DI SUSUN OLEH :
1821033
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena semata-mata atas
berkat rahmat dan karunialah salah satu tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dalam mempelajari dan
memahami tentang “METODE PENELITIAN DALAM PSIKOLOGI SOSIAL”.
Dan mungkin makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami memohon segala kritik dan saran yang membangun tentang
makalah ini agar kedepannya makalah ini menjadi lebih baik dari sebelumnya dan
dapat berguna bagi kami dan pembaca nantinya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Metode Penelitian Dalam Psikologi Sosial ........................................ 2
B. Etika Dalam Psikologi Sosial ............................................................. 12
BAB II PENUTUP .............................................................................................. 15
A. Kesimpulan ......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah yang dapat melakukan
penelitian/eksperimen tentunya akan mengenal istilah metode dan etika di
dalamnya. Metode ini berguna sebagai panduan bagaimana suatu eksperimen
dapat berjalan/dilakukan (diharapkan juga dapat berhasil dengan baik) dan etika
berfungsi sebagai aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menjalani
eksperimen dengan harapan agar tidak menimbulkan akibat buruk bagi
partisipan maupun periset.Seperti halnya ilmu pengetahuan lain, psikologi
sosial juga memiliki metode dan etika saat akan menjalani eksperimen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk metode dalam psikologi sosial?
2. Apa saja etika dalam psikologi sosial?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui metode-metode dalam psikologi sosial.
2. Mengetahui etika dalam psikologi sosial.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ciri menarik dari psikologi sosial adalah ilmu ini membahas mengenai
topik-topik yang relevan dengan pengalaman kita sehari-hari. Pengalaman
personal merupakan faktor yang sering kali memicu hasrat psikolog untuk
mempelajari topik tertentu dan menyusun hipotesis tentang kehidupan sosial.
Akan tetapi, meskipun riset psikologi sosial sering diawali oleh pengalaman
personal dan perhatian sosial, riset itu tidah hanya mengandalkan spekulasi.
Psikologi sosial adalah ilmu empiris. Ini berarti para psikolog sosial
menggunakan metode yang sistematis untuk mengumpulkan informasi tentang
kehidupan sosial dan untuk menguji kegunaan suatu teori.
2
Riset psikologi sosial mempunyai empat tujuan umum:
a. Deskripsi.
b. Analisis kausal.
c. Penyusunan teori.
d. Aplikasi.
3
Psikolog sosial harus mempertimbangkan aspek praktis dan tujuan
pengumpulan data yang dapat digeneralisasikan untuk orang-orang di
luar subjek yang diteliti. Kompromi yang lazim dipakai adalah
menggunakan mahasiswa sebagai subjek, karena mereka adalah
populasi yang mudah didapat. Kebutuhan sampel yang representative
akan tergantung pada pertanyaan yang diajukan.
4
korelasional, hubungan sebab-akibat bisa bersifat ambigu. Contohnya
kasus reverse-causality problem (problem kausalitas terbalik), yakni
suatu keadaan yang terjadi ketika dua variabel saling berkorelasi,
namun kedua variabel bisa sama-sama menjadi penyebab dan menjadi
akibat. Contohnya studi menunjukkan korelasi antara menonton TV
dengan level perilaku agresif. Hasil riset dapat mengindikasikan bahwa
tayangan kekerasan di TV menyebabkan agresi anak. Tetapi hal ini
mungkin juga terjadi sebaliknya. Maksudnya ada kemungkinan jika
anak yang pada dasarnya sudah sangat agresif dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga perilaku agresif anaklah yang menyebabkan mereka
menonton acara kekerasan di TV. Korelasi antara dua variabel tidak
dengan sendirinya menunjukkan variabel mana yang menjadi penyebab
dan variabel mana yang merupakan akibat.
5
dimasukkan ke dalam salah satu dari kondisi yang berbeda-beda itu dan
kemudian reaksi mereka diukur.
Korelasional Eksperimental
6
Variabel bebas Bervariasi secara natural Dikontrol periset
Penetapan acak Tidak Ya
Kausalitas tak ambigu Biasanya tidak Ya
Menjelaskan Sering Biasanya tidak
Pengujian teori Sering Biasanya ya
Menguji bangak Biasanya ya Biasanya tidak
hubungan
7
dapat yakin bahwa efek yang mereka amati dalam variabel terikat
benar-benar disebabkan oleh variabel bebas yang mereka manipulasi
dalam eksperimen (dan bukan disebabkan oleh faktor lain yang tak
terkontrol).
Kelebihan paling jelas dari setting lapangan adalah setting itu lebih
realistis dan karenanya hasilnya mungkin bisa digeneralisasikan ke
situasi kehidupan riil. Ini dinamakan external validity (validitas
eksternal) yang merefleksikan fakta bahwa hasilnya kemungkinan lebih
valid dalam situasi di luar situasi riset itu (Campbell & Stanley, 1963).
Validitas eksternal akan tinggi apabila hasil studi dapat
digeneralisasikan untuk setting dan populasi lain. Jadi, akan lebih tepat
untuk mengambil generalisasi dari studi lapangan. Karena inilah, studi
lapangan memiliki validitas eksternal yang lebih besar.
8
Laboratorium Lapangan
Kontrol atas situasi Tinggi Rendah
Penetapan acak Hampir selalu Jarang
Tingkat kenyamanan Biasanya cukup tinggi Biasanya rendah
Realism Rendah Tinggi
Dampak variabel bebas Cenderung rendah Cenderung tinggi
Kecurigaan dan ias Cenderung tinggi Cenderung rendah
Validitas eksternal Rendah Tinggi
Pada dasarnya, periset mempunyai tiga opsi: (1) Mereka bisa meminta
partisipan melaporkan perilaku, pikiran, dan perasaan mereka sendiri; (2)
Periset dapat mengamati partisipan secara langsung; atau (3) Mereka bisa
mencari arsip dan menggunakan data yang sudah dikumpulkan untuk tujuan
lain.
a. Pelaporan diri.
b. Riset observasional.
c. Riset arsip.
9
murah. Data arsip juga memungkinkan periset mengetes hipotesis
perubahan sikap atau perilaku dari waktu ke waktu juga dengan adanya
arsip data bisa mengungkapkan konteks historis dari temuan riset.
Namun teknik ini juga memiliki kelemahan, yakni adanya kemungkinan
isi data tidak sesuai dengan harapan periset atau mungkin isi data
menyimpang dari tujuan riset atau subjek data tidak sesuai yang
diinginkan periset.
d. Riset internet.
10
mereka atau mencegah gangguan yang tak diinginkan merupakan hal
yang mustahil.
a. Bias eksperimenter.
Ada dua solusi untuk problem bias eksperimenter ini, yakni (1)
Membuat orang yang melakukan riset tidak mengetahui hipotesis
atau tentang kondisi eksperimental bagi subjek tentu; atau (2)
menstandarisasikan situasi jika dimungkinkan.
b. Bias subjek.
Sumber bias lainnya berasal dari motif dan tujuan subjek saat
ikut menjadi partisipan riset. Karakteristik tuntutan adalah “ciri yang
muncul dalam sebuah riset karena fakta bahwa kegiatan ini adalah
studi riset dan subjek tahu bahwa mereka menjadi bagian dari riset”
11
(Aronson, Brewer & Carlsmith, 1895, h. 454). Ide dasarnya adalah
bahwa orang yang mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti sangat
mungkin untuk mengubah perilakunya. Jika respon subjke memuat
bias seperti ini, periset tidak bisa menarik kesimppulan yang akurat.
c. Replikasi.
B. Etika Riset
Ada tiga isu etika penting dalam riset psikologi, yakni informed consent,
debriefing, dan minimal risk.
Subjek harus setuju tanpa paksaan untuk berpartisipasi dalam riset dan harus
memahami partisipasi apa yang akan dijalaninya. Persyaratan ini cukup masuk akal,
tetapi terkadang menimbulkan persoalan bagi psikolog, misalnya adanya
kemungkinan kemunculan bias respon apabila subjek terlebih dulu diberitahu.
Pandangan yang lebih moderat didukung oleh psikolog, yakni kebohongan atau
penipuan tidak boleh dipakai jika dimungkinkan dan boleh dipakai hanya jika
12
setelah melalui pertimbangan apakah manfaat studi itu jauh lebih besar daripada
efek kerugiannya.
3. Minimal risk.
Kriteria terakhir yang dipakai periset dan dewan review untuk mengevaluasi
risiko adalah subjek yang selesai mengikuti riset harus pulang dalam keadaan yang
sama seperti sebelum riset, baik fisik maupun pikirannya. Artinya, partisipan dalam
riset tidak boleh menimbulkan efek substansial terhadap subjek setelah selesai
mengikuti riset.
13
BAB III
PENUTUP
Cara untuk menentukan siapa yang akan diteliti adalah dengan mempelajari
tentang materi dan objek untuk mengambil kesimpulan. Cara terbaik untuk
memastikan keterwakilan adalah mempelajari sampel acak dari populasi. Dalam
istilah formal, random sample (sampel acak) yang berarti bahwa setiap orang dalam
satu populasi memiliki peluang yang sama untuk dimasukkan ke dalam studi.
Hukum probabilitas memastikan bahwa sampel acak dalam jumlah besar akan
hampir selalu bisa mewakili popilasidalam batas kesalahan (margin of error).
14
Pada dasarnya, periset mempunyai tiga opsi: (1) Mereka bisa meminta
partisipan melaporkan perilaku, pikiran, dan perasaan mereka sendiri; (2) Periset
dapat mengamati partisipan secara langsung; atau (3) Mereka bisa mencari arsip
dan menggunakan data yang sudah dikumpulkan untuk tujuan lain. Pada zaman ini,
metode pengumpulan data dapat pula dilakukan dengan riset internet.
Ada dua macam bias yang cukup mengganggu dalam psikologi sosial, yakni
efek perilaku eksperimenter dan bias yang diasosiasikan dengan perasaan
subjek tentang keikutsertaannya dalam studi.
Selanjutnya etika sosial. Ada tiga isu etika penting dalam riset psikologi,
yakni informed consent, debriefing, dan minimal risk.
Subjek harus setuju tanpa paksaan untuk berpartisipasi dalam riset dan
harus memahami partisipasi apa yang akan dijalaninya. Persyaratan ini
cukup masuk akal, tetapi terkadang menimbulkan persoalan bagi psikolog,
misalnya adanya kemungkinan kemunculan bias respon apabila subjek
terlebih dulu diberitahu.
3. Minimal risk.
15
DAFTAR PUSTAKA
E, Shelley Taylor, Letitia Anne Peplau & David O. Sears. 2012. Psikologi Sosial.
Jakarta: Kencana. Ed.12. Hlm.17-37.
16