Anda di halaman 1dari 7

METABAHASA

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

METABAHASA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Journal homepage: http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/metabahasa/index
Journal Email: metabahasa@stkipyasika.ac.id
PISSN: 2656-5315 EISSN: 2656-5579

PERBANDINGAN ANAK HIPER AKTIF DENGAN ANAK


PENDIAM TENTANG PENYERAPAN BAHASA INDONESIA
DI TK KOBERMUSTIKA

Ai Rosmiati
STKIP YASIKA MAJALENGKA
Email: airosmiati026@gmail.com.
NPM: P12021088

Muhammad Maftuh ridho


STKIP YASIKA MAJALENGKA
Email: dadanbocikal@gmail.com.
NPM: P12021162

Muhamad Cece
STKIP YASIKA MAJALENGKA
Email:
NPM: P12021010

Article Received: ........, Review process: ........, Accepted: ……., Article published: .........

Abstract
This research examines and analyzes a comparison of language performance in early
childhood who is still in kindergarten (kindergarten) to be able to understand a difference
between hyper active and non hyper active children in language application, therefore we are
interested in researching and analyzing a difference between the two children's characters is
that there is a statement that hyperactive children are more active in language, but they find it
difficult to control a language, while children who are more active tend to be silent to process
the words that are issued. The source of this research is the children of Kindergarten KB
MUSTIKA in the hamlet. Cisurat, Sumedang. Using a learning technique is (1) emphasizing
Indonesian (2) storytelling techniques (3) singing techniques (4) playing techniques using
standard Indonesian.

Keywords : Language differences from Kindergarten children, Knowing the language of


Kindergarten Children, Language types of Kindergarten children

Jurnal “METABAHASA”, Volume xx Nomor xx , Bulan Tahun


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
ABSTRAK
Peneletian ini menkaji dan menganalisis sebuah perbandingan kinerja berbahsa pada
anak usia dini yang masih duduk di bangku TK (Taman kanak-Kanak) untuk dapat
memahami sebuah perbedaan antara anak hiper aktif dan non hiper aktif dalam
penerapan bahasa maka dari itu kami tertarik untuk meneliti dan menelaah sebuah
perbedaan dari dua karakter anak tersebut ada sebuah pernyataan bahwa anak hiper
aktif lebih aktif dalam berbahasa namun mereka sulit untuk mengontrol sebuah bahasa
sedangkan anak yang hier aktif lebih cenderung diam untuk mengolah kata yang di
keluarkan. Sumber dari penelitian ini adalah dari anak TK KB MUSTIKA di dusun.
Cisurat Sumedang. Dengan mengunakan sebuah teknik pembelajaran adalah (1)
menekankan Bahasa indonesia (2) teknik mendongeng (3) teknik Bernyanyi (4) teknik
bermain mengunakan Bahasa indonesia yang baku.

Kata Kunci : Perbedaan Berbahsa dari anak TK, Mengenal bahsa Pada Anak TK,tipe
Berbahsa Anak TK

PENDAHULUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengeahui seberapa cepat pola pikir


berbahsa yang mereka ketahui di lingkungan sekitar agar mengetahui pelajaran
dan pembahasaan bahasa indonesia yang baik dan benar di dalam linkungan
masyarakat .Perbedaan antara anak hiper aktif dan anak yang pendiam secara
biologis dengan lingkungan masyarakat. agar setiap orang dapat mengetahui
pedbedaan antara anak hiper aktif dan pendiam agar dapat menyesuaikan
perilaku orang-orang terhadap karakteristik anak tersebut. penelitian ini juga
bertujuan untuk mengembangkan berbahasa anak di usia dini agar dapat
menyesuaikan berbahsa yang baik dan santun terhadap lingkungan masyarakat
sekitar. Penelitian ini juga di perkuat oleh teoristik Noam Chomsky
mengemukakan bahwa pemerolehan bahasa pada seseorang atau anak sudah
di bawa sejak lahir, karena ia di bekali dengan sebuah alat pemerolehan bahasa
yang kemudian di kenal dengan Laguage Acquisition Device (LAD), Semua anak
akan memperoleh bahasa pada porsi yang sama, hal ini tidak ada hubungannya
dengan faktor kongnitif lainnya seperti IQ. Namun meurut kelompok kami
sependapat bahwa pekembangan bahasa pada anak itu menikuti bahasa ibunya
yang sesuai lingkungannya maka dari iyu penanggulangan terhadap bahsa-
bahasa yang tidab baik dan santun harus di cegah terhadap anak di usia dini.
Untuk harapannya artikel ini dapat bermanfaat untuk semua orang yang
membaca dan dapat memahami apa yang kami tulis ini sehingga dapat
mengamalkannya di lingkungan masyarakat .

Jurnal “METABAHASA”, Volume xx Nomor xx , Bulan Tahun


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Jurnal “METABAHASA”, Volume xx Nomor xx , Bulan Tahun
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
METODOLOGI
Untuk penelitian ini kami mengunakan metode desktiptif kualitatif
yang dimana kami melakukan obsevasi berupa pendataan terhadap anak
TK (Taman Kanak-kanak) dan mewawancarai guru dalam bentuk kata-kata
lisan dari pelaku yang di amati. sehingga dapat melakukan sebuah
penelitian yang menarik dari kelompok kami serta menjadikan sebuah
artikel jurnal agar mudah di baca dan di pahami oleh kita semua.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ada masalah dalam proses pengajaran bahasa Indonesia kepada
peserta didik ada karena ada beberapa anak tinggal di daerah yang notabene
dan tidak jauh dari bahasa ibu. Anak-anak dan lingkungan sekitar
menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Sunda sehingga Anak kurang
memahami karena bahasa sehari-hari yang digunakan di sekolah maupun di
rumah terutama ya karena kan di sekolah. DiI sekolah waktunya cuman
sebentar jadi otomatis anak lebih banyak melakukan interaksi dengan orang
tuanya dan teman sekitarnya di lingkungan luar sekolah. Sehingga anak-anak
bahasa yang digunakan otomatis bahasa daerah tersebut. Selanjutnya
Bagaimana cara mengatasi anak yang tidak paham atau belum paham akan
bahasa Indonesia? karena kita sekolah sehingga lebih banyak membaca
buku sedangkan di lingkungan sekitar anak lebih aktif beradaptasi mengikuti
lingkungannya.

Ada pun permainan utuk mengasah berbahsa anak seperti brtmain


kartu-kartu yang terdapat gambar lalu di bawahnya ada penjelasan mengenai
gamar tersebut misalkan gambarnya contoh gambarnya buku di bawahnya
kan ada tulisannya (b u k u) nah bisa melalui dengan cara itu berarti itu
adalah sebuah cara untuk menunjukkan dengan benda. lalu banyak benda-
benda misalkan dari permainan permainan kata seperti bola, dari bola juga
kan kita bisa mengolah hurufnya apa saja maka dari kata (b o l a )bisa di
jelaskan bahwa kata bola, kita menjelaskannya dengan cara seperti itu
menunjukkan dengan benda. Lalu ada sebuah teknik yaitu ajak si anak
menceritakan pengalamannya walaupun dalam pola anak berbicara otomatis
masih ada kata terselip bahasa daerahnya sehingga dapat melatih pola

Jurnal “METABAHASA”, Volume xx Nomor xx , Bulan Tahun


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
bahsa yang terselip menjadi perlahan-perlahan mampu menuntun anak dan
terbiasa setidaknya anak mampu mengenal sedikit-sedikit bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia yang baku kita menerapkannya dengan cara


bermain melalui permainan kata agar anak mudah mehamai menyerap kata
pada usia dini anak masih perlu di arahkan untuk mengembangkan sebuah
pola bahsa yang baik dan benar sehingga dapat menyesuaikan di lingkungan
agar menggunakan bahasa baik dan sopan. Pada di dalam kelas ini banyak
anak hiperaktif dan pendiam untuk yang hiperaktif dari seorang guru harus
bisa mengontrol pola bahasa si anak agar tidak terbiasa dengan pola bahsa-
bahsa yang negatif sehingga dapat di terapkan di masyarakat. Sedangkan
anak pendiang mereka cenderung diam maka dari itu untuk seorang pengajar
agar mengarkan anak pendiam ini untuk berkomunikasi dengan baik pada
anak-anak semstinya sehingga tidak timbulnya ke pendiaman dalam
komunikasi.
Selanjutnya mengunakan tubuh sebagai alat media mengenal
berbahsa di dalam angota tubuh anak contohnya “seperti ini kalau dalam
bahasa Sunda itu cepil tapi bahasa Indonesianya itu adalah telinga” lalu ada
tenkik memojokkan anak jika kata yang diucapkannya salah tidak
dijadikannya bahan lelucon Otomatis pasti banyak salah terutama untuk di
anak-anak jangankan anak-anak kita pun masih banyak salahnya.

Salah satu keberhasilan dalam berbahsa juga yaitu percaya diri untuk
penangulangan anak yang terutama anak kurang komunikasi yang terjalin di
lingkungan keluarga balik lagi ke dalam keluarganya harus kembali lagi kita
harus melihat latar belakang keluarganya seperti apa kalau misalkan di dalam
suatu keluarga itu terdapat kehangatan nah terjalin kehangatan kebersamaan
otomatis anak mengungkapkan segala apa yang dia inginkan sehingga
terjalin komunikasi yang baik dan benar dan si anak merasa sangat dalam
kebersamaan keluarga itu “Bagaimana sikap ibu dalam menghadapi anak
yang hiperaktif untuk anak yang hiperaktif ?” kita harus lebih sabar Itu poin
pertama Ya terus tidak perlu marah-marah namun ditunjukkan sikap yang
tegas juga jadi si anak harus jadi si anak bisa apa ya bisa dia tahu oh kalau
itu tidak boleh dilakukan Nah kita harus memberikan batas-batasannya
namun kembali lagi dengan cara pembicaraan kita yang lemahlembut dan

Jurnal “METABAHASA”, Volume xx Nomor xx , Bulan Tahun


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
terus mengajarkan anak untuk konsisten terhadap janjinya misalkan kita
harus bisa membuat si anak berjanji misalkan si anak yang super aktif kan
ada yang ini ya misalkan mengganggu temannya yang lagi belajar entah itu
pensilnya yang diambil atau entah itu bukunya yang dicoret-coret ataupun
yang secara paksa lalu disobek Nah kita harus membuat janji si anak yang
harus meminta maaf kepada temannya biasakan seperti itu ya anak harus
meminta maaf setelah melakukan kesalahan terus kita harus menerapkan
tadi janjinya Janji contoh misalkan dengan cara janji untuk tidak berbuat
nakal lagi sama temannya sehingga anak dapat berkomunikasi dan lebih
jernih pemikirannya untuk menjalankan dan mengikat tali persahabatan satu
dengan yang lain agar berkomunikasi lebih indah dan damai.

SIMPULAN
Setelah kita melakukan observasi ke tempat TK (Taman Kanak-Kanak) kita
banyak mengetahui tentang perbedaan antara anak hiper aktif dan anak
pendiam dalam penyerapan bahasa indonesia.dengan mengetahui hal
tersebut banyak cara yang dapat kita lakukan diantaranya, dengan cara
bermain peran, bercerita, bernyanyi, bermain kata berantai, mengacak
kata,dan menyusun kata.selanjutnya untuk anak yang hiperaktif yang
namanya aktif itu tidak bisa mengontrol dirinya sendiri sehingga pembelajaran
tersebut ataupun penyerapan kata dan lain-lain otomatis anak yang hiperaktif
akan lebih mudah menerima apa yang telah diajarkan oleh gurunya.
sedangkan anak yang pendiam otomatis hanya akan diam bingung sehingga
kurang mampu untuk mengungkapkan kata-katanya. Sehingga dalam
pembendaharaan kata apapun kita harus menstimulasi anak yang pendiam,
misalkan kita mengetahui anak pendiam dengan cara kita bertanya lebih dulu
Apakah anak tahu atau enggak jadi jelas sekali ya perbedaan antara
penyerapan bahasa Indonesia antara anak hiperaktif dan anak pendiam.

Selanjutnya ada metode atau cara khusus peserta didik mau belajar bahasa
Indonesia tentunya ada ya cara atau metode yang digunakan yaitu
mengajarkan anak untuk terbiasa berbicara Bahasa Indonesia sehari-hari
terutama di sekolah terus kita juga memberikan pengertian terhadap orang
tuanya bukan berarti kita harus melupakan bahasa sendiri ya Jadi kita juga

Jurnal “METABAHASA”, Volume xx Nomor xx , Bulan Tahun


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
harus ada kerjasama antara guru dan orang tua di rumah kalau hanya guru di
sekolah otomatis itu tidak akan berhasil karena tadi bilang anak lebih banyak
bersama keluarganya dibandingkan di sekolah lalu ajarkan anak dengan
bahasa Indonesia dengan cara mendongeng bernyanyi bercerita
pengalamannya sendiri tapi menggunakan bahasa Indonesia.

Selanjutnya menggunakan bahasa Indonesia yang baku jangan banyak


menggunakan istilah-istilah bahasa Indonesia zaman sekarang kalau untuk
anak diusahakan menggunakan bahasa yang baku,diajarkan belajar dengan
cara bermain seperti bermain kata sambung. Jadi seorang anak sedikit demi
sedikit akan paham bahasa tersebut kita harus selalu membimbing dan
memberikan dorongan supaya anak dapat belajar secara baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA [12 pt ARIAL BOLD, All CAPS ]


(Arial, size 12, spasi 1) Daftar pustaka disusun secara alfabetis dengan format
penulisan APA 6th Edition (American Psychological Association) dan
menggunakan referensi maksimal 5 tahun terakhir minimal 20 rujukan.

Jurnal “METABAHASA”, Volume xx Nomor xx , Bulan Tahun


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

Anda mungkin juga menyukai