tidak akan
memiliki anak. Marwah pasrah semua, dia berpikir laki-laki mana yang mau menerima calon istrinya
yang tak bisa memberikan keturunan.

Marwah mengembalikan keputusan itu pada Ahmad, hingga dia memutuskan untuk tidak pergi
dari kehidupan Marwah. Satu keputusan yang Ahmad ambil yaitu memilih Marwah sebagai
pendamping seumur hidupnya. Dalam kondisi terpuruk,ada kabar gembira Ahmad melamar dan
menikahi Marwah pada awal bulan Januari 2016.

Perjalanan kisah hidup Mereka berjalan, mengharapakan sosok bayi kecil dalam kehidupan
mereka. Hingga di kejutkan Marwah hamil,semua keluarga bahagia terutama Alina.

XXXVI
Selama dua hari dirawat di rumah sakit, Marwah di perbolehkan untuk pulang. Tetapi bayi kecil
masih dalam inkubator selama 3 hari kedepan. Tak sempat mengendong bayi kecilnya,hanya bisa
melihat dari kejauhan.

Harapan dan doa semoga anaknya sehat. Saat dirumah Marwah istirahat total Alina dan Ahmad
yang bergiliran untuk menjaga Marwah.

Saat itu penulis hanya menangis melihat kondisi kakak sendiri, menghadapi ujian begitu besar.
Menangis tiba-tiba secara diam itu yang terjadi pada penulis,tak hanya itu adik-adik dari Marwah
selalu menghibur walaupun dalam kondisi yang sama terluka.

Ahmad mendapatkan telepon dari rumah sakit

"Hallo pak Ahmad,"

"Iya saya sendiri,"

Pada inti percakapan Bayi kecil boleh bisa pulang selama 3 har menjalani perawatan intensif.
Arsyad menghidupkan mobil dia bersama Ahmad pergi menuju rumah sakit. Perasaan yang senang
dia akan membawa malaikat kecilnya,nama yang baik akan disematkan Ahmad siapkan jauh sebelum
lahiran.

"Muhammad Zein El Kaffie" nama yang memiliki arti yang Sagat baik, Ahmad seorang guru
pendidikan agama dan mentor hapalan Al-Qur'an dalam lembaga pendidikan hapalan Al-Qur'an.

Arsyad melihat sinar pagi yang baik untuk kesehatan. Sudah lama dia tidak menggendong bayi
kembali dari beberapa tahun sebelumnya yaitu Rizky. Begitu senang Arsyad saat melihat bayi kecil
itu menatap dirinya.

Hari yang begitu cerah tak terasa 30 menit Zein berjemur. Marwah mempelajari setiap apa yang
dilakukan oleh Alina dan Arsyad saat mengurus seorang Bayi. Achmad suami yang baik mencium
kening istrinya Setalah kurang lebih seminggu dia mengambil cuti untuk menemani istrinya.

Banyak saudara dari Alina dan tetangga ingin melihat keadaan Marwah dan Zein. Semua orang
senang saat mendengar cerita yang Marwah alami. Doa kebaikan menyertai Marwah dan Zein.
Marwah menikmati suasana sore dia berjalan melangkah kakinya untuk melihat luar karena berbaring
dalam kasur yang dia anggap menjenuhkan.

Alina senang anaknya menerima semua keadaan yang telah menimpa, nasehat,dan saran Alina
selalu membimbing anaknya untuk tetap yakin pada takdir yang Allah berikan. Alina memberikan
asupan agama,hingga membuat Marwah tenang.

Sama-sama ingin bangkit dalam keterpurukan Alina meyakinkan dirinya skenario Allah yan
terbaik doa menjadi kekuatan untuk mengharapkan hal yang baik akan datang.

XXXVII
****

Alina memasak untuk semua orang, beberapa tarakhir dia memasak sayur mayur untuk
keluarganya, saking terbawa Susana yang rasanya masih menempel pada ingatan Alina dia lupa,
beberapa acara sekolah yang melibatkan orang tua dia abaikan.

Sundari ngerti bagaimana kondisi keluarganya hingga surat undangan dia tak sampaikan pada
Alina. Itu tak masalah untuk Sundari

"Yallah dari ini beberapa undangan yang mamah lewati,"

"Gapapa kok mah ini masih bisa diwakilkan oleh siswa,lagi pula dari tau keadaan keluarga kita
kaya gimana," balas Sundari.

"Lihat mamah, ayah, Iki,teteh Aa dan kakak ipar seneng itu cukup ko,jangan sedih yaa,"

Alina tersenyum saat melihat anaknya semakin paham dengan situasi dan keadaan.

Yakin rencana Allah yang terbaik, menerima dengan lapang Allah gantikan kesedihan dengan
kebahagiaan

Alina Fatimah

XXXVIII
Part 11

Cinta Alina

Waktu yang dinanti akhirnya tiba, Zein El Kaffie di ijinkan dokter untuk pulang setelah
mendapatkan perawatan khusus. Arsyad menyambut cucu pertamanya begitu bahagia situasi
kehadiran bayi kecil menggemaskan, semua perlengkapan bayi telah Marwah siapkan sebelum
lahiran. Mata besar Zein dan bulu mata yang lentik membuat kami ingin tetap melihat bayi
menggemaskan itu. Arsyad terlatih mengurus bayi karena berpengalaman Setalah memiliki 5 anak.
Arsyad membawakan Zein kebelakang rumah,terik sinar matahari pagi yang baik untuk kesehatan,
begitu tampak nyaman saat Zein di jemur dibawah sinar matahari pagi.

Arsyad mengajak ngobrol Zein sambil bernyanyi irama yang membuat Zein nyaman saat berada di
pangkuannya. Sundari ikut menemani Arsyad.

"Suatu hari nanti Sundari akan punya anak, ayah gendong yaa sama kaya Zein," ungkap Sundari.

"Pasti semoga ayah sehat, panjang umur biar bisa gendong cucu ayah semua," balas Arsyad.

"Aamiin ya Allah,"

Setelah berjemur Zein tertidur pulas, seisi kamar peralatan bayi memenuhi, Sundari menyukai
aroma bayi yang baru saja di mandikan. Dia beranggapan suasana rumah saat ada Zein berbeda dari
sebelumnya.

Alina membantu pemulihan Marwah, kondisinya yang masih sangat lemah untuk beraktivitas
berat,hari demi hari banyak tamu yang datang untuk memberikan selamat pada Marwah. Alina
bersyukur banyak orang yang mendoakan kebaikan untuk Zein dan Marwah. Ahmad yang sibuk
tengah mengurus pekerjaan kantor sebagai guru pendidikan disalah satu lembaga penghafal Alquran
yang dibandung, dia mulai menyiapkan untuk acara aqiqah. Perjalanan yang cukup memakan satu jam
lebih jarak dari kantor dan rumah. Alina menyiapkan setelah 7 hari Zein lahir, beberapa tetangga
dimintai tolong untuk membantu memasak. Alina nampak sibuk,si kecil Zein memberikan
kebahagiaan akan hadirnya.

****

XXXIX
Sundari yang tengah menunggu Rizky selesai ekstrakulikuler di sekolah, Sundari ingin cepat
sampai rumah agar dia tidak melewatkan acara aqiqah Zein. Dia ingin menanti memotong rambut
Zein, waktu menunjukan 15.20 "Ini pasti sudah dimulai acaranya, lama banget iki kemana dulu tu
anak," keluh Sundari yang menunggu di lapangan. Sundari memberanikan diri untuk mendatangi
lapangan,sekilas tak terlihat adiknya itu. Tanpa dia sadari langkah kaki Sundari menuju lapangan dia
memasuki area tempat pelatihan pencak silat, dia tak mempedulikan kondisi sekitar hanya mencari
adiknya. Sundari menjadi pusat perhatian saat semua atlit sekolah yang telah membawa nama baik,
berlari mengelilingi dirinya.

"Dewii jangan disitu," teriak salah satu teman

Terik matahari yang lumayan mambuat Sundari kewalahan berdiri,dia hampir berdiri tak
seimbang. Salah satu Atlit menahan tubuh mungil Sundari. "Ade ga kenapa-kenapa?" Saat membuka
matanya dia berada pada pangkuan kakak kelas yang menahan dirinya. Kejadian itu membuat geger
satu sekolah, Rizky keluar dari ruang kesenian.

"Kamu gapapa?"

Pertanyaan itu kembali di lontarkan laki-laki yang membawa dirinya ke UKS

"Kenapa aku bisa di UKS?"

"Aku harus pulang, ada acara penting yang aku tak bisa lewati,"

"Jangan kamu baru aja sadar,"

Rizky datang ke ruang uks karena mengetahui kakanya hampir jatuh pingsan saat mencari
dirinya.

Sundari mencari Kaka kelas yang membantu dirinya tadi,dia hanya menggenggam ikat tali yang
kakak kelas itu pakai di dahinya.Sempat tertinggal Sundari membawa ikatan itu.

Semua orang berkumpul dalam ruang tamu dan ruang tengah, saat tiba di rumah acaranya hampir
akan selesai,Sundari melewatkan acara itu. Zein yang tertidur lelap Marwah membawanya kedalam
kamar.

Tidak apa-apa sundari tertinggal acara itu, dia memberikan doa dan mencium kening Zein. Tak
lama senyum nampak pada Zein. "Alina meminta Sundari untuk makan,dan mandi. Dia tak memberi
tau Alina apa yang terjadi padanya saat pulang sekolah,dia tidak mau merusak momen bahagia ini.
Marwah menujukan video pada adik-adiknya saat Zein digendong Arsyad dan di cukur oleh tamu
undangan.

"Keamana aja tadi?" tanya Marwah.

XL
Marwah yang dekat dengan Sundari,semua isi pikiran dan hati dia ceritakan pada adiknya yang
dia anggap lebih dari sekedar tempat cerita saja. " Apaa itu yang kamu pegang?" tanya Marwah.

"Tadi nunggu Iki pulang lama, bukan ini bukan apa-apa kepo," balas Sundari.

"Apa iyaa bener," Marwah menggoda Sundari, " iya bener udah ah mandi dulu," balas Sundari.

****

Bayu pulang ke Bandung,bersama Emah dan keluarga Arsyad lainya, satu keluarga kumpul dalam
ruang tengah, bayi kecil itu di gendong nenek buyut. Semua keluarga hadir ke lima bersaudara itu,
membentuk lingkaran menemani Marwah yang telah meminum obat.

"Gimana lahiran sakit ga?" tanya Andy

"Yaa nanti suatu saat kamu juga bakalan tau," jawab Marwah

"Lah ga akan lah, kan istri saya nanti yang lahiran," balas Andy.

Kami berbincang setalah lama memiliki waktu berapa untuk bertukar cerita satu sama lain.
Suasana rumah semakin hari banyak tamu dan saudara dari Alina yang berdatangan, sedikit membuat
agak tidak bebas berada dalam rumah.

Kehadiran tamu dari teman Ahmad silih bergantian, satu Minggu berturut-turut rumah tak Sepi.
Kami menghormati semua tamu yang memberikan waktu dan tenaganya untuk memberikan doa pada
Zein,anak yang gampang tersenyum ini membuat orang lain menyukai Zein.

Arsyad dan Ahmad menghadapi dan menyambut kedatangan tamu, Alina yang sibuk memasak
dibantu dengan Ema.

"Inimah lebih suasananya dari lebaran,"ucap Andy

"Apalagi yang ditunggu dateng juga yang mereka anggap sebagai donatur yang selalu
memberikan uang ampau saat lebaran, walaupun kami kini beranjak dewasa uang yang kami selalu
tunggu saat ada acara halal bihalal datang juga ya walaupun berkurang hahaha" ungkap Bayu.

Rizky dan Sundari Berangkat menuju sekolah,tak lupa dia ingin mengembalikan ikat kepala itu
untuk kakak kelas yang dia temui saat pingsan di sekolah. Sundari mencari dia tidak menemukan
Kaka kelas itu. Saat ingin menunaikan sholat ashar Sundari bertemu dengan kakak kelas yang terlihat
baru membaca Alquran dari dalam mesjid.

"Kak makasih yaa ini milik kakak kan?"

XLI
Tak ada balasan dia hanya mengangguk dan tersenyum pada Sundari. Semua orang kembali
melihat tingkah apa yang dia lakukan seperti orang bertemu pertamakalinya dengan gadis
manis,hanya balasan senyuman dan mata memandang tertuju pada Sundari.

Marwah meminta, untuk membelikan jajanan yang Sundari pernah janjikan saat bulan puasa.

"Ouh iyaa aku harus pergi ke tukang chandol kekinian effort banget untuk menuju janji haha,"

"Iyaa silahkan," balas kakak kelas.

Marwah yang menyukai kuliner, namun kini dia harus nurut sama Alina untuk tetap bisa
menjaga kesehatan paska dia telah melahirkan. Marwah belajar memandikan Zein,dia mempelajari
semua dari Alina tak lama dia terbiasa melakukan sendiri. Marwah mulai pulih setelah beberapa bulan
dia bersama Alina,dia kembali kerumah yang berada di Bandung. Zein kesayangan semua harus jauh
dari Alina yang setiap pagi ada alasan untuk bermain dengan Zein,kini terasa sepi rindu pada tawa dan
senyum manis yang dimiliki Zein.

"Mamah bisa video call kalau rindu Zein," ucap Marwah.

Arsyad menyiapkan mobil untuk mengantarkan mereka, Ahmad berpamitan pada semua.

"Yah Zein harus pulang," ucap Rizky.

Marwah memeluk ibunya, "Mamah jaga kesehatan yaa jangan banyak pikiran,maaf Marwah
selama ini nyusahin mamah,"

Alina mencium kening putri pertamanya,tangis membasahi pipi mereka.

Kebahagiaan tak bisa aku ungkapkan lebih dari sekedar kata

Alina Fatimah

XLII
Part 12

Terapi Bahagia

Berdiri dihadapan semua saat tak ada guru,Sundari menawarkan pada teman-teman dikelasnya,dia
menujukan brosur Al-Qur'an dari Syamil yang tertera beberapa jenis cover dan harga. Sundari Melihat
peluang saat dia masuk kelas unggulan dan mengikuti program kelas Tahfiz khusus untuk menghapal
Al-Quran. Dengan penuh keyakinan dan harapan yang baik, beberapa teman kelas tertarik untuk
membeli Alquran. Hampir 80% teman dikelas nya membeli Alquran dari Sundari. Ahmad yang saat
itu reseller Al-Qur'an menjalin kerjasama dengan Sundari. Untuk pertama kalinya dia mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan jualan makanan.

Bahkan dari beberapa kelas lain mengenal Sundari berjualan Al-Qur'an. Satu persatu mendatangi
kedalam kelas Sundari. SMP Pasundan Rancaekek yang dikenal sebagai sekolah yang memiliki
keunggulan dalam bidang keagamaan sebelum pembelajaran siswa melakukan pembiasaan sholat
Dhuha dan tilawah bersama.

Sundari bersyukur jadi bagian dari sekolah itu,dia banyak dikelilingi orang-orang baik. Rizky
yang selalu menemani Sundari kemanapun, kerja kelompok,bahkan dilibatkan saat ada acara dengan
teman Sundari. Perkataan Alina yang selalu mereka ingat adalah "Harus saling menjaga,
melindungi,bersama apapun keadaannya." Tak menjadi beban pada dasarnya mereka sudah dekat dari
kecil, Rizky selalu menemani kemanapun kakaknya pergi. Rizky yang kurang dalam bidang
akademik, Sundari mengajarkan adiknya itu, tempat bertanya dan cerita. Utuh saling membutuhkan
membuat mereka tak bisa berpisah.

Saat Alina mengambil raport semester kedua, guru membandingkan Rizky dan Sundari, respon
Alina yang baik "Alhamdulillah Rizky baik dikelasnya, rangking bukan kunci dari sukses tidaknya
seorang murid. Saya percaya potensi anak-anak saya yang bisa membuat garis takdirnya."

Walikelas Rizky menggangguk "Benar sekali Bu," jawab walikelas.

XLIII
"Saya bersyukur Sundari dan Rizky punya rasa tanggung jawab, melaksanakan sholat tanpa harus
saya ingatkan, setiap magrib mereka membaca Al-Qur'an," ungkap Alina.

Rizky memang tidak sebaik Sundari dalam bidang akademik, tapi ada sisi potensi Rizky yang tidak
dimiliki kakaknya. Alina tidak pernah menuntut anak-anak. Dia yakin setiap anak memiliki minat dan
bakat sesuai dengan kemauan,Alina mendukung apapun prestasi anaknya dia tau karakter dari
anaknya dia mendukung setiap kesenangan yang bisa memajukan mereka. Tak luput Alina dan
Arsyad selalu membimbing dan menasehati mereka.

Sundari dan Rizky sangat terbuka dan meminta saran dari mereka, mereka selalu ada bahan cerita
pada Alina. "Bagaimana sekolah hari ini?" tanya Alina. Kedekatan mereka semakin hari semakin kuat
cinta dan kasih sayang Alina.

****

Sundari meminta ijin pada Alina untuk menyelesaikan tugas kerja kelompok bahasa Indonesia,
Alina percaya,kerja kelompok dilakukan di rumah teman terdekat, saat pertama kalinya Sundari
datang kerumah temanya, keharmonisan hilang. Keluarga acuh masing-masing, kebanyakan Sundari
berteman dengan keluarganya yang asing dengan anaknya, kurang dekat hanya pokus pada pekerjaan.
Secara materi mereka lebih dari cukup,namun Sundari merasa ada yang hilang. Dia bersyukur
memiliki Alina dan Arsyad. Terkadang teman Sundari nyaman saat berbicara dengan Arsyad,dia
menganggap teman Sundari seperti anaknya sendiri. Begitu bahagia dari sorot mata saat Sahila
merasakan asik mengobrol dengan Arsyad. Arsyad yang bisa membaca bahasa tubuh Sahila begitu
senang saat bicara dengannya. Pembicaraan dua arah cukup lama,Alina menyiapkan cemilan dari
pisang. Sahila teman dekat Sundari saat SMP.

Sama-sama berprestasi Sahila saingan Sundari, tapi itu tak membuat mereka saling menjatuhkan
mereka berdua bersahabat dengan baik. Satu frekuensi Sahila dan Sundari aktif di sekolah dalam
OSIS. Sundari yang periang sedangkan sahila pemalu membuat mereka saling melengkapi.

****

Ahmad mengirimkan paket Alqur'an yang cukup banyak, Sundari merasa senang dia bisa
membantu Kaka iparnya, Sundari mendapatkan uang bagiannya yang dia gunakan untuk jajan dan di
tabung untuk outing class yang diadakan setiap tahunnya. Alina melamun, Sundari menghampiri
ibunya itu dan memeluk dari belakang "Apa yang membuat mamah melamun cerita mah," ungkap
Sundari. Alina berhenti melihat kearah jendela,dia mencium kening putrinya.

"Engga mamah tu lagi mikir seekor burung yang membawa satu-persatu jerami untuk membangun
rumahnya,mamah malu kamu masih butuh biaya untuk sekolah nak, sedangkan ayah sudah pensiun
dan itupun uang hasil gajinya terkadang tidak cukup,"

XLIV
Sundari menghela napas

"Mah mamah itu kuat,mamah ibu yang baik buat kita setiap kehidupan itu ada episode dimana kita
sedih bahagia, insyaallah kita bisa hadapi ini, ouh iya ini uang hasil jualan tadi mamah bisa pakai
dulu," balas sundari.

Sundari memberikan uang yang di genggam pada Alina, namun dia mengembalikan uang putrinya
itu untuk jaga-jaga. "Anak mamah yang cantik pintar makasih yaa, ini uang buat bekal aja yaa,"

Sundari tak memberikan kartu uang pembayaran pom atau air yang biasa di bayar satu bulan sekali.
Dia tau kondisi Alina yang tak mungkin untuk menambah beban nya lagi. Sundari membawa Alina
untuk duduk di kasur dia berusaha membuat hati Alina tenang.

" Tutup mata mamah kosongkan semua pikiran yang ada di kepala tarik napas, buang di mulut
lakukan itu 3x yaa mah,"

Alina mengikuti instruksi dari Sundari. "Sekarang banyangkan mamah dalam keadaan yang mamah
iginkan," Alina masih menutup mata dan sambil tersenyum. Nampak Alina begitu lama untuk
memejamkan kembali matanya. Istilah ini dikenal dengan Low Of Assumption

"Setiap apa yang mamah bayangkan, dipikirkan itu mempengaruhi jiwa mamah, mamah sekarang
keluarkan aura positif karena itu pancaran dari pikiran yang akan terjadi,"

"Gimana mah sekarang baikan?"

"Alhamdulillah mendingan makasih yaa tips nya,"

"Sama-sama ibu cantik,"

Alina tersenyum, "Anak cantik tau dari mana?"

"Saat dari lagi sedih,biasanya dengerin musik, nonton atau nge bayangin hal yang dari suka," balas
Sundari.

Tak lama dari itu mereka berbicara Sundari, mengobati rasa kegelisahan pada Alina. Dia mengajak
untuk baca surat Yasin, Alina senang dia memiliki teman yang dapat menceritakan semua apa yang
dirasakan.

"Udah sekarang jangan sedih lagi yaa mamah," ucap Sundari.

Dia menempelkan ibu jari dan telunjuk pada bibir,"Senyum mah," mereka berpelukan "Sayanggg
banget mamah," Sundari mencoba menghibur ibunya,dia tak mau melihat kesedihan pada ibunya.

XLV
Disusul Rizky yang datang membawa makanan untuk Alina, "Taraa ini makanan sudah siap ibu
negara," ungkap Rizky. Dia membawa sendok, Rizky menyuapi Cincau yang dibuat Arsyad. "Mamah
tau singkatan cincau?" Alina menggeleng kepala bersamaan Sundari "Emang apaan tu?" tanya sundari

"Cintaku tak akan pernah galau," sontak Alina dan Sundari tertawa "Ga nyambung haha," ungkap
Sundari.

Sundari Manarik tangan Alina untuk mengajak menonton acara TV kesukaannya, perasaan kini
kembali membaik Alina merasa tak sendiri dia memiliki anak-anak yang menghibur dirinya saat
sedih. Ntah apa kepekaan dari Sundari dan Rizky semenjak kecil mengenal sosok ibunya. Ada
berbagai ide atau cara yang mereka miliki untuk menghibur agar tertawa. Tak hanya itu mereka
mengetahui bagaimana memperlakukan saudara yang lainya saat sedang marah,sedih.

Suatu permasalahan menghampiri Andy,sosok Sundari kecil datang dan duduk disebelah kursi yang
berada diruang tengah, Andy yang emosional dan gampang marah.Alina melihat anak gadis kecilnya
itu berbicara dengan nada yang lembut dan sopan pada Andy. Mungkin Andy menganggap omongan
anak kecil hanya omong kosong,akan tetapi dia merespon baik ungkapan adiknya,saat Andy sedang
marah. Entah apa yang bisa membius Andy saat berada dalam emosi,adik perempuan mampu
memadamkan semuanya. Alina senang apa yang dia lihat Sundari bisa memposisikan bagaimana dia
berbicara saat kondisi orang itu tidak baik-baik.

Tak ada yang jauh lebih penting berbanding harapan dan doa baik untuk anakku

Alina Fatimah

XLVI
Part 13

Bersyukur

Awan gelap berkumpul,hujan akan turun gemuruh petir suara bising dari atas langit. Bel pulang
sekolah belum berbunyi, mata melirik kearah jendela, berharap hujan tak kunjung datang. Sebelum
bel pulang berbunyi, sekolah memberikan izin untuk pulang lebih awal, kerena ke khawatiran mereka
saat akan hujan besar tiba. Rizky dan Sundari bergegas untuk pergi ke toko kue, di hari 17 Februari
Arsyad berulang tahun. Kue kecil sederhana menjadi pengingat hari bahagia harus di ciptakan. Hujan
yang mulai turun angin kencang mulai berlawanan dengan arah kami pulang. Sundari memastikan kue
di pegang olehnya tetap aman. Syukur mereka tiba sebelum hujan besar datang, Rizky mematikan
motor di depan rumah,Sundari memastikan kondisi sekitar tetap aman.

Sundari masuk dan mengetuk pintu rumah,dan itu adalah Marwah yang membuka. Arsyad sedang
berada di belakang,disaat itu kami bekerja sama dengan Marwah. Dia mengerti bisa mencerna
perkataan yang samasekali tak ada dalam rencana.

Marwah memanggil Arsyad, "Ayah itu motor yang digunakan Sundari sekolah,rantainya putus."
ungkap Marwah.

Arsyad hanya terdiam "Mana motornya bawa kebelakang,"

"Coba cek sama ayah Sundari nangis mungkin takut dimarahin karena rantai motor putus,"

Perlahan langkah kaki Arsyad terdengar saat menuju membuka pintu ruang tamu.

"Selamat ulang tahun ayah,"

Arsyad terkejut,bahkan dia tidak mengingat hari itu adalah tanggal kelahirannya. Suasana haru
terjadi, Arsyad diminta untuk meniup lilin "Tiup ayah,"

XLVII
Arsyad tersenyum, "Ini apa tadi bilang Marwah rantainya putus, ayah kira Sundari takut masuk ke
dalam gara-gara ini."

"Maaf yaa ayah anak mu sedikit nakal hahaha," ungkap Rizky

Dimeja kecil Arsyad memotong kue,suapan pertama dia berikan pada Alina dan Zein. Kami
senang hal sederhana ini cukup membuat keluarga senang. "Alhamdulillah ya Allah," lirih dalam hati
Sundari."

Disusul dengan sesi photo dan video. Rok dan celana Rizky sedikit basah, karena hujan yang
turun membuat mereka rela melawan angin kencang dijalan dan udara yang dingin. "Makasih
perhatiannya sayang, semoga semua doa terbaik Allah kabulkan bagi orang yang mendoakannya,"
balas Arsyad.

Sundari cegukan

"Dari, mandi Sekarang pakai air anget,baru makan yaa mamah siapin air anget biar mendingan,"
ucap Alina. "Gapapa mah aku aja yang siapin, Alina bergegas membawa gelas yang berisi teh hangat
untuk kedua anaknya. "Ini minum dulu kalian masuk angin tu," Alina selalu memperhatikan hal yang
kecil apapun itu.

Rizky yang menemani Zein menonton Nusa dan Rara favoritnya. Arsyad sedang berkomunikasi
dengan Marwah di ruang tengah. Sundari dan Alina memakan cemilan yaitu cireng isi bumbu kacang
yang mereka makan saat hujan turun. Begitu khas dan nyaman berada dalam satu keluarga yang selalu
memberikan waktu, untuk bisa berkumpul dan berbincang hal apapun. Tak lama dering handphone
berbunyi itu panggilan video call dari Bayu. "Mana Ayah, Selamat ulang tahun yah," disana Bayu dan
Arsyad berbincang seruu dan menceritakan kejadian yang adiknya lakukan pada Bayu. Semua obrolan
Bayu dan Arsyad ga ada kehabisan kata atau dikenal dengan sefrekuensi.

****

Sudah lama Arsyad tidak mengajak keluarga untuk pergi bersenang-senang,mendadak Arsyad
mengajak Alina dan anak-anak untuk pergi keluar, tempat tujuannya adalah keliling Bandung. Street
Food jajanan kaki lima. Antusias Rizky dan Sundari senang mereka dapat menikmati nuansa kota
Bandung dimalam hari. Hal yang paling mereka suka adalah saat berada dalam perjalanan jendela
mobil dibuka dan melihat lampu-lampu dijalan,menghirup udara segar sambil memejamkan mata
mereka. Setalah Arsyad memutuskan untuk pensiun dia kembali membeli mobil tipe sedan yang
cukup untuk 5 orang.

Arsyad berhenti disatu tempat yaitu bakso langganan mereka. "Ganjal perut dulu," ungkap
Arsyad.

XLVIII
Sambil menunggu pesanan,Sundari melihat kearah atas bintang yang pada saat itu cahaya
melebihi rembulan. Satu kata yang tersirat ketika melihat bintang adalah bahagia. Dia membayangkan
semoga harapan untuk tetap bisa membuat keluarga bahagia seperti ini. Tak ada lagi masalah yang
merenggut senyum Alina. Dia membayangkan ingin seperti bintang yang cahayanya paling indah
diantara sinar rembulan.

"Mba ini bakso nya,tanpa pangsit," ucap mang bakso.

"Makasih mang,"

Dengan udara yang cukup dingin,memakan makanan kuah jadi pilihan terbaik. Bakso yang
enak,suana hati yang gembira,lebih dari cukup. Satu kalimat yang penulis ingat dalam pikiran
"Nikmat Rabb manakah yang kau dustakan," bersyukur melihat ayah mamah dalam keadaan sehat
dan bisa berkumpul.

"Abis makan bakso kemana lagi nii?" tanya Arsyad.

"Beli sate,sama martabak," balas Rizky.

Setelah membeli sate dan martabak untuk dirumah, Arsyad membawa kami ke tempat yang bisa
melihat kota Bandung dan Kilauan lampu di malam hari. Dia membawa ke cartil Caringin tilu, tempat
Vibes tenang dimalam hari,aku bisa melihat Bandung dari atas. Sambil memesan kue balok yang
dijual disekitaran angkringan.

Kami menghirup udara menenangkan pikiran,selama disana ingin lebih berlama-lama.Tempat


yang gratis bisa kami kunjungi sesenang hati.

"Loh ko dibuka katanya buat dirumah?" tanya Sundari.

"Laper ga kuat pengen makan terus," jawab Rizky.

Alina tersenyum tipis saat melihat anak bungsunya "Yaudah makan aja jangan nahan perut kalau
lagi laper ya," balas Alina.

Aku memesan bajigur minuman khas Sunda. Bersama kue balok,menu yang sederhana tapi
bermakna,terlihat raut wajah yang senang Sundari dan Rizky. Mereka senang walaupun hanya
sekedar diajak keliling sambil jajan kuliner Bandung. Tapi moment yang ga setiap orang miliki.

Setalah cukup puas kami memutuskan untuk pulang,di perjalanan Sundari dan Rizky tertidur
karena banyak makan. Tak terasa perjalanan yang singkat membuat kami senang bisa lebih intens
untuk saling bertukar pikiran satu sama lain.

XLIX
Moment dimana anak-anak tidak menggangu Waktu Alina bersama Arsyad. Penulis tidak tau apa
yang mereka obrolan hanya setelah aku memotret keindahan Bandung menggunakan camera ponsel
Arsyad merangkul dan mencium kening Alina.

Saat menuju perjalanan pulang kami sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama keluarga
walaupun hanya beberapa jam, Sundari dan Rizky diam tak bersuara setelah di perjalanan banyak
bicara tentang malam di Bandung."Kok sepi Mah," ungkap Arsyad. Alina dan Arsyad melihat kearah
belakang dan ternyata mereka tertidur. Mobil berhenti, kami tiba di depan rumah Alina
membangunkan Sundari dan Rizky. "Bangun dari,Iki udah sampe," Rizky yang terlihat belum
sadarkan diri,dia berjalan oleng kepalanya mebentur pintu mobil "Astagfirullah" ucap Alina. Sundari
seketika tertawa melihat adiknya.

"Malah ngetawain, bantu keluarin kresek yang di mobil dari," ungkap Arsyad. Alina membuka
kunci rumah, lampu di ruang tamu dinyalakan. Alina membersihkan diri setelah itu dia sholat isya.
Rizky yang melihat ibunya setalah sholat berdzikir, dan berdoa air mata membasahi pipinya. "Teh
sini," ajak Rizky. Sundari melihat apa yang dia lihat, mukena berwarna putih yang selalu dipakai
Alina menutupi wajah saat Alina berdoa. Sundari memeluk ibunya "Mamah"

"Mamah kenapa?" tanya sundari.

"Gapapa Darii sekarang udah malem tidur yaa,"

Saat berada dalam kamar Sundari merenung apa yang terjadi sebenarnya, ibunya akhir-akhir ini
sedih Sundari bicara dengan dirinya sendiri "Aku harus cari tau apa yang membuat mamah sedih,"
dimalam itu, sundari pindah ke kamar dan masuk kedalam kamar Alina, mereka tidur bersama. Untuk
bisa menjadi teman cerita untuk ibunya.

Tak bisa ku ungkap dengan sebuah kata, Betapa beruntungnya aku di milikimu

Dewi Sundari

L
Part 14

Kotak Kejutan

"Alhamdulillah baik, terimakasih pak," sundari begitu senang setalah dia merekomendasikan usaha
jahit kepada pembina OSIS di sekolah,dia memenangkan tender jahit jas OSIS sebanyak 100 pcs ini
kabar yang baik, begitu senangnya penulis saat itu ditengah ekonomi yang labil turun naik,ada kabar
yang buat dia senang saat disekolah. Pak Tono sebagai pembina OSIS. Sundari ingin segera
mengabarkan pada Alina, Gadis ini begitu senang saat mendengar bel pulang. "Assalamualaikum
mamah," dia mencari Alina yang saat itu tidak menjawab salamnya, seluruh ruangan dia cari namun
Alina tidak ada di rumah, Arsyad yang membuka pintu belakang rumah "Kenapa sun panik gitu?"

"Ayahhh Sundari merekomendasikan kepada OSIS untuk menjahit jas Almamater disini, dan itu
disetujui," dengan riang dia meloncat dan wajah memerah karena senangnya. "Dan besok Pak Tono
akan kerumah memberikan DP," Arsyad tersenyum "Alhamdulillah yallah makasii sun anak pinter"

Alina baru sampai setelah dia membawa keresek hitam yang berisi sayur brokoli "Mamah dari
mana?" tanya sundari. "Mamah dari kebun kak Faiz panen brokoli, kenapa seneng banget anak
mamah ini" Arsyad menceritakan "Alhamdulillah yallah ini rezeki kita,"

"Sebentar ko bisa Pak Tono itu tau ayah buka usaha jahit rumahan?"

"Jadi gini mah OSIS akan adain pembuatan jas almamater untuk angkatan baru,nah dari
rekomendasi karena dari lihat peluang dari sini terus keluarin jurus jitu hahaha,"

LI
Alina tertawa saat mendengar anaknya bercerita, usaha jahit rumahan Arsyad semakin dikenal
oleh masyarakat yang berada di desa. Sebelum pulang Sundari memberikan alamat dan nomor
WhatsApp Arsyad pada pak Tono.

"Mamah Sundari telat ini, sekarang jadwal sapa pagi disekolah,"

"Pelan-pelan makanya, eh ini bekal nasi,"

"Eh iya lupa Assalamualaikum,"

Rizky dan Sundari masuk sekolah pada waktunya, mereka berkesempatan untuk mengikuti sapa
pagi yang diadakan OSIS. Saat menyapa pagi Sundari menyapa Kaka kelas yang pernah
menolongnya.

"Sahila itu siapa?"

"Yang mana?"

Sundari menunjuk ke arah Kaka kelas yang memakai jaket Adidas "Ouh itu kamu ga tau?"
Sundari menggelengkan kepala "Itu ka Altar, ketua eskul pencak silat cieee ehem kenapa nii,"

"Yang suka sama dia tu banyak Dewi saingan kamu berat haha,"

"Apaan si orang cuma nanya doang,"

"Kalau dipikir-pikir manis kan,"

"Iyaa" pandangan sundari tak lepas darinya.

"Woi cieee," Sundari tertunduk wajah malu.

"Dah ah yuk masuk kelas," ajak Sundari.

Hari ini Rizky mendapatkan brosur requirement anggota baru pencak silat dia menunjukkan pada
Sundari "Teh lihat ini, aku mau ikut ah,"

"Semenjak kapan suka bela diri?"

"Ya pengen nyoba aja liat demo eskul seru bisa bela diri,"

Rizky mengisi formulir pendaftaran, disitu terdapat tanda tangan orang tua. "Mah Rizky mau
ikut ekstra kurikuler pencak silat disekolah,mamah mengijinkan?" ungkap Rizky.

"Beneran Rizky mau,kalau itu mendukung kegiatan positif mamah setuju," jawab Alina. Sundari
menghampiri Alina "Mamah tadi gimana?" "Iya tadi guru kamu Sama istrinya ke rumah ngobrol
sama ayah juga besok Mamah mau ke cigondewah untuk beli kain," jawab Alina.

LII
Alina melipat baju seragam SD "Mah itu yang siapa?" "Ini milik teh Juju untuk anaknya sekolah
ayah baru aja beres jahit seragamnya,"

"Ouh iya liat seragam SD Sundari jadi inget waktu SD dulu Sundari pergi pagi banget biar bisa
dapet bangku pertama, dulu mitos kalau duduk bangku terakhir itu pasti ga akan masuk belajarnya.
Dulu sundari percaya kocak banget, dulu percaya juga kalau sekolah itu bekas kuburan, liat mobil
Jeep mobil culik,"

Alina tersenyum "Ada masa nya anaku," ntah apa yang membuat penulis nyaman saat tiduran di
pangkuan Alina,di elus-elus kepala itu hal yang sederhana tapi membuat Sundari senang,"

"Biasanya anak SMP itu menemukan yang namanya cinta pertama," ungkap Alina.

"Gadis cantik mamah gimana nih,"

Sundari hanya tersenyum "Mah kalau kita lebih memandang dari 5 detik berarti suka?"

"Hemm hayo anak mamah liatin siapa tuh?"

"Katanya teori 5 detik, menunjukan ketertarikan apa yang kita lihat," jawab Alina.

Mereka tertawa bersama, saat di tengah obrolan Andy datang pulang kerja, "Assalamualaikum
Mah," dia mencium tangan ibunya,Andy pulang melepaskan kerinduan setelah lama menetap di
Bandung dan tinggal bersama paman dari Arsyad.

Andy membawakan brownies kesukaan Alina, begitu antusias walaupun keluarga tidak
berkumpul seutuhnya, keharmonisan Kami tetap terjaga.

Abah datang, tangan yang memegang tongkat untuk membantu berjalan "Na Abah mau nginep
disini," Alina tau jika Abah sedang berantem dengan Ema. "Abah sudah makan?" Alina membawa
makanan dan menyuapi sayur SOP dan kerupuk untuk Abah. Alina menyalakan tv Abah senang
dengan sepak bola,di waktu yang tepat tim Persib jagoan Abah sedang bertanding. Alina meminta
Sundari untuk ke rumah Ema memberi tau Abah nginep di rumah,takutnya Ema khawatir dengan
keberadaan Abah yang sering tidak memberi tau tujuan Abah pergi. Usia Ema dan Abah bertambah
sikap kekanakan, pada Abah sudah terlihat. Abah cepat lupa tapi untuk anak dan cucunya dia masih
kuat ingatannya.

Semua anak Abah telah berpisah Faiz, Alina, divya dan Hana yang sering mengunjungi dan
menemani Abah Ema. Dalmar yang hanya bisa berkomunikasi lewat telepon karena keberadaannya di
Jakarta. Dalmar selalu mengunjungi Ema satu tahun sekali,atau satu tahun dua kali.

Divya yang rumahnya berada di depan Ema,semua saudara itu mempercayai untuk mengatur
keuangan Ema, memberikan perlengkapan dan kebutuhan Ema.

LIII
Diusia Abah yang sudah tua,dia terkadang tidak menyadari apa yang dilakukan terhadap Ema,
saat mati lampu satu desa,Abah menyakiti Ema hingga Ema berdarah. Perasaan Abah yang labil
membuat dirinya sensitif pada Ema. Walaupun perlakuan Abah seperti itu,Ema selalu sayang pada
Abah tetap peduli.

Andy yang menemani Abah menonton Persib diruang tengah, sedikit ramai di ruang tengah
Abah yang begitu senang, tawa dan obrolan yang keras menambah suasana rumah semakin ramai,tak
sepi. Andy mengobrol dengan Abah, komunikasi yang baik masih bisa Abah lakukan walaupun
pendengaran mulai kurang merespon,Abah tetap bisa mengerti apa yang anak cucunya bicarakan.

"Assalamualaikum ma ,"

"Abah Aya di bumi, nembe Abah tos tuang," ungkap sundari dalam bahasa Sunda.

"Alhamdulillah atuh Ema hariwang,Abah bisi kamana wae," jawab Ema.

"Ma ieu senter bisi listrik parem,Ema tong pake lilin," ungkap sundari

Sundari juga memberikan brownies yang Andy bawa untuk Ema, karena tau Ema suka dengan
brownies.

Ema mengeluarkan uang yang berada dalam bra yang terdapat saku. Tipe bra ini biasanya
digunakan oleh orang tua zaman dahulu. "Ini uang buat jajan," lumayan Sundari mempunyai uang
lima ribu dari Ema.

Sundari memberikan kabar pada bibinya Divya Abah berada di rumahnya. "BI kalau mati lampu
lagi, sundari udah bawa senter buat Ema jadi gak usah pake lilin takut kenapa-kenapa,"

"Iya Sundari, bibi juga khawatir kalau pake lilin,"

"Bibi jagain Ema yaa Bi insyaallah besok malam Sundari nginep nemenin Ema,"

Terkadang Sundari disetiap libur menemani Ema. Di saat kami berbicara Ema selalu
membanggakan Alina mulai dari masa kecil,masa remaja hingga percintaan Alina Ema tau segalanya.
Walaupun topik yang sama di ceritakan kembali Sundari mendengarkan dengan baik, Ema selalu
menasehati Sundari untuk memilih calon suami yang baik. Respon penulis hanya mengangguk dan
mendengarkan karena saat itu Sundari masih SMP.

Ema selalu mengingat sholat, sundari suka memerhatikan Ema berdzikir menggunakan
tasbih,dari cucu anak Ema yang lainnya, hanya dari anak Alina yang mau menemani Ema. Ema
senang Sundari bisa membaca Alquran. Di rumah masa kecil Alina itu suara Sundari terdengar
membacakan lantunan ayat suci.

LIV
Garis senyum berjuta makna

Alina Fatimah

Part 15

Nadir

Arsyad dan Alina memilah kain sesuai dengan deskripsi yang pak Tono berikan, jas Almamater
berwarna merah marun dengan list berwarna kuning kenari. Suara motor berhenti di depan rumah
Alina membawa benang dan kain yang di masukan kedalam kantong keresek hitam yang besar. Wajah
lelah tergambar dari Alina. Terik matahari membuat wajahnya memerah, Sundari membantu
membawakan keresek hitam itu, "Mah duduk biar Sundari yang bawain yaa," beban yang cukup berat
kain berpuluh meter di bawa Sundari,Arsyad membantu putrinya yang terlihat kesulitan. Rizky
membawakan air minum untuk ibunya yang sedang duduk melihat daftar belanja kain.

"Mah ini air minum, pasti cape banget mana panas lagi hari ini," ungkap Rizky.

Alina tersenyum melihat perhatian kecil yang diberikan anaknya itu, "Makasih bungsu,"

"Mah sekarang istirahat dulu, nanti makan sundari tadi Uda buat oseng kangkung,sambal sama
lalapan,"

Alina menghargai usaha anaknya, walaupun Sundari masih belajar semua hal mengenai rumah.
Sundari menyiapkan piring "Wah masakan siapa ini," ungkap Arsyad. tanpa banyak bicara Arsyad
terlihat lapar dan langsung menyantap masakan sundari. "Hmm enak mah sini cobain, Alina

LV
menghampiri meja makan sedikit terlihat ada keraguan, suapan pertama "hmmmm inii menurut
mamah kurang,"

Raut wajah putrinya berubah "oh iyaa pasti kurang, maafin Sundari mah,"

"Kurang banyak,,, anak mamah bisa sekarang masak bagus sun,enak gini ayah ayo nambah,"
ungkap Alina. Seketika senyum manis hadir dari wajah Sundari. Selama Alina belanja Sundari
memperhatikan keaadan rumah,tak muda bagi dirinua menjadi Alina yang semua dia kerjakan begitu
juga dengan memasak. Perlahan Sundari mulai memberanikan diri untuk mencoba.

Arsyad menggambar pola jas almamater pada kertas karton, kacamata yang membantu penglihatan
matanya, kacamata yang membuat ciri khas dari Arsyad sebagian frame dia lilit dengan lakban agar
bisa tetap bisa di pakai. Ada hal yang membuat Arsyad tidak mengganti kacamatanya itu, karena
baginya kacamata itu menemani dirinya saat Arsyad ngantor. Kacamata itu kenangan saat Arsyad
memiliki uang dengan jerih payahnya untuk bisa membeli kacamata itu.

Tak di pungkiri Arsyad sangat pintar dia dengan mudah mengerti semua dengan cepat dan baik,
Arsyad membongkar satu sampel untuk dia pelajari. Sundari hanya melihat ayahnya yang bulak balik
melihat contoh pola. Arsyad langsung mengambar pada kertas karton,dia menggunting bagian pola
yang telah dia tandai menggunakan pulpen.

Setelah Arsyad membuat pola, dia menggelarkan kain diatas lantai, perlahan Arsyad memotong
kain itu sesuai pola. Sundari yang dari tadi mengamati ayahnya.

"Dari sini, coba liat ayah sudah berhasil membuat satu potong jas,"

"Ayah tau ga? ayah masih tetap pokus walaupun kondisi disini buat konsentrasi pecah, Emang
hebat ayah tu," ucap Sundari.

Arsyad mulai menjahit semua dia lakukan sendiri karena Alina tidak bisa menjahit. Alina membagi
tugas dengan Arsyad saat proses akan selesai Alina menjahit kancing, setrika dan mengemas jas
dengan plastik bening. Kerja sama yang dilakukan mereka membuat waktu lebih efisien.

Alina istri yang baik selalu menyiapkan Kopi hitam kesukaan Arsyad saat menjahit. Alina tetap
selalu mengingatkan Arsyad saat tidak menyadari waktu untuk makan.

Usaha jahit rumahan mulai banyak yang tahu,bahkan saat tender jas Almamater OSIS selesai
Arsyad mendapatkan pesanan yang sudah melakukan booking atau kerja sama. Arsyad bersyukur
dimasa pensiun dia dapat melakukan kegiatan dan aktivitas yang tidak membuat dirinya bosan saat
berada dalam rumah. Arsyad mulai menambah satu mesin jahit lagi jika terkadang mesin yang dipakai

LVI
harus diperbaiki, itu membuat hambatan bagi Arsyad. Alina bersyukur Arsyad bisa memperbaiki
semuanya mulai dari bagian mesinnya. Arsyad memiliki satu mesin obras,da dua mesin jahit.

****

Alina datang ke rumah masa kecilnya melihat kondisi Abah yang mengkhawatirkan,Abah yang
hanya bisa terbaring dari kasur. Alina berdzikir untuk menenangkan hatinya yang gelisah. Abah
menanyakan terus waktu "Jam berapa Alina, Abah belum sholat," Abah yang selalu memakai sarung
dan peci saat dalam keadaan tidak sehat,tetap mengingatkan diri pada sholat.Abah masih bisa kuat
untuk berdiri dia melaksanakan sholat. "Masyaallah Abah," Alina dan Divya tersentuh saat Abah
melaksanakan sholat, terkadang Abah sholat sebelum waktunya. Dia terus menanyakan waktu pada
anak yang berada dalam sekelilingnya. Alina memutuskan untuk pulang " Div jagain Abah ya,kalau
ada apa-apa panggil aja teteh yaa,"

Langkah kaki Begitu berat Abah orang tua yang selalu percaya kepada Alina berbanding dengan
anak-anak yang lainya. "Mamah gimana Abah?" tanya Bayu yang baru saja tiba pulang ke Bandung.

"Berdoa semoga keadaan Abah membaik,"

Alina memasukan cucian pada mesin cuci.

Telpon berdering

Namun tak ada satupun yang mendengarkan itu, karena bisingnya suara keran air saat Alina ingin
memasak air untuk mandi. Suara speaker mesjid terdengar ulama memberikan kabar kematian dan
saat Alina mendengar nama ayahnya,Alina teriak histeris mengabaikan situasi disekitarnya dia berlari
menuju rumah yang berjuta kenangan saat masa kecilnya itu.

Divya menangis tersedu-sedu, melihat Abah yang akan sedang sholat tiba -tiba terjatuh
kebelakang. Divya merasa semua tubuh Abah dingin. Tak ada pergerakan napas naik turun saat
mamastikan Abah benar-benar dalam kondisi yang baik. Namun saat Faiz melihat Abah datak
jantungnya berhenti.

Ema sangat tak menduga, dia akan di tinggalkan seumur hidup saat teman hidup meninggalkan
semua.

Sundari menemukan surat yang berisi sebuah angka dari diri Almarhum Abah saat masa kecil,
yang berisi keinginannya Abah dan orang yang paling dekat dengan abah,orang yang sering
berhubungan dengan Abah. Kain batik menutup ke seluruh tubuh Abah.

Tangisan yang membuat Alina begitu terluka ayah yang dicintainya menghembuskan napas
terakhir saat dia tak menemani bersama. Semua keluarga hadir kecuali Dalmar yang masih dalam
perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Alina membaca Alquran di depan jenazah Abah, di temani

LVII
Sundari yang membawa Alquran kecil. Perasaan Alina begitu hancur, ketika melihat saudaranya sibuk
dengan persiapan tahlilan berbanding dengan ikut membaca Alquran. Hanya dirinya,teh Imas dan
Sundari,Ema yang mengaji disusul arahan dari pak ustadz untuk segera mengurusi jenazah. Saat
pemandian cuaca di langit mendung hujan turun. Alina yang ikut memandikan jenazah, wajahnya
yang tak bisa membendung semua kesedihan.

Dalmar tiba dia mengikuti sholat jenazah dan penguburan jenazah. Rasa lelah tak dia rasakan saat
tiba di depan pintu rumah masa kecilnya, kesedihan Dalmar tujukan saat melihat jenazah Abah, air
mata membasahi wajahnya. Dalmar menguatkan Ema dan Alina. Ema yang selalu membawa tasbih
coklat dia tetap menggenggam saat mendoakan Abah.

Sundari merasa kecewa anak dari Nia yang sudah memiliki keluarga sibuk memikirkan apa yang
harus di suguhkan pada acara tahlilan,apa yang harus diberikan pada ustadz. Tidak rispek dengan
kesan yang harusnya merasa simpati dan berduka. Cucu dari Ema hanya beberapa yang mengerti
keadaan dari kondisi ini. Sundari kecewa dengan Saripah yang tak jauh seumuran dengan sundari,
merasa biasa saja, itu sebabnya Abah lebih dekat dengan anak-anak dari Alina. Faiz yang ikhlas
menerima berusaha tidak menunjukkan kesedihan di depan orang banyak. Berbeda dengan Divya
yang menangis hingga mengeluarkan suara.

Semua menantu dan anak berkumpul di rumah,setelah proses penguburan jenazah Abah selesai.
Suasana hening tercipta, beberapa saudara menceritakan kronologi kepada orang lain ketika Abah
meninggal dalam keadaan sholat. Wajah Burhan terlihat datar, rokok yang dia hisap membuat dia
seolah tak ada kesedihan darinya. Mengingat saat Burhan dan Ema bertengkar sangat hebat hingga
Burhan tidak memiliki batasan untuk menghormati Ema, dia menunjuk Ema dan berkata kasar. Ema
dan Abah menjual kolam yang tak jauh dari depan rumah, yang dia inginkan mendapatkan hak untuk
mengetahui semua keuangan Ema, dia tak menerima kolam yang dia inginkan di jual.

Bayu yang saat masih SD melihat prilaku Burhan pada Ema, membuat dirinya memiliki
pandangan bahwa Burhan salah telah membuat Ema di permalukan,di bentak hingga di tunjuk. Air
mata membasahi wajah Ema, Bayu dengan cepat mengeluarkan sarung tangan yang biasa Ema bawa
kemanapun.

Hanya kepadamu aku akan kembali

Alina Fatimah

LVIII
Part 16

Ruang

Setelah satu Minggu Abah pergi,Alina kini banyak termenung, setiap malam matanya terbuka
Sundari yang melihat ibunya yang biasanya tertidur nyenyak saat di jam 11 malam. Sundari memeluk
ibunya Alina mengusap kepala gadis manis itu. Sundari berpura-pura tertidur matanya sudah tak kuat
untuk menahanya lagi. Dia melihat wajah ibunya itu, "Mah belum tidur,kalau ga tidur mamah
sakit,"ucap Sundari. Alina mencium kening gadis kesayangan "Yaudah sekarang tidur bareng yaa
selamat bobo cantik," Sundari masih membuka sedikit matanya Alina mulai tertidur saat anaknya
meminta. Mereka berpelukan, Arsyad mencoba menghibur hati istrinya dengan membawa Alina
untuk menenangkan diri dan membuka semua apa yang membuat dirinya masih berlarut dalam
kesedihan. Alina ikhlaskan kepergian Abah. Semua anaknya mencoba untuk menghilangkan rasa
sedih pada Alina, sempat tersenyum. "Mah apa yang membuat mamah seperti ini?" tanya Marwah.
Alina mengungkap semua apa yang dia pikirkan.

LIX
"Kak Burhan mulai membahas pembagian tanah, Abah pasti sedih lihat anak-anaknya saling
memperebutkan tanah Abah, kondisi yang tidak pantas untuk membahas itu, justru mamah
menghargai perasaan Ema bagaimana? Burhan tamak dia menuntut semua hak dia, mamah takut ini
menjadi perpecahan keluarga sama seperti dulu, karena masalah harta."

Semua yang mendengar dari ruang tengah mendekati Alina, Arsyad menghela napas karena tau
bagaimana kakak dari Alina itu, semua orang muak termasuk Faiz yang sempat berkalahi dengan
Burhan. "Sekarang kita banyak berdoa semoga Abah tenang disana, masalah ini juga membaik," ucap
Arsyad. Burhan yang keras pada pendiriannya tidak mendengarkan siapapun,dia hanya memikirkan
bagaimana cara agar tanah itu bisa cepat di bagi pada seluruh anak Ema.

Ema yang mulai merasa kesepian, Yanti anak dari Hana yang selama ini Ema besarkan dari
bayi,Ema menganggap sebagai anak kandung. Hana yang sering bergonta-ganti pasangan membuat
dirinya acuh pada Yanti. Yanti bersama suaminya menemani Ema beberapa Minggu ke depan,bahkan
dia diminta untuk tinggal bersama oleh Ema. Suasana semakin memanas, Alina meminta bantuan
kepada ustadz yang mengerti hukum pembagian warisan. Semua orang berkumpul, setelah
menjelaskan oleh ustadz,Ema memotong pembicaraan dia meminta agar Yanti mendapatkan hak yang
sama,semua orang tidak merespon sedikitpun. Alis Burhan mengkerut pandangan menunjuk pada
Ema dan Yanti. Pada dasarnya cucu tidak mendapatkan hak apapun. Hingga Alina membuka pendapat
Yanti akan tetap mendapatkan bagian bukan dari Ema tapi pemberian dari paman dan bibinya dari hak
tanah yang sudah di dapat. Pendapat Alina disetujui. Divya yang merubah Ekspresi wajah

"Ini mukanya kayak ga ikhlas,"ungkap Bayu.

Sebagian cucu berkumpul di halaman depan, berbeda dengan Sundari yang mengkhawatirkan
keadaan Alina yang berbeda pandangan dengan saudara yang lainnya. Kaka pertama Nia tidak tegas.
Warisan sejumlah tanah telah dibagikan bagianya. Cucu yang lainnya merasa tidak adil Yanti yang
sama statusnya dalam keluarga mendapatkan bagian dari Ema. Anak-anak Alina tidak peduli, mereka
hanya ingin ketentraman agar keluarga dari Alina tidak berpecah kembali.

Menjadi pusat perhatian bagi para tetangga dan para ibu-ibu gosip yang akan ada topik untuk
mereka bahas saat berkumpul. Keluarga Ema yang jadi sorotan. Karena jika melihat dari luar seperti
ada orang yang sedang berdebat dan pertikaian. Nada suara Burhan yang memancing emosi Faiz dan
Dalmar,membuat Dalmar kehabisan sabar karena dia hanya diam dan menyimak sampai akhir.
Kesabaran tak bisa dia tahan, semakin kesini semua ketenangan dan ke khawatiran mulai membaik
setelah semua orang tak terpancing dengan Burhan.

Alina memetik bunga yang ada di halaman dia kumpulkan untuk berziarah ke makam Abah, dia
mengajak Yanti,dan divya. Kondisi Ema kurang sehat, Sundari diminta untuk menemani Ema yang

LX
berbaring di kasur. Sementara anak Ema dan Abah yang lainya telah kembali melanjutkan aktivitas
setelah tahlilan hari ke 4. Dalmar yang harus menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda di
Jakarta,dan mbak umi istri dari Dalmar terikat kerja. Ema memaklumi itu.

****

Arsyad melanjutkan kegiatan menjahit yang dia tinggalkan, di malam yang larut suara mesin masih
terdengar, Sundari yang terbangun karena suara mesin jahit, melihat Ayahnya yang pokus sedang
mengukur. "Ayah belum tidur,kok masih ngejahit?"tanya Sundari. Arsyad yang memakai kacamata
dan kaos polos itu tersenyum melihat anaknya yang berbicara sambil dalam keadaan belum sadar
sepenuhnya. "Sebentar lagi ini dikit lagi tanggung," balas Arsyad.

Ruang tengah yang dipenuhi rangkaian jas almamater berwarna merah. Arsyad mengobras semua
jas almamater yang sudah di pola setalah itu di jahit. Dia melakukan sendiri,kami hanya membantu
untuk membersihkan benang-benang untuk di cek kualitas jahitannya. Kini Sundari yang menyiapkan
kopi hitam, Arsyad sangat produktif ketika melakukan hal apapun pada malam hari.

Lagu Koes plus yang dia dengar menjadi teman saat menjahit. Sundari merasakan bagaimana
duduk berjam-jam dengan kondisi mata yang harus pokus dengan menjahit yang benar. Baru duduk
beberapa jam gadis kecilnya sudah tak sanggup. Memiliki perhitungan yang benar, ketelitian dan
konsentrasi. Sedikitnya Sundari bisa menjahit pakaian yang sobek. Menurut pandangannya menjahit
adalah Seni saat menciptakan hal yang baru,tak hanya tenaga, pikiran pun ikut terlibat. Itu sebabnya
Sundari dan Rizky selalu mendapatkan nasihat, menghargai hal sekecil apapun. Mereka belajar dari
apa yang mereka lihat tak semudah yang di pikirkan sebalumnya.

Alina yang kembali membaik pikiran dan perasaannya, setelah Arsyad dan anak-anak selalu
memberikan dukungan dan menghibur untuk Alina bisa tersenyum kembali. Alina menghampiri
Arsyad yang tengah memotong list untuk bagian saku pada jas.

"Ayah maafin mamah mungkin selama belakangan terakhir mamah kurang perhatian,"

"Gapapa mah ayah ngerti,lagi pula ada Sundari yang suka buatin ayah kopi," balas Arsyad

Arsyad merangkul istrinya "Cieee ga akan ikut di rangkul," ungkap Sundari. Alina mengulurkan
tangan untuk memeluk gadis kesayangannya itu. Rizky yang melihat itu langsung memeluk dari
belakang. "Kenapa ini teh pada sedih gini?"tanya Rizky.

"Ga tau ni mamah buat nuansa bawang bawaanya sedih hahaa" jawab Sundari.

Krukuuukk

Suara perut Rizky, "Lapor ibu negara sepertinya ada yang kelaparan," ungkap Sundari.

LXI
Di jam 12 malam Alina memasak nasi goreng bakso kesukaan anak-anak. Pembicaraan dan awal
yang mereka lihat setelah melihat senyuman yang hilang dari Alina. "Owh iya mah keadaan Ema
gimana?" tanya Rizky. "Ema kelelahan,maag nya kambuh kerena tidak mau makan, sekarang
kondisinya membaik setelah kak Faiz membawa Ema ke dokter Omar."

"Pasti minta di suntik kan?" Ungkap Sundari

"Iyaa Ema minta di suntik,"

"Orang takut disuntik tapi Ema hebat mau disuntik semoga Ema sehat terus Aamiin,"

"Ayok cepetan abisin besok sekolah kan udah malem," ucap Alina.

Akhirnya Arsyad kembali lega setelah kondisi mulai membaik, begitu juga harapan untuk semua
kondisi keluarga Ema agar tidak terjadi konflik yang besar. Arsyad selalu menasehati Alina untuk
tidak banyak bicara saat kondisi memanas. Dia takut hal yang tidak di inginkan terjadi,pada dasarnya
Burhan dan Dalmar seperti musuh bila salah satu dari mereka menyinggung perasaan Ema. Wajar jika
Ema tidak menduga anaknya akan melakukan hal serendah itu menghina dan mencaci maki demi
kepentingan dirinya. Wajahnya yang cantik memiliki paras Sunda Ema terlihat sedih sosok
pendamping yang selalu menemani Allah panggil terlebih dahulu, rasa sepi menimpa Ema. Dia yang
selalu memasak untuk Abah, kini dia lakukan untuk diri sendiri ataupun untuk Faiz yang mengelola
sawah.

Rindu tak terhingga sabda doa menembus kerinduan tak terbatas

Alina Fatimah

Part 17

Pacaran Bahagia

Pagi yang cerah mengawali perasaan yang baik, setelah satu bulan akhirnya jas Almamater yang
di pesan sekolah selesai. Alina memisahkan setiap ukuran jas almamater,semua di cek kembali
sebelum diserahkan kepada pihak sekolah. Sundari membawa kantong keresek yang besar,semua
masuk dalam tiga kantong keresek yang berukuran besar. Sundari dan Rizky datang ke sekolah lebih
pagi dari biasanya, berhubung setiap hari Senin upacara mereka berdua akan bertemu dengan pak
Tono untuk menyerahkan jas almamater. Dalam perjalanan mereka sedikit kesulitan Sundari yang
membawakan 2 kantong kresek dan satu kantong kresek di simpan dibagian motor. Sungguh
perjuangan yang cukup menguras energi,jalan yang dilalui sangat membuat mereka kewalahan karena
jelek dan berlumpur kerena hujan kemarin. Setiap hujan rintangan mereka jalan menuju sekolah,kalau
tidak banjir,jalan berlumpur itu membuat sepatu yang baru di pakai sehabis dicuci kotor kembali.
Sundari memiliki ide untuk memakai sendal jepit setalah sampai disekolah sepatu dipakai.

LXII
Suatu kejadian saat sebelum berangkat sekolah sepatu Rizky sangat kotor,dia menahan
keseimbangan saat melewati jalan becek dan berlumpur itu hingga membuat pusat perhatian saat
Anggota OSIS melihat sepatu Rizky. Sundari sebagai ketua sekbid bahasa meminta ijin pada pihak
kesiswaan untuk Rizky sekolah memakai sendal. Ada niatan Sundari memberikan sepatunya pada
adiknya namun ukuran sepatu mereka tidak sama, Sundari jauh lebih kecil dari ukuran sepatu Rizky.
Tak tega melihat adik bungsunya memakai sendal Sundari melepaskan sepatunya dan dia simpan di
loker. Itu membuat kakak adik itu menjadi setara. Guru-guru tersenyum melihat tingkah Sundari,saat
di gerbang semua tertuju pada mereka.

"Masyaallah adik Kakak ini kompak,"ungkap guru.

Kebanyakan orang yang berada saat melakukan sapa pagi dari gerbang, membicarakan siswa yang
dikenal satu sekolah menggunakan sendal jepit swallow. Dengan rasa percaya diri mereka tak
memperhatikan lingkungan sekitar, tak mendengarkan omongan apapun tentang mereka berdua.

****

Alina melihat kartu pembayaran SPP Rizky dan Sundari,yang semakin bulan semakin bertambah
tunggakan. Sundari yang mendapat biaya keringanan dari sekolah karena beasiswa prestasi beberapa
iuran di gratiskan. Berbeda dengan Rizky yang full pembayaran. Alina selalu bersyukur disaat kondisi
ekonomi yang kurang baik, guru-guru SMP Pasundan Rancaekek sayang pada Rizky dan Sundari.
Sundari sangat segan dan menghormati guru-guru yang selama ini membantu dirinya. Satu ke
hormatan bagi Sundari bisa mengenal sosok guru yang selama ini menjadi panutannya yaitu Pak Cucu
AlGhifari beliau adalah guru pendidikan agama,yang sekaligus menjabat sebagai humas sekolah yang
disegani semua guru. Setiap penjelasan yang dia berikan mudah dipahami dan diterima siswa karena
wawasan yang luas yang dia miliki.

Sundari bersyukur kerena berkat dirinya, semua biaya administrasi dibantu beliau. Saat
pembelajaran mata pelajarannya semua siswa memiliki bulu lembar kerja siswa yang dibeli di
koperasi sekolah satu paket terdiri dari 13 buku,saat itu keuangan Alina dan Arsyad sedang dalam
krisis. Sundari hanya menyampaikan kebutuhan sekolah yang harus di penuhi. Dia tak menuntut Alina
secepatnya harus segera memiliki buku itu. Kerena tau bagaimana kondisi keuangan yang tidak baik.

Saat penjelasan pak Cucu AlGhifari melihat ke bangku Sundari yang hanya terdapat satu buku
milik teman sebangkunya.

Bel istirahat berbunyi...

Shahila memanggil Sundari yang sedang makan di dalam kelas " Dew di panggil pak Cucu,"
ungkapnya

LXIII
Sundari terkejut saat mendengar kabar itu, dalam pikirannya dia berusaha menduga-duga apa yang
akan dikatakan pak cucu "Apa dia akan mencabut beasiswa,kerena akhir-akhir ini aku menurun,"

Saat menuju koridor kelas 8 pikiran dipenuhi ketakutan "Bagaimana kalau dia kecewa dengan aku,"
langkah kaki memasuki mesjid

"Assalamualaikum pak"

"Wassalamu'alaikum Dewi sudah punya LKS?"

"Hmm belum pak,tapi insyaallah secepatnya Dewi punya,"

"Sekarang ke koperasi bilang ke Bu Yeni ambil 2 paket LKS buat Dewi sama Rizky yaa bilang kata
bapak,"

"Alhamdulillah terimakasih pak,"

"Iya sama-sama Wii,"

Betapa terkejutnya seketika wajah berubah dengan cepat,rasa senang kini menebar gadis yang
penuh keceriaan itu tersenyum. Dia menemui adiknya dan memberikan kabar bahagia ini, mereka
berdua pergi ke koperasi,setalah mendapatkan LKS Sundari dan Rizky dapat mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan buku LKS bersama lainnya.

****

Rizky membawa kresek dibantu dengan anggota OSIS yang lain untuk dimasukan kedalam ruangan
pak Tono. Di hari itu pak Tono melunasi pembiayaan kepada Sundari.

"Alhamdulillah terimakasih semua kepercayaan bapak untuk bisa bekerja sama dengan usaha kecil
rumahan orang tua Dewi,"

"Iyaa makasih juga justru bapak Senang kamu sudah memulai menjadi seorang marketing,
membantu usaha yang dijalani orang tua kamu, bapak juga senang puas dengan kualitas jahitan nya
recommended,"

"Alhamdulillah terimakasih pak,"

Di hari senin dengan bangganya Sundari memakai jas almamater karya ayahnya yang di pakai
OSIS suatu hal yang sangat di syukuri. "Semua anggota OSIS terlihat gagah dengan jas almamater
itu," ungkap siswa lain.

Mata yang berbinar dan wajah berseri di pancarkan Kaka baradik itu, Sundari senang bisa
membantu untuk mempromosikan jahitan ayahnya. Mereka buru-buru pulang Sundari tak sabar ingin
menceritakan kabar baik ini pada Alina. "Mamah,"

LXIV
"Assalamualaikum nya mana?"

"Eh iya lupa Assalamualaikum mamah cantiku,"

"Waalaikumsallam"

"Kenapa nii bahagia banget,"

"Mamah tau ga jas hasil ayah langsung di pakai lo, banyak respon positif juga,"

"Alhamdulillah bagus kalau gitu,"

Sundari meminta tangan Alina, "Mah ini uang pelunasan jas Almamater,mamah terima ini rezeki
kita semua,"

"Alhamdulillah yallah, makasih Dari ini juga ikhtiar dari anak cantik,"

Alina memberikan uang yang digenggamnya sebagian untuk Sundari, "Dari ini mungkin hadiah
untuk gadis cantik, mamah tau anak remaja seumuran kamu diluar sana banyak bermain di luar, tapi
mamah belum bisa memberikan uang yang lebih untuk itu, Sundari anak mamah baik, gak pernah
nuntut untuk sama seperti mereka. Sekarang kamu beli suatu yang kamu mau yaa,"

"Mamah gausah gapapa ini mending pakai buat beli beras aja uangnya,"

"Gapapa cantiku,ini uang buat dari terserah mau pakai untuk kebutuhan juga boleh,"

Mereka memandang satu sama lain "Makasih yaa mamah,"

"Maafin mamah ya dari belum bisa memenuhi semua kebutuhan dari,"

"Mamah ibu yang paling terbaik,"

Tangisan membuat suasana haru "Jangan nangis nanti hidung nya merah," ungkap Alina.

"Hahaha," tawa dari Sundari terlepas. Arsyad yang pergi bersama Rizky membeli Martabak
kesukaan mereka, Alina mengajak Sundari untuk ke dapur. Alina membuka tutup saji setalah
menujukan dia memasak ayam kecap kesukaan Sundari. Dengan penuh rasa yang bahagia di sore hari,
Sundari langsung menyantap masakan kesukaannya itu.

"Ayo mah makan,"

"Iya udah mamah tadi, yang banyak makannya anak mamah masih aja tetep ramping badannya,"

"Siapa dulu ibunya, sama-sama ramping cantik pula,"

Sundari senang melihat tawa dan senyum pada Alina yang sempat hilang, berapa kuatnya Alina
menghadapi rumitnya masalah dia tetap menjadi versi ibu yang terbaik.

LXV
Antara Cinta dan naluri kuatnya rasa kedamaian hati membuka bab baru

Alina Fatimah

Part 18

Cinta Di musim Mangga

Musim hujan mulai beralih pada musim panas, Arsyad dan Bayu memetik mangga dari pohon
belakang rumah yang saat ini sedang berbuah. Buah mangga harumanis yang tumbuh sebelum Alina
dan Arsyad membangun rumah. Abah yang selalu merawat berbagai pohon yang kini beralih jadi
rumah kebahagiaan Alina dan Arsyad. Setiap tahun mangga berbuah, Arsyad memetik menggunakan
rotan yang khusus dibuat untuk memetik mangga. Rizky mengumpulkan dan memisahkan mangga
yang telah di petik. Alina dan Sundari mengupas sebagian mangga untuk dijadikan manisan.

Setelah mendapatkan 4 Karung besar mangga di jemur untuk menghilangkan getahnya. Bayu
membeli keresek hitam untuk sebagian di bagikan kepada para tetangga bahkan ibu hamil yang
sedang nyidam. Alina memisahkan untuk saudaranya yang kebanyakan suka dengan rujak mangga

LXVI
muda. Sundari dan Rizky yang membagikan mangga pada tetangga, terkadang mereka membalas
dengan memberi beras hasil dari panen atau terkadang memberikan buah tomat. Kebanyakan
mayoritas dari desa kami adalah petani dan pegawai pabrik. Senang rasanya bisa berbagi dan
membuat orang senang,Alina tak lupa mengolah mangga menjadi makanan dan membagikan pada
anak-anak ngaji atau teman Rizky yang datang kerumah.

Rezeki yang disyukuri Alina dan Arsyad di belakang rumah mereka menanam beberapa apotek
hidup, bumbu dapur. Terkadang Alina memetik hasil dari yang di tanamnya. Saat Marwah masa terapi
kista dia meminum air rebusan sirih merah dan daun binahong. Dan sampai saat ini tanaman itu masih
tumbuh bermanfaat. Terkadang ada orang yang datang kerumah untuk mencari daun sirih merah
untuk pengobatan,dengan senang hati Alina membantu orang itu.

"Saya tau dari Bu ipih katanya Bu Alina memiliki daun sirih merah," ungkapnya dia menceritakan
kondisi suaminya yang mengalami kanker dan berobat dengan alami. Satu desa dari mulut ke mulut
memberikan informasi tanaman yang ibu itu cari. Ibu itu mengeluarkan amplop dari tas nya, namun
Alina menolak dia merasa senang bila tanaman yang di rawat memberikan manfaat untuk orang lain.

Di belakang rumah terdapat pohon alpukat yang di percayai khasiat daun nya, banyak masyarakat
di desa yang menjadikan alternatif obat untuk penyembuhan berbagai macam penyakit.

Alina mengantarkan mangga yang telah matang untuk Ema, Alina membawa pisau dari dapur dia
membuka kulit mangga dan memotong mangga nya itu, Ema disuapi Alina.

"Ma ini mangga dari belakang sekarang udah berbuah lagi, Ema makan yaa Alina bawa banyak
buat Ema,"

"Alhamdulillah,Ema masih bisa merasakan manis nya mangga yang di tanam Abah,"

"Iyaa bahkan bisa dirasakan anak cucunya masyaallah,"

Di rumah masa kecil Alina,Ema banyak menceritakan masa-masa saat bersama Abah dulu, Ema
yang menikah dengan Abah di usia 15 tahun. Sungguh luar biasa ingatan Ema mengenai Abah masih
sangat baik, perjuangan Abah saat dulu berjualan ikan pindang bandeng yang harus pergi jam 3 pagi.
Bola mata Ema berkaca-kaca, kini dia sendiri tak ada setiap malam harus memberikan makanan yang
disuguhkan untuk Abah. Kesepian dan kerinduan yang berat membuat Ema ingin selalu ditemani,
Faiz yang setiap malam menginap menemani Ema. Namun istri dari Faiz tidak senang dengan itu,
Ema yang diminta untuk tinggal di salah satu anaknya. Namun Ema menolak pendapat itu, dia takut
menyusahkan anak-anaknya dengan kehadiran dia. Hingga satu kesepakatan setiap anak yang satu
desa dengan Ema untuk menemani Ema secara bergiliran.

Ketika Alina tidak bisa menemani Ema, Sundari yang menggantikan posisi Alina. Penulis merasa
Ema hanya butuh didengar dia hanya ingin ada teman cerita, yang bisa mengusir rasa kesepian itu.

LXVII
Sundari tak tega melihat kondisi itu, Ema diajak untuk menginap dirumah dan tidur bersama
Sundari.Ema menyetujui itu setelah Sundari membujuk Ema. Saat satu kamar Sundari seperti punya
teman cerita. Ema senang dengan itu salah satu cucu yang dekat adalah anak-anak dari Alina. Berbeda
saat Ema meminta sesuatu dari cucu yang lainya. Hal yang paling penulis suka saat menemani Ema,
Ema menyiapkan makanan untuk cemilan saat mengobrol, Sundari senang saat akan pulang dirinya
mendapatkan uang jajan tambahan dari Ema, uang sebesar 10 ribu. "Buat jajan disekolah, yang rajin
sun belajarnya biar jadi orang sukses," itu perkataan yang penulis ingat sampai saat ini. Saat
mengobrol Ema menginginkan calon suami yang baik untuk Sundari,kalau zaman sekarang spill
menantu idaman. Sundari hanya mengangguk saat itu, yang usianya baru menginjak 15 tahun,hanya
senyum manis respon dari cucunya.

****

"Kii nyalain sandio bak harus di isi," teriak Sundari

"Iyaa sebentar teh,"

Sundari mencuci sepatu sekolah diluar, saat membuka keran air tidak keluar seperti biasanya, dia
masuk kedalam untuk memastikan Rizky menyalakan sandio. Setalah di cek tombol on sudah di
pencet. Sundari menyalakan lampu perkiraan dia mati listrik. Saat menekan stop kontak lampu
menyala. Sundari membicarakan masalah ini dengan Arsyad dan setalah di cek ternyata mesin sandio
yang bermasalah. Arsyad mencoba memperbaiki dan bisa menyala kembali. Keesokan harinya mesin
sandio rusak tidak berfungsi kembali. Hingga Arsyad memutuskan untuk membeli mesin sandio baru
dengan tipe dan jenis yang sama. Satu Minggu kemudian karena mesin di letakkan di bagian bawah
dapur yang kurang lebih memiliki kedalaman 1 meter, mesin tersebut terendam air hujan.

Melihat itu Alina dan Arsyad berusaha untuk memikirkan jalan keluar dengan memanggil tukang
servis yang ahli dalam bidang itu. Namun tukang servis menyarankan untuk mengganti dengan mesin
JET PAM dengan harga 5 juta, Alina dan Arsyad bingung harus memiliki uang yang cukup banyak,
untuk bisa membeli mesin itu yang Alina tau memang bagus. Sementara Arsyad selalu bangun pada
jam 2 pagi untuk mengisi air untuk bak dari mesin yang di perbaiki tukang servis.

Saat siang hari air tidak keluar, Arsyad selama satu Minggu seperti Melakukan Ronda malam,
Alina menghemat air. Untuk tambahan Alina meminta air pada tetangga, bersama Rizky, sundari
membawa ember yang di isi air. Cukup untuk wudhu dan mandi perjalanan yang di ulangi selama
kurang lebih seminggu. Kekurangan air rasanya tersiksa, Alina dan Arsyad mengumpulkan uang
untuk membeli mesin JET PAM.

"Kii liat kok tangan teteh jadi keras gini,"

"Rajin olahraga,"

LXVIII
"Ngaco, ini efek sering bawa air bulak-balik bawa yang berat,"

"Kata dilan yang berat mah rindu,"

"Ngawur,"

Sundari memperhatikan tangan mungil nya itu, dia membayangkan betapa kuatnya orang yang
bekerja kuli bangunan membawa beban yang lebih berat dari ember yang berisi air saat ini.

"Dari,Iki sekarang kita harus bisa menghemat air jangan mubazir satu tetes aja bermanfaat buat kita
semua, tau kan gimana sulitnya hidup kalau misalkan gak ada air," ungkap Alina.

Rizky dan Sundari mengangguk, Arsyad pergi untuk membeli mesin JET PAM. Melihat anak dan
istrinya mengangkut air memotivasi Arsyad untuk cepat membeli mesin itu.

"Alhamdulillah kini air lancar lagi, kita harus lebih bisa menghargai air yaa belajar dari kemarin,"
ucap Arsyad. Tak lupa Arsyad selalu mengucapkan terimakasih pada pak Atha tetangga yang baik
yang selalu menolong keluarga Arsyad saat krisis air.

"Kanapa Mah?" tanya Sundari.

Wajah Alina yang terlihat pucat, Rizky menyentuh kening Alina, "Astagfirullah mamah panas,"

Mereka membawa Alina untuk istirahat dikamar. Arsyad membawa Alina ke klinik yang ada di
kencana, "Alina harus istirahat full," ungkap dokter. Arsyad berpikir ini saat Alina mengangkut air
dalam keadaan yang kurang sehat, namun Alina tak menujukan hal itu.

"Mamah kecapean,"

"Ini pasti karena mamah kecapean bulak-balik bawa ember yang berisi air,"

"Udah sekarang jangan mikirin pekerjaan rumah, biar ayah yang kerjain, mah nanti kalau ada apa-
apa cerita jangan di Pendem, aku khawatir mah kondisi kamu apalagi setelah kamu dioperasi daya
tahan tubuh kamu beda," ungkap Arsyad.

Alina menghela napas "iya ayah,"

Alina memakan sup buatan Marwah yang pada saat itu menemani Alina, Marwah terkejut saat
melihat di kasur terdapat banyak darah, "Astagfirullah," teriak Marwah. Semua anggota keluarga yang
mendengarkan langsung panik dengan teriakan Marwah. Alina yang begitu lemas. "Yallah mamah
pendarahan yah,"

Sundari membantu membersihkan darah, air mata membasahi gadis manis itu "Mamah kenapa,
harusnya mamah jangan capek-capek harusnya mamah jangan bawa air itu," tangis Sundari.

LXIX
Waktu menuntun kisah cinta yang kuat dan tak akan tergantikan

Alina Fatimah

Part 19

Jarum Waktu

Pandangan menatap langit biru,hembusan angin penyejuk suana di akhir pekan, pikiran yang
diselimuti banyak pertanyaan. Arsyad menarik napas,Marwah yang melihat dibalik jendela membuat
dirinya berpikir untuk membantu menemukan jalan keluar dari permasalahan yang keluarganya
hadapi. Marwah berusaha memikirkan jalan keluar, Rizky yang melihat keluarganya sedang tidak
dalam keadaan baik membuat ikut merasakan kesedihan. Alina yang masih berbaring dalam keadaan
tidak sehat, keadaan yang mendominasi dalam pikiran Alina adalah ekonomi memburuk yang
membuat kondisi tubuh dirinya melemah. Daya tahan tubuh Alina semakin hari semakin melemah,
banyak ketakutan dalam diri Arsyad. Alina yang harus melakukan operasi. Keselamatan Alina adalah
hal yang utama.

Bayu yang mendengar kabar ibunya dalam keadaan tidak baik,dia memutuskan untuk pulang yang
masih dalam keadaan memakai baju sekolah SMK. Khawatiran yang membuat dirinya tak tenang saat

LXX
pembelajaran disekolah. Kedatangan Bayu mengejutkan Sundari yang sedang menjemur pakaian.
Kegelisahan dia tunjukkan.

"A Bayu? Kenapa,"

"Mamah gimana sun,"

Sundari mengajak Bayu masuk kedalam rumah,langkah kaki melemas saat melihat Alina tertidur
Bayu meneteskan air mata,

"Mamah yaallah kenapa bisa kaya gini hal apa yang membuat mamah jatuh sakit mah,"

Tangisan Bayu membangunkan Alina, "Bay kenapa pulang, ini masih pake baju seragam," Bayu
yang menggenggam tangan Alina sambil menangis. Marwah mencoba menenangkan adiknya itu.
Semua keluarga merasa kesesakan rasanya. Diruang tengah Arsyad memasukkan data pemberkasan,
Sundari menghampiri Arsyad.

"Ayah aku tau kondisi kita sedang sulit, ayah itu bukan solusinya," Sundari menunjuk pada berkas
amplop coklat yang Arsyad pegang.

"Mau gimana lagi Sundari, kesehatan mamah kamu lebih penting," ungkap Arsyad.

"Ayah mau pinjam uang di bank lagi?" Gimana keadaan kita sebelum saat kita makan yang riba?"

"Apalagi ini untuk penyembuhan mamah,"

Sundari yang bicara dengan nada penuh kesedihan dan emosional. Suasana hening sejenak Arsyad
melempar amplop itu. "Maafkan ayah, disini ayah tak punya uang untuk melakukan operasi pada
mamah," mereka berpelukan.

Rizky Melihat, dia mengadukan perasaannya sambil melaksanakan sholat. Marwah membicarakan
tanah yang Ema hibahkan pada Alina, Marwah memberi saran untuk menjual tanah itu kepada kakak
iparnya yang dikenal memiliki ekonomi yang mapan. Dia membicarakan dengan Arsyad dan ijin dari
Alina.

Marwah menghubungi kakak ipar nya yang sedang berada di abu Dhabi Bekerja di pertambangan
minyak. Dengan rasa segan dan sungkan Marwah memberanikan diri mengirim pesan WhatsApp
kepada kakak iparnya itu.

Ketik hapus,dengan perkataan yang lugas pesan yang dia pikirkan matang-matang dia kirim dengan
harapan,Kakak iparnya membeli tanah bagian Alina. Cek aplikasi WhatsApp berulang menunggu ada
jawaban dan respon. Namun hanya berujung centang biru tanpa ada balasan sedikitpun.harapan
Marwah mulai pudar, usaha yang dia lakukan tanpa kepastian.

****

LXXI
"Aku mau ngomong sesuatu,aku akan nawarin tanah milik mamah ke kakak kamu, kita tau kondisi
mamah saat ini memerlukan uang untuk operasi," ungkap Marwah.

"Iyaa sok aja, tawarin aja," jawab Ahmad

Dengan membicarakan hal itu, Marwah sekaligus meminta ijin pada suaminya untuk membantu
Alina.

Nada dering pesan masuk..

"Mad istrimu menawarkan tanah berupa sawah, apa kamu tau?"

Pesan itu masuk dari ponsel Ahmad

"Gak tau kang," balas Ahmad

****

Marwah menunggu Jawaban dari Kaka iparnya itu hingga saat berada dalam beranda WhatsApp
Kakak iparnya mengirimkan jawaban.

"Waalaikumsallam maaf untuk saat ini, tidak tertarik untuk membeli tanah,"

Jawaban itu membuat sedih pada Marwah. Kakak ipar yang dikenal dermawan dan royal
melakukan kebaikan,kini Marwah tidak berharap pada manusia karena di saat benar-benar urgent
orang yang dikira akan dapat membantunya ternyata di luar dugaan Marwah.

Tak berhenti disitu Andy yang bekerja mencari penghasilan tambahan menjadi driver online.malam
tiba saat Marwah masih kebingungan untuk mendapatkan solusi. Tak sengaja dia menemukan pesan
yang masuk dari ponsel Ahmad. Betapa terkejutnya saat Ahmad mengatahui apa yang terjadi dalam
keluarga Marwah, seolah tak tau tujuan Marwah menjual sawah pada kakaknya.Amarah tak
terbendung

"Maksud kamu apa? Kakak kamu nanya kamu Jawab engga tau sama sekali"

"Apa yang di pikirin kamu hah, kita disini mencari solusi dari permasalahan kamu hancurkan
semua,"

"Kejam emang kamu ga peduli sama keluarga aku, kamu hanya memikirkan perasaan kakak kamu
sendiri, aku udah bilang udah Minta ijin tapi apa,"

"Munafik,"

Marwah berseteru dengan suaminya betapa sakitnya kekecewaan yang dia alami saat memerlukan
dukungan ini sebaliknya. Kesedihan dia pendam, tidak berguna untuk menceritakan kejelekan

LXXII
suaminya itu dalam keadaan yang tidak tepat. Arsyad memahami apa yang Marwah rasakan. Dengan
keputusan yang diambil Arsyad dia menghubungi Emah yang berada di Ciamis.

Untuk pertama kalinya Arsyad meminta bantuan kepada pihak keluarga, Arsyad tidak pernah
menceritakan keadaannya saat ekonomi terpuruk, walaupun tau Emah memiliki ekonomi yang lebih
selama remaja Arsyad mandiri.

"Assalamualaikum mah gimana kabarnya Emah?"

"Waalaikumsallam Alhamdulillah baik, Bayu kemarin pulang,"

"Iya mah,"

Dari nada pembicaraan Arsyad, Emah menanyakan keadaan Alina. Arsyad menyampaikan tujuan
nya untuk meminjam uang pada Emah.

"Arsyad kamu masih punya Emah, kamu ga pernah ngeluh cerita masalah kamu, Arsyad pakai
saja uang ini untuk pengobatan Alina, insyaallah Emah nanti ke Bandung yaa,"

"Alhamdulillah terimakasih Emah maafin Arsyad,"

Tangis haru, Arsyad bersyukur mendapatkan pertolongan yang bisa membantu keadaannya. Hasil
USG menunjukkan kondisi Alina, operasi kuret saran dari dokter.

"Mah mamah tenang yaa sebentar lagi mamah sembuh," ucap Arsyad

"Ayah mamah ga mau di operasi,"

Pernyataan Alina membuat Arsyad terkejut, Alina menginginkan pengobatan herbal Alami.
Arsyad meyakinkan Alina. Sugesti Alina yang meyakinkan dirinya sendiri.

"Ayah mamah pasti sehat lagi," ungkap Alina

"Mamah ingin melakukan terapi herbal,"

Setalah Alina bersih keras Arsyad menyetujui permintaan Alina. Dia meminum air kunyit putih
dan gula aren setiap hari Alina meminum itu, sambil cek up ke klinik memeriksa kesehatan Alina.
Tak hanya itu Alina di beri dukungan mental. Di tumbuhkan dalam dirinya untuk membuang semua
energi negatif dan permasalahan yang memberatkan dirinya.

Alina mulai rilax dan mengosongkan semua pikiran yang ada dalam dirinya. Dengan usaha dan
dukungan keluarga Alina menjalani proses penyembuhan selama satu bulan. Arsyad memberikan
mindset positif mempengaruhi jiwa Alina. Setelah rutin melakukan itu lambat laun Alina
mendapatkan perkembangan dalam kesehatan.

LXXIII
Semua orang menghibur Alina, ternyata kesehatan mental jauh lebih berdominan pada Alina.
Darah yang biasa keluar kini mulai berkurang,tak seperti biasanya.

Setelah samua dukungan dan usaha keluarga Alina membaik hal positif dia pancarkan dalam
dirinya,benar hati yang gembira adalah obat. Senyuman kembali hadir menebar cahaya kebahagiaan.

Cukup dicintai orang yang tepat dan berbahagia.

Alina Fatimah

Part 20

Warna Tawa

Paras yang cantik terlihat, Sundari yang membuka album lama Alina saat remaja wajah putih bersih
rambut terurai panjang senyum manis menambah aura kecantikan gadis bunga desa itu. Alina remaja
gemar berpetualang. Jiwa petualang dia turunkan pada Bayu dan Andy. Gadis desa yang menginjak
usia 19 tahun pergi berkelana menjelajah tempat yang dia ingin ketahui. Alina terlihat cantik saat
memakai sweater rajut putih dan paduan celana boyfriend. Outfit yang ngetrend pada tahun
1990an,Alina percaya diri walaupun tanpa hiasan apapun.

"Mamah memang cantik dari dulu,"

"Iya dong kita aja cakep-cakep," balas Bayu.

LXXIV
Sundari mengeluarkan ponsel dari sakunya dia memphoto satu photo yang menurut dirinya sangat
menarik. "Coba liat aku mancung kaya Mamah," ungkap Bayu. Sundari mencuil hidung yang
dibanggakan Bayu. "Lihat pesek gini juga manis, cantik ya kan," balas Sundari. Bayu menggoda
Sundari dia menekan hidungnya "Pesek," Sundari berlari kearah kamar untuk mengambil sarung yang
telah dia gulung memanjang dan dibagian ujung di ikat buntelan,sebagai senjata untuk membalas
perbuatan Bayu. Bayu kabur ke balakang rumah peperangan sarungpun tak terhindarkan. Sundari
melihat kerudung hitam Zoya yang Arsyad hadiahkan saat sehari sebelum acara kegiatan LDKS di
cantiggi di daerah Cileunyi. Langkah kaki terhenti Sundari kembali mengingat masa pahit itu yang dia
anggap sebagai cinta luar biasa dari Alina.

****

Sebelum berangkat sekolah Alina bangun lebih pagi,dia membuka pintu depan suara membuka
kunci membuat Sundari menghampiri Alina. "Mah mau kemana?" tanya sundari. Alina yang
membawa keresek hitam "Apa mah ini?" Pertanyaan Sundari tak sedikitpun di jawab. Alina yang
pagi-pagi keluar tanpa memberi jawaban. Sundari yang masih memakai seragam putih biru menunggu
di depan rumah untuk memastikan Alina. "Mamah mau ke teh neng dulu," balasnya setelah Alina
melihat Sundari memegang tangan Alina. "Iyaa Mah," dalam pikiran Sundari mungkin Alina
memberikan hasil jahitan permak,tapi mengapa sepagi ini. Lima menit berlalu Alina membawa
kembali keresek hitam yang sempat dilihat Sundari.

"Loh ko masih belum di kerudung dari ayo makan siap-siap dulu,"

"Mamah ini bawa buntil, sayur sama ayam serundeng untuk bekal di sekolah,"

Sundari masuk bersamaan dengan Alina, piring yang dibawa Alina dari dapur dia siapkan untuk
sarapan pagi. "Mamah tadi dari teh neng? beli lauk buat makan?" tanya Sundari. Alina mengalihkan
pembicaraan "Ayo makan dulu sayang nanti telat sekolahnya," balas Alina. Sundari yang mengetahui
keadaan Alina yang pada saat itu untuk membeli makan uang kita tidak cukup, kondisi ekonomi yang
sangat terpuruk membuat Alina tidak bisa masak seperti biasanya.

"Mah mamah kasbon lagi?" tanya sundari.

"Mah berarti tadi yang dibawa mamah itu beras? yang mamah tukar dengan lauk bekal untuk
Sundari sekolah?"

Alina yang memakai kerudung hitam milik Sundari itu berhenti serentak ketika mengelap piring.
Dia menghampiri Sundari. "Dari penting untuk Sundari sarapan bekal nasi biar pokus belajarnya," Air
mata tak tertahan Sundari menangis melihat ibunya yang rela menghilang rasa malu,demi anaknya
bisa sarapan. Kondisi keuangan yang terpuruk membuat kami terkadang makan satu kali sehari,itu
juga di waktu sore. Alina tak pernah mengadu nasib pada Ema atau saudaranya, keadaan ini tak

LXXV
diketahui siapapun bahkan saudara Alina sekalipun. Arsyad menjahit pakaian konveksi baju tidur dari
pagi hingga sore. Sundari tak tega melihat ayahnya yang belum makan sama sekali.

"Woi malah ngelamun ko di jailin ga ngebales tumben," ungkap Bayu.

Bayu yang melihat perubahan ekspresi dari wajah adiknya saat melihat kerudung hitam itu betapa
sesaknya saat dalam keadaan terpuruk, kelaparan tak ada satupun orang yang tau tentang itu. Langkah
kaki menuju kamar Bayu heran dengan perubahan sikap adiknya itu. "Eh kenapa lu?" tanya Bayu. Tak
ada balasan sama sekali "Jangan ganggu dulu aku bang pengen tidur cape," Bayu menahan pintu yang
akan ditutup Sundari dia berusaha membuat adiknya itu bercerita.

"Hmm pasti karena kerudung ini kan? Emang punya cerita apa?"

"Bang Lo tau saat Lo sekolah jauh dari rumah Lo tau keadaan keluarga kaya gimana, disini aku
sebagai anak tertua di rumah ga guna bang," tangis rintih Sundari.

"Loh emang kenapa cerita jangan nangis dulu,"

"Kerudung ini mengingatkan Sundari bagaimana perjuangan mamah saat buat cari makan aja susah
bang,"

Dengan emosional Sundari meluapkan rasa sedih yang pernah dia alami saat sekolah, "Bang aku ga
jajan seharipun ga masalah,tapi sundari ga tega liat Rizky,"

"Bang Lo tau demi mamah bisa transfer uang buat keperluan Lo disana kita disini susah bang,"

Bayu berusaha menenangkan kondisi adiknya itu, "Itu sebabnya kita harapan mamah bang,
Sundari ga mau suatu saat jadi orang yang gagal buat bahagiain mamah,"

"Apa yang Sundari sudah berikan sampai saat ini?" Bayu yang terdiam mengeluarkan air mata saat
mengetahui kebenaran selama dia jauh dari keluarganya. Bayu merangkul adiknya "Bang kita harus
sukses, kita buat seneng mamah,ayah bang cukup mereka berada dalam kesulitan, kita harus rubah
nasib menjadi takdir yang baik,"

Bayu mencairkan suasana,dia kembali mengubah suasana hening ini menjadi tawa "Itu hidung
pesek merah mana ada ingus lagi ih geleh," seketika Sundari berdiri dan melihat cermin.

"Mana ga ada ih boong," mereka tertawa bersama Sundari membuka ponsel dan menunjukkan
photo yang tadi dia sempat ambil dari album. "Tunggu bang ada kejutan,"

Sundari meminta Bayu keluar kamar dan menunggu bersama Alina di ruang tengah. Semua orang
penasaran dengan kejutan yang akan diberikan Sundari untuk semua. Sundari membuka pintu
perlahan itu membuat rasa penasaran pada Alina, Rizky Bayu dan Arsyad. Semua pandangan tertuju
pada Sundari yang telah menjadi Alina saat remaja, dia meniru gaya dan style Alina. Semua

LXXVI
tersenyum terutama Alina yang melihat anaknya seperti dirinya. Sundari memperagakan layaknya
model berjalan dari ruang tamu hingga ruang tengah. Seperti model yang mempromosikan pakaian.
Semua tertawa melihat tingkah Sundari saat kecil kembali dia tunjukkan setelah sekian lama.

"Model kita kembali," teriak Bayu.

Alina tertawa terbahak-bahak melihat tingkah anaknya itu, berjalan dan berpose di depan kamera
ponsel Milik Sundari. "Anak siapa itu, perasaan Alina dulu ga gitu," ungkap Arsyad. Sundari berjalan
menuju ruang tamu langkah dia berhenti saat guru ngaji nya datang untuk mengundang di acara
tabligh Akbar. Melihat penampilan Sundari dia tersenyum. Bayu dan Rizky tertawa terbahak-bahak
pintu ruang tamu yang terbuka menghentikan proses Sundari menjadi model. Wajah memerah
membuat Sundari malu saat gurunya melihat tingkah laku sundari.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsallam ustadz silahkan masuk," balas Alina.

Sundari yang tersipu malu, langsung pergi ke kamar. Sementara Bayu dan Rizky yang masih
mentertawakan Sundari.

"A liat ga muka teteh pas liat gurunya,hahaaha" belum selesai bicara Rizky masih tertawa.

"Itu liat ekspresinya kocak, model Dewi Sundari hahaa," ucap Bayu.

"Puas kan ngetawain malu lagi mana,depan muka banget," ucap Sundari.

"Centil atuh da," ungkap Bayu.

"Tapi lucuuu,"

Setalah gurunya pulang, Alina memberikan kabar kalau Rizky perwakilan untuk mengaji ayat
suci Al-Quran di pembukaan acara itu. Rizky senang dapat di percayai oleh pak ustadz. Wajah
Sundari yang masih memerah. "Anak mamah cantik berbakat lagi jadi model,"

"Aaah mamah Malu,"

"Engga sayang gapapa,"

"Mamah liat bang Bayu ngetawain,"

Jika ada mesin pengukur kebahagiaan maka bahagiaku tak terbatas

Alina Fatimah

LXXVII
Part 21

Membuka Hati

Senin pagi yang dramatis, semua orang bangun telat dari biasanya mungkin Karena semalaman
asyik mengobrol dan menonton hingga larut malam. Setalah sholat subuh Alina seperti peserta lomba
master chef yang buru-buru memasak. Sundari yang sibuk menghitung barang pesanan tansu ( ketan
susu) yang dia jual pada teman kelasnya. Sistem pre order atau memesan terlebih dahulu, belum
sempat dia menyiapkan jadwal mata pelajaran. "Cepetan mandi teh," ungkap Rizky. Rizky mencari
sabuk dan menanyakan keberadaan sabuk pada Sundari, "Teh tau di simpen dimana?" "Ga tau teteh
lagi masukin toping jangan ganggu," waktu menunjukan setengah enam pagi, Sundari bergegas untuk
mandi. Arsyad yang tengah membantu memasak nasi dan bekal untuk sekolah. Rizky menanyakan
kaos kaki hitam putih pada Alina, situasi rumah yang sangat tidak kondusif.

LXXVIII
"Perasaan mamah udah simpen di lemari kamu sekarang kok ga ada,"

"Rizky cuma punya satu mah,"

"Pakai yang teteh," ucap Alina.

"Mah tambahin apa lagi ini bumbu ayam gorengnya?" tanya Arsyad.

"Aah iya garam, secukupnya,"

Alina yang sibuk membantu mencari kaos kaki Rizky karena kaos kaki Sundari kependekan untuk
Rizky. Sundari yang mengepak barang dagangannya sejumlah 50 pcs tansu yang memiliki rasa dan
toping seperti Milo, Oreo, keju dan spesial. Harga yang dia jual kisaran 7 ribu hingga 10 ribu. Sundari
Sundari memulai bisnis ini cukup berjalan lama.

Sekarang jam enam lebih lima belas menit sundari telah siap untuk pergi ke sekolah, mereka
memutuskan untuk membawa sarapan pagi, "Mah udah telat berangkat dulu yaa," ungkap Rizky.
Kaos kaki yang di temukan dalam tumpukan baju setrika, membuat energi pagi cukup terkuras.
Bayangan saja Sundari yang membawa 50 sterofoam yang dia atur agar barangnya itu muat untuk
dibawa, sedikit menantang untuk Rizky yang membawa motor.

"Pelan kii ini takut jatoh,"

"Jam berapa teh sekarang?"

"Jam enam dua puluh menit,"

"Jangan ngebut takut jatoh iniii,"

Saat memasuki gerbang perumahan kencana tiba-tiba duarrrrr ban belakang motor meletus kondisi
ini membuat adik kakak itu terkejut bukan main. "Astagfirullah yallah ini kenapa lagi meletus," keluh
Sundari. Mereka mencari tukang tambal ban di sekitaran jalan,namun karena kondisi masih pagi
beberapa bengkel tambal ban masih tutup. Rizky yang menuntun motor dan Sundari membawa 50
sterofoam itu membuat keadaan mereka kewalahan, jalan menuju sekolah masih cukup jauh. Rizky
yang melihat kearah jam tangan. " Udah telat teh kita ga akan ikut upacara," sementara Sundari yang
menggerutu "Ya Allah ujian apa lagi ini? aku takut dimarahin guru," Sundari menangis Rizky
berusaha menenangkan kakaknya.

"Teh jangan nangis di jalan gini, nanti orang ngira aneh-aneh gimana,"

Rizky yang mentertawakan kakaknya menangis sambil membawa barang dagangannya yang
membuat adiknya gemas. "Heh ngapain ketawa,"

"Ngakak punya kakak kaya lu kalo gampang nangis gampang ketawa," obrolan kecil mereka tak
terasa mereka melewati sepanjang perjalanan hingga sampai di depan gerbang sekolah,motor yang di

LXXIX
simpan di rumah teman Sundari. Rizky membantu kakaknya membawa sterofoam itu,gerbang sekolah
yang di tutup. Sundari menceritakan kronologi pada penjaga sekolah, dia percaya karena mengenal
Sundari anak yang baik. Dia membuka pintu gerbang telat 15 menit membuat mereka cukup
kewalahan. Sundari yang langsung memasuki ruang kesiswaan bersama Rizky. Setelah upacara
selesai pak Rusyadi kaget ketika melihat adik Kaka itu berada dalam ruangannya.

"Loh ko Dewi di sini kenapa?"

Sundari menceritakan kronologi dia bersama adiknya itu, hingga membuat dirinya telat dan tidak
mengikuti upacara bendera. Pak Rusyadi mendengar dengan baik.

"Bapak hargai semua kejujuran kalian,bapak senang kamu tidak seperti murid pada umumnya yang
mungkin langsung kabur atau lebih baik tidak masuk sekolah. Bapak percaya sama Dewi namun
untuk kedepannya jangan terjadi lagi yaa,"

Pandangan pak Rusyadi melihat sterofoam yang begitu banyak "Kamu sambil bawa ini Dewi?"

"Iya pak Dewi jualan disekolah kebetulan hari ini pesanan lumayan banyak pak,"

Pak Rusyadi tersenyum "Bapak salut kalian terjebak dalam masalah tapi kalian tetap bertanggung
jawab atas diri kalian, sekarang sebagai hukumannya kalian berdua laksanakan sholat Dhuha di
lapangan ya,"

"Belum sholat Dhuha kan?" tanya pak Rusyadi.

"Iya pak belum, sholat Dhuha pak?"

"Kenapa mau di tambah?"

"Ouh engga pak, makasih pak yaa,"

Sundari heran pak Rusyadi yang terkenal sebagai guru yang tegas,dan di takuti semua siswa
memberikan keputusan itu, biasanya siswa yang kesiangan selalu dikumpulkan dan masuk buku
harian siswa. Sundari yang mengetahui secara detail bagaimana konsekuensinya karena dia adalah
OSIS yang harusnya mendapatkan hal yang sama seperti siswa yang kesiangan pada umumnya.

****

"Pak kenapa Dewi sholat Dhuha di lapangan pak?" tanya guru yang memperhatikan adik kakak itu
melaksanakan sholat Dhuha di lapangan.

"Pak Agus tau, saya melihat kejujuran dari mata mereka saya melihat keseriusan mereka untuk
pergi ke sekolah,"

"Benar pak mereka anak yang baik dan rajin," jawab pak Agus

LXXX
Semua siswa melihat kearah lapangan tanpa sejadah adik kakak itu sujud dan mengucapkan doa di
waktu cahaya mentari begitu terang. Suara tepuk tangan meriah saat mereka selesai menjalani sholat
Dhuha. Rizky dan Sundari yang kebingungan melihat semua. Tak menyangka mereka menjadi pusat
perhatian. Begitu khusyuknya saat menjalani sholat Dhuha mereka tetap tenang,itu yang membuat
Sundari dan Rizky mendapatkan apresiasi.

"Allahuakbar" teriak siswa.

Bel masuk kelas berbunyi..

Rizky membantu kakaknya mengantarkan tansu ke kelasnya. "Makasihh kii," "okey santuy" teman
satu kelas Sundari langsung mengkrumuni Sundari untuk menanyakan apa yang terjadi padanya dan
adiknya itu. Sundari menghela napas menceritakan kronologi dia datang terlambat.

"Udah gitu ceritanya, sekarang yang pesen ini ambil ya berat aku dari tadi bawa,"

"Iya iyaa," jawab salah satu dari mereka.

Hari yang cukup banyak mengaduk perasaan dan pikiran. Banyak yang di takutkan Sundari saat
tiba dalam gerbang sekolah. Setalah mengingat kejadian yang tadi sugesti Sundari salah. Sundari
menuju koridor kelas 8E untuk mengantarkan pesanan milik temanya. Tak menduga dia bertemu
dengan kakak kelas yang membuat Sundari tersenyum manis saat melihat dirinya. Teman-teman dari
kakak kelas itu seperti menggoda Altar saat mencuri pandangan dari gadis manis itu.

Tak menduga ternyata dia adalah anggota OSIS juga. Hari ini Rizky terdapat kumpulan
ekstrakurikuler pencak silat. Itu membuat Sundari harus menunggu adiknya terlebih dahulu, pak
Rusyadi yang meminta tolong pada Rafael dan Galang untuk membantu mencarikan bengkel tambal
ban. "Gak usah pak biar Sundari yang bawa motornya,"

"Kamu perempuan, Rafael kesini," dengan bersih keras pak Rusyadi meminta tolong pada Rafael
dan Galang untuk membawa motor Sundari ke bengkel. "Ini kuncinya kak, ini uangnya,"

"Ga usah dek pak Rusyadi udah kasih uang nya,"

"Kalau gitu kita bawa motornya yaa,"

Sundari terkejut betapa senangnya orang baik selalu membantu dalam keaadan sulit. Rizky
menghampiri kakaknya

" Teh ayo ikut aja ke kelas dari pada diem di luar"

"Malu kii gapapa diluar aja,"

"Gapapa iki udah ijin juga sama ketuanya dan di bolehin dong,"

LXXXI
Sundari masuk kedalam kelas, alangkah terkejutnya dia baru menyadari kalau ketua eskul itu
adalah kakak kelas itu, mata kembali bertemu dia mengetahui mereka adalah adik kakak. Malu
Karena bukan anggota dari eskul itu, dia menjelaskan dengan lugas dan baik layaknya pemimpin.
Senyum tipis hadir dalam wajah Sundari dia menyukai cara Altar saat memimpin perkumpulan itu.
Tak terduga hal sama terjadi saat Sundari memainkan handphone sorot mata tajam tertuju padanya.

Sundari mendengar suara motor yang baru masuk,dan benar motor telah selesai di tambal. Saat dia
ingin menuju keluar Rafael dan Galang memasuki ruangan itu. "Dari mana aja bro" tanya Altar.

"Ada Job dulu," balas Rafael.

Rafael menghampiri Sundari dan mengembalikan kunci motornya. "Makasih kak," Rafael hanya
mengangguk. Pandangan Altar tertuju pada Rafael, yang merupakan satu circle dengannya.

Antara kamu dan aku adalah bagian dari ceritaku

Dewi Sundari

Part 22

Dua Hati Satu Cinta

Semua keluarga dari Ciamis datang berkunjung ke Bandung, adik-adik Arsyad membawa keluarga
masing-masing, hingga suasana di rumah ramai. Alina menjamu mereka dengan baik,saat berkumpul
dan berbincang banyak hal. Banyak saudara sepupu yang bermain, Ebow adik bungsu Arsyad
menyarankan untuk ngeliwet nasi. Semua orang bergegas menyiapkan ada yang mengurus belut yang
sempat mereka tangkap di Ciamis sebelum mereka ke Bandung, sementara untuk para wanita
menyiapkan bumbu dapur dan memasak. Emah yang tengah mengobrol di ruang tengah bersama
Sundari,Emah mengepang rambut gadis itu dengan senang Emah serasa memiliki anak perempuan
lagi.

"Emah dulu ayah gimana?"

LXXXII
"Ayah kamu tu dulu mandiri di usia kamu dia udah cari uang sendiri bahkan untuk jajan, karena
dulu Emah berada dalam posisi yang terpuruk. Emah harus mengurus 4 anak yang masih kecil, adik-
adik dari ayahmu. Emah ngerasa bersalah Asryad tumbuh dari asuhan neneknya setelah Emah
bercerai dengan kakek kamu,"

Sundari mengerti mengapa ayahnya sangat tagas dulu kehidupan Arsyad yang sangat prihatin
hidup dari asuhan nenek dan pamannya. Tinggal bersama ayah tiri yang cukup galak membuat Arsyad
berpikir, untuk tidak merepotkan dirinya. Dia memutuskan untuk tinggal di Bandung setelah remaja.
Hingga mendapatkan pekerjaan kantor berkat perjuangan dan kasih sayang dari pamannya.

Sundari tak membayangkan bagaimana Arsyad dulu. "Andai saja ayah melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi," terlintas dalam pikiran Sundari kerena Arsyad multitalenta dalam bidang seni dan
dunia otomotif. Bangganya anak-anak memiliki ayah yang mereka anggap seperti dosen dalam
kehidupan.

****

Sundari mengingat satu kejadian dimana saat teman kecilnya Chika mengajak untuk
mengumpulkan cup plastik bekas, botol bekas untuk bisa di tukarkan menjadi uang atau Snack.
Tujuannya selain untuk membersihkan lingkungan program ini juga bertujuan untuk bank sampah.
Saat Sundari mengumpulkan satu karung lebih dia membawa kebelakang rumah, Arsyad yang melihat
itu bergegas menghampiri anaknya yang sedang memasukan botol-botol bekas pada karung.

Arsyad membawa karung itu dan membuang semua botol bekas itu. Melihat prilaku ayahnya
Sundari yang berusia 7 tahun kebingungan dan sedikit takut karena Arsyad terlihat seperti marah.

"Apa yang kamu lakukan dari, itu kotor ga baik nyari botol-botol ini di tong sampah," teriak
Arsyad.

Mendengar hal itu Alina yang berada dalam kamar datang menuju halaman belakang rumah,
"Ada apa yah kenapa marahin Sundari,"

"Mah lihat anak mu mau jadi apa sudah besar? Dia memulung sampah-sampah ini kenapa kamu
biarkan," emosi Arsyad. Sundari yang tak mengerti mengapa ayahnya seperti itu dia hanya melihat ke
arah Alina dengan rasa takut.

"Aku tau mah kondisi keuangan kita sekarang gimana tapi, jangan kesedihan ini anak kita yang
rasakan juga,"

Itu bayangan yang tersirat dari pikiran Sundari saat Emah menceritakan masa kecil dari Arsyad.
Sundari mengerti setelah dia mulai tumbuh dewasa Arsyad pada saat itu tidak ingin kesusahan dan
kesedihan yang pernah dia alami pada saat masa kecilnya terulang lagi pada anaknya.

LXXXIII
"Udah selesai tuh," ucap Emah

"Cantiknya ponakan bibi inii," ungkap bibi

"Iya dong cantik anak Bu Alina haha," balas Sundari.

Sundari melihat Arsyad yang membersihkan belut yang cukup banyak, "Ayah boleh aku bantu,"
ungkap Sundari.

"Emang mau, licin gini liat ayah juga susah,"

"Mau lah aku gadis kuat masa jijik sama belut,"

Sundari mencoba menangkap belut yang berada dalam ember sedikit ada ketakutan dalam dirinya
dia membayangkan itu seperti ular dan saat memegang bagian dari tubuhnya dia seperti tertantang.
Dia ketawa beberapa kali dia mencoba belut itu licin dan terjatuh kembali pada ember.

"Kata ayah juga apa susah kan udah sekarang bantu mamah,"

"Iyaa tapi di dapur ibu-ibu pada asik masak mereka ga butuh bantuan aku yah,"

"Sekarang berarti Sundari bantu ambilin daun pisang tu di belakang,"

"Iya siap yah,"

Bayu yang saat itu membeli lalab untuk sambal, melihat adik kecilnya itu kesusahan saat meraih
daun pisang itu.

"Loncat ayok dikit lagi," ledek Bayu.

"Dih bukanya bantuin,"

"Semangat byee,"

Semua keluarga berkumpul kecuali Marwah yang berada di Jawa tengah, Andy yang sedang
memijat Emah karena pegal-pegal yang biasa Emah rasakan kambuh kembali

"Dikit lagi tu ke kanan agak keras pijitnya,"

"Iya Emah,"

"Aduh jangan keras-keras,"

"Ini udah sedang Emah," balas Andy.

Wajah yang terlihat serba salah di tunjukan Andy,Alina tertawa saat melihat anaknya akrab dan
dekat neneknya. Alina memanggil semua anggota keluarga untuk berkumpul di ruang tengah "Ayo
makan udah siap," ekspresi yang bahagia. "Alhamdulillah makan sok kesini ngumpul," ungkap Bi

LXXXIV
Yuyun. Andy membantu nasi liwet yang telah matang di bawa ke ruang tengah. Bayu menggelarkan
daun pisang yang telah bersih. Di depan terdapat nasi panas, lalab sayur, ayam goreng, belut
goreng,sambal tahu dan tempe. Kami duduk melingkar alangkah nikmatnya makan bersama,
masakannya juga enak membuat kami menambah dua kali. Momen seperti ini yang aku harapkan bisa
berkumpul dan bercerita satu sama lain.

Setelah makan Rizky, Bayu dan putri membereskan tempat makan, sedangkan Sundari dan Alina
mencuci tempat wadah yang digunakan saat memasak. Semua pekerjaan rumah telah selesai,Emah
memutuskan untuk menginap satu malam. Kami berbagi tempat tidur untuk para lelaki tidur di ruang
tengah mengenakan karpet bulu, sedangkan anak-anak berada dalam kamar Sundari. Dan untuk ibu-
ibu berada dalam kamar Alina.

Sundari yang membawa selimut dari kamar melihat bi Ica menujukan makeup pada Alina. "Teh
lihat ini aku baru aja beli cream ini bagus banget buat kulit," sifat pamer yang dia tunjukkan membuat
Sundari tidak suka dengan prilaku bibinya yang seolah memandang Alina tidak bisa memakai makeup
kedua bibinya yang sedikit Sundari kurang sukai dari sikapnya itu.

"Mamah tanpa makeup juga cantik ko bibi, liat natural aja cantik gimana sekarang kita makeup
challenge?"ungkap Sundari untuk mengalihkan pembicaraan menyudutkan Alina.

"Ayok boleh,"

"Okey bi Yuyun yang makeup bi Ica,"

"Sundari yang makeup mamah, dalam waktu 10 menit kita lihat makeup siapa yang beres,"

Semua menyetujui permintaan Sundari. Sundari yang belajar makeup dari YouTube Nanda
Arsynta blogger kesukaannya itu, "Dari pasti bakal buat mamah nambah cantik lagi, tenang aja yaa,"
waktu yang dipasang di handphone di mulai. Sundari mangawali dengan primer. Waktu berjalan
tinggal tersisa 2 menit lagi, Sundari tinggal step tarakhir yaitu pemberian lipstik. Sedangkan bibinya
masih membentuk alis.

Teeet tet alarm berbunyi..

Sundari berhasil menyelesaikan challenge makeupnya, walaupun saat di makeup Alina dan
Sundari banyak tertawa.

"Selesai Taraa," ucap Sundari

"Wah bisa juga hahaa," tawa bibi Ica

"Iya bibi mamah di poles dikit full cantiknya,"

"Aah bisa aja Sundari ini," ucap Alina.

LXXXV
"Bagus Loh teh," ungkap Bi Yuyun.

"Nanti Kita beli Mah," ungkap sundari.

Alina hanya tersenyum melihat tingkah laku Sundari. "Mah Sundari tidak mau Mareka
merendahkan mamah seolah mamah tidak mengerti, aku lakukan ini karena aku tau mereka terkadang
membicarakan mamah di belakang," suara dalam hati. Bagaimana pun Alina tetap berpikir positif
tidak ada dendam kesal ataupun benci. Dia lebih menganggap angin berlalu saat dirinya sendiri tau
terkadang obrolan dirinya tidak dihargai adik iparnya sendiri. Tapi Sundari tak akan membiarkan
ibunya di perlakukan seperti itu, karena semakin kesini sundari bisa menilai bagaimana saudara
ayahnya memperlakukan keluarga Arsyad.

Akan aku kepakan sayap pelindung untuk bidadariku

Dewi Sundari

Part 23

Bagian Kesempurnaan

Diakhir pekan bulan November maret tinggal menghitung hari menuju ujian sekolah,Alina
memberikan semangat untuk Bayu dan sundari yang akan menghadapi ujian sekolah. Kedua anaknya
itu tengah sibuk menyelesaikan ujian praktek untuk penilaian akhir di ijazah,Bayu yang sering
bermain dia mengurangi waktu bermain untuk lebih pokus pada detik-detik akhir sekolah. Alina yang
selalu memberikan dukungan dan doa untuk kelancaran proses ujian anak mereka. Alina yang terbiasa
sholat dhuha setelah dzikir mendapatkan nada dering telepon dari Bayu.

"Assalamualaikum mah gimana kabarnya sehat?"

"Alhamdulillah Bay mamah sehat, Bayu sendiri?"

LXXXVI
"Alhamdulillah Bayu sehat mah, mah sebentar lagi ujian Bayu mau minta doa mamah untuk
kelancaran Bayu saat mengerjakan ujian mah Bayu minta maaf seandainya ada kesalahan yang
membuat mamah tidak enak hati maafin Bayu mah," ucap Bayu dengan nada menahan tangisan.

"Bay disini mamah selalu doain kamu tanpa kamu minta semua anak mamah selalu di doakan. Iya
Bayu mamah maafin jauh sebelum Bayu meminta maaf, semoga lancar dimudahkan saat mengisi
ujiannya yaa. Hasilnya memuaskan Aamiiin," balas Alina.

"Ouh iyaa untuk pembayaran akhir mamah sudah transfer ke rekening bibi Yuyun, insyaallah untuk
kekurangan tunggakan kelas 10 dan 11 mamah akan usahakan yaa bay doakan mamah juga semoga
Allah lapangkan rezeki kita semua,"

"Aamiin iya mah makasih tadi juga bibi udah sampaikan ke wali kelas,"

Setelah bicara dengan Bayu,Alina melanjutkan kembali dzikir terdengar suara tangisan yang
merintih yang terdengar saat Rizky sedang menyapu kamarnya. Dia mendekati Sundari yang sedang
fokus belajar matematika di YouTube.

"Teh,"

"Apa Ki jangan ganggu ini liat teteh lagi apa,"

"Bentar buka headphone nya, coba denger mamah kayak nangis,"

Sundari melepaskan headphone dan langsung menuju kamar Alina, mamastikan keadaan ibunya
itu, "Assalamualaikum mah," dia melihat Alina yang tertunduk berdoa. Rizky dan Sundari menunggu
Alina untuk selesai berdoa.

"Mamah kenapa nangis mah?" tanya Sundari.

"Mamah hanya merasakan nikmatnya saat berdoa dari, Iki jadi jangan khawatir," balas Alina.

"Beneran mah? mamah ga kenapa-kenapa kan? Cerita mah,"

"Engga mamah hanya begitu lega setelah berdoa hati mamah jadi tenang lega,"

Mereka berpelukan satu sama lain, pelukan Rizky yang begitu erat "Sakit woi engap," canda
Sundari. Mereka tertawa Sundari menghapus air mata yang pada wajah Alina. "Hanya ada air mata
kebahagiaan ya jangan kesedihan," ntah perasaan apa yang datang pada Sundari yang merasakan ada
hal yang Alina tutupi darinya. Sundari yang mengenal betul bagaimana Alina. Arsyad menggunting
rumput halaman belakang setalah dia pensiun Arsyad banyak kegiatan untuk mengalihkan rasa
jenuhnya dengan merawat tumbuhan yang ada di halaman belakang dan depan. Rizky yang membantu
membawa rumput yang telah di gunting untuk di kumpulkan di halaman belakang dekat tempat

LXXXVII
sampah. Sundari yang menjemur pakaian di depan melihat ada dua orang wanita yang menggunakan
motor berhenti dibagian gerbang pintu rumahnya.

"Assalamualaikum de apa ini benar rumah Ibu Alina?"

"Waalaikumsallam iya betul ada apa ya kak?"

"Ada ibunya?"

"Ada, apa kakak udah buat janji sama ibu?"

"Sudah dek kita dari pihak pnm"

Sundari bingung apa itu pnm, sundari meminta 2 perempuan itu untuk menunggu di depan rumah.
Alina yang sedang mencuci piring.

"Mah ada tamu yang cari mamah 2 perempuan dari pnm,"

"Ouh iya sayang mamah udah punya janji makasih yaa,"

Alina mempersilahkan kedua perempuan itu masuk, Sundari membuat teh manis dan menyiapkan
biskuit untuk menjamu tamu Alina. Alina membawa berkas yang berisi photo copy kartu keluarga dan
KTP perasaan Sundari semakin yakin dengan apa yang dia pikirkan. Tiba-tiba salah satu dari mereka
memphoto mesin jahit dan baju-baju yang Alina pajang. Setelah tamu itu pergi,Alina membawa galas
dari rumah tamu.

"Mah maaf sebelumnya Mamah pinjam uang ke bank?"

Alina berhenti melangkah kaki saat menuju dapur "Sekarang Sundari Sudah besar ngerti semua
mah," Arsyad datang setelah menandatangani kertas yang berisi materai.

"Iya dari mamah pinjam uang dari bank keliling,"

"Mah apa kita ga belajar selama beberapa tahun terakhir kita terlilit hutang oleh bank dengan
jumlah yang banyak mah, kita hidup makan uang riba. Bahkan apa dampak sama keluarga kita mah
setelah itu?"

"Sundari mamah tau mamah ga punya jalan keluar lagi kamu tau ini buat apa? Buat bayar ujian
kamu sun," tegas Alina.

"Selama kita ekonomi sulit ada sodara yang bantu kita? Engga. Mamah tau ini dosa tapi mamah ga
mau sampai anak mamah ga ikut ujian karena belum bayar. Mamah berkewajiban untuk memberi
pendidikan yang layak buat kamu Sundari. Apapun resiko mamah siap tanggung demi kalian,"

Sundari hanya terdiam saat Alina menjelaskan dengan nada tinggi. Sundari pergi ke kamar dan
merenungi semua, tangisan membuat raut wajah gadis itu merasakan kesedihan,

LXXXVIII
"Kenapa Mah aku belum bisa buat apa-apa dalam keadaan seperti ini, aku hanya nyusahin mamah,"
gumam Sundari. Alina merasa bersalah setelah membentak anak gadisnya itu, dia mengetuk pintu
kamar Sundari. Sundari yang tengah tertidur.

"Maafkan mamah dari mamah sayang sama dari ini cara mamah untuk bertanggung jawab untuk
bisa memenuhi semua keperluan kamu sayang,"

Arsyad yang melihat itu dia merasa bersalah atas semua, gaji pensiunan tidak mencukupi
kebutuhan anak istrinya sisa dari potongan utang dari bank. Rizky yang baru saja menyelesaikan
tugasnya dia kebingungan dengan yang terjadi keluarganya jadi dingin. Dia merasakan ada yang
berbeda saat makan bersama hening tanpa ada komunikasi satupun dia berusaha mencairkan suasana
namun Sundari terlebih dahulu meninggalkan tempat makan itu.

Ada hal yang berbeda dari sikap kakaknya dia mencari tau, " Teh kenapa teteh ada masalah sama
mamah?" Satu pertanyaan itu Sundari hiraukan. Rizky tau ini bukan waktu yang tepat saat
membicarakan hal itu pada kakaknya yang sedang tidak baik.

"Iki kalau kita berbuat suatu hal yang salah tapi demi kebaikan itu bener ga?" Tiba-tiba Sundari
mengatakan itu pada adiknya.

"Hmm gimana situasinya teh terkadang kebohongan untuk kebaikan itu bukan hal yang salah,
apalagi untuk kebaikan yang mungkin orang tidak memahami maksud kebohongan itu," jawab Rizky.

"Ouh gitu yah,"

"Emang kenapa sii cerita atuh,"

Sundari menceritakan kejadian pada Rizky, mendengar itu Rizky terkejut dan merasa sedih saat
mengetahui ibunya kembali berkorban untuk anak-anaknya.

"Kita harusnya bangga punya mamah, dia ibu yang baik apapun dia lakuin buat anaknya. Bahkan
mamah ga pernah egois mikirin dirinya sendiri,"

"Iya bener bahkan mamah memberi lebih dari cukup untuk kita semua, lantas apa yang kita beri
salama ini?"

"Teh aku tau perasaan teteh gimana tapi sekarang kita masih sekolah teh toh kalau kita udah
sukses pasti kita bahagian mamah ayah," ucap Rizky

"Aaminn kita bisa Pasti,"

Sundari datang ke kamar Alina,dia memeluk langsung ibunya itu "Maafin Sundari yaa mah," Alina
mencium kening putri kecilnya itu, "Sayang maafin mamah juga yaa,"

"Udah sekarang jangan sedih lagi kesian tu mata kamu bengkak,"

LXXXIX
"Alay da nangis Mulu," balas Rizky.

Kesempurnaan merajut kekuatan cinta keluarga

Alina Fatimah

Part 24

Sarang Tawa

Andy membawa kresek hitam yang yang cukup besar, adiknya super kepo penasaran dengan isi
kresek yang di bawa Andy. Namun sorot mata Sundari lebih berpokus pada handphone yang dia
pegang. Alina meminta Sundari untuk membelikan deterjen, "Mah kapan a Andy pulang?" tanya
Sundari. "Tadi jam 10 siang saat kamu lagi zoom di kamar," jawab Alina. Setalah sekian lama Andy
banyak menghabiskan waktu di rumah karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Sikap Andy yang
sedikit pendiam tak banyak bicara membuat adik-adik nya harus berpikir keras untuk menganggu
kakak nya itu. Dari lima bersaudara Andy yang selalu hilang saat sesi photo keluarga atau di saat
momen penting dia datang terlambat. Tak menduga dia begitu santai dan bangun siang. Saat Alina
memiliki dua anak Marwah dan Andy,wajah yang sangat mirip dengan Alina Andy kecil dikenal
sebagai anak pendiam dan tidak seperti anak kecil kebanyakan lainya yang selalu merengek saat

XC
meminta jajan, Andy hanya menunggu Arsyad yang selalu membawa makanan favorit nya saat
setalah pulang kerja. Marwah dan Andy berbagi makanan. Arsyad yang selalu memiliki inisiatif untuk
membuat anaknya senang.

"Mah ini belanjaanya, di simpan dimana?"

"Simpan di lemari yang ada di dapur tempat khusus untuk datergen," balas Alina.

"Siap Bu bos,"

Saat berjalan menuju dapur Sundari mencium bau seperti zat kimia, dia merasakan bau itu dari
panci yang dia kira mungkin Alina merebus singkong dia abaikan. "Lah ko cairan hitam yang keluar,"
sundari memastikan apa yang di rebus Alina itu. Saat Sundari membuka panci itu "Astagfirullah
mamah kenapa celana jeans di rebus?" teriak Sundari. Andy yang langsung datang menuju ke dapur
ekspresi Sundari saat melihat kakaknya membawa hanger.

"Mau ngapain lu?" tanya Sundari.

"Itu aa lagi rendem Hoodie,jeens pake chat wantex untuk pakaian biar keliatan ga luntur
warnanya,"

"Hah di rebus?"

"Hahaha iya emang gitu,"

"Ada yang di goreng ga?"

"Gila engga lah, ini tu liat brand nya bagus sayang kalau harus beli lagi masih bagus ko,"

"Alah paling beli di cimol,"

"Eits sotoy banget,"

"Berarti tadi yang di bawa itu baju yang mau di rebus?"

Andy mengangguk dia sedikit tersenyum melihat kepolosan adiknya yang terkejut. Alina
memotong daun pada bunga kesayangan itu, dia melihat anak gadisnya yang bicara sendiri "Kenapa
anak mamah ini?" "Mah kenapa di rebus buat ngewarnain celana yang udah mau luntur?" Alina
tertawa kecil melihat anaknya yang memasang muka seperti ingin melakukan penelitian. "Ntah lah
mungkin itu cara kakak kamu," Alina menceritakan saat zaman seusia Sundari dia menyetrika
menggunakan arang alis terangkat pada Sundari, "Jadi dulu itu arang yang panas yang wangi, jadi ga
buat baju yang di setrika itu bau atau hitam gitu cantikku,"

"Aku bersyukur yaa mah hidup di era zaman teknologi udah canggih semua,"

XCI
"Mau belajar kalau ga bisa tinggal buka internet atau YouTube,"

"Mah Iki kemana sama ayah."

"Mereka pergi ke matrial untuk beli bahan buat ayah bikin taman di halaman depan,"

Alina dan Arsyad merencanakan akan membuat taman di depan rumah, dia membeli beberapa
tanaman hias dan rumput gajah. Arsyad yang bisa membuat relief tebing dan memanfaatkan batu yang
ada di belakang rumah. Mereka menanta halaman bagian depan rumah dengan baik beberapa
tumbuhan yang di tanam seperti pohon Cemara lilin, pucuk merah yang akan tumbuh besar, mereka
menginginkan udara yang sejuk saat berada di halaman depan. Beberapa pot Alina beli, Arsyad yang
memulai membuat relief tebing dan kolam kecil yang nantinya terdapat ikan koi. Rizky, Arsyad dan
Andy memulai pengerjaan membuat relief tebing pada tembok batu bata yang tidak terpakai dia
gunakan dan beberapa jenis batu yang mereka temui di halaman belakang. Sementara Sundari dan
Alima memasukan tanah yang di beli kedalam pot. Alina yang senang dengan aktivitas menanam
tanaman hias. Sebelum satu Minggu pengerjaan relief semua jenis tanaman hias telah siap
memberikan kesan rumah yang cantik. Semua telah selesai pengerjaan Rizky dan Andy membeli ikan
hias. Arsyad membuat lampu taman yang membuat halaman di bagian depan terlihat menarik saat
malam tiba.

Orang yang bertamu ke rumah menyukai konsep taman yang membuat,mereka betah untuk
mengobrol di halaman depan rumah terdapat kursi dan bangku yang Arsyad buat untuk konsep
deeptalk konsep enak untuk berbincang. Kreativitas Arsyad dia luangkan jiwa seni dan kreatif semua
konsep dia yang pikirkan.

"Alhamdulillah akhirnya kita punya taman juga mana bagus lagi,"

"Iya dong berkat usaha kita semua," balas Arsyad.

"Itu Lho yang bikin Iki betah kursi yang ayah buat enak banget,"

"Sekarang di depan kita ga gersang lagi seneng banget mamah," ungkap Alina.

Mereka duduk menikmati senja, Andy yang datang membawa teh hangat "Asik nah gitu sering-
sering dong," ucap Sundari. Mereka tertawa menikmati taman dan memberi makan ikan. Suasana
yang begitu di rindukan setelah banyak kejadian yang menimpa keluarga Alina. Sundari kembali
melihat pancaran kebahagiaan senyum bahagia dalam diri Alina.

Setiap Pagi Alina terbangun membawa ember dan gayung untuk menyiram tanaman
kesayangannya itu, dia mencabut rumput peganggu dan menggunting daun yang telah layu. Andy
melihat ibunya yang begitu menyayangi tanaman itu, "Mamah tanaman aja di rawat dengan baik,

XCII
apalagi aku sebagai anaknya. Mamah udah kasih yang lebih untuk aku," tersirat dari pikiran Andy.
Langkah kaki menuju Alina.

"Mah Andy bantu yaa,"

"Mamah ko bisa sesayang ini sama tumbuhan?" tanya Andy.

Alina melihat wajah anaknya itu "Tumbuhan itu seperti anak, dia akan tumbuh jika ada air yang
yang dia serap, pupuk dan sinar matahari sebagai sumber kehidupannya. Sama seperti mamah
merawat menjaga anak-anak agar tumbuh menjadi anak yang baik dan Sholeh," ungkap Alina. Andy
terpukau dengan tutur kata Alina yang merasakan kasih sayang yang tulus pada dirinya. "Andy
bersyukur lahir dari rahim mamah," Alina tersenyum "Mamah juga bersyukur miliki anak-anak yang
baik,"

"Ambilkan pakan ikan koi Andy," perintah Alina.

Andy memberikan pakan ikan, "Mamah insyaallah kalau Andy libur nanti bawakan ikan lagi biar
nambah banyak ikannya," Sundari memanggil kakaknya itu " A Andy tolong bantuin," Andy
mehampiri adiknya itu "Kenapa sun?"

"Ini lho tadi Sundari nyapu bagian atap ada sarang laba-laba, itu sapu injuknya nyangkut,"

"Ouh nyuruh ni," Andy mengambil bagian sapu itu saat melihat ke bagian atap yang di ruang
tamu, tiba-tiba mata Andy kelilipan debu, dia mengucek matanya. Sundari reflek meniup bagian
matanya kehebohan terjadi hingga membuat mereka terlihat panik.

"Sini buka matanya a Andy,"

"Uuuuu Sundari meniup bagian mata Andy,"

"Belum keluar itu nyapit,"

"Aduh eta semut,"

"Dengan penuh kehati-hatian Sundari mengambil semut itu dari mata kakaknya "Diem,"

"Pelan-pelan aduhh,"

Sundari berhasil mengeluarkan semut itu dari mata kakaknya "hhhhuhh ," dia meniup dengan
sekarasnya "Kanapa di tiup lagi kan udah keluar?" tanya Andy.

"Itu yang terakhir mantra biar betah di rumah,"

Andy mengejar Sundari yang kabur karena saat meniup air liur sedikit mengenai wajah kakaknya

"Awas kadieu Sundari," teriak Andy.

XCIII
Tawa kecil berjuta makna

Alina Fatimah

Part 25

Luka

Panggilan video call masuk meja tempat handphone bergetar, Andy baru beres mandi mengangkat
panggilan yang berasal dari kakaknya. Setiap hari setalah beres pekerjaan rumah Marwah
menghubungi Alina untuk bercerita hal random, mengetahui kabar ibunya yang jauh dari
pandanganya terkadang obrolan tentang si kecil Zein menjadi kabar bahagia saat Alina mendengar
tingkah lucu dari Zein. "Eh Jhon apa kabar?" tanya Marwah. Jhon adalah nama panggilan dari Andy

XCIV
semenjak dia remaja, hingga saat ini panggilan itu melekat identik dengan Andy yang lebih dikenal
dengan sebutan Jhon. "Alhamdulillah baik yang ga sehat tu duit," balas Andy sambil tertawa. Di satu
sisi Andy memiliki selera humoris bahkan saat di bercanda bisa membuat orang di sekitarnya tertawa
tapi kadang-kadang dia lakukan tergantung mood.

Saat melakukan panggilan Marwah menunjukkan masakan .yang dia masak untuk mertuanya.

"Liat Jhon jam segini mah udah pada beres semua tinggal rebahan,"

"Bangun pagi kayak asisten hahaha," balas Andy.

"Zein mana teh, gimana perkembangannya,"

Marwah menceritakan perkembangan Zein saat melakukan terapi untuk anak yang memiliki
perkembangan yang telat. Usaha Marwah saat sebelum menikah dan setelah menikah melahirkan Zein
di uji hingga membuat dia kuat dan sabar. Marwah menerima Zein buah cinta dan kasih sayang semua
keluarga. Keterlambatan Zein saat berkomunikasi Marwah melakukan hal apapun untuk Zein
termasuk memenuhi semua kebutuhan Zein.

"Alhamdulillah sekarang Zein sudah mulai mengerti perkataan umma, dia pintar daya ingatan yang
kuat,"

"Alhamdulillah bagus,mana Zein nya umma?" tanya Andy.

Marwah mengarahkan kamera handphone pada arah Zein yang sedang menonton film kesukaannya
Nusa dan Rara. Andy senang melihat keponakan kesayangannya itu tersenyum dan berlari behagia
saat menonton. Alina kembali dari halaman belakang "Dari siapa ndy?" tanya Alina. Menunjukan
handphone saat Zein sedang melihat kearah kamera.

"Yallah Zein sayang lagi apa," begitu antusias saat Alina melihat cucu kesayangan mencium
kamera handphone. "Zein nak makan apa itu pipinya tembem banget," saat Marwah dan Alina
berbicara topik mereka ga kehabisan obrolan apapun. Andy yang melihat adiknya baru tiba pulang
sekolah tersirat dalam pikiran untuk menganggu "Apa lho lihat-lihat curut," Sundari tak merespon
sedikitpun dia hanya memasang muka judes.

"Assalamualaikum mah,"

"Waalaikumsallam gimana tryoutnya aman?"

"Alhamdulillah lancar mah, Sundari ke kamar dulu ya,"

Ada hal yang berbeda saat Andy meganggu "Jangan ganggu dulu a Andy aku lagi badmood,
adiknya yang selalu periang dan ceria hari ini dia tidak menemukan senyum yang dia cari. "Kenapa
atuh cerita?"

XCV
"Kesel banget so cantik gatel,"

"Ouh ini mah cinta yaa?"

"Sundari terdiam "Ga tau ah bete," Andy mendekati adiknya itu dia melihat Sundari yang
memasang muka memerah mungkin Karena kesal "Biasanya kalau udah cerita itu lebih tenang
suasana hati tu, ya kalau mau aja sih," bujuk Andy. Sundari menceritakan kejadian yang menimpa
pada dirinya saat di sekolah melihat kakak kelasnya itu mengobrol dengan mantannya, saat Sundari
akan memasuki ruang guru. Andy memotong pembicaraan "Euh itumah cemburu, Aa juga ngalamin
waktu sekolah dulu itu namanya cinta monyet si menurut Aa,"

"ya ga suka aja tetep aja ga enak liatnya,"

"Emang kamu siapanya?"

Sundari nambah kesal dengan pernyataan Andy itu. "Engga bercanda meni cepet marah,"

"Sun jatuh cinta hal yang sangat normal Sundari memiliki perasaan, tapi jangan Sundari lupa harus
bisa mengendalikan perasaan itu,"

Sundari terdiam saat mata Andy berkaca-kaca. Dia menceritakan titik terendah yang paling
menyakitkan karena cinta.

****

Dulu saat Andy lulus Sekolah dia memutuskan untuk ikut bekerja disalah satu pabrik hijab ternama
bersama Marwah. Tak lama setelah beberapa bulan dia menemukan pujaan hatinya dan menjalin
hubungan. Keluarga dari dua pihak sudah saling mengenal satu sama lain, Andy memutuskan ingin
menjalin hubungan ke janjang serius. Andy meminta restu dan doa pada Alina untuk bertunangan
denga Manda kekasihnya itu. Andy yang berumur di bawah 20 tahun meminta hal yang membuat
perdebatan.

"Apa kamu yakin mengambil keputusan ini?" Ungkap Alina

"Jangan gegabah Andy ini hal yang penting bukan main-main, Apakah kamu siap secara
mental?"ungkap Arsyad.

Andy bersih keras untuk mengambil keputusan itu, setelah terjadi perdebatan. Hingga keputusan
bulat Andy akan bertunangan dengan Manda. Dua keluarga bertemu dan saling mengenal, mereka
berdua resmi bertunangan Alina senang melihat senyuman yang terlukis dari wajah Andy.

Awalnya semua berjalan baik, Andy kembali menceritakan pada Sundari yang pada saat itu masih
kecil hanya ingatan Samar yang dia ingat, "Karena kesalahan Aa sendiri, Aa melukai perasaan Manda
mungkin kesalahan Aa patal," Andy yang mudah terbawa amarah dan emosi perkataan yang keluar

XCVI
dari lisanya membuat hubungan itu kandas. Manda yang memilih mengakhiri hubungan dengan
Andy. Alina dan Arsyad menghela napas saat mengetahui hal itu.

"Ayah dan Mamah kecewa sama Aa malu dengan anaknya sendiri," Alina dan Andy mendatangi
rumah Manda untuk membicarakan hal yang memanas itu. Keputusan yang tetap di pegang Manda
kini Andy tak bisa berkutik. Alina terlihat malu saat mengetahui Andy mengucapkan kata bosan
dengan Manda. "Saat itu Aa belum dewasa masih labil dan ego Aa tinggi," karena kesalahannya
kedua orangtua harus menanggung rasa malu.

"Aa berusaha untuk melupakan semua disaat kondisi itu aa seperti orang hilang akal, menyesal
dengan apa yang telah terjadi, perlu waktu cukup lama Aa untuk mengobati rasa luka itu hingga Aa
kerja ga fokus, malas ngapa-ngapain, seperti Aa ga punya arahan hidup,"

"Selama Aa dalam masa terpuruk mamah dan ayah yang tidak pernah meninggalkan kondisi Aa
yang terpuruk karena cinta. Bahkan untuk mengobati rasa sakit yang Aa rasakan mamah nurutin
semua keinginan Aa biar Aa melanjutkan kehidupan baru, bahkan hal yang terpuruk nya Karena
masalah ini mamah menjual mobil dan sebagian aset untuk bisa ngehibur Aa,"

Karena masalah itu Alina tidak ingin melihat anaknya berlarut-larut dalam kesedihan dia menuntun
anaknya dan memberi support pada Andy. Alina dan Arsyad berusaha membuat Andy keluar dari
masa terpuruk nya yang membekas pada Andy.

"Aa ga mau hal itu terjadi Sama adik kesayangannya Aa ini," Sundari merasakan bagaimana Andy
saat dalam keterpurukan itu, yang dia ingat Andy menangis. Hening suasana terdiam Sundari melihat
wajah kakanya itu "Aa belajar dari hal itu,"

"Sekarang Sundari pokus sama keinginan dan masa depan kamu yaa, jangan sama kaya Aa yang
belum berhasil untuk kasih ke kebahagiaan pada mamah dan ayah. Bayu, Sundari dan Rizky harapan
mamah dan Ayah,"

Sundari memeluk kakanya itu "Aku ga bisa ngebayangin kuatnya ayah dan mamah saat Aa dalam
posisi seperti itu,"

"Maaf yaa aku buat Aa jadi sedih keinget lagi,"

"Ga ko lagi pula cerita masa itu udah Aa buang jauh-jauh,"

Kemarin adalah masalalu yang menjadi guru untuk hari esok

XCVII
Alina Fatimah

Part 26

Irama

Semua keluarga berkumpul setelah sekian lama bukan di hari perayaan apapun, waktu liburan
sekolah yang cukup lama sekitar 2 Minggu. Suasana rumah kembali saat seperti dulu kini anak-anak
dalam bayang Alina telah beranjak dewasa namun tak ada yang berbeda semua tetap sama bagi Alina
mereka adalah saudara yang mewarnai nuansa rumah. Terdengar suara radio yang di putar
menggunakan speaker membuat Andy dan Bayu terbangun. Mereka sedikit menggerutu "Matiin woi
berisik," perintah mereka tak kunjung di dengar. Andy menuju kearah ruang tengah sumber suara
yang menganggu tidur nyenyak itu. Alangkah terkejutnya saat melihat adik perempuan yang asik
bersama bungsu sedang melakukan gerakan senam olahraga pagi. Dia yang terdiam mematung

XCVIII
dengan keras yang belum sadar sepenuhnya bayang Rizky yang sangat lincah saat melakukan gerakan
senam itu. Disusul dengan Marwah yang mengikuti gerakan senam, "Eh raja rimba terbangun juga
akhirnya," ucap Sundari. Andy sedikit tersenyum manis melihat kelakuan kakak dan adiknya itu.

Di susul Bayu yang berjalan lemas saat menuju ruang tengah, Andy menarik tangan adiknya itu
mereka berempat mengikuti senam pagi yang di komando Sundari. Bayu tertawa lepas saat melihat
keempat saudara bertingkah di waktu pagi. Gerakan Demi gerakan begitu lincah, Saat semua anak
berkumpul dan melakukan beberapa gerakan Arsyad dan Alina tertawa lepas, Bayu yang merusak
semua gerakan menjadi tarian, hingga membuat semua bebas melakukan gerakan apapun. Ntah apa
yang ada dalam pikiran Andy yang membawa sapu ijuk sebagai media mic dia menghayal seolah dia
yang bernyanyi. Lagu sambalado menjadi semangat di pagi hari di susul lagi DJ remix. Semua
menikmati suasana pagi itu seperti melakukan lomba berjoget setiap anggota memiliki ciri khas yang
unik menampilkan gerakannya itu.

"Hahaha liat Bayu," ungkap Alina.

"Mah sepertinya anak-anak memiliki bakat ngehibur kita," balas Arsyad.

Saat dalam keramaian Sundari melihat senyuman yang kembali setelah lama menghilang dari
Arsyad dan Alina,dia tetap melanjutkan gerakan senamnya itu. Bayu yang terlalu aktif membuat kabel
radio yang di tancapkan dalam terminal terlepas, seketika musik berhenti "Aaah musik lanjut,"
ungkap Marwah. Zein yang melihat ibunya tertawa kecil bersama Alina. "Liat umma kamu Zein ga
malu di liatin anaknya," Zein hanya menepuk kedua tangan Sambil menikmati irama musik.

Kurang lebih dari sepuluh menit mereka bergerak. "Aduh capee udah cukup," ungkap Sundari.
Semakin kesini gerakan semakin melemah " Alina mentertawakan semua tingkah anaknya itu," hal itu
membuat mereka senang. Tergambar wajah seolah melepaskan beban yang begitu berat semua
tertawa satu sama lain,Andy yang tak banyak bicara pun menjadi dirinya sendiri saat merasakan
nikmatnya kebahagiaan yang sederhana.

"Udah sekarang Istirahat dulu"

"Kalian pasti cape banget udah banyak gerak," ungkap Alina.

Alina membawa 5 gelas yang dia isi dengan sirup jeruk yang di tambahkan es batu, " Eits
sebelum diminum kalian sarapan dulu mamah beli roti tawar,"

"Iya mamah makasih cantiku," balas Bayu.

"Ini mah senam olahraga joget goyang dumang lah hahaha," ucap Rizky.

Mereka menatap satu sama lain, mentertawakan gerakan saat joget tadi, "Ide siapa ni joget-
joget,masih pagi," semua yang awal mengikuti tarian senam Sundari setelah itu asik dengan gerakan

XCIX
masing-masing "Alhamdulillah yallah," ungkap Marwah. Tersirat dalam pikirannya semua orang
bahagia Marwah mengenang saat semua adik-adiknya saat kecil dulu. Tak hanya itu Sundari dan
Marwah peka situasi ini tawa canda bahagia mengudara dalam rumah sederhana mereka.

"Lumayan keringetan gerak lincah tuh," ungkap Bayu.

"Si Iki tadi kek orang kesurupan pas musik goyang dumang," canda Andy.

"Cosplay jadi ikan dumang hahaha," tawa Rizky.

****

Sundari membawa Zein ke kamar untuk membantu Zein mengganti baju, sikap kekanakan saat
bersama Zein membuat Zein betah bermain dengan Sundari. Marwah melipat pakaian Sundari
memperhatikan kakaknya itu.

"Umma gimana sama Ka Ahmad membaik?" tanya Sundari

Marwah menghela napas "Ya terkadang perbedaan pendapat meninggikan ego masing-masing,
berusaha untuk menjadi istri yang baik walaupun masih banyak yang harus di perbaiki dalam diri
sendiri," jawab Marwah.

"Ingat jodoh itu cerminan diri, jadi kelak kamu harus menjadi versi terbaik agar mendapatkan
suami yang baik,paham agama bisa mengamalkan, perhatian sayang keluarga kita, punya karir yang
baik selalu berusaha membahagiakan istrinya," ungkap Marwah.

"Iyaa umma makasih masukannya nanti Sundari akan lebih selektif, cari manantu idaman mamah,"
balas Sundari.

Marwah mengajak Sundari untuk keluar jalan bersama mereka pergi untuk nongkrong dan
berbincang Marwah sangat mempercayai Sundari apapun hal yang dirasakan dia menganggap adiknya
itu sebagai rumahnya. Mereka saling memahami satu sama lain, menonton bioskop menjadi pilihan
mereka terlihat mereka seperti seorang teman yang satu angkatan. Penampilan Marwah yang tidak
memperlihatkan ibu satu anak. Setelah menonton mereka memutuskan untuk makan Marwah
mengeluarkan semua apa yang dirasakan dan dipikirkan.

"Harusnya aku bisa memiliki penghasilan,tidak tergantung pada suami teteh bersyukur namun
tersirat setelah memiliki Zein teteh ingin berkarya ingin bisa bahagiakan mamah ajak mamah jalan-
jalan,beliin semua keinginan mamah memenuhi kebutuhan Iki kamu sun,"

Sundari mendengarkan semua keluh kesah yang dirasakan kakaknya itu, hingga satu ide muncul
saat mereka berpikir, "Gimana kalau umma buka usaha online shop, jadi umma ga usah ngeluarin
modal umma cuma perlu media promosi yang pastinya punya target pelanggan, yah dropsiper umaa

C
tidak perlu ribet urus pengiriman itu di urus sama supplier kepercayaan, jadi umma hanya ambil
keuntungan nya aja umma cukup jadi perantara kalau ada customer," ungkap Sundari.

Tak selang lama umma mulai melakukan usahanya itu, kabar baiknya Marwah dengan optimis bisa
melakukan itu dengan penjualan di awal yang membuatnya semangat. Setelah beberapa bulan
menjalani usaha jual gamis dan kebutuhan hijab umma memiliki penghasilan yang cukup baik.
Sundari senang dengan kabar yang dia dengar,Marwah mengirimkan beberapa kebutuhan pokok
kerumah,dan memberikan kebutuhan Iki dan Sundari. Marwah mengirim uang untuk keperluan sehari
pada Alina. Marwah senang bisa kembali membantu adiknya,dari dulu saat dia masih bekerja di
pandu kerudung hijab ternama anak pertama Alina itu mengerti saat uang gaji dia terima. Banyak
kebaikan yang dia berikan, Alina senang Marwah menjadi wanita mandiri dan termotivasi untuk maju
Zein adalah semangat dirinya.

Marwah yang royal memenuhi kebutuhan keluarganya,"Sun aku senang bisa membantu dengan
hasil kerja sendiri," Sundari tersenyum melihat kakaknya yang senang berbelanja online "Hem puas
banget belanja barang banyak banget,"

Marwah selalu membagi kebutuhan dengan adik perempuan itu," Sun coba baju ini bagus kalau di
pakai Sundari," mengetahui adiknya yang sederhana tidak seperti anak seusia nya yang memakai
pakaian dan uang jajan yang lebih dari orangtuanya. Sementara Sundari mengatakan "Nanti kalau aku
udah sukses baru bisa beli semua apa yang aku mau," mengigat perkataan adiknya itu Marwah
memberi kebutuhan perawatan wajah.

"Aku tau adik teteh cantik alami manis lagi tapi harus terlihat menarik,"

"Ini apa coba pakai kaya ginian,"

"Itu skincare pakai aja bagus buat remaja seumuran kamu,"

Sundari yang cuek dengan penampilan kini mulai memperhatikan penampilan. "Selain
penampilan luarnya cantik hatinya juga harus cantik," ungkap Alina. Mereka melihat Sundari yang
kini tumbuh memasuki tahap dewasa. "Mamah tu kalau ngeliat Sundari itu kayak mamah pas remaja,"
ucap Alina.

"Iyaa kembaran kedua mamah," balas Marwah.

"Aku dulu yang minta adik perempuan kan mah? Dan lahir dia,"

Mereka tertawa bersama "Ayah mamah nurutin keinginan Marwah haha, habisnya adiknya laki-laki
terus,"

"Udah stttt," balas Alina.

CI
Irama melodi cinta dalam keluarga

Alina Fatimah

Part 27

Liburan

Rencana keluarga untuk berlibur berkunjung ke basan yang berada di Jawa tengah kebumen,
Semua anak,Alina dan Arsyad merencanakan akan pergi ke tempat wisata yang ada di kebumen.
Semua membuka vote dan pendapat akan pergi kemana,Alina yang menggoreng pisang goreng,di
dapur menyimak keinginan anak-anaknya untuk berlibur. Bayu membantu Alina membuat adonan.
Bayu menarik napas "Mah semoga Bayu dapet jatah libur, soalnya kalau ga masuk Bayu gak akan
dapet bonus mah," ungkap Bayu.

CII
"Gimana kalau ke Yogyakarta,kita sekalian ke candi Borobudur," usul Rizky.

"Aah panas kalau ke candi mending ke pantai," balas Sundari.

"Setau Aa pantai disana bagus-bagus harga tiketnya juga murah," ungkap Andy.

"Iya bener mending ke Pantai," balas Bayu yang datang membawa goreng pisang.

"Nah teteh punya rekomendasi pantai yang bagus kaya bali ke 2 di kebumen,"

"Dimana tuh?" tanya Sundari.

"Pantai Meganti Kebumen," balas Marwah.

Rizky dan Arsyad mencari di google keberadaan pantai itu, "Asli bagus pisan kaya di Bali," ungkap
Rizky. Semua orang mengkrumuni Arsyad, "Mah liat ini bagus kan kita harus kesana," ucap Arsyad
Alina mengangkat jempol "Hayuu," Alina meminta semua untuk memakan pisang goreng yang dia
buat. Bayu yang sedikit bicara membuat adiknya peka "Wait ini kenapa orang mau liburan kok sedih,"
ungkap Sundari.

"Gimana nih kalau ga masuk kerja sayang ga dapet bonus tanggal 15," ungkap Bayu.

"Yahh itu pilihan," balas Rizky.

Bayu yang kerja di rumah makan Jepang yang berada di Bandung, semua terjamin saat Bayu kerja
dirumah makan itu Bayu tak perlu merasa khawatir di tempat kerjanya Bayu diberi makan yang enak,
perjuangan Bayu setelah lulus sekolah dia tak berdiam diri,dia sempat bekerja membantu petani umbi
mengangkat umbi tak lama seminggu Bayu memutuskan untuk berhenti fisik yang tak sanggup
mengangkat beban yang berlebihan,dengan gaji yang tak memadai. Beberapa tahapan membuat dia
bersyukur bisa bekerja dengan mendapatkan gaji yang lumayan besar,dia rutin memberikan uang
bulanan pada Alina dan adiknya.

"Bayu ga bisa ikut kayaknya soalnya outlet lagi rame jadi harus ekstra melayani konsumen,"
ungkap Bayu.

"Kita tunggu kamu libur aja gimana," ungkap Andy.

"Libur cuma sehari a kalian liburan kan lebih dari sehari,gapapa next time Babay ikut,"

"Beneran bay?" tanya Marwah

"Iya bener gapapa nanti kalau di pantai video call biar tau Meganti,"

Sedikit kurang kumplit karena satu orang tidak mengikuti liburan kali ini, Bayu meyakinkan Alina
untuk tidak merasa sedih "Gapapa mah nanti Bayu bisa liburan kok jangan di pikirin, biasanya Bayu
suka ada healing bareng spv dan karyawan lain trabbas motor trail,"

CIII
"Yaudah kalau itu keputusan kamu," balas Alina.

Satu hari sebelum berangkat Arsyad memeriksa keadaan mobil, Alina yang sedang menelpon
menantunya yang berada di Jawa. Marwah dan Ahmad berbincang tentang Zein, dia menceritakan
antusias Zein saat berkumpul menyimak orang dewasa mengobrol "Ayah Dede Keliatan senang dia
bertepuk tangan, tau ga pas lagi rame bahas soal liburan Zein pup satu kumpulan mendadak bubar,"
cerita Marwah. Ahmad mendengar tertawa saat mendengar cerita dari istrinya itu.

"Neng hati-hati periksa barang takut ada yang ketinggalan,"

"Iyaa ayah,"

Saat sore Bayu pulang kerumah nenek yang ada di Bandung, "Besok mamah hati-hati di jalan inget
sebelum berangkat sarapan dulu terus pas di perjalanan bawa obat sama minyak kayu putih," Bayu
sangat perhatian dengan Alina. "Iya Bay makasih mamah sudah di persiapkan,"

"Mah titip salam buat ka Ahmad dan ayahnya," ungkap Bayu.

"Iyaa,itu awas kunci rumah nenek jangan disimpan di mana aja yaa,"

"Besok perkiraan sampai malam hari,"

"Kabarin mah telpon Bayu,"

Alina megangguk "Bayu berangkat dulu mamah Assalamualaikum,"

"Hati-hati Waalaikumsallam,"

Saat pagi tiba Semua sudah bersiap, Alina memasak saat setelah bangun untuk Sarapan sebelum
berangkat. Semua barang bawaan di cek dan di masukan kedalam mobil "Bismilah semua siap?"
tanya Arsyad. "Siap Bismilahirohmanirohim," balas semua.

Saat menuju perjalanan kami berhenti setiap waktu sholat untuk istirahat, perjalanan yang cukup
lumayan jauh Arsyad dan Andy bergilir untuk menyetir mobil. Tak terasa kami sudah memasuki
wilayah kebumen Jawa tengah setalah 10 jam di perjalanan, perkiraan sampai di malam hari benar.
Kami tiba pada larut malam, kedatangan kami disambut oleh besan dan kakak ipar dari Marwah.

Sedikit perbincangan, kami memutuskan untuk istirahat Alina menghubungi Bayu dia mengirimkan
pesan WhatsApp "Bay mamah baru aja sampai," pesan yang langsung dibaca oleh Bayu setelah
menanti kabar dari Alina. "Alhamdulillah syukur mah sekarang mamah tidur yaa istirahat," balas
Bayu.

Sundari, Rizky dan Andy menurunkan barang bawaan dari mobil Suasana desa Mulyosari Prembun
yang begitu khas. Di sekeliling rumah terdapat pohon yang besar kebanyakan yang tinggal di daerah
itu adalah orang tua, kebanyakan anak muda merantau mencari pekerjaan.

CIV
Sundari mencuci muka dan menganti pakaian sebelum tidur, dia melihat semua orang mulai
terlelap tertidur kecuali Marwah yang membawa bantal dari kamarnya untuk Andy. Rumah yang
begitu nyaman dan bersih membuat Adiknya itu kesan datang pertama yang baik.

Alina yang tertidur bersama Zein di kamar, Marwah dan Sundari yang masih membuka kelopak
mata mereka

"Lapar umma,"

"Umma menuju dapur ada mie mau,"

Mereka membuat mie kuah dengan telur dan sayur sosin "Alhamdulillah enak banget pas banget
malem-malem makan yang kuah,"

"Udah makan tunggu 5 menit baru tidur yaa," ungkap Marwah.

Mereka tertidur pulas setelah memakan mie. Keesokan harinya semua orang terbangun sedikit
terlambat terdengar bunyi handphone yang berasal dari handphone Sundari, dia mengecek ternyata itu
alarm yang menunjukkan waktu jam setengah 6 pagi. Pagi yang dramatis "Astagfirullah telat," semua
terbangun saat mendengar teriakan Sundari.

Dia buru-buru ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu satu kamar mandi di tunggu beberapa
orang Rizky yang tiba-tiba ingin pup

"Aduuuh ga kuat siapa ini di kamar mandi lama banget,"

"Sebentar," balas Sundari.

Setalah pintu kamar mandi di buka Rizky menerobos "Maaf ga bisa santuy udah di ujung,"

Ahmad menyarankan untuk ikut di kamar mandi di rumah Ayahnya yang berada di bawah sebagian
orang kesana. "Makan apa atuh Sampai mules banget,"

"Gara-gara kemarin makan bakso level Setan," jawab Rizky.

"Makanya yang bener aja atu kalau ambil saos pedes tu," balas Sundari.

Setelah 2 hari berada di rumah Marwah, Sundari dan Rizky mengenal desa itu dia pergi ke pasar
untuk berbelanja keperluan sambil jajan. Kuliner yang murah dan enak membuat adik kakak itu
membawa dua kantong kresek jajanan dengan membawa uang 50 ribu.

"Meni pada murah yaa bekel 10 ribu di sini dapet banyak kalau sekolah," ungkap Rizky

"Murah emang aa enak tu kue coklat," balas Sundari.

CV
Alina memasak untuk keluarga dibantu Marwah dan pacar Andy yang ikut bersama kami. Alina
menyiapkan semua untuk makan bersama keluarga Ahmad.

Semua makan bersama di ruang tengah, keluarga Ahmad memuji masakan Alina "Silahkan
tambah lagi," ungkap Alina. "Cukup Bu terimakasih,"

Keesokan harinya Sundari meminta untuk pergi ke pantai Meganti, "Ayah ajak aja siapa tau kakak
ipar Umma mau ikut?" "Iyaa pasti,"

Sundari yang menyiapkan tripod dan powerbank untuk dia mengambil vlog saat berada di pantai
Menganti.

"Mad kakak ajak ikut ke pantai," ungkap Arsyad.

"Udah pak, insyaallah ucap kakak," balas Ahmad.

Saat menuju pantai Menganti memerlukan waktu setengah jam suasana pantai begitu terasa
mereka menikmati perjalanan itu.

Tiba di lokasi, Arsyad memarkirkan mobil setelah itu kami menaiki mobil terbuka untuk menuju
ke pantai.

"Masyaallah tabarakallah yallah luar biasa," ungkap Alina.

Alina menghirup napas menikmati keindahan pantai Menganti kebumen.

Keindahan alam memaparkan nikmat yang harus disyukuri

Alina Fatimah

Part 28

Kosong

Setelah kehilangan Abah Ema ingin selalu ditemani oleh anak-anaknya kesepian yang dirasakan
membuat dirinya ingin selalu ditemani, Divya yang merasa ketakutan saat Alina menemani Ema yang
dia intip dibagian jendela. Mata Divya yang menyorot dengan rasa penuh curiga kepada Alina seperti
di pantau. Ema yang mempercayai Alina dibandingkan anak bungsunya Divya, rumah yang
berhadapan dengan jarak yang dekat Divya dipercayai semua saudara untuk mengurus Ema, memasak
dan memberi jatah uang pada Ema setiap harinya. Setalah semua sepakat Ema selalu mengeluhkan

CVI
sikap dari suami Divya itu yang menyinggung perasaan Ema,saat Divya mengurus Ema. Tak ada rasa
hormat Alfian tidak bertegur sapa dengan mertuanya saat dia melewati Ema yang duduk menikmati
waktu sore. Ema bersikap sabar menghadapi menantu yang kurang etika itu.

Ema selalu merasa tidak enak saat berada di rumah Divya,baik hanya sekedar mengobrol di teras
dengan tetangganya,Ema memilih untuk duduk di depan rumah yang terdapat tempat yang nyaman
untuk mengobrol. Ema terkadang mengeluhkan keadaannya pada Alina.

"Ema mungkin Alfian tidak melihat keberadaan Ema," Ungkap Alina

"Bukan sekali dua kali Ini ada orang tua sama sekali acuh," balas Ema.

Hubungan Alina dan Divya cukup baik setelah beberapa tahun mereka berseteru, kondisi Alina
yang saat itu dalam keadaan tidak baik, Divya mengadu domba kepada kakak yang lainya Alina
menguras harta Ema. Kebencian yang tumbuh dari adik bungsu Alina membesar,Divya dan Alfian
mempengaruhi Nia kakak tertuanya sebagian orang terpengaruh dengan omongan Alina. Alina hanya
meluruskan setiap omongan yang sampai ketelinga saat orang menanyakan kebenaran. Dalmar dari
Jakarta mengetahui keadaan adik pengais bungsunya dalam keaadan tidak baik.

"Kurang ajar Divya bisa-bisa dia memfitnah kakaknya sendiri dia ga tau malu selama ini siapa
yang bantu dia dulu karena di tipu lelaki hidung belang,"

"Sudah gapapa kak kebenaran pasti bakalan terungkap, kita ga bisa meminta orang untuk menyukai
kita biarkan mereka memiliki hak untuk menilai,"

Kekuatan dan dukungan secara mental dari Dalmar menguatkan Alina. Dia tidak membuka aib
adiknya, Divya merasa menang saat dia bisa mempengaruhi pikiran dan membuat Nia dan Burhan
dengki. Kondisi keluarga Alina yang diuji bertubi-tubi dia tidak melunturkan keimanan yang dia
miliki. Keluarganya sendiri menjauh darinya, dalam keadaan terlilit hutang yang cukup besar Alina
memasrahkan diri pada sang pencipta. Alina tak sedikitpun menceritakan keadaannya pada Ema tapi
naluri ibu yang kuat membuat Ema peka terhadap keaadan Alina.

"Alina ini Kalung emas mungkin cukup untuk sedikit membantu mengurangi hutang-hutang kamu
nak,"

Alina menolak permintaan Ema, "Ga usah Ma insyaallah Alina bisa lunasin semua amanah itu,
kalung ini Ema pengen kan dari waktu itu. Ema simpan pakai saja,".

"Gapapa ibu mana yang hanya terdiam saat anaknya susah,"

Ema bersih keras untuk meyakinkan Alina "Gapapa nanti kalau ada rezeki lebih kamu ganti,"

Satu Momen itu membuat Divya merasa sikap Ema tidak adil,dia tidak menyadari berapa banyak
uang dan sawah yang Ema jual untuk masalah nya dia. Alina dari awal menikah yang tidak pernah

CVII
menceritakan keadaan dirinya membuat Ema bersyukur Alina anak yang Sholeha dan tidak pernah
menyakiti dari perkataaan. Hal itu yang tersirat dalam pikiran Ema.

Alina memberi tau jika dia meminjam Kalung itu dari Ema, semua saudara mengetahui agar tidak
terjadi kesalah pahaman. Alina selalu membari kabar hal sekecil apapun saat dia meminjam uang dari
Ema, Faiz dan Dalmar percaya pada adiknya itu. Alina membayar tepat dihadapan mereka dan
disaksikan oleh kakaknya. Berbeda dengan Divya yang tidak terus terang mengenai keuangan Ema
yang dia pinjam dan pakai. Itu menggoyahkan kepercayaan Nia,karena Ema menghabiskan begitu
banyak uang dalam sebulan. Nia memutuskan untuk menyimpan uang dalam bank yang dia ambil
untuk keperluan dan kebutuhan Ema. Hal itu di usulkan Alina dan Faiz agar tidak terjadi perselisihan.

****

Ema merasakan kesedihan dia saat berbelanja di warung Ema mendengarkan orang bergosip
megenai anaknya Alina. "Tolong bilangin ke teh Alina bayar hutangnya gitu," ungkap Lia tukang
warung yang menyampaikan pada Dariem.

"Ema tadi saya abis dari warung katanya teh Alina punya hutang ke warung teh Lia," ungkap
Dariem

Ema hanya terdiam,dia tidak mengetahui keterpurukan anaknya,langkah kaki menuju rumah Alina
nenek yang memakai samping batik dan kebaya itu seketika berjalan dengan cepat.

Tok tok

Suara pintu Alina membuka pintu

"Assalamualaikum Alina,"

"Waalaikumsallam Ema masuk,"

Alina memasang wajah yang seolah semua membaik "Ema mau makan? Alina masak sayur SOP
spesial ma,"

"Berapa hutang mu?"

Alina terkejut Ema seketika melontarkan pertanyaan itu "Hutang apa Ema?"

"Alina Ema dengar sendiri gosip mengenai keadaan kamu kenapa kamu tidak cerita na,"

Sundari yang mendengarkan percakapan mereka meneteskan air mata, keadaan Alina yang di uji
dengan ekonomi yang buruk, dan di fitnah bibinya sendiri.

"Ema tau kondisi Arsyad sekarang seperti apa,kamu masih punya ibu,"

CVIII
Alina hanya terdiam, dalam pikirannya dia hanya ingin mendekat diri pada Allah dan memperbaiki
diri. "Gapapa Ema Alina masih punya suami dan anak yang selalu jadi pelindung untuk keadaan
sekarang,"

Ema tidak rispek dengan Divya,Ema meluruskan dia tetap bersih keras dengan pendiriannya bahwa
Ema pilih kasih. Ema mengehala napas dia berusaha mencoba memperbaiki hubungan yang akan
hampir rusak oleh ulah anaknya itu. Ema menganggapi dengan bijak saat tetangga menanyakan rumor
yang beredar itu.

"Mah mamah nangis?" Ungkap Sundari.

"Sundari anak mamah cepat besar, cepat sukses nak kamu harapan mamah,"

Tangsis sedu tak tertahan sosok Alina yang sundari kenal kuat menangis dalam keadaan memeluk
anaknya itu.

"Mamah udah sekarang jangan banyak pikiran kita hadapi ujian ini insyaallah setiap kesulitan itu
pasti ada kemudahan,"

Saat bertemu dengan bibinya di jalan Divya memalingkan wajah dari Sundari.

"Astagfirullah sebenci itukah dirinya pada Mamah," gumam Sundari.

Senyuman manis berbalas dengan wajah yang masam, anak remaja 16 tahun itu mengingat semua
ajaran Arsyad dan Alina. Kondisi kesehatan Alina yang kurang baik, membuat Sundari khawatir dia
akan mengalami pendarahan kembali. Sundari selalu menguatkan ibunya. Hati yang sedih melihat
Alina dan Arsyad dalam kondisi titik terendah, anak gadisnya itu menjadi tempat cerita untuk Alina.
Sundari meyakinkan Alina dengan memberikan pemikiran hal positif.

"Mah makan dulu ini Sundari beli ayam goreng,"

"Kamu juga makan ya, Sundari ada uang beli Ayam?"

"Alhamdulillah ada mah barusan ibu haji Aridin meminta Sundari untuk berbelanja barangnya
cukup banyak jadi Sundari di kasih upah karena udah bantuin,"

Sundari melihat kearah dapur "Yaallah beras tinggal sedikit lagi," Sundari memegang uang sisa 15
Ribu dia belikan beras ke warung.

"Nasi masih ada untuk 4 orang cukup," ucap Sundari.

"Ayo mah makan," Alina membuka plastik itu dia memanggil Rizky yang tengah menonton film

"Iki sini,"

"Iya kenapa mah?"

CIX
Dia meminta kedua anaknya duduk tak menduga Alina menyuapi kami dengan tangan dengan rasa
penuh cinta. Kami makan bertiga secara bersamaan. Tangan yang penuh cinta itu membuat jeritan hati
Sundari menangis "Mah Sundari suatu hari akan angkat derajat keluarga kita pasti,"

Alina tersenyum melihat anaknya "Makan yang banyak kalian belum makan dari pagi kan,"

"Mah ayah dari tadi ga berhenti menjahit pasti laper mah,"

Langkah kaki Sundari menuju Arsyad " Ayah ayo makan Sundari beli ayam yuk makan,"

"Iya sun nanggung ini sebentar,"

"Ayah jangan nyiksa diri, waktunya istirahat dari semalam ayah ga tidur ngerjain ini semua,"

Sundari mematikan aliran listrik dari mesin itu dia mengajak Arsyad untuk makan bersama.

"Iyaaa anak bawel," canda Arsyad.

Sundari merasa sesak dia tau Arsyad tidak tidur agar bisa memiliki uang yang cukup untuk
kebutuhan sehari-hari. "Yallah sepahit ini rasanya sesak di dada melihat keaadan mamah dan ayah,
yallah lapangkan rezeki kami, mudahkan segala urusan kami bimbing kami dan beri petunjukmu,"
doa dalam hati Sundari.

Telepon berbunyi

"Hallo umma,"

"Sun Ntah kenapa aku merasa gelisah sulit tidur keinget mamah terus,"

Sundari menceritakan masalah yang menimpa pada Alina dan Divya, "Astagfirullah lagi-lagi buat
onar itu orang dari dulu"

"Sun mamah gimana," suasana hening sejenak.

"Sun kamu sudah makan?"

"Alhamdulillah sudah barusan,"

Umma mengetahui nada suara dari adiknya itu "Sebentar, buka WhatsApp sekarang," Sundari
membuka pesan yang masuk dari Marwah

Marwah mentransfer uang "Sun aku tau jadi kamu, hal ini terulang lagi saat dulu teteh yang
ngalamin kondisi itu kasih uang itu ke mamah yaa,"

Sundari terheran dia tidak menceritakan kondisi keuangan dari Alina dan Arsyad tetapi ikatan batin
yang kuat membuat Marwah mengerti kondisi ini. Andy, Bayu kecewa dengan bibinya itu, Emosi
yang Andy tunjukkan dia kesal "Mau kemana Jhon,"

CX
"Mau buat perhitungan,"

Alina mencegah anak laki-lakinya itu, dia memenangkan Andy dan Bayu.

"Kita berdoa bareng-bareng agar keluar dari situasi sulit ini, emosi ga akan menyelesaikan masalah
malah nambah masalah," ungkap Alina.

Andy dan Bayu yang baru mengetahui keadaan Alina dan Arsyad "Ayah maafkan kami,disini
kami merasa tidak berguna tidak bisa berbuat apa-apa," tangis Bayu.

Bayu memeluk Alina semua orang berkumpul menguatkan satu sama lain.

Kekuatan terbesar adalah doa dan cinta

Alina Fatimah

Part 29

Kebenaran

Alarm berbunyi Sundari terbangun untuk melakukan sholat tahajud, waktu di sepertiga malam dia
selalu menceritakan apa yang ada dalam pikirannya. Gadis ini merasa tenang saat dia bercerita pada
rabbnya air mata membasahi pipinya berharap keluarganya dapat keluar dari kesulitan. Merasa tenang

CXI
dan lega Sundari membaca Alquran,disaat gelisah dia mengambil air wudhu dan melakukan sholat.
Rasa damai yang dia rasakan obat ketika dia merasa tidak bisa berbuat apa-apa saat Alina berada
dalam masalah.

"Mah Sundari belum bisa bantu mamah buat lunasin semua hutang yang melilit keluarga kita,"
ungkap dalam hati saat melihat Alina tertidur pulas. Harapan akan terjadi keajaiban yang dapat
membuat Alina bahagia. Gadis ini mempersiapkan buku tulis berisi rangkuman pembelajaran, pagi ini
dia akan menghadapi ujian sekolah untuk kelulusan kelas 9. Ujian sekolah berbasis online karena
pemerintah membatasi aktivitas yang berkerumun saat ada Virus Corona datang ke Indonesia. Sundari
menghirup napas berusaha menenangkan pikiran agar pokus pada ujian sekolah.

Bermodal handphone dan kuota internet menjadi media untuk ujian sekolah, Sundari teringat Alina
membelikan handphone yang dia genggam rela meminjam uang untuk Sundari bisa mempunyai
handphone sebagai media pembelajaran daring. Sepuluh menit sebelum dimulai gadis itu teringat
semua perjuangan Alina yang selalu berkorban untuk kebahagiaan anaknya.

"Mah akan ku persembahkan nilai ujian tebaik, mamah ga akan sia-sia belikan handphone ini
untuk Sundari,janji Sundari buat mamah tersenyum saat melihat hasil belajar Sundari mah," ungkap
Sundari dalam hati. Alina meminta Sundari untuk membagi ponsel dengan adiknya agar tidak
ketinggalan informasi mengenai sekolah saat pembelajaran online.

Sesak terasa di dada gadis itu overthinking dan terdapat harapan besar dalam dirinya, "Yallah jika
engkau menakdirkan aku untuk mengangkat derajat keluargaku bimbing aku, mudahkan segala
urusanku," doa yang diucap sebelum melaksanakan ujian. Alina menyiapkan sarapan pagi untuk
Sundari saat melaksanakan ujian.

"Gadis cantik sarapan dulu ini tempe goreng spesial,".

"Buka mulutnya Aaa,"

Alina menyuapi anaknya yang tengah masuk website ujian "Mah aku udah gede malu sama
Zein,dari bisa sendiri mah,"

"Gapapa sini satu suap lagi biar semangat,"

"Iyaa mah iyaa,"

Sundari yang tengah pokus mengerjakan ujian sekolah sorot mata memandang soal dengan teliti,
dia bersungguh-sungguh agar mendapatkan nilai terbaik. Waktu menunjukan jam 10 pagi Sundari
meyelesaikan 2 mata pelajaran saat ujian. Dia yakin dengan jawabanya, Arsyad yang sedang mejahit
borongan baju tidur dari Intan saudari dari Alina yang memiliki usaha kompeksi.

"Ayah Sundari bantu rapihin benang yang nempel di baju yaa,"

CXII
"Hmm iya boleh tadi gimana ujianya?"

"Alhamdulillah lancar ayah,"

Sundari merasa bersalah setelah dia membantu menjahit karet celana tidur hasil jahitannya di
koreksi dan di kembalikan pada Arsyad, Arsyad yang membongkar dan menjahit kembali "Bodoh aku
bisa-bisa nya aku nambah kerjaan ayah," dalam lamunan Sundari.

Rizky sedang zoom meeting bersama gurunya dia mencatat bagian penting dari penjelasan
gurunya. Alina pergi kerumah Nia kondisi Kesehatan Ema yang semakin terpuruk,Nia dan Alina
membawa Ema ke dokter Omar. Semua anak-anak Ema sepakat untuk menemani Ema secara
bergantian, setelah perselisihan diantara Divya dan kakak-kakak nya telah mereda. Nasi telah menjadi
bubur semua menemukan kebusukan dan sikap dari Divya hingga dia dijauhi semua orang. Semua
kakaknya yang terpengaruh menjadi tidak rispek setelah anak dari Nia,Elja mengetahui sikap dari
bibinya itu yang senang mengadu domba dan memutar balikkan fakta.

Nia meminta maaf kepada Alina yang terpengaruh dengan omongan Divya dan Alfian.tidak
menduga Burhan yang keras kepala dan tamak datang kerumah Alina.

Tok-tok ketukan suara pintu

"Assalamualaikum Alina,"

Langkah kaki menuju ruang tamu Arsyad membuka pintu ruang tamu dia mempersilahkan kakak
ipar nya untuk masuk

"Syad Alina kemana?" tanya Burhan.

"Alina antar Ema ke klinik sebentar kak nanti Sebentar lagi juga pulang,"

Bayu membuatkan kopi, dia teringat ucapan Alina untuk tetap baik tidak memiliki rasa dendam
apapun dia melihat bagaimana Burhan memperlakukan Alina begitu buruk, anak laki-laki yang mana
yang tidak berhak marah dan kesal kepada seseorang yang membuat ibunya sedih. Pikiran Bayu
kembali pada nasihat dari Alina.

"Eh bay sekolah kelas berapa?" tanya Burhan.

"Kelas 12,"balas Bayu.

CXIII
Balasan Bayu yang spontan dan singkat membuat Burhan tidak lagi bertanya,dia merasa bersalah
saat Burhan membentak Alina dan berkata kasar di depan anaknya sendiri. Alina baru tiba dia melihat
motor Burhan yang berada di halaman rumah bagian depan.

"Assalamualaikum eh ada tamu,"

"Waalaikumsallam," jawab Arsyad dan Burhan

Alina duduk bersama Arsyad dia melihat kakaknya yang terdiam dan menghela napas Alina
menawarkan biskuit dan kopi yang dibawakan Bayu.

"Alina kenapa Ema?" tanya Burhan.

"Ema maag nya kambuh a tapi tadi udah berobat sekaligus konseling sama doktermya mengenai
Ema yang jangan terlalu banyak pikiran dan stress," balas Alina.

"Aa mau minta Maaf atas semua kesalahan dan tidakan Aa yang menyakiti Kamu," perkataan
yang tulus dari Burhan. Dia mendapatkan karma cerminan apa yang di lakukan dia dipermalukan
anaknya dan dibentak dihadapan semua bahkan Burhan diperlakukan secara tidak hormat oleh
anaknya,yang tidak menganggap Burhan adalah ayahnya. Dia sadar banyak kesalahan dan kekurangan
dari dirinya setelah perbuatannya dulu ke Abah dan Ema dia rasakan sendiri saat anaknya kurang ajar.
Roda kehidupan berputar dia menyadari sikap buruknya.

Alina memaafkan jauh sebelum Burhan meminta maaf kepada Alina. "Aa sekarang sudah tua
banyak yang harus Aa tobatin dari semua apa yang dilakukan dulu,"

"Iya gapapa yang lalu biarlah berlalu Aa, sekarang kita banyak berdoa untuk kesehatan Ema,"

Ema yang semakin kondisinya tidak bisa apa-apa hanya terbaring tidur. Divya menyadari
kesalahannya dia menangis tersedu-sedu meminta maaf atas semua perbuatannya yang dilakukan
kepada semua kakaknya.

Ema yang mengingatkan pada semua untuk bisa berdamai dengan baik, saling menyayangi dan
membantu.

****

Satu malam Alina dan Divya menemani Ema yang tertidur sepanjang malam Alina tidak bisa
tertidur ntah apa yang membuat dirinya tidak nyaman saat memejamkan matanya dia melihat Ema
membacakan dzikir dan doa agar hatinya tenang. Saat sholat subuh Alina memutuskan untuk sholat di
rumah dan akan kembali setelah sholat shubuh. Saat sedang membawa kain selimut untuk Ema
alangkah terkejutnya dia mendengar pengumuman dari speaker mesjid yang mengumumkan Ema
telah meninggal dunia. Serentak dia langsung menemui Ema untuk memastikan kebenarannya saat itu
Ema mengembuskan napas terakhir. Untuk kedua kalinya Alina merasakan dunianya hilang direnggut

CXIV
dan di paksa begitu saja ujian yang bertubi-tubi,kini Ema telah meninggalkan dirinya. Tegar
menghadapi semua Alina percaya ini ketentuan yang Allah tetapkan untuk Ema dan Abah. Dulu gadis
desa yang periang kini menjadi anak yatim piatu.

Menerima dengan lapang dada Alina mencoba menguatkan diri dari kondisi ini. Setalah beberapa
bulan Alina kembali yakin hal yang baik akan datang.

Dia bertemu dengan wali kelas Sundari untuk menanyakan perihal pembelajaran Sundari.
Bahagia yang dia dengar saat berbicara bahwa Sundari siswi terbaik dengan nilai rata-rata ujian
sekolah 91 dan dinyatakan lulus.

Tak ada batasan untuk tetap yakin pada ketepatan yang terbaik

Alina Fatimah

Part 30

Keyakinan

Pagi yang cukup cerah Alina mengharap hari yang dia tunggu berjalan dengan baik dia
berpenampilan rapih dan cukup casual. Paras wajah Alina yang penuh karismatik saat memakai blazer
dan rok midi skirt membuat penampilannya sangat cantik. "Ayo Sun cepet mamah udah siap," Alina

CXV
tak melupakan tugasnya sebelum dia pergi untuk bertemu clien dia memasak untuk sarapan. Alina
masuk kedalam kamar untuk memastikan Sundari sudah siap alangkah terkejutnya saat melihat
penampilan anaknya yang sama seperti dirinya. Senyuman terlukis dari Alina melihat anak gadisnya
kini terlihat memukau seperti adik dan kakak saat berjalan tinggi badan Sundari sepadan dengan
Alina.

"Masyaallah cantiknya anak mamah,"

"Alhamdulillah siapa dulu mamahnya,"

"Pantes lama makeup dulu ternyata,"

Alina mengajak Sundari untuk sarapan sebelum pergi, waktu menunjukan pukul 9 pagi setalah
sarapan mereka bersiap memastikan semua dokumen yang dia bawa terdapat dalam tas "Aman,"
ungkap Alina. Sundari memakaikan helm pada Alina mereka pergi menggunakan motor karisma yang
penuh sejarah untuk kehidupan mereka.

"Bismilahirohmanirohim," ucap Sundari

"Assalamualaikum ayah doain yaa semoga kali ini semua berjalan dengan baik," ungkap Alina.

"Waalaikumsallam Aaminn semoga Allah berikan kabar yang baik," jawab Arsyad.

Sundari yang membawa motor penuh kehati-hatian,Alina yang selalu memperingati untuk
membawa motor pelan dan selamat sampai tujuan. Jalan yang penuh tantangan saat hujan jalan didesa
tetangga penuh lumpur dan lubang. Sundari menepikan motor meminta Alina untuk melipat bagian
rok agar tidak kotor. Mereka terbiasa dengan jalan yang mereka akan lewati tak heran banyak orang
yang datang pertama kali ke desa kami terkejut dengan keadaan jalanya. Suara telepon berbunyi
bergetar di tas yang dibawa oleh Sundari

"Mah sepertinya Bu Erna menelepon,"

"Hah apa sayang,"

Di jalan yang begitu berisik dengan hembusan angin yang lumayan kencang membuat ucapan
Sundari tidak terdengar begitu jelas. Hal yang wajar saat orang memakai helm semua orang pasti
merasakan komunikasi yang harus di ulang.

Alina yang kini beralih menjadi seorang marketing dalam bidang lahan membuat orang desa
mempercayai diriya relasi dan kenalan yang banyak. Kini misi Alina adalah menjual tanah yang
cukup luas dan mendapatkan profit yang besar.

****

CXVI
Obrolan kecil dari menanyakan perkembangan prestasi Sundari di sekolah kini berujung pada
obrolan yang membawa Alina membuka peluang menawarkan lahan, saudara Bu Erna yang
berkecukupan ingin investasi dalam bidang lahan. Alina dan Bu Erna bernegosiasi untuk mengatur
pertemuan dengan Bu Ani calon yang akan membeli lahan. Alina percaya dengan anak gadisnya
untuk dapat membantu dirinya. Alina Fatimah merasa pertemuan itu sebuah jalan untuk bisa
membangkitkan keterpurukan dari ekonomi yang sulit.

Saat sesampai di depan rumah Bu Erna, Alina mengehala napas dan hati kecilnya berdoa
kedatangan mereka disambut baik Alina dan Sundari dipersilahkan masuk suasana ruang tamu yang
dipenuhi aksesoris dari luar negeri membuat ruang tamu yang minimalis nyaman saat Alina bertemu
dengan client. Percakapan dimulai mengenal pribadi masing-masing, hingga ke inti pembicaraan.
Kesan yang pertama yang baik saat bertemu, selanjutnya Bu Ani akan mensurvei ke desa Alina untuk
melihat letak dari lahan tersebut.

"Baik Bu terimakasih untuk pertemuan kali ini semoga cocok dengan lahannya," ucap Bu Ani.

"Sama-sama ibu ditunggu kedatangannya," balasAlina.

Sundari senang Alina begitu antusias saat bertemu dengan Bu Ani, sugesti dari gadis manis itu
meyakinkan ibunya kali ini dia akan berhasil kedua perempuan itu tampak kompak seperti atasan dan
sekertaris pribadi.

****

Rizky membuka map untuk merapikan sertifikat kejuaraan yang selama ini raih selama sekolah,jari
jemari Rizky berhenti membuka amplop coklat bertulis "Amanah yang harus di bayar" dia penasaran
dengan isi dari amplop tersebut. Ekspresi mematung sorot mata tertuju pada selembar kertas yang
bertuliskan angka,surat itu berisi rincian tunggakan sekolah tak menduga nama dirinya tertulis dari
surat itu.

"Apa selama hampir 3 tahun semua iuran yang harus dibayar sebesar ini," gumam Rizky.

Suasana hati berubah saat dirinya mengetahui jumlah yang harus di bayar ibunya sejumlah 8 juta
lebih dia memejamkan matanya menarik napas dalam kondisi yang cukup membaik,dalam pikiran ini
beban bagi Alina dan Arsyad. Berjuang melunasi lilitan hutang dari bank dengan bunga yang besar
membuat keluarga Rizky harus banyak mengalami kesulitan dan ujian yang bertubi-tubi. Rizky
selama sekolah selalu menghindari ruang tata usaha untuk bertemu dengan ketua tata usaha.
Terkadang dirinya merasa malu belum bisa menyelesaikan administrasi, disatu sisi Sundari yang
selalu menghadapi panggilan orang tua sebagai perwakilan saat Alina harus ke sekolah. Namun
terkadang Sundari tidak menyampaikan pesan tersebut karena tau kondisi dari Alina.

CXVII
"Teh gimana? Ga mungkin mamah harus ke sekolah sementara kita tau kondisi kesehatan dan
keuangan keluarga kita," ungkap Rizky.

"Gapapa Rizky biar teteh yang jadi mamah untuk mengambil kartu ujian kamu," jawab Sundari.

Pandangan Rizky tertuju pada kakaknya dengan berani untuk kesekian kalinya dirinya membantu
untuk mengikuti ujian. Rizky mengetahui kakanya memiliki keberanian dan mental yang cukup berani
Sundari cukup lama berbicara dengan ketua tata usaha, Rizky hanya bisa melihat dari jendela yang
dibatasi tirai memastikan kakaknya.

"Nii kartu ujian yang bener jawabnya nanti kalau ujian,"

"Alhamdulillah ya Allah teh makasih,"

Rizky melihat kakaknya yang selalu tersenyum dan ceria itu menyebunyikan kesedihan di balik
keceriaan yang selama ini dia tunjukkan.

"Teteh nangis ya?"

"Engga ko kata siapa,"

"Bohong aku tau,emang tadi ketua tata usaha ngomong apa?"

"Engga ko yaa obrolan biasa aja,"

Tersirat perjuangan yang dialami mereka saat sekolah Sundari yang selalu menjadi pelindung dan
mereka sama-sama saling menjaga. Hati kecil Rizky tumbuh harapan agar bisa membayar semua
tunggakan sekolah.

Setalah beberapa bulan belum ada kabar dari bu Erna dan bu Ani. Alina khawatir Bu Ani tidak
tertarik dengan lahan itu, Sundari selalu memberikan asumsi yang positif pada ibunya. Kecemasan
Alina di tepis gadis kesayangannya itu.

Sundari yang tengah rebahan dia membuka sosial media tak sengaja melihat status WhatsApp dari
Bu Erna yang sedang bersepeda tak lama telah berjumpa guru dengan guru kesayangannya itu,
Sundari berkomentar postingan tersebut dengan menyakan kabar,pesan Sundari dibalas dengan cepat.
Jawaban hal yang sama di tanyakan kembali pada muridnya.

"Waalaikumsallam Alhamdulillah sehat gimana Dewi sehat?"

Balasan komentar tersebut membawa Sundari dan Bu Erna menayakan soal lahan yang di tawarkan
ibunya.

"Dewi lahan yang waktu itu di tawarkan ke bu Ani masih ada?" Sundari terkejut gurunya kembali
membahas soal lahan itu,dia mengira Bu Ani tidak akan membeli lahan itu. Setelah percakapan

CXVIII
keesokan harinya Bu Ani dan Bu Erna mensurvei ke desa Alina melihat lahan yang akan dia
beli,Alina dan Arsyad mengantarkan mereka wasilah jari kecil Sundari yang berkomentar
menggerakkan mereka untuk serius membeli tanah.

Setelah mensurvei tanah Bu Ani meminta satu hari untuk bicara dengan suaminya setelah melihat
lahan itu. Keesokan harinya Bu Erna menghubungi Alina dan memberikan kabar baik Bu Ani
menyetujui untuk membeli sejumlah lahan. bu Ani mentransfer setangah harga sebagai DP dengan
jumlah 180 juta dari 360 juta. Alina senang ikhtiar membuahkan hasil. Berkat dukungan dan kekuatan
doa dari keluarga tercinta.

"Alhamdulillah Yallah," ucap Alina.

"Alhamdulillah Sundari bersyukur banget mah usaha kita berhasil,"

Disusul hari berikutnya bu Ani melakukan pelunasan,Alina dan Arsyad mempersiapkan AJB ke
kantor desa.

"Terimakasih bu Alina atas kerjasamanya," ucap bu Ani.

"Alhamdulillah sama-sama bu Ani," hubungan terjalin antara bu Erna dan bu Ani,Alina senang kini
dia dapat membayar amanah dengan wasilah menjadi marketing lahan. Alina bersyukur kini dia dapat
terlepas dari keterpurukan ekonomi,dengan terbebas dari hutang dan berbagi pada orang yang
membutuhkan.

"Alhamdulillah terimakasih anak-anaku semua kalian hebat mamah dan ayah bersyukur memiliki
anak seperti kalian mamah beruntung punya anak yang Sholeh Sholeha, selalu menguatkan mamah
mengibur mamah mendukung mamah saat kita berada dalam posisi yang sulit," air mata membasahi
pipi Alina. Semua keluarga berkumpul dalam rumah yang penuh kehangatan kasih sayang.

"Sama-sama mamah ayah terimakasih telah melahirkan kami mendidik kami dan memenuhi semua
tanggung jawab sebagai orang tua terbaik,kami justru yang sangat beruntung memiliki kalian,"
ungkap Marwah.

Alina manatap Rizky dan Sundari yang telah menangis disaat dirinya bicara "Mamah terhebat,"
lontar Sundari.

"Alhamdulillah kita bisa dan kuat Sejauh ini bisa bertahan dalam kondisi kadang membuat kita
senang, sedih terimakasih untuk kakak dan adik-adik tercinta jujur kalian hebat," ungkap Bayu.

Alina yang memotong nasi kuning sebagai Rasa bersyukur atas kebaikan yang Allah berikan. Dia
memeluk semua anaknya "I love all," ungkap Alina. Sundari mencium kening ibunya itu senyuman
manis dia tunjukan.

CXIX
"Makasih sayang,"

"Aah udah jangan nangis lagii," ungkap Sundari.

Semua tertawa tersenyum melihat tingkah Rizky yang memperebutkan suapan pertama bersama
Bayu dan Andy kebahagiaan terpancar dari rumah berjuta kenangan. Tangis bahagia menguatkan rasa
cinta dari keluarga Alina dan Arsyad.

~selesai~

Garis waktu dan takdir memberi kejutan di balik titik sebuah harapan dan kesedihan

Alina Fatimah

CXX
Monolog

Sesulit apapun keadaan dan keterpurukan yang keluarga Alina dan Arsyad hadapi, dibalik itu ada
hikmah dan pembelajaran bagi mereka. Kekuatan cinta yang mereka miliki menjadi alasan mereka
untuk tetap yakin pada takdir yang baik, keluarga yang mengalami fase roda kehidupan yang berputar
membuat ikatan cinta keluarga yang semakin kuat, mendukung dalam setiap proses sebuah
kehidupan. Tak lepas dari keyakinan kepada Allah keluarga Alina mempunyai anak-anak mengerti
ketetapan terbaik.

Kasih sayang selalu mengudara dalam rumah berjuta kenangan yang menuliskan jalan takdir
mereka bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Setiap ada harapan pasti ada jalan. Memupuk
rasa saling menguatkan dalam suatu hubungan tak mudah saling memahami dan mengerti dalam
sebuah ikatan yang talinya tak akan pernah terputus,menjadi kunci keberhasilan keluarga yang
bahagia.

Kisah inspirasi Alina dan Arsyad menjadi suatu kebanggaan bagi anak-anaknya bagaimana
mereka mengungkapkan rasa syukur lebih dari sekedar kata. Aku bangga memilikiku dan itu adalah
fakta.

Tentang Penulis

Dewi Sundari adalah seorang pelajar yang duduk di kelas 12 SMK, gadis kelahiran Bandung 13
Juni 2004 memiliki ketertarikan menulis saat dia berumur 9 tahun. Dia memulai belajar menulis
dengan menceritakan keseharian melalui buku diary. Semenjak sekolah menengah pertama dia

CXXI
menyadari menyukai untaian kata yang tersirat dalam hati dan pikirannya. Karya puisi yang dia tulis
membawa dirinya menjadi seorang yang puitis. Sundari menerbitkan Novel perdana berjudul Ruang
Cinta dan Waktu yang terbit pada tahun 2022. Menjadi karya Novel pertama yang membuat dirinya
belajar mendalami bakatnya itu.

Sundari aktif berorganisasi di sekolah dan merupakan siswi berprestasi dalam bidang akademik
maupun non akademik. Selain menyukai dunia kepenulisan dirinya menyukai Publik Speaking. Dia
merupakan seorang content creator yang aktif di sosial media.

"Setiap untaian kata yang dia tulis baginya adalah seni yang mampu menciptakan keajaiban,"

Mari berteman dan berinteraksi dengan penulis

Instagram: @iniisundari_

Facebook: @Dewi Sundari

Youtube: @Aku Sundari

CXXII

Anda mungkin juga menyukai