Anda di halaman 1dari 92

JAWABAN EVALUASI AKHIR SEMESTER

METODE PENELITIAN SOSIAL


2023

22042010048/RISTA MARIA HARTONO PUTRI/B/

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA


TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian dalam bidang sosial memegang peranan penting dalam memahami dinamika
masyarakat, perilaku manusia, dan interaksi antara individu dengan lingkungan mereka. Dalam
era yang terus berkembang ini, tantangan kompleksitas dalam masyarakat menuntut
pendekatan ilmiah yang terstruktur dan efektif untuk mengumpulkan informasi, menganalisis
data, dan menghasilkan pemahaman yang mendalam. Metode penelitian sosial menjadi tulang
punggung bagi pengembangan teori dan praktek di berbagai bidang, seperti sosiologi,
antropologi, ilmu politik, ekonomi, psikologi, dan banyak lagi. Pemilihan metode penelitian
yang tepat memainkan peranan krusial dalam memastikan validitas, reliabilitas, dan
generalisasi hasil penelitian. Di tengah perubahan sosial yang pesat, peneliti sosial berusaha
untuk menyesuaikan metode-metode tradisional dengan tuntutan zaman. Kehadiran teknologi,
perubahan pola perilaku manusia, dinamika politik global, serta tantangan sosial lainnya,
semuanya menjadi faktor yang mempengaruhi dan mengubah cara kita melakukan penelitian
dalam domain sosial. Penelitian sosial tidak hanya memerlukan pemahaman mendalam tentang
struktur dan fungsi masyarakat, tetapi juga kesadaran akan keberagaman budaya, nilai-nilai,
dan pola perilaku yang melintasi batas-batas sosial, ekonomi, dan geografis. Oleh karena itu,
penelitian sosial memerlukan pendekatan yang inklusif, responsif, dan adaptif terhadap
perubahan yang terus-menerus dalam konteks sosial global. Dalam makalah ini, kami akan
mengeksplorasi berbagai metode penelitian sosial, mempertimbangkan kelebihan,
keterbatasan, serta aplikasi praktis dari masing-masing metode. Analisis ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana metode-metode ini dapat
digunakan secara efektif untuk mengatasi tantangan dan menghasilkan wawasan yang
mendalam dalam pemahaman kita tentang masyarakat modern.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian, tujuan, dan ruang lingkup Metode Penelitian Sosial
2. Proses dan Sumber penentuan serta perumusan masalah
3. Variabel Penelitian
4. Penetapan Landasan Teori serta Kerangka Teoritis Penelitian
5. Penetapan Kerangka Konseptual (Kerangka berpikir)
6. Penyusunan Hipotesis

2
7. Desain Penelitian
8. Populasi dan Sampel dan Teknik Penarikan Sampel (Sampling)
9. Data Penelitian
10. Teknik penyusunan instrumen pengumpulan data (instrument Penelitian)

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui berbagai indicator dalam metode penelitian sosial, serta memahami
langkah-langkah penyusunan penelitian dari awal hingga akhir.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Metode Penelitian Sosial


Penelitian sejatinya terbagi menjadi berbagai macam jenisnya, bergantung pada bidangnya.
Namun, ada salah satu jenis penelitian yang kerap dilakukan karena lekat dengan kehidupan
kita sehari-hari. Penelitian yang dimaksudkan adalah metode penelitian sosial. Penelitian
sosial mungkin menjadi salah satu penelitian yang banyak diminati karena memang
sifatnya yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Salah satu pemanfaatan ilmu yang telah
dipelajari adalah dengan melakukan penelitian. Metode penelitian di bidang sosial adalah
cara peneliti mencari jawaban atas gejala/masalah melalui cara-cara yang ilmiah, mulai dari
penentuan objek penelitian, pengumpulan data, hingga pengolahan dan penyajian temuan.
suatu upaya untuk mencari tahu berbagai macam fenomena yang terjadi di lingkungan
masyarakat. Hal tersebut dilakukan karena di setiap kehidupan masyarakat, pasti ada
permasalahan yang terjadi. Fenomena itu diteliti supaya bisa menjawab mengenai
permasalahan apa yang terjadi. Jika sudah terjawab, maka diharapkan penelitian sosial
dapat memberikan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah tertentu. Selain untuk
menjawab suatu permasalahan dan memberikan solusi, penelitian sosial juga berguna untuk
mengembangkan teori yang berkaitan dengan sosiologi. Metode penelitian sosial adalah
suatu upaya untuk mencari tahu berbagai macam fenomena yang terjadi di lingkungan
masyarakat. Hal tersebut dilakukan karena di setiap kehidupan masyarakat, pasti ada
permasalahan yang terjadi. Fenomena itu diteliti supaya bisa menjawab mengenai
permasalahan apa yang terjadi. Jika sudah terjawab, maka diharapkan penelitian sosial
dapat memberikan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah tertentu. Selain untuk
menjawab suatu permasalahan dan memberikan solusi, penelitian sosial juga berguna untuk
mengembangkan teori yang berkaitan dengan sosiologi. Untuk melakukannya, diperlukan
rancangan penelitian sosial yang berfungsi sebagai kerangka yang telah didesain untuk
melakukan penelitian. Soerjono Soekanto Penelitian sosial adalah suatu kegiatan ilmiah
yang berguna untuk mengungkap suatu kebenaran dengan berdasarkan analisis
metodologis, sistematis, dan konsisten. Sutrisno Hadi, Penelitian sosial adalah suatu
rangkaian usaha untuk menggali informasi, mengembangkan, serta menguji kebenaran
sesuatu yang diragukan kebenarannya. Pauline V. Young, Penelitian sosial adalah suatu
usaha ilmiah yang dilakukan dengan metode logis untuk mengungkap fakta dengan cara
menganalisis penjelasan secara ilmiahnya. Sanapiah Faisal, Penelitian sosial merupakan

4
aktivitas untuk meneliti suatu permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah yang
sistematis untuk mendapatkan pengetahuan baru yang kebenarannya sudah teruji terkait
dengan fenomena sosial. L.R. Gay & P. L. Diehl, Penelitian sosial adalah suatu aktivitas
penyelidikan yang dilakukan secara sistematis untuk menemukan jawaban atas suatu
permasalahan sosial.
Karakteristik Penelitian Sosial
Penelitian sosial cenderung memiliki karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan
penelitian jenis lainnya. Hal-hal yang membedakan itu antara lain:
• Penyusunan penelitian sosial dilakukan secara sistematis.
• Bersifat logis dan masuk akal.
• Metode yang digunakan adalah yang kebenarannya telah diakui.
• Bersifat kumulatif karena fenomena sosial selalu berubah-ubah sehingga perlu
pengembangan.
• Sumber data didapatkan dari hasil pengamatan atau pengalaman selama proses
penelitian.
• Pembahasan bersifat tidak subjektif dan menggunakan sudut pandang umum yang
tidak berpihak.
Manfaat Penelitian Sosial
Penelitian sosial dilakukan tentunya memiliki berbagai manfaat. Berikut ini adalah manfaat
dilakukannya penelitian sosial:
Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Manfaat ini sebenarnya sama dengan manfaat penelitian jenis lainnya. Jadi penelitian
dilakukan agar dapat mengembangkan atau bahkan menyempurnakan ilmu pengetahuan
yang sebelumnya sudah ada. Dalam konteks ini adalah ilmu pengetahuan sosial.
Menjelaskan Secara Ilmiah Terkait Fenomena Tertentu Terkadang ketika ada fenomena
atau permasalahan sosial tertentu membuat orang-orang bertanya-tanya mengenai
penyebab. Karena tidak ada penjelasannya masyarakat lantas memberikan prediksinya
yang belum tentu benar. Dari permasalahan tersebut, penelitian sosial perlu dilakukan.
Sebab, dengan adanya penelitian sosial, akan ada penjelasan secara ilmiah yang bersifat
logis untuk menjelaskan. Dengan demikian, isu-isu yang belum jelas kebenarannya bisa
terbantah. Menjawab Suatu Permasalahan Sosial
Menjawab permasalahan sosial maksudnya adalah fenomena sosial yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat bisa terpecahkan mulai dari penyebabnya hingga akibatnya.

5
Memberikan Solusi Ketika penelitian sosial telah dilakukan, tentunya akan menghasilkan
jawaban atas fenomena tertentu. Ketika fenomena itu sudah tahu penyebabnya, maka
penelitian dapat memberikan solusi agar permasalahan bisa diantisipasi atau bahkan
dihindarkan.
Memberikan Gambaran mengenai Sebab dan Akibat
Dengan adanya penelitian sosial, maka masyarakat setidaknya akan tahu penyebab dan
akibatnya secara logis. Dengan demikian masyarakat tahu gambaran suatu permasalahan
sehingga bisa bertindak. Memprediksi Fenomena Sosial Ketika penelitian sosial sudah
dilakukan, maka bukan tidak mungkin fenomena sosial lainnya bisa diperkirakan dengan
berdasarkan fakta yang sudah didapat. Dengan demikian penelitian sosial dapat dijadikan
bahan antisipasi.
Tujuan Penelitian Sosial
Secara ilmu pengetahuan, penelitian sosial juga memiliki setidaknya tiga tujuan yang akan
dicapai. Tujuan itu antara lain:
Pengujian
Pengujian atau verifikatif berarti penelitian sosial dilakukan untuk dapat menguji
kebenaran mengenai pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
Eksploratif
Eksploratif maksudnya adalah, penelitian sosial bisa mencari tahu lebih lanjut mengenai
peristiwa sosial tertentu. Dengan adanya pencarian itu, diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan yang sebelumnya belum ada.
Pengembangan
Penelitian sosial juga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya. Dengan adanya pengembangan itu, diharapkan bisa menyempurnakan ilmu
pengetahuan yang sudah ada atau memperbaiki kekurangan yang terdapat pada
pengetahuan sebelumnya.
Jenis-Jenis Penelitian Sosial
Seperti penelitian pada umumnya, metode penelitian sosial juga terbagi menjadi dua
macam, yaitu:
Metode Kualitatif
Metode kualitatif artinya adalah penelitian yang berfokus pada data-data yang bersifat
deskriptif, naratif, dan non-numerik. Data-data jenis itu diharapkan dapat memberikan
penjelasan secara lengkap mengenai suatu permasalahan. Dalam konteks ini adalah
permasalahan sosial.

6
Data kualitatif bisa didapatkan dengan cara wawancara, observasi langsung, studi kasus,
sampai pengalaman pribadi.

Metode penelitian kualitatif ini dilandasi oleh filsafat postpositivisme yang bertujuan untuk
mencari tahu suatu permasalahan secara alamiah. Metode ini memiliki teknik pengumpulan
data dengan cara triangulasi dan analisis data.
Metode Kuantitatif
Metode penelitian sosial kuantitatif adalah metode yang berfokus pada data yang sifatnya
bisa diukur atau numerik guna menguji suatu hipotesis. Biasanya penelitian ini dilakukan
untuk mencari tahu pengaruh dan hubungan antara dua variabel atau lebih. Oleh sebab itu,
metode kuantitatif dapat menjelaskan mengenai hubungan kausal atau sebab-akibat.
Berbeda dengan kualitatif, metode kuantitatif dilakukan dengan melakukan survei
menggunakan kuesioner atau angket yang akan diberikan kepada populasi atau sampel
tertentu. Sedangkan analisis data metode penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan metode
statistik sehingga tahu apakah ada hubungan atau pengaruh antara dua variabel.

Contoh Penelitian Sosial


Judul: “Pengaruh Visualisasi Peringatan pada Produk Rokok terhadap Perilaku Merokok
Remaja Berusia 17-25 tahun di Kota Jakarta”
Penelitian tersebut berupaya untuk mencari tahu apakah gambar dan tulisan peringatan
bahaya merokok di kemasan produk rokok yang saat ini beredar dan diperjualbelikan akan
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Maksudnya adalah apakah visualisasi
tersebut membuat para perokok menjadi takut akan risiko merokok sampai mengurangi
aktivitas merokoknya.
Judul: “Pengaruh Film The Raid terhadap Perilaku Kekerasan Remaja di Kota Semarang”
Judul penelitian di atas ingin mengetahui apakah suatu film dalam hal ini adalah The Raid
yang menampilkan berbagai macam kekerasan akan mempengaruhi tindak kekerasan pada
remaja.
Judul: Persepsi Remaja terhadap Fenomena Seks Bebas di Wilayah Jakarta Selatan
Judul penelitian di atas bertujuan untuk mencari tahu mengenai pandangan para remaja
terkait dengan banyaknya kasus seks bebas yang terjadi, terutama di wilayah Jakarta
Selatan. Penelitian dalam lingkup akademik menjadi sesuatu yang tidak asing lagi. Praktik
pengumpulan data dan pemeriksaan fakta digunakan untuk memecahkan suatu persoalan.
Pada hakikatnya, penelitian merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan suatu masalah

7
atau mencari jawaban dari persoalan yang dihadapi secara ilmiah. Penelitian menjadi suatu
proses sistematis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu topik
atau fenomena tertentu melalui pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Tujuan utama
dari penelitian adalah untuk memperluas pengetahuan, menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang belum terjawab, mengidentifikasi hubungan antara variabel, atau memecahkan
masalah tertentu. Mengutip buku Metode Penelitian Sosial karya Puji Yuniarti, SE, MM
dkk. penelitian sosial adalah istilah yang digunakan terhadap penyelidikan-penyelidikan
empiris yang dirancang untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan sosial, gejala sosial,
atau praktik-praktik sosial. Secara harfiah, penelitian sosial adalah penelitian yang
dilakukan pada bidang sosial. adapun bidang sosial di antaranya bidang antropologi,
ekonomi, geografi, hukum, linguistik, pendidikan, politik, psikologi, dan sosiologi.
Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Muhammad Nasir bahwa penelitian sosial
adalah penelitian dalam ilmu sosial yang secara terus-menerus, kritis, terorganisasi, dan
interpretasi terhadap fenomena sosial yang memiliki hubungan saling terkait. Menurut
sosiolog Universitas Indonesia (UI) Soerjono Soekanto mengenai penelitian sosial adalah
pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta sosial untuk kemudian mengusahakan suatu
pemecahan atas masalah yang timbul dalam gejala yang bersangkutan. Sedangkan menurut
Asep Kurniawan dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon, penelitian sosial adalah penelitian yang
dilakukan pada bidang sosial untuk memecahkan masalah sosial dengan menggunakan
ilmu sosial melalui proses, memiliki tujuan, dan metode ilmu sosial. Penelitian merupakan
proses memecahkan masalah berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan. Mengutip dari
buku Metode Penelitian Sosial tulisan Dr Drs Ismail Nurdin, MSi dan Dra Sri Hartati, MSi,
dalam permasalahan penelitian ini ada dua bentuk pendekatan atau metode ilmiah yaitu
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Metode Kualitatif
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman
secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian
generalisasi. Metode kualitatif sering dinamakan metode baru, metode positivistik, metode
naturalistik, metode fenomenologis, metode impresionistik, dan metode post positivistic.
Dalam penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau paradigm
interpretive, yaitu suatu realitas atau objek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah ke
dalam beberapa variabel. Desain penelitian yang menggunakan metode kualitatif
cenderung umum, fleksibel, dan mudah berkembang seiring dengan kemunculan sesuatu
yang dinamis ketika proses penelitian terjadi. Adapun tujuan metode kualitatif adalah untuk

8
menemukan pola hubungan interaktif, menemukan teori, memperoleh pemahaman makna,
dan berusaha menggambarkan realitas yang kompleks. Sedangkan teknik pengumpulan
datanya dapat dilakukan dengan participant observation, in depth interview, dan
dokumentasi.
Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, arena metode ini sudah cukup lama
digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode kuantitatif
berdasarkan pada unsur-unsur konkrit, empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis.
Suatu metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik. Desain penelitian yang menggunakan metode kuantitatif
biasanya spesifik, jelas, dan rinci. Lalu, ditentukan secara mantap sejak awal dan menjadi
pegangan langkah demi langkah selama penelitian berlangsung. Adapun tujuan metode
kuantitatif berupaya untuk menunjukkan hubungan antar variabel, menguji teori, dan
mencari generalisasi yang memiliki nilai prediktif. Sedangkan teknik pengumpulan datanya
dapat dilakukan dengan pengisian kuesioner, survei, observasi, dan wawancara terstruktur
dengan pertanyaan yang cenderung tertutup.
Jenis Penelitian Sosial
Mengutip dari buku Metode Penelitian Sosial karya Safrilsyah Syarif, MSi dan Firdaus
Yunus, MHum, MSi berikut beberapa jenis penelitian sosial yang sering digunakan. Di
antaranya:
• Penelitian Deskriptif
• Penelitian Studi Kasus
• Penelitian Survei
• Penelitian Korelasional
• Penelitian Eksperimen
• Penelitian Tindakan
• Penelitian dan pengembangan
Contoh Penelitian Sosial
Berikut beberapa contoh topik penelitian sosial:
Studi Kepuasan Kerja di Tempat Kerja: Penelitian berupa survei dan wawancara untuk
mengukur tingkat kepuasan karyawan di berbagai perusahaan dan mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhinya.

9
Analisis Dampak Perubahan Iklim pada Masyarakat: Penelitian ini mencoba untuk
memahami pengaruh perubahan iklim pada pola kehidupan sehari-hari masyarakat.
Studi Gender dan Kesetaraan: Penelitian ini dapat mencakup analisis ketidaksetaraan
gender dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan, atau kebijakan
publik.
Analisis Dampak Media Sosial pada Kesejahteraan Mental: Penelitian ini mungkin
mengeksplorasi hubungan antara penggunaan media sosial dan kesejahteraan mental, serta
bagaimana media sosial dapat memengaruhi perilaku dan pola pikir individu.
Studi Migrasi dan Integrasi Sosial: Penelitian ini dapat fokus pada bagaimana imigran
menyesuaikan diri dengan budaya baru mereka, serta dampak sosial dan ekonomi dari
migrasi.
Analisis Ketidaksetaraan Ekonomi: Penelitian ini bisa mencakup studi tentang
ketidaksetaraan pendapatan, kesenjangan ekonomi antar kelompok sosial, atau distribusi
kekayaan.
Studi Perilaku Pemilih: Penelitian ini mungkin berfokus pada faktor-faktor yang
memengaruhi keputusan pemilih dalam pemilihan umum, seperti kampanye politik, media,
dan nilai-nilai politik.
Analisis Dampak Kebijakan Publik: Penelitian ini dapat mengkaji efektivitas kebijakan
publik, termasuk dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari kebijakan tertentu, seperti
pajak, subsidi, atau peraturan.
Metode penelitian sosial merujuk pada berbagai teknik dan pendekatan yang digunakan
untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memahami data dalam bidang ilmu sosial. Ruang
lingkup metode penelitian sosial sangatlah luas dan mencakup berbagai pendekatan yang
dapat digunakan untuk mempelajari perilaku manusia, masyarakat, dan interaksi sosial.
Beberapa metode umum dalam penelitian sosial antara lain: Survei: Pengumpulan data
dengan menggunakan kuesioner atau wawancara untuk memperoleh informasi dari
responden terkait sikap, pendapat, atau karakteristik tertentu. Studi Kasus: Mendalam ke
dalam suatu kasus atau situasi tertentu untuk memahami konteks, proses, dan faktor-faktor
yang terlibat dalam situasi tersebut. Observasi: Pengumpulan data dengan mengamati
perilaku, interaksi, atau situasi secara langsung tanpa campur tangan. Eksperimen:
Pengujian hipotesis atau teori dengan mengatur variabel tertentu dalam kondisi yang
terkendali untuk melihat dampaknya terhadap hasil yang diamati. Analisis Dokumen:
Meneliti dan menganalisis berbagai dokumen, seperti arsip, buku, catatan, atau materi
lainnya untuk memahami konteks historis atau fenomena tertentu. Metode Kualitatif dan

10
Kuantitatif: Pendekatan kualitatif menekankan pada pemahaman mendalam melalui
deskripsi, interpretasi, dan pemaknaan konteks sosial, sedangkan pendekatan kuantitatif
menggunakan data numerik untuk analisis statistik dan generalisasi. Analisis Statistik:
Penggunaan berbagai teknik statistik untuk menganalisis data yang dikumpulkan dalam
penelitian sosial, seperti analisis regresi, analisis faktor, atau analisis multivariat lainnya.
Etika Penelitian: Merupakan bagian penting dari metode penelitian sosial yang mencakup
aspek kepatuhan terhadap etika dan norma dalam melakukan penelitian terhadap subjek
manusia. Penggunaan Teknologi: Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengumpulkan data, analisis, dan presentasi hasil penelitian. Penelitian Partisipatif:
Melibatkan partisipasi aktif subjek penelitian dalam proses penelitian untuk memperoleh
pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman mereka. Ruang lingkup metode
penelitian sosial dapat sangat bervariasi tergantung pada pertanyaan penelitian, konteks,
tujuan, dan disiplin ilmu yang terlibat. Kombinasi beberapa metode pun seringkali
digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang fenomena
sosial yang diteliti.

1. Proses dan Sumber Penentuan serta Perumusan Masalah


Perumusan masalah dalam penelitian telah ditulis oleh beberapa penulis terdahulu yang
memfokuskan pada penelitian di bidang pengajaran bahasa dan bidang lainnya. Tulisan ini
akan memusatkan perhatian pada perumusan masalah penelitian dalam bidang kebahasaan
atau linguistic baik mikro maupun makro. Pardede (2018) menulis kiat-kiat dalam
merumuskan masalah penelitian dalam bidang pengajaran bahasa. Pardede (2018)
menyampaikan bahwa sebelum merumuskan masalah, calon peneliti melakukan
identifikasi terhadap masalah yang akan diteliti. Setelah dilakukan identifikasi, dilakukan
perumusan masalah. Apabila mencermati yang disampaikan Pardede (2018), penulis dapat
menyimpulkan bahwa tulisan ini bersifat melengkapi yang sudah disampaikan Pardede
(2018), karena tulisan ini memuat tahapan yang lebih rinci dalam perumusan masalah.
Perumusan masalah dalam penelitian telah ditulis oleh beberapa penulis terdahulu yang
memfokuskan pada penelitian di bidang pengajaran bahasa dan bidang lainnya. Tulisan ini
akan memusatkan perhatian pada perumusan masalah penelitian dalam bidang kebahasaan
atau linguistic baik mikro maupun makro. Pardede (2018) menulis kiat-kiat dalam
merumuskan masalah penelitian dalam bidang pengajaran bahasa. Pardede (2018)
menyampaikan bahwa sebelum merumuskan masalah, calon peneliti melakukan
identifikasi terhadap masalah yang akan diteliti. Setelah dilakukan identifikasi, dilakukan

11
perumusan masalah. Apabila mencermati yang disampaikan Pardede (2018), penulis dapat
menyimpulkan bahwa tulisan ini bersifat melengkapi yang sudah disampaikan Pardede
(2018), karena tulisan ini memuat tahapan yang lebih rinci dalam perumusan masalah.
Dengan perkembangan teknologi dan komunikasi seperti sekarang ini, jenis teks tidak
hanya ditentukan oleh dua media atau moda, yaitu: tulis dan lisan, tetapi lebih kompleks
yang disebut dengan multimodalitas. Seperti bahasa yang digunakan di internet, dapat
dilihat berbagai media yang digunakan seperti gambar, warna, emotikon, mimik wajah,
gestur, dan media lainnya yang sangat mumungkinkan untuk mengandungi makna yang
terkandung dalam pesan yang dimaksud pengguna multimodalitas itu. Untuk itu, setiap
peristiwa kebahasaan diamati untuk dapat ditentukan permasalahan yang membangkitkan
penelitian. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian pendahuluan bahwa permasalahan
penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: sistem bahasa atau penggunaan
bahasa. Pengamatan secara intensif diarahkan pada fenomena yang menonjol menurut
calon peneliti. Apabila telah menemukan fenomena beserta konteksnya, calon peneliti perlu
menandai atau mencatat atau mendaftar setiap fenomena yang dijumpai. Sebagai contoh,
dalam pengamatan ditemukan adanya ungkapan metaforis, maka fenomena itu menjadi
catatan calon peneliti. Pengamatan yang didukung oleh pencatatan atau perekaman terus
dilakukan untuk dapat mendaftar sampel yang cukup. Pada tulisan yang lain akan
diungkapkan bagaimana menentukan kecukupan data. Apabila dalam proses itu telah
diperoleh sampel yang cukup, maka selanjutnya dirumuskan objek kajian. Tentu untuk
dapat mengamati secara intensif diperlukan pengetahuan yang cukup tentang cabang-
cabang linguistik beserta teori-teori yang ada dalam setiap cabang. Selanjutnya adalah
penentuan objek kajian. 4.2 Penentuan Objek Kajian Penentuan objek kajian tergantung
pada fenomena yang diamati. Misalnya, pada saat pengamatan, fenomena yang ditemukan
adalah masalah ungkapan metaforis, maka objek kajian yang dipilih adalah sub sistem
makna bahasa. Cabang linguistik yang menaungi masalah ini adalah semantik kognitif,
yaitu: ilmu yang membahas bagaimana makna dikonstruksikan. Linguistik yang menaungi
semantik kognitif adalah linguistik kognitif. 4.3 Penentuan Ancangan yang Digunakan
Penentuan ancangan yang digunakan dilakukan setelah menemukan objek kajian karena
objek kajian mengimplikasikan ancangan yang sesuai untuk mendekati masalah. Sebagai
contoh, apabila objek kajiannya adalah ungkapan metaforis, maka ancangan yang tepat
tentunya semantik kognitif. Terkait metafora, ada dua pendekatan yang berbeda, yaitu:
pendekatan konvensional dan pendekatan konseptual. Pendekatan konvensional lebih
melihat bahwa metafora merupakan ungkapan yang berfungsi menghiasi karya sastra yang

12
menjalani fungsi estetika / puitik bahasa seperti yang disampaikan Jakobson (). Dalam
pendekatan ini, metafora diyakini mengandung perbandingan antara konsep dalam ranah
sumber dengan konsep dalam ranah target seperti dalam Ullmann (1962). Adapun
pendekatan konseptual melihat bahasa sebagai representasi pikiran, perasaan, dan
pengalaman. Karena yang metaforis adalah pikiran maka berakibat pada bahasa yang
digunakan untuk menyampaikan pengalaman menjadi metaforis. Metafora konseptual
diprakarsai oleh Lakoff and Johnson (1980; 2003) dengan judul bukunya “Metaphors we
Live by”. Dalam buku itu, kedua penulis Lakoff dan Johnson mengajukan antitesa
pemikiran sebelumnya bahwa dalam metafora ada proses konseptualisasi yang sistematis
yang berdasarkan pada pengalaman yang menubuh yang direalisasikan melalui bahasa.
Untuk itu, apabila ditemukan ungkapan yang mengandungi pengalaman yang menubuh
yang mengakibatkan ungkapan itu memiliki lapisan makna lebih dari satu, maka ungkapan
itu dapat menjadi objek kajian yang dapat didekati dengan linguistik kognitif. Dengan
demikian, calon peneliti dapat memanfaatkan kerangka teoritis dalam metafora konseptual.
Apabila dalam pengamatan ditemukan fenomena yang berbeda, misalnya fenomena yang
terjadi dalam karya sastra prosa, misalnya, yang mengarah pada penokohan, maka
pendekatan yang dipilih tentu berbeda, yaitu linguistic sistemik fungsional (SFL) yang
diprakarsai oleh Halliday (1985); (1994); dan dikembangkan oleh Matthiessen yang
kemudian Matthiessen menjadi penulis kedua buku yang menjadi revisi dari karya Halliday
(1994) yang berjudul Introduction to Functional Grammar). Selain itu, Martin juga
mengembangkan konsep appraisal yang merupakan pengembangan dari konsep Halliday
terutama pada konsep metafungsi interpersonal. Martin melihat bahwa dalam berinteraksi
dan melakukan pertukaran ide, maka dimungkinkan penutur dan mitra tutur dalam
berinteraksi dengan melalui bahasa mereka juga mengungkapkan sikap atas yang
disampaikan. 4.4 Penentuan Lingkup Kajian Setelah menemukan ancangan yang
digunakan, calon peneliti menentukan lingkup kajian. Pembatasan masalah perlu dilakukan
karena fisibilitas penelitian, keterbatasan waktu, tenaga, serta pikiran calon peneliti
terbatas. Hal ini dilakukan untuk menjadikan penelitian fisibel. Penelitian yang fisibel
adalah penelitian yang memungkinkan untuk dilakukan karena semua dapat terjangkau,
misalnya lokasi penelitian adalah lokasi yang dapat dijangkau oleh peneliti. Begitu juga
waktu, tenaga, serta dana yang dibutuhkan untuk penelitian dapat terjangkau oleh
kemampuan peneliti. 4.5 Perumusan Masalah Penelitian Setelah semua tersedia, maka
perumusan masalah penelitian bisa dilakukan. Perumusan masalah diungkapkan dalam
bentuk kalimat tanya yang menanyakan apa, bagaimana, serta mengapa objek kajian itu

13
terjadi. Sebagai contoh, apabila objek kajian adalah ungkapan metaforis, dan ungkapan
metaforis terkandung metafora yang dapat dikonstruksikan, maka rumusan masalah dapat
diungkapkan sebagai berikut. - Jenis metafora apa saja yang terkandung dalam teks yang
dikaji? - Bagaimana metafora dikonstruksikan? Dengan rumusan itu, calon peneliti dapat
mengarahkan tujuan penelitiannya untuk mencapainya. 5. SIMPULAN DAN SARAN Dari
uraian yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa perumusan masalah merupakan
langkah awal dan utama dalam proses penelitian. Untuk penelitian kebahasaan, masalah
yang diteliti bisa terkait dengan sistem bahasa bahasa apa saja atau penggunaan bahasa
yang keduanya memiliki cabang ilmu linguistik yang dapat dikategorikan pada linguistik
mikro dan makro. Adapun saran yang dapat disampaikan adalah gunakan fenomena
kebahasaan sebagai dasar dalam menentukan penelitian. Dengan kata lain, proses
pemikiran induktif lebih memudahkan calon peneliti dalam melakukan penelitian karena
data sudah didapat, sehingga untuk langkah berikutnya lebih mudah dan jelas. Sebelum
membicarakan lebih lanjut, penulis perlu menyampaikan apa yang dimaksud dengan
‘masalah’? Dalam tulisan ini, masalah adalah suatu fenomena atau persoalan terkait dengan
sistem bahasa dalam penggunaan bahasa maupun peristiwa dalam penggunaan bahasa itu
sendiri. Dengan kata lain, masalah yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah objek kajian
penelitian baik linguistik mikro maupun linguistik makro. Linguistik mikro terkait dengan
penelitian yang mengkaji sistem bahasa yang terdiri atas sistem bunyi, sistem bentuk atau
grammar yang meliputi sistem morfologis dan sintaksis, dan sistem makna atau meaning.
Adapun makro linguistik berhubungan dengan penelitian yang mengkaji tentang hubungan
linguistic dengan ilmu lain, misalnya sosiolinguistik menghubungkan linguistic dengan
factor social masyarakat, psikolinguistik mengaitkan linguistic dengan factor kejiwaan
yang terkait dengan kemampuan memahami dan menghasilkan serta memperoleh bahasa.
Selain itu, ada neurolinguistik yang menghubungkan linguistik dengan saraf otak yang
terkait dengan kemampuan memproduksi bahasa. Bidang lain yang terkait dengan
penelitian linguistik makro adalah pragmatik, analisis wacana. Setiap permasalahan
penelitian baik sistem bahasa maupun penggunaan bahasa dapat melahirkan berbagai
cabang linguistik seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, sociolinguistik,
psikolinguistik, neurolinguistik, serta pragmatik, dan cabangcabang linguistic lainnya.
Lilinguistik dikukuhkan sebagai ilmu oleh de Saussure, 1957 yang memandang bahasa
sebagai suatu sistem tanda yang memiliki dua sisi, yaitu: signifier dan signified. Bahasa
diyakini sebagai sistem yang terdiri atas sistem bunyi, bentuk, dan makna yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pandangan itu dapat dikategorikan sebagai aliran

14
structural. Ada aliran struktural memiliki teori tersendiri, begitu pula aliran fungsional yang
merupakan antitesa dari aliran struktural. Dengan demikian, pendekatan dalam penelitian
kebahasaan tidak hanya meliputi pendekatan linguistik mikro tetapi juga linguistik makro
dengan paradigma atau aliran yang dipilih, misalnya paradikma structural atau fungsional.
Setiap paradigma melahirkan pendekatan yang berbeda. Kemudian, bagaimana teknik
perumusan masalahnya. Berikut adalah penjelasan langkah-langkah dalam perumusan
masalah. Dalam metode penelitian atau kajian ilmiah (metode penelitian terbuka), proses
penentuan, pengidentifikasian, dan perumusan masalah adalah langkah awal yang krusial.
Berikut adalah proses dan sumber penentuan serta perumusan masalah dalam metode
penelitian terbuka:
Proses Penentuan Masalah:
1. Pemilihan Topik atau Area Penelitian:
• Pilihlah topik yang menarik, relevan, dan sesuai dengan minat atau keahlian peneliti.
• Identifikasi area spesifik yang ingin diteliti di dalam topik tersebut.
2. Observasi dan Pengamatan:
• Amati lingkungan sekitar, baca literatur terkait, dan identifikasi kekosongan
pengetahuan atau masalah yang belum terpecahkan.
• Perhatikan tren, isu-isu kontroversial, atau aspek yang memerlukan pemahaman lebih
lanjut.
3. Diskusi dan Konsultasi:
• Diskusikan ide dengan rekan sejawat, peneliti lain, atau mentor.
• Ajukan pertanyaan, berbagi ide, dan terima masukan untuk memperjelas arah
penelitian.
4. Pendekatan Teoritis:
• Tinjau teori-teori yang relevan dalam area tersebut.
• Identifikasi apakah ada gap dalam teori atau area penelitian yang memerlukan
penelitian lebih lanjut.
5. Penelitian Pendahuluan (Preliminary Research):
• Lakukan penelitian awal untuk memahami kondisi terkini, mengidentifikasi
kelemahan, atau menemukan aspek yang perlu dipelajari lebih lanjut.
Sumber Penentuan Masalah:
1. Literatur dan Publikasi Ilmiah:

15
• Jurnal ilmiah, buku, artikel, dan publikasi lainnya dapat menjadi sumber utama untuk
mengidentifikasi masalah yang belum terselesaikan atau area penelitian yang belum
dieksplorasi.
2. Pengalaman Praktis:
• Masalah yang muncul dari pengalaman langsung dalam bidang tertentu atau dari
observasi sehari-hari juga dapat menjadi sumber penentuan masalah.
3. Penelitian Terdahulu:
• Menelaah penelitian terdahulu dapat membantu mengidentifikasi celah atau
kekurangan dalam pengetahuan yang ada.
4. Tantangan atau Kesenjangan dalam Pengetahuan:
• Identifikasi masalah-masalah yang muncul dari kesenjangan antara apa yang diketahui
dan apa yang perlu diketahui.
Perumusan Masalah:
Setelah masalah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah tersebut
dengan jelas dan spesifik. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:
• Pertanyaan Penelitian:
• Merumuskan pertanyaan penelitian yang spesifik, relevan, dan dapat dijawab
melalui metode penelitian yang tepat.
• Fokus dan Batasan:
• Tetapkan ruang lingkup penelitian yang jelas dan batasan-batasan yang akan
diterapkan dalam menghadapi masalah yang telah diidentifikasi.
• Tujuan Penelitian:
• Tentukan tujuan akhir dari penelitian, apa yang ingin dicapai melalui investigasi
terhadap masalah tersebut.
Proses penentuan dan perumusan masalah ini sangat penting untuk mengarahkan arah
penelitian dan memberikan landasan yang kokoh bagi keseluruhan penelitian yang akan
dilakukan.

2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah karakter, atribut atau segala sesuatu yang terbentuk, atau yang
menjadi perhatian dalam suatu penelitian sehingga mempunyai variasi antara satu objek
yang satu dengan objek yang lain dalam satu kelompok tertentu kemudian ditarik
kesimpulannya. Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian,

16
sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang akan
diteliti.
Pengertian dan Jenis-jenis Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang menjadi fokus perhatian yang memberikan
pengaruh dan mempunyai nilai (value). Variabel merupakan suatu besaran yang dapat
diubah atau berubah sehingga dapat mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Dengan
penggunaan variabel, kita dapat dengan mudah memperoleh dan memahami permasalahan.
Berikut definisi dan pengertian variabel penelitian dari beberapa sumber buku: Menurut
Sugiyono (2009), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Arikunto (2010), variabel penelitian adalah
objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu titik perhatian suatu penelitian.
Menurut Ibnu (2003), variabel penelitian adalah suatu konsep yang mempunyai lebih dari
satu nilai, keadaan, kategori, atau kondisi. Menurut Hatch dan Farhady (1981), variabel
penelitian adalah atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang
dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Menurut Sugiarto (2017), variabel
penelitian adalah karakter yang dapat diobservasi dari unit amatan yang merupakan suatu
pengenal atau atribut dari sekelompok objek. Maksud dari variabel tersebut adalah
terjadinya variasi antara objek yang satu dengan objek yang lainnya dalam kelompok
tertentu.
Jenis-jenis Variabel Penelitian
Menurut Winarno (2013), Variabel dibeda-bedakan jenisnya berdasarkan kedudukannya
dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian yang mempelajari hubungan sebab-akibat
antar variabel, dapat diidentifikasi beberapa jenis variabel, yaitu: variabel terikat, variabel
bebas, variabel moderator, variabel kontrol, dan variabel antara atau intervening. Hubungan
antar variabel tersebut dalam penelitian ditunjukkan dalam gambar diagram di bawah ini.
Hubungan antara variabel dalam penelitian
Variabel penelitian adalah objek yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel
penelitian terdiri dari variabel terikat, variabel bebas, variabel moderator, variabel kontrol,
dan variabel antara atau intervening. Adapun penjelasan masing-masing variabel penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel respon atau output. Variabel terikat
atau dependen atau disebut variabel output, kriteria, konsekuen, adalah variabel yang

17
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat tidak
dimanipulasi, melainkan diamati variasinya sebagai hasil yang dipradugakan berasal dari
variabel bebas. Biasanya variabel terikat adalah kondisi yang hendak kita jelaskan. Dalam
eksperimen-eksperimen, variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasikan/dimainkan
oleh pembuat eksperimen. Sebagai contoh, dalam suatu studi hubungan antar dua variabel
berikut: (1) Hubungan antara kekuatan otot tungkai (X) dengan jauhnya tendangan pemain
sepakbola (Y), (2) Hubungan antara kekuatan otot lengan (X) dengan ketepatan servis
pemain bola voli (Y). Bertolak dari dua contoh di depan, peneliti bertanya: apa yang akan
terjadi pada Y jika X dibuat lebih besar atau lebih kecil? Dalam hal ini peneliti memandang
Y sebagai variabel terikat, karena Y akan berubah sebagai akibat dari diubahnya X. Disebut
dependent karena nilai Y akan berubah (terikat/ tergantung) pada nilai variabel bebas (X).
b. Variabel Bebas
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang diduga sebagai sebab
munculnya variabel variabel terikat. Variabel bebas sering disebut juga dengan variabel
stimulus, prediktor, antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas biasanya
dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya (pengaruhnya) dengan
variabel lain. Sebagai contoh, dalam suatu studi hubungan antar dua variabel berikut: (1)
Hubungan antara kekuatan otot tungkai (X) dengan jauhnya tendangan pemain sepakbola
(Y), (2) Hubungan antara kekuatan otot lengan (X) dengan ketepatan servis pemain bola
voli (Y). Bertolak dari dua contoh di depan, peneliti bertanya: apa yang akan terjadi pada
Y jika X dibuat lebih besar atau lebih kecil? Dalam hal ini peneliti memandang Y sebagai
variabel terikat, karena Y akan berubah sebagai akibat dari diubahnya X. Disebut dependent
karena nilai Y akan berubah (terikat/ tergantung) pada nilai variabel bebas (X).
c. Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel antara, adalah sebuah tipe khusus variabel bebas,
yaitu variabel bebas sekunder yang diangkat untuk menentukan apakah ia mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas primer dan variabel terikat. Variabel moderator adalah
faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih peneliti untuk mengungkap apakah faktor
tersebut mengubah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jika peneliti ingin
mempelajari pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y tetapi ragu-ragu apakah
hubungan antara X dan Y tersebut berubah karena variabel Z, maka Z dapat dianalisis
sebagai variabel moderator.
c. Variabel Kontrol

18
Tidak semua variabel di dalam suatu penelitian dapat dipelajari sekaligus dalam waktu yang
sama. Beberapa di antara variabel tersebut harus dinetralkan pengaruhnya untuk menjamin
agar variabel yang dimaksud tidak mengganggu hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel-variabel yang pengaruhnya harus dinetralkan disebut sebagai
variabel kontrol. Jadi, variabel kontrol adalah faktor-faktor yang dikontrol atau dinetralkan
pengaruhnya oleh peneliti karena jika tidak dinetralkan diduga ikut mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel kontrol berbeda dengan
variabel moderator. Penetapan suatu variabel menjadi variabel moderator adalah untuk
dipelajari (dianalisis) pengaruhnya, sedangkan penetapan variabel kontrol adalah untuk
dinetralkan/disamakan pengaruhnya.
d. Variabel Antara (Intervening)
Uraian tentang variabel di depan merupakan variabel-variabel yang konkret (nyata).
Variabel bebas, variabel moderator, dan variabel kontrol masing-masing dapat dimanipulasi
oleh peneliti dan dapat diamati (diukur) pengaruhnya terhadap variabel terikat. Apabila
suatu variabel yang ingin diketahui pengaruhnya terhadap variabel terikat ternyata tidak
dapat diamati (diukur) karena terlalu abstrak, maka variabel tersebut biasanya dipandang
sebagai variabel antara (intervening). Jadi variabel antara adalah faktor yang secara teoretik
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat tetapi tidak dapat dilihat sehingga tidak
dapat diukur atau dimanipulasi. Pengaruh variabel intervening terhadap variabel terikat
hanya dapat diinferensikan berdasarkan pengaruh variabel bebas dan/atau variabel
moderator terhadap variabel terikat.
e. Variabel Diskrit
Variabel diskrit: disebut juga variabel nominal atau variabel kategori karena hanya dapat
dikategorikan atas dua kutub yang berlawanan yakni “ya” dan “tidak”. Misalnya ya wanita,
tidak wanita, atau dengan kata lain: “wanita-pria”, “hadir-tidak hadir”, “atas-bawah”.
Angka-angka digunakan dalam variabel diskrit ini yang dapat dioperasikan untuk
menghitung frekuensi yang muncul, yaitu banyaknya pria, banyaknya yang hadir dan
sebagainya. Maka angka dinyatakan sebagai frekuensi. Dengan demikian data penelitian
dengan variabel diskrit merupakan penanda kategori, yang tidak dapat dioperasikan
berbentuk penambahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Keberadaannya terbatas
pada penentuan sebagai frekuensi.
f. Variabel Kontinum
Variabel kontinum dapat dipisahkan menjadi tiga jenis variabel kecil, yaitu:

19
Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tata urutan berdasarkan tingkatan
misalnya sangan tinggi, tinggi, pendek. Untuk sebutan lain adalah variabel “lebih kurang”
karena yang satu mempunyai kelebihan dibanding yang lain. Contoh: Agung terpandai,
Nico pandai, Ganang tidak pandai.
Variabel interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel
lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti. Misalnya: Suhu udara di luar
31° C. Suhu tubuh kita 37° C. Maka selisih suhu adalah 6° C. Jarak Surabaya-Blitar 162
km, sedangkan Surabaya-Malang 82 km. Maka selisih jarak Malang-Blitar, yaitu 80 km.
Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ratio memiliki harga nol mutlak yang
dapat dioperasikan berbentuk perkalian sekian kali. Contoh: Berat Pak Rudi 70 kg,
sedangkan anaknya 35 kg. Maka Pak Rudi beratnya dua kali anaknya.

3. Penetapan Landasan Teori serta Kerangka Teoritis Penelitian


Peneliti perlu melakukan kajian ilmiah (teoritis) sebelum menyusun instrumen
penelitiannya. Kajian atau telaah teori-teori yang sesuai dengan variabel penelitian tersebut
merupakan bekal untuk menyusun instrumen agar instrumen yang dibuat memang benar-
benar mengukur variabel yang sudah ditentukan oleh peneliti. Pada bagian ini, penulis
menjelaskan mengenai bagaimana cara menyusun landasan teori, dan kerangka berpikir.
Kedua hal ini merupakan suatu rangkaian yang saling terkait, sehingga dibahas secara
berturutan dalam bagian ini. A. Menyusun Landasan Teori Landasan teori merupakan
bagian yang tidak dapat ditinggalkan dalam kegiatan penelitian. Menurut Azwar (dalam
Soesilo, 2010), teori adalah serangkaian pernyataan yang saling berhubungan dan
digunakan untuk menjelaskan mengenai sekelompok kejadian. Semakin banyak kejadian
yang dapat dijelaskan oleh semakin sedikit pernyataan, berarti teorinya semakin baik. Pada
bagian landasan teori mengulas teori-teori yang digunakan peneliti dalam menyusun
kerangka teoritis 42 penelitiannya sehingga peneliti memperoleh gambaran yang jelas
mengenai suatu konsep (dalam hal ini variabel) serta hubungannya dengan konsep lainnya.
Selain itu, melalui landasan teori yang sudah ditentukannya maka peneliti dapat
mengidentifikasi aspekaspek yang akan digunakan dalam mengukur variabel
penelitiannya. Perlu dipahami bahwa penyusunan landasan teori bukan merupakan
perwujudan gagasan-gagasan atau asumsi peneliti dalam bentuk tulisan. Justru peneliti
perlu mencari teori-teori yang relevan yang mendukung gagasan atau asumsi penelitiannya.
Apalagi jika peneliti tergolong peneliti pemula atau peneliti muda, maka perlu dukungan
teori dari para penulis (penyusun) teori yang sudah ‘mapan’. Bagi peneliti senior, mungkin

20
sudah memiliki (pernah menyusun) teori-teori yang tepat untuk digunakan untuk
mendukung gagasan penelitiannya. Penyusunan landasan teori juga bukan berarti sebagai
kegiatan yang mengutip berbagai teori yang relevan dan disusun dalam satu bab (biasanya
pada bab II). Sering kali terjadi, peneliti melupakan aspek penting yang harus disusun
dalam landasan teorinya yakni konsep dari variabel yang diteliti, serta penjelasan
bagaimana cara pengukurannya. Bahkan banyak diketemukan, peneliti seakan-akan hanya
mengutip dan mengutip kumpulan teori-teori belaka sehingga justru lebih sesuai sebagai
materi untuk menyusun suatu buku, bukan sebagai landasan teori untuk penelitiannya.
Dalam menyusun landasan teori, peneliti sebaiknya mengkaji teori-teori yang relevan dan
memilih suatu teori yang tepat di antara berbagai teori yang relevan tersebut untuk
digunakan sebagai landasan ilmiah dalam menyusun konsep dan pengukuran 43 variabel
yang akan digunakan. Salah satu cara di dalam pemilihan teori adalah berdasarkan kaitan
antara isi teori dengan kondisi subjek yang akan diteliti, atau keterkaitan antara
kelengkapan isi teori dengan kondisi sosial budaya subjek penelitian. Dengan demikian,
diupayakan isi dalam landasan teori berupa konsepkonsep terkait dengan variabel
penelitian, dan berupa penjelasan mengenai aspek-aspek yang digunakan dalam mengukur
variabel tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Azwar (1999), bahwa “dalam ilmu sosial,
teori mempunyai dua fungsi. Pertama, teori berfungsi sebagai cara mudah bagi ilmuwan
untuk mengorganisasikan data. Teori dapat dimanfaatkan sebagai semacam sistem
penyimpanan (reservasi) yang membantu para peneliti untuk mengorganisasikan hasil-hasil
penelitian yang relevan. Kedua, teori memungkinkan ilmuwan mengembangkan prediksi
bagi situasi-situasi yang belum ada datanya. Prediksi membawa kepada hipotesis yang
menjadikan tindakan penelitian lebih terarah, efisien, dan sistematik”. Dalam penulisan isi
landasan teori, peneliti diharuskan untuk memperhatikan kode etik penulisannya.
Mengenai cara pengutipan dan penulisannya akan dijelaskan pada bab yang lain. Penulisan
sumber dari teori (baik yang berisikan kalimat pendek maupun panjang) yang dikutip oleh
peneliti dari berbagai sumber perlu ditulis secara benar, meskipun teori sebenarnya juga
sebagai rumusan hasil teori si peneliti itu sendiri pada masa sebelumnya. Selain berisikan
konsep beserta penjelasan bagaimana cara pengukurannya, isi landasan teori juga mengulas
(mereview) hasilhasil penelitian yang relevan yakni penelitian yang memiliki 44 variabel
yang sama dengan penelitiannya. Hal ini (yang sering kali dalam bab II) disebut sebagai
Kajian Penelitian yang Relevan. Berkaitan dengan hal ini, sangat disayangkan bahwa
selama ini banyak peneliti yang hanya mengutip (copy paste) hasil-hasil penelitian, tanpa
mengulasnya. Dalam mereview teori dan temuan hasil penelitian tersebut, peneliti perlu

21
melakukan analisis dan sintesis sedemikian rupa tanpa menutupi hasil penelitian terdahulu
yang dapat melemahkan dugaan atau asumsi dasar yang dipercayainya. Berkaitan dengan
hal tersebut di atas, peneliti harus bersikap objektif dan terbuka terhadap fakta maupun
kesimpulan hasil penelitian-penelitian yang terdahulu. Peneliti tetap terbuka terhadap hasil-
hasil penelitian meskipun bertentangan dengan asumsi (prediksi) nya. Oleh karena itu,
rumusan hipotesis penelitian dapat dirumuskan berdasar dari dasar teori-teori yang
digunakan, dan dukungan kenyataan yang diperlihatkan dari hasil penelitian lain
(sebelumnya) yang relevan. Dengan demikian, telaah (kajian) teoretik dan temuan
penelitian yang relevan tersebut berfungsi untuk menjelaskan (mendukung) pada
keyakinan peneliti terhadap keterkaitan variabel-variabel penelitiannya. Selain itu, kajian
teoritis dan temuan penelitian tersebut juga untuk mendukung perumusan hipotesis sebagai
jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan penelitian. B. Macam Sumber Informasi Teori
yang digunakan dalam menyusun landasan teori maupun hipotesis dapat dikutip dari
beragam sumber. Pada era perkembangan teknologi dan informasi saat ini, beragam media
45 juga dapat dimanfaatkan oleh para peneliti dalam melengkapi teorinya, seperti yang
dijelaskan pada berikut. Jurnal Penelitian. Media yang tersedia cukup banyak informasi
mengenai hasil-hasil penelitian adalah Jurnal Penelitian. Peneliti dapat mencari dan
memilih jurnal yang relevan untuk penelitiannya. Ketersediaan jurnal penelitian di
perpustakaan sangat membantu dan mendukung kelengkapan teori yang dibutuhkan oleh
para peneliti. Apalagi saat ini, banyak jurnal yang sudah dapat dibaca melalui internet yakni
disebut e-jurnal. Abstrak dan Laporan Hasil Penelitian. Pada akhir kegiatan penelitian,
setiap peneliti selalu menyusun hasil penelitian dalam bentuk laporan. Di dalam laporan
tersebut juga terdapat abstrak penelitian. Laporan-laporan penelitian terutama di perguruan
tinggi maupun lembaga penelitian pada umumnya disimpan di perpustakaan maupun
ripository. Informasi berupa laporan tersebut dapat dimanfaatkan oleh para calon peneliti
untuk melengkapi teori-teori maupun kajian hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
dibutuhkan. Narasumber. Narasumber yang dimaksud di sini adalah pihak-pihak pakar
penelitian maupun pakar pada suatu bidang tertentu. Melalui pengalamannya yang sudah
lama dilakukannya, maka para pakar ini dapat digunakan sebagai sumber informasi. Calon
peneliti dapat mengumpulkan dari pihak narasumber melalui karya tulis narasumber
tersebut maupun wawancara. Tentu saja peneliti perlu memilih nara sumber yang benar-
benar relevan dengan topik penelitiannya. Buku. Sampai saat ini, buku masih merupakan
media yang paling dominan dipakai oleh para peneliti untuk mencari teori-teori yang
dibutuhkan dalam penelitiannya. Oleh karena itu, peneliti 46 perlu mencari buku-buku dan

22
mengkaji bagian yang dibutuhkan. Pada umumnya perpustakaan perguruan tinggi
menyediakan bukubuku yang dibutuhkan tersebut. Surat Kabar. Ada kalanya informasi dari
suatu surat kabar dibutuhkan oleh peneliti. Fungsi surat kabar yang memberitakan
mengenai suatu kejadian memungkinkan para peneliti dapat memanfaatkan berita-berita
tersebut. Informasi mengenai suatu kejadian sering kali merupakan fakta-fakta yang
mendukung pada pentingnya penelitiannya. Selain itu, informasi penting (antara lain
mengenai aturan-aturan baru) dari pihak-pihak yang berwenang maupun pendapat para ahli
tentang satu hal juga dapat dicari oleh peneliti dari surat kabar. Artikel di Internet.
Tersedianya beragam informasi, terutama hasil-hasil penelitian di media elektronik
terutama internet, sangatlah mendukung kelengkapan teori yang dibutuhkan para peneliti.
Para peneliti dengan mudah untuk mengutip informasi yang dibutuhkannya dengan
menggunakan kata-kata kunci (variabel) yang dibutuhkan. Sebaiknya peneliti, cukup jeli
untuk mencari teori atau hasil penelitian yang tersedia dari internet. Tidak semua hasil
penelitian yang sudah diunggah dalam internet dapat dipertanggung jawabkan secara
metodologisnya. Pemahaman metodologis yang kuat dari peneliti merupakan salah satu
kekuatan untuk menyeleksi hasil-hasil peneltian yang tersedia di internet. C.Menyusun
Kerangka Berpikir Sebelum memberi rumusan hipotesis, peneliti perlu menyusun
Kerangka Berpikir. Kerangka berpikir inilah yang menuntun peneliti untuk menyusun
rumusan hipotesisnya. 47 Kerangka berpikir dianggap penting, karena sebagai gambaran
ringkas mengenai rancangan penelitian setelah peneliti mengkaji keterkaitan isi teori sesuai
variabel yang digunakan. Dalam penelitian tindakan maupun penelitian eksperimen,
keterkaitan antar variabel penelitian (variabel bebas dengan variabel terikat) beserta alasan
penggunaan treatment (tindakan) perlu dijelaskan oleh peneliti dalam bagian kerangka
berpikir. Secara teoritis hubungan atau keterkaitan antar variabel yang diteliti perlu
dijelaskan secara ‘gamblang’ dalam kerangka berpikirnya. Agar kerangka berpikir
dipahami secara jelas sebagai bagian dari suatu rancangan penelitian maka sebaiknya
peneliti menyusunnya dalam suatu gambar atau bagan. Deskripsi secara ringkas mengenai
gambar atau bagan kerangka berpikir perlu dilakukan oleh peneliti berdasar gambar atau
bagan yang sudah dibuatnya. Uraian mengenai kerangka berpikir sangat berguna terutama
bagi jenis penelitian tindakan maupun eksperimen, yang menekankan adanya treatment
(tindakan) dalam penelitian tersebut. Bahkan, semua penelitian yang tergolong inferensial
perlu menjelaskan hubungan antar variabel penelitiannya melalui kerangka berpikir.
Landasan teori dan kerangka teoritis dalam sebuah penelitian sangat penting karena
membantu menyusun dasar konseptual serta memberikan arah pada penelitian yang

23
dilakukan. Berikut langkah-langkah untuk menetapkan landasan teori dan kerangka teoritis
dalam penelitian:

1. Identifikasi topik dan tujuan penelitian


Pastikan Anda memiliki pemahaman yang jelas tentang topik penelitian yang akan diteliti.
Tentukan tujuan penelitian Anda untuk memastikan bahwa landasan teori yang dipilih
mendukung dan relevan dengan tujuan tersebut.
2. Tinjau literatur
Lakukan pencarian literatur yang relevan dengan topik penelitian Anda. Gunakan sumber-
sumber seperti jurnal ilmiah, buku, artikel, dan riset terkait.
Identifikasi teori-teori, konsep-konsep, model-model, atau pendekatan-pendekatan yang
telah digunakan oleh penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik Anda.
3. Pilih teori atau kerangka teoritis yang sesuai
Evaluasi berbagai teori atau kerangka teoritis yang relevan dengan topik penelitian Anda.
Pilih teori-teori yang paling sesuai dan dapat mendukung serta menjelaskan fenomena yang
akan diteliti.
4. Jelaskan landasan teori
Paparkan secara rinci teori atau teori-teori yang Anda pilih. Jelaskan konsep-konsep utama,
asumsi-asumsi, dan prinsip-prinsip yang mendasarinya.
Hubungkan teori-teori tersebut dengan penelitian Anda dan jelaskan bagaimana teori-teori
tersebut berperan dalam mengarahkan penelitian Anda.
5. Buat kerangka teoritis
Gunakan teori-teori yang dipilih untuk membangun kerangka teoritis penelitian Anda.
Susun bagaimana konsep-konsep dan variabel-variabel akan diorganisasi dalam kerangka
teoritis untuk mendukung pertanyaan penelitian serta hubungan antar variabel.
6. Rancang metodologi penelitian
Pastikan bahwa landasan teori dan kerangka teoritis yang Anda buat dapat digunakan untuk
merancang metodologi penelitian yang sesuai.
Tentukan bagaimana Anda akan mengumpulkan data, menganalisis data, dan menafsirkan
hasil penelitian dengan mempertimbangkan kerangka teoritis yang telah Anda susun.
7. Validasi dan revisi
Diskusikan kerangka teoritis yang telah Anda susun dengan kolega atau mentor untuk
mendapatkan masukan dan validasi.

24
Lakukan revisi jika diperlukan untuk memperbaiki atau memperkuat landasan teori dan
kerangka teoritis Anda.
8. Implementasikan dalam penelitian
Gunakan landasan teori dan kerangka teoritis yang telah Anda susun sebagai panduan
utama dalam melakukan penelitian Anda.

4. Penetapan Kerangka Konseptual (Kerangka berpikir)


Dalam melakukan penelitian atau penulisan karya ilmiah, salah satu hal yang harus
dilakukan, adalah menyusun dan membuat kerangka konseptual. Hal ini bertujuan agar
kegiatan penelitian atau penulisan ilmiah dapat berjalan dengan lancar dan mudah.
Kerangka konseptual penelitian merupakan suatu hubungan atau keterkaitan antara konsep
satu dengan konsep yang lainya dari suatu masalah yang akan diteliti. Kerangka konseptual
berguna untuk menjelaskan secara lengkap dan detail tentang suatu topik yang akan
menjadi pembahasan. Kerangka konseptual berasal dari konsep ilmu atau teori, yang
digunakan untuk landasan penelitian ilmiah, yang berawal dari tinjauan pustaka. Jadi,
kerangka konseptual adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang dapat menghubungkan
dengan garis yang sesuai dengan variabel yang diteliti. Nah, supaya grameds nggak
semakin bingung lagi tentang kerangka konseptual, maka bisa simak pembahasannya lewat
artikel kerangka konseptual ini. Artikel ini akan memberikan penjelasan semua yang perlu
diketahui terkait dengan kerangka konseptual. Dimana akan dijelaskan mulai dari
pengertian, tujuan, cara membuatnya hingga contoh dari kerangka konseptual.
Contoh Kerangka Konseptual
1. Contoh Kerangka Konseptual Penelitian Kualitatif
2. Contoh Kerangka Konseptual Kuantitatif
Pengertian Kerangka Konseptual
Berikut di bawah ini adalah berbagai pengertian dari menurut para ahli, yang kemudian
dapat ditarik benang merah dari semua definisi yang dijelaskan, agar mendapatkan definisi
yang mudah dimengerti, paling sederhana serta komprehensif. Singarimbun, 1990
berpendapat bahwa konsep yang merupakan generalisasi dari sekelompok fenomena
tertentu, sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai fenomena yang mirip.
Singarimbun menjelaskan bahwa konsep terdiri dari dua jenis, yaitu konsep konkrit dan
konsep abstrak. Konsep konkrit adalah hal-hal yang dapat terlihat oleh mata dan dapat
diukur menggunakan alat ukur fisik, seperti konsep berat, panjang, dan lain-lain.
Sedangkan konsep abstrak seperti motivasi, sikap, persepsi, manajemen dan yang lainnya.

25
Miles & Huberman, 1994 berpendapat bahwa kerangka konseptual merupakan suatu
kerangka yang bisa berbentuk naratif atau grafis yang memiliki tujuan untuk menunjukkan
variabel kunci atau menggambarkan suatu konstruksi dari asumsi hubungan yang ada di
antara mereka untuk dipelajari dan diteliti. Camp, 2001 berpendapat bahwa kerangka
konseptual merupakan sebuah struktur yang menurut peneliti dapat memberikan gambaran
atau penjelasan tentang perkembangan alami dari suatu fenomena yang akan dipelajari atau
diteliti. Sugiyono, 2017 berpendapat bahwa kerangka konseptual secara teoritis akan
menghubungkan berbagai variabel penelitian, yaitu variabel terikat atau dependen dengan
variabel bebas atau independen yang akan diukur serta diamati melalui proses penelitian.
Nursalam, 2017 berpendapat bahwa kerangka konsep penelitian merupakan hasil abstraksi
dari suatu realitas yang dapat dikomunikasikan serta membentuk teori untuk menjelaskan
hubungan antara variabel yang diteliti. Kusumayati, 2009, berpendapat bahwa kerangka
konsep merupakan hubungan antara konsep-konsep yang telah dibangun berdasarkan dari
hasil-hasil studi empiris yang terdahulu sebagai pedoman untuk melakukan penelitian.
Notoatmodjo, 2010 berpendapat bahwa kerangka konseptual merupakan ringkasan yang
terbentuk berdasarkan generalisasi dari hal-hal yang khusus. Jadi, konsep yang hanya dapat
diukur atau diamati melalui variabel. Dalam bukunya yang lain yang terbit pada 2014,
Notoatmodjo memberikan definisi yang lebih sederhana mengenai kerangka konseptual,
yaitu suatu uraian mengenai keterkaitan atau hubungan antara konsep-konsep atau variabel-
variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian. Imenda, 2014, berpendapat
bahwa kerangka kerja konseptual merupakan sebuah sintesis dari variabel dan komponen
yang memiliki keterkaitan yang dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang ada
di dunia nyata. Penjelasan tersebut merupakan sebuah pengamatan terakhir untuk
mendapatkan resolusi deduktif dari masalah yang sedang diteliti. Dalam berbagai literatur
lain, pembahasan mengenai kerangka konseptual merupakan pembahasan yang berkaitan
erat dengan proses penelitian. Menyusun kerangka konseptual merupakan salah satu bagian
awal dalam melakukan proses penelitian yang hendak dilakukan. Dari berbagai definisi
yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat mengumpulkan dan merangkai
definisi komprehensif dari kerangka konseptual. Jadi, jika disederhanakan, maka kerangka
konseptual merupakan sebuah visualisasi atau gambaran atau juga berupa representasi
yang tertulis dari hubungan antara variabel yang diteliti dalam penelitian. Jadi, Kerangka
konseptual merupakan susunan dari suatu konstruksi logika yang sedang berpikir untuk
menjelaskan suatu variabel penelitian yang akan diteliti. Pada umumnya, dalam sebuah

26
penelitian, kerangka konseptual dikembangkan berdasarkan kajian teori yang sesuai
dengan topik penelitian.
Tujuan Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan berbagai makna dari kata-
kata yang terdapat dalam kajian teori yang dapat menimbulkan pengertian-pengertian lain.
Oleh karena itu, kerangka konseptual dalam suatu penelitian haruslah terlihat jelas. Sebab
apabila konsep dalam suatu penelitian tidak jelas akan menyebabkan persepsi yang berbeda
dari apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Konsep penelitian merupakan suatu kesatuan
penelitian mengenai suatu hal yang perlu dirumuskan. Dalam merumuskannya, perlu
menjelaskan sesuai dengan apa yang dimaksud peneliti dalam menggunakannya. Selain itu,
dalam hal penggunaan konsep tentunya perlu konsistensi, jika dalam satu bagian dikatakan
A, maka di bagian lainnya dalam seluruh penelitian yang dilakukan, konsep tersebut tetap
harus dikatakan A. Dalam penelitian yang sederhana, biasanya tidak memerlukan kerangka
konseptual. Sebagai gantinya menggunakan definisi operasional atau penjelasan istilah,
untuk menerangkan variabel-variabel penelitian yang akan diteliti. Konsep sebenarnya
memiliki fungsi untuk menyederhanakan pengertian, ide-ide, maupun gejala atau
fenomena sosial yang digunakan agar orang lain yang membacanya dapat segera mengerti
apa maksud yang sesuai dengan yang dipahami oleh peneliti dalam menggunakan konsep
tersebut. Dengan pernyataan konsep yang jelas akan mempermudah komunikasi antara
peneliti dengan pembaca yang ingin mengetahui isi dari penelitiannya.
Cara Membuat Kerangka Konseptual
Terdapat sembilan langkah yang dapat dipraktekkan apabila ingin membuat kerangka
konseptual. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam membuatnya yaitu:
1. Menentukan Tema dan Topik Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, tentunya peneliti harus menentukan tema dan topik
penelitian terlebih dahulu untuk nanti menjadi bahan pembahasan atau penelitian. Seorang
peneliti dapat menentukan berdasarkan spesialisasi atau minat yang sesuai dengan bidang
atau keilmuan yang dimilikinya. Ada banyak sekali cabang tema dan topik yang dapat
dipilih. Apabila merasakan bingung ketika memilihnya, peneliti dapat menggunakan tema
dan topik yang paling dikuasainya, dan menjadi daya tarik untuk menelitinya lebih lanjut.
2. Menyusun Kajian Pustaka
Langkah selanjutnya adalah dengan menyusun kajian pustaka yang memiliki peran sebagai
landasan penelitian. Peneliti dapat melakukan langkah yaitu dengan membandingkan

27
kajian penelitian sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan. Tentunya, hal ini harus
dilakukan secara cermat agar dapat menentukan teori yang akan digunakan dalam
menyusun hipotesis serta menguji data penelitian. Selain itu, peneliti harus memastikan
teori yang digunakan, apakah sesuai dengan fenomena atau gejala yang hendak diteliti.
Sebab, ini memiliki peran yang penting dalam menyusun kerangka konseptual secara utuh.

Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian pustaka dengan menggunakan sumber ilmiah yang
terpercaya, seperti jurnal ilmiah, tesis, disertasi, artikel ilmiah, serta berbagai sumber lisan
yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Memastikan Kebaruan atau Novelty
Ketika dalam penelitian dalam tahap melakukan kajian pustaka, peneliti dapat mencari tahu
apakah ada novelty dari penelitian yang akan peneliti dilakukan. Apabila penelitian tersebut
telah dilakukan oleh orang lain, maka penelitian akan menjadi tidak memiliki manfaat.
Kecuali, ada hal yang baru untuk ditambahkan, atau memberikan bantahan terhadap topik
penelitian yang sebelumnya.
4. Memetakan Konsep atau Variabel
Seorang peneliti tentunya harus mengetahui konsep atau variabel yang akan diteliti. Hal ini
bertujuan untuk dapat menyusun logika berpikir yang digunakan untuk menjelaskan suatu
masalah yang sedang diteliti. Tentunya, konsep atau variabel tersebut harus berdasarkan
tinjauan pustaka yang telah dilakukan sebelumnya.
5. Mengembangkan Pernyataan Hubungan
Langkah selanjutnya yaitu mengembangkan pernyataan hubungan antara berbagai konsep
yang dipengaruhi atau mempengaruhi. Hal ini agar memudahkan peneliti dalam menyusun
kerangka konseptual penelitian.
6. Memeriksa Rumusan Masalah atau Hipotesis
Ketika peneliti akan melakukan penelitian kualitatif maupun kuantitatif, tentunya perlu
memeriksa terlebih dahulu apakah rumusan atau hipotesis yang digunakan sudah sesuai
dengan alur logika berpikir. Peneliti harus memeriksa apakah kedua hal tersebut sesuai
dengan tinjauan pustaka yang telah dilakukan sebelumnya.
7. Mengembangkan Konsep dalam Bentuk yang Sederhana
Peneliti dapat membuat kerangka konseptual dengan berbagai bentuk seperti dalam bentuk
bagan, peta konsep diagram alir, atau mind map. Dari berbagai bentuk tersebut, peneliti
memilih bentuk yang membuat lebih mudah untuk memahami kerangka konseptual
penelitian. Peneliti dapat menambahkan alur penelitian dan menampilkan variabel atau

28
konsep yang terhubung satu sama lain. Tunjukkan juga hubungan-hubungan yang
mempengaruhi berbagai komponen penelitian. apabila peneliti merasakan kesulitan
bagaimana cara menyusunnya, dapat memanfaatkan berbagai website yang menyediakan
fitur untuk membuat kerangka konseptual dengan berbagai template yang tersedia
8. Menambahkan Narasi

Langkah selanjutnya yaitu melengkapi kerangka konseptual yang sudah dibuat dengan
narasi untuk menjelaskan maksud dari setiap bagan atau alur. Tujuannya adalah untuk
memudahkan peneliti menemukan data atau fakta baru yang dapat mempengaruhi variabel,
konsep, atau komponen dalam penelitian.
9. Memperbaiki Kerangka yang Telah Dibuat
Peneliti mungkin akan menemukan data baru yang berbeda dari teori atau asumsi yang
telah disusun sebelumnya. Hal ini tentunya akan berpengaruh kepada hipotesis karena data
penelitian yang baru bisa jadi membuktikan jika hipotesis penelitian yang telah disusun
keliru. Apabila itu terjadi, peneliti perlu memperbaiki kerangka konseptual yang telah
disusun dari awal, agar menyesuaikan dengan data yang ada.
Contoh Kerangka Konseptual
Berikut adalah beberapa contoh kerangka konseptual penelitian sebagai gambaran yaitu:
1. Contoh Kerangka Konseptual Penelitian Kualitatif
Judul: “Faktor Iklim Kerja, Disiplin Kerja serta Etos Kerja Yang Dapat Mempengaruhi
Produktivitas Kerja Bagian Teller di Bank ABC cabang Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat”
Dari contoh bagan kerangka konseptual di atas, terdapat faktor iklim kerja, disiplin kerja
serta etos kerja yang memiliki pengaruh secara langsung terhadap produktivitas kerja di
Bank. Iklim kerja yang harmonis dan kondusif akan memberikan dampak positif kepada
disiplin dan etos kerja para teller. Dengan adanya iklim kerja yang baik, para teller akan
menjadi lebih kreatif dan inovatif, sehingga mendorong mereka untuk dapat bekerja secara
optimal dan maksimal. Begitu pula dengan dimensi psikologis yang mempengaruhi
bagaimana para teller bekerja. Para teller yang merasa senang dan bahagia dengan yang
mereka kerjakan akan memberikan dampak positif terhadap kinerjanya, sebab hal itu akan
menjadi motivasi tersendiri untuk meningkatkan produktivitas kerja mereka. Selanjutnya,
dengan etos kerja yang baik akan mendorong para pekerja untuk melakukan pekerjaannya
yang sesuai dengan etika yang telah dijunjung agar tujuan yang hendak dicapai dapat
terwujud sesuai dengan harapan perusahaan. Dengan memiliki etos kerja yang baik , akan
tercipta iklim atau suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan produktivitas pekerja.

29
Begitu pun dengan disiplin yang baik akan mendorong tercapainya target penyelesaian
pekerjaan, yang kemudian memiliki pengaruh kepada produktivitas kerja dalam
perusahaan.
2. Contoh Kerangka Konseptual Kuantitatif
Judul: “Dampak Kebiasaan Sering Merokok Terhadap Pemulihan Pasca Operasi ”
Kerangka Konseptual

Dari bagan kerangka konseptual yang menggunakan metode penelitian kuantitatif, dapat
dilihat hubungan-hubungan antara variabel penelitian yang sangat jelas. Dalam bagan dapat
terlihat variabel mana yang akan diteliti dan mana yang hanya menjadi faktor atau
penyebab timbulnya satu variabel. Bagian yang akan diteliti akan ditandai dengan kotak
yang terbentuk dari garis bersambung yang utuh, sedangkan bagian yang menjadi
komponen penjelas di dalam penelitian ditandai dengan kotak bergaris putus-putus. Bagan
di atas ingin menjelaskan bahwa kebiasaan merokok akan memberikan pengaruh kepada
kesehatan dan akan mempengaruhi pemulihan pasca operasi fraktur. Faktor yang
menyebabkannya adalah karena terdapat beberapa kandungan rokok yang dominan, seperti
nikotin, tar, dan karbonmonoksida yang diduga akan mempengaruhi seberapa cepat
pemulihan kesadaran seseorang pasca operasi. Namun, faktor tersebut tidak menjadi fokus
utama dalam penelitian. Terdapat metode untuk mengukur kesadaran yang diteliti
menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale) yang terdiri dari 3 komponen pemeriksaan yaitu
kemampuan untuk membuka mata, kemampuan motorik, dan kemampuan verbal.
Dalam konsep dasar penelitian ilmiah, kita pasti akan mendengar istilah tentang variabel.
Variabel adalah suatu sebutan yang bentuknya dapat diberi nilai angka (kuantitatif) atau
nilai mutu (kualitatif). Variabel dari suatu penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis
(kesimpulan atau dugaan sementara). Artinya menguji kecocokan antara teori dan fakta
empiris yang ada di dalam dunia nyata. Mengutip buku Metodologi Penelitian: Skripsi,
Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah oleh Dr. Juliansyah Noor, S.E., M.M., istilah variabel
berasal dari dua kata Bahasa Inggris, yakni 'vary' berarti berubah, dan 'able' berarti dapat.
Dinamakan variable, karena pada dasarnya variabel itu bervariasi, sehingga masing-
masingnya dapat berbeda. Jadi, variabel bisa juga diartikan sebagai suatu atribut, sifat atau
nilai dari orang, serta objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya oleh seorang peneliti. Variabel merupakan pengelompokan
secara logis dari dua atau lebih suatu atribut dari objek yang diteliti. Atribut yang
dimaksudkan, misalnya usia anak-anak, remaja, dan dewasa. Maka, variabelnya adalah

30
tingkat umur dari objek penelitian. Contoh lain dari variabel adalah, seperti tidak sekolah,
tidak tamat SMP, tidak tamat SMA. Maka, variabel dari objek penelitiannya adalah tingkat
pendidikan. Berikut adalah penjelasan dari macam-macam variabel yang dilansir dari buku
buku Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah oleh Dr. Juliansyah
Noor, S.E., M.M, dan modul Sosiologi Paket C Setara SMA/MA Kemdikbud oleh Maria
Listiyanti.

Jenis-jenis Variabel
Dari adanya beberapa macam variabel yang ada, variabel utama yang sangat penting untuk
dipahami adalah variabel bebas dan variabel terikat. Berikut adalah macam-macam
variabel dalam penelitian:
Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas atau independent variable adalah variabel yang mempengaruhi, atau yang
menjadi sebab perubahan dari adanya suatu variabel dependen (terikat). Variabel bebas
biasanya dinotasikan dengan X.
Variabel Terikat
Variabel terikat atau variable dependent diartikan sebagai variabel yang dipengaruhi, akibat
adanya variabel bebas. Variabel ini biasa dinotasikan dengan Y.
Padanan kata antara variabel bebas dan variabel terikat. Foto: Buku Metodologi Penelitian
oleh Dr. Juliansyah Noor, S.E., M.M.
Contohnya, penelitian mengenai hubungan kesulitan belajar siswa. Kesulitan belajar
(variabel terikat), yang dipengaruhi oleh faktor kelelahan (variabel bebas).
Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel bebas kedua, artinya variabel moderator adalah
variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antar variabel
bebas dengan variabel terikat. Variabel ini mempunyai karakteristik dasar, yakni lebih sulit
berubah dalam jangka waktu tertentu dan sering digunakan dalam analisis regrasi linear,
atau structural equation modeling. Contohnya, pengaruh kemampuan terhadap kinerja.
Usia dan kepribadian seseorang adalah variabel moderator dari contoh tersebut, artinya
kemampuan kinerja akan semakin kuat apabila seseorang berada di usia yang relatif muda
dan ada kepribadian tipe tertentu.
Variabel Antara
Variabel antara atau intervening variable adalah variabel yang mempengaruhi hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat, sehingga menjadi hubungan yang tidak langsung

31
serta tidak dapat diukur dan diamati. Contohnya, pengaruh kualitas pelayanan (variabel
bebas) dan kepuasan konsumen (variabel terikat) terhadap loyalitas (variabel antara).
Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dapat dikendalikan. Sesuai dengan namanya,
sehingga variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang
tidak diteliti. Variabel kontrol umumnya, sering digunakan untuk jenis penelitian
perbandingan.
Variabel Nominal
Variabel nominal merupakan variabel yang di tetapkan berdasarkan proses penggolongan.
Contohnya, penggolongan jenis kelamin (dipilah dalam pria dan wanita), jenis pekerjaan
(dipilah dalam PNS dan swasta), dan lain-lain.
Variabel Ordinal
Variabel ordinal adalah variabel yang disusun berdasarkan jenjang dalam suatu atribut
tertentu. Contohnya, tingkat ranking siswa dalam suatu kelas (dipilah dalam ranking tinggi,
sedang, dan rendah).
Variabel Interval
Variabel interval adalah variabel yang dihasilkan dari suatu pengukuran dimana
pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan pengukuran yang sama. Sifat variabel interval
adalah adanya penggolongan, urutan/ranking, dan satuan pengukuran. Contohnya, prestasi
belajar, dan penghasilan yang dinyatakan dalam skor.
Variabel Rasio
Variabel rasio adalah variabel yang terdapat titik nol mutlak, dalam kuantifikasinya.
Adanya penggolongan, ranking, satuan pengukuran, dan nol mutlak merupakan sifat dari
variabel ini.
Variabel Diskrit
Variabel diskrit disebut juga dengan variabel kategori, karena hanya dikategorikan dalam
dua jawaban yang berlawanan, yaitu pilihan jawaban "ya" atau "tidak".
Variabel Statis
Variabel statis adalah variabel yang keberadaannya tidak dapat diubah, seperti jenis
kelamin, tempat tinggal, dan lain-lain.
Variabel Dinamis
Variabel dinamis adalah variabel yang keberadaannya dapat diubah. Perubahan tersebut
dapat berupa peningkatan, atau penurunan. Misalnya, motivasi, kedisiplinan, dan lain-lain.

32
Dari pengertian variabel di atas, membuktikan bahwa variabel menjadi salah satu hal yang
penting dari sebuah penelitian.

5. Penyusunan Hipotesis
Para siswa sekolah menengah hingga mahasiswa tentu sudah akrab dengan penelitian.
Penelitian dihadirkan untuk melatih para siswa dan mahasiswa untuk berpikir secara
ilmiah. Dalam menulis karya ilmiah, kita harus tahu hipotesis dari penelitian. Jadi, hipotesis
ini adalah praduga peneliti terhadap masalah yang akan diteliti. Namun pengertian hipotesis
tidak sesederhana ini. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yakni hupo dan thesis. Hupo
adalah sementara, sedangkan thesis adalah pernyataan atau teori. Dapat disimpulkan arti
hipotesis adalah pernyataan sementara. Inilah praduga peneliti terhadap masalah penelitian.
Namun, hipotesis ini bukanlah kebenaran. Karena praduga, hipotesis bisa benar dan bisa
juga salah. Penggunaan hipotesis contohnya seperti proses penelitian tentang hubungan
antara kebiasaan manusia buang sampah dan tingginya jumlah sampah di Indonesia.
Berdasarkan data sementara yang kamu dapatkan, hipotesis yang muncul adalah kebiasaan
manusia tersebut berhubungan dengan jumlah sampah. Artinya, kebiasaan buruk manusia
berpengaruh terhadap tingginya jumlah sampah dari waktu ke waktu. Penulisan hipotesis
tidak dapat disebut kebenaran. Meskipun kamu merancang hipotesis berlandaskan data
yang valid dan kuat. Untuk membuktikan hipotesis ini benar atau tidak, kamu harus
melakukan penelitian tersebut. Hasil penelitian akan menunjukkan apakah sesuai dengan
hipotesis atau justru menghasilkan temuan baru. Dalam beberapa pendapat, salah satunya
dari Zikmunda mengungkapkan bahwa hipotesis adalah proposisi atau dugaan yang belum
terbukti. Jadi, hipotesis masih bersifat tentatif. Pernyataan hipotesis hanya menjelaskan
fenomena dan kemungkinan jawaban atas pertanyaan penelitian. Jawaban sesungguhnya
didapatkan setelah penelitian dilakukan. Suryabrata, sosok pakar penulisan, memberikan
penjelasan mengenai hipotesis dalam beberapa hal. secara teknis, hipotesis diartikan
sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji atau diteliti. Penelitian ini
berdasarkan data yang diambil dari sampel penelitian. Sementara itu, hipotesis secara
statistik adalah pernyataan mengenai keadaan parameter yang diuji melalui sampel statistik.
Cara Menyusun Hipotesis
• Pembuktian Hipotesis Penelitian
• Pengertian Hipotesis Penelitian
• Pengertian Umum Hipotesis Penelitian

33
Hipotesis pada umumnya diartikan sebagai jawaban (dugaan) sementara dari masalah suatu
penelitian. Hipotesis hanya disusun dalam jenis penelitian inferensial, yakni jenis penelitian
dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menguji. Pengujian suatu hipotesis
selalu melalui teknik analisis statistik inferensial, sedangkan penelitian deskriptif tidak
memerlukan secara eksplisit rumusan hipotesis. Hipotesis dapat disusun oleh peneliti
berdasarkan landasan teori yang kuat dan didukung hasil-hasil penelitian yang relevan.
Peneliti harus memahami tentang isi dan bagaimana langkah-langkah dalam merumuskan
suatu hipotesis penelitian. Rumusan hipotesis memiliki persyaratan atau ciri-ciri yang harus
dipenuhi oleh peneliti. Adapun beberapa ciri-ciri rumusan hipotesis, menurut Soesilo
(2015) sebagai berikut: Hipotesis dinyatakan dalam kalimat pernyataan (declarative
statement), bukan kalimat tanya. Pernyataan tersebut sebagai pandangan peneliti berdasar
hasil kajian teori yang digunakan. Peneliti harus konsisten (tidak berubah-ubah) mengenai
isi hipotesisnya. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan kajian yang mendalam tentang
teori yang digunakan dalam menyusun hipotesisnya. Dalam penelitian eksperimen
hipotesis berisi pernyataan mengenai efektivitas, perbedaan, atau pengaruh dari suatu
variabel ke variabel yang lain. Dalam hipotesis sedikitnya ada dua variabel yang diteliti.
Hipotesis harus dapat diuji (testable). Selain menjelaskan tentang cara (teknik) pengukuran
masing-masing variabel yang akan diteliti, dalam bagian metodologi penelitian juga harus
menjelaskan teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
pengujian hipotesis dalam penelitian - hipotesis penelitian
Pengertian Hipotesis Penelitian Menurut Para Ahli
1. The American Heritage Dictionary
The American Heritage Dictionary mendefinisikan hipotesis penelitian sebagai penjelasan
sementara terhadap fenomena ilmiah yang perlu diuji dengan penelitian lebih lanjut.
Dengan kata lain, dari pengertian ini kita bisa menggambil kesimpulan bahwasanya
hipotesis yang bersifat ilmiah harus dibuktikan secara ilmiah, berlaku sebaliknya.
2. Kerlinger
Kerlinger yang menuliskan bahwa hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang
dilandaskan antara dua variabel atau lebih dari dua variabel.
3. Suryabrata
Suryabrata berpendapat jika hipotesis yang digunakan dalam penelitian kuantitatif
menggunakan metode deduksi. Di lain sisi, dalam penelitian kualitatif hipotesis diartikan
sebagai kesimpulan sementara dari hasil observasi demi menghasilkan teori baru.
4. Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti

34
Erwan Agus Purwanto dan Ratih Sulityastuti mengemukakan bahwasanya hipotesis adalah
tuduhan sementara dari masalah yang diangkat peneliti dalam melakukan penelitian yang
keberadaannya masih lemah. Dikarenakan masih lemah dan belum tentu benar, dibutuhkan
pengujian.

5. Dantes
Lebih sederhana, pengertian hipotesis penelitian menurut Dantes adalah asumsi yang perlu
dilakukan pengujian data. Kemudian dari pengujian lewat penelitian akan menghasilkan
data. Data inilah yang akan dijadikan acuan pengambilan kesimpulan, terkadang juga
menghasilkan solusi dan penemuan baru.
6. Fraenkel dan Wallen
Fraenkel dan Wallen lebih fokus mengartikan bahwa jenis hipotesis tak terarah
menggambarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak menyusun prediksi, sehingga
menimbulkan ketidakjelasan arah dan akan memengaruhi hasil penellitian itu sendiri.
Membicarakan tentang hipotesis tidak terarah sebenarnya termasuk hipotesis alternatif
(Ha). Selain Ha, ada juga hipotesis nihil (Ho). Hipotesis alternatif memiliki dua macam
jenis, yaitu hipotesisis terarah (directional hypotheses) dan hipotesis tak terarah (non-
directional hypotheses). Hipotesis tidak terarah adalah hipotesis yang dibuat peneliti
dengan cara merumuskan masalah secara tegas dan peneliti juga sudah menyatakan bahwa
variabel bebas sudah memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Adapun yang disebut
dengan hipotesis tak terarah adalah hipotesis yang belum dirumuskan secara tegas, dan
antara variabel bebas belum tentu memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.
7. Suharsini Arikunto
Buat kalian yang sudah beberapa kali melakukan penelitian, pasti sudah tidak asing lagi
dengan Suharsini Arikunto. Beliau mengartikan hipotesis tidak jauh berbeda dengan
pendapat-pendapat sebelumnya. Secara garis besar, hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap sesuatu masalah yang diteliti oleh peneliti. Sampai penelitian selesai, barulah
hipotesis tersebut dapat dibuktikan lewat data-data yang diperoleh dan terkumpul, apakah
sesuai atau tidak sesuai.
8. Zikmund
Zikmund mengartikan hipotesis sebagai proposisi (dugaan) yang belum dibuktikan.
Dengan kata lain, dugaan pernyataan tersebut masih bersifat tentatif (sementara). Untuk

35
menjelaskannya butuh fakta atau fenomena (kajian penelitian) yang memungkinkan
jawaban atas proposisi tersebut.
9. Sudjana
Pengertian hipotesis penelitian menurut Sudjana adalah asumsi (dugaan) sementara
terhadap suatu hal yang dibuat. Umumnya, asumsi ini dibuat untuk menjelaskan suatu hal
yang dibutuhkan konfirmasi atau pengecekan.

10. Sugiyono
Sugiyono mengartikan hipotesis sebagai jawaban sementara yang dibuat berdasarkan
rumusan masalah penelitian yang sudah ditentukan oleh peneliti. Penulisan rumusan
masalah dikemas dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis dikatakan masih sementara karena
dugaan tersebut dibuat berdasarkan kepada teori, sehingga dibutuhkan uji hipotesis.
Jenis-Jenis Hipotesis
Dalam penelitian inferensial, khususnya pada penelitian korelasi dan komparatif, hipotesis
digolongkan menjadi dua, yakni hipotesis tanpa arah yang disebut juga dengan hipotesis
dua arah dan hipotesis searah, seperti yang dijelaskan di bawah ini
1. Hipotesis Tanpa Arah (Dua Arah)
Hipotesis tanpa arah merupakan rumusan (kalimat) hipotesis yang berisi pernyataan hanya
mengenai adanya hubungan atau hanya ada perbedaan, tanpa menjelaskan arah hubungan
di antara variabel yang diteliti, misalnya berarah positif (+) atau berarah negatif (-). Sebagai
misal, hipotesis tanpa arah “Ada hubungan yang signifikan antara Motivasi Belajar dengan
Prestasi Belajar Siswa”. Dalam contoh tersebut tidak dijelaskan arah hubungan (apakah
berarah hubungan positif atau negatif) di antara variabel motivasi belajar dengan prestasi
belajar siswa
Contoh lain, hipotesis yang berbunyi “Ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa
berdasar motivasi belajar”. Dalam hipotesis ini juga tidak disertakan penjelasan motivasi
belajar mana yang memiliki prestasi belajar tinggi.
2. Hipotesis Searah
Hipotesis searah pada umumnya disusun sebagai pernyataan yang menunjukkan arah
hubungan atau perbedaan dari dua variabel yang diteliti; arah mencerminkan hubungan
positif atau sebaliknya negatif. Sebagai misal hipotesis penelitian “Semakin tinggi motivasi
belajar siswa, diikuti semakin tinggi prestasi siswa”; menunjukkan arah hubungan yang
positif. Contoh lain “Semakin tinggi konsep diri, diikuti semakin rendah agresivitas siswa”;
yang menggambarkan ada hubungan yang bersifat negatif.

36
Cara Menyusun Hipotesis
Perlu dipahami bahwa rumusan hipotesis penelitian tidak “jatuh dari langit” atau muncul
secara tiba-tiba tanpa dilandasi suatu teori atau kajian ilmiah. Hipotesis penelitian tidak
dirumuskan hanya sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti saja, meskipun dugaan
peneliti dapat menjadi titik tolak dalam telaah teori dan prediksi hasil penelitiannya kelak.
Jadi, hipotesis dirumuskan tidak sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti, tetapi
berasal dari penguraian landasan teori yang disusun sebelumnya. Teori tersebut
mengkaitkan keberadaan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Oleh karena itu,
telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan permasalahan dan
menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan penelitian Seperti yang
dinyatakan oleh Azwar (1999), bahwa dalam merumuskan suatu hipotesis, terdapat dua
cara. Cara pertama, adalah dengan membaca dan menelaah ulang (mereview) teori atau
konsep-konsep yang membahas mengenai variabel-variabel penelitian beserta hubungan
dari variabel-variabel tersebut. Cara ini sering disebut sebagai proses berpikir deduktif.
Cara kedua adalah dengan membaca dan mereviu hasil atau temuan-temuan penelitian
terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian. Hal ini yang disebut sebagai
proses berpikir induktif. Setelah menelaah teori-teori maupun temuan-temuan hasil
penelitian, peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitiannya. Hasil kajian teori maupun
temuan hasil penelitian tersebut merupakan bekal (landasan) penting bagi peneliti dalam
menyusun hipotesisnya. Oleh karena itu, pada umumnya hipotesis diletakkan setelah
peneliti menelaah teori, konsep maupun temuan hasil penelitian, yakni pada bagian akhir
bab II dari suatu laporan penelitian. Hipotesis harus diuji kebenarannya melalui uji statistik
dengan menggunakan teknik analisis yang tepat. Hipotesis yang telah disusun perlu
dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan teknik analisis statistik lanjut. Pemilihan
teknik analisis statistik tersebut tergantung dari beberapa hal, yakni jenis penelitian, tujuan
penelitian dan jenis skala data pada masing-masing variabel. Dalam perumusan hipotesis
secara statistik dinyatakan melalui simbol-simbol. Terdapat dua macam hipotesis yakni
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), yang ditulis selalu berpasangan. Jika salah
satu ditolak, yang lain pasti diterima, sehingga dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu
kalau H0 ditolak pasti Ha diterima. Dengan dipasangkan itu, dapat dibuat keputusan yang
tegas, mana yang diterima dan mana yang ditolak. Di bawah ini merupakan contoh
pernyataan yang dapat dirumuskan sebagai hipotesis statistiknya:

37
Dalam suatu penelitian eksperimen yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran
tradisional terhadap kemampuan pro-sosial siswa”, rumusan hipotesis statistiknya disusun
sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap kemampuan pro-sosial
siswa
Ha : Ada pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap kemampuan pro-sosial siswa
Dalam peneltian eksperimen yang berjudul “Efektivitas Layanan BK terhadap peningkatan
Percaya Diri Siswa”, rumusan hipotesis statistiknya disusun sebagai berikut:
Ho : Layanan BK tidak efektif dalam peningkatan Percaya Diri Siswa
Ha : Layanan BK efektif dalam peningkatan Percaya Diri Siswa
metode penelitian kuantitatif - hipotesis penelitian
Pembuktian Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian inferensial yang harus menguji suatu hipotesis, termasuk penelitian
eksperimen, pembuktian suatu hipotesis selalu terkait dengan istilah signifikansi.
Pemahaman mengenai taraf signifikansi sangat penting dalam penggunaan metode
statistika guna menguji hipotesis. Hal ini disebabkan bahwa kesimpulan penelitian
inferensial selalu disandarkan pada keputusan statistik, yang tidak dapat ditopang oleh taraf
kepercayaan mutlak seratus persen. Dalam penelitian inferensial, peneliti selalu
menggunakan probabilitas (peluang) yakni adanya peluang kesalahan dalam menolak atau
menerima hipotesis. Dalam analisis yang menggunakan statistik, taraf signifikansi (sig)
sering kali diberi simbol p atau simbol alpha (α) dinyatakan dalam proporsi atau persentase,
yang berarti besarnya peluang kesalahan. Menurut kesepakatan para ahli statistik, peluang
kesalahan tertinggi yang masih dapat diterima adalah sebesar 0,05 atau 5%; berarti peluang
kesalahan sebesar 5 % artinya kesalahan sebanyak 5 dari 100 kejadian. Sebaliknya, hal
tersebut juga berarti bahwa taraf kepercayaannya sebesar 100-5 = 95% atau 0,95. Dalam
penelitian sosial, khususnya dalam bidang pendidikan, taraf signifikansi pada umumnya
diukur dari p sebesar 1%, atau 5%. Saat melakukan analisa penelitiannya, peneliti terutama
perlu membaca (menginterpretasi) hasil Sig (p), dan diikuti dengan membaca nilai (skore)
r (koefisien korelasi). Sedangkan pada penelitian uji beda, setelah peneliti membaca hasil
sig, diikuti dengan skore t (hasil uji-t), atau F (hasil Anova), dan skore r square (r2). Perlu
ditekankan kembali bahwa signifikansi hasil penelitian (peluang kesalahan) dirujuk dari
taraf signifikansi (p atau sig) yang diketemukannya. Dalam analisis penelitian, sebaran
hasil peluang kesalahan (sig) dibagi dalam tiga kelompok yaitu:

38
p < 0,01, maka korelasi atau perbedaannya dinyatakan sangat signifikan. Dengan demikian
hipotesis diterima!
p < 0,050 (antara 0,011 – 0,050), maka korelasi atau perbedaannya dinyatakan signifikan.
Dengan demikian hipotesis diterima!
P > 0,05, maka korelasi atau perbedaannya dinyatakan nirsignifikan (tidak signifikan).
Dengan demikian hipotesis ditolak!
Sebagai contoh, penelitian eksperimen tentang Pengaruh Model Pembelajaran Penugasan
terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa, yang menghasilkan sig=0,089, dan besarnya r
square 0,061. Hal ini berarti bahwa dalam penelitian tersebut tidak ada pengaruhi yang
signifikan model pembelajaran penugasan terhadap motivasi belajar mahasiswa. Dengan
demikian, hipotesis yang berbunyi ” Model Pembelajaran Penugasan berpengaruh terhadap
Motivasi Belajar Mahasiswa” ditolak. Sumbangan efektif dari model pembelajaran
penugasan terhadap keberadaan motivasi belajar mahasiswa nampak rendah, yakni hanya
sebesar 6,1%. Ada perbedaan dalam pembuktian (pengujian) hipotesis pada penelitian
inferensial (termasuk penelitian eksprimen) dengan penelitian tindakan. Pembuktian
hipotesis pada penelitian inferensial selalu menggunakan uji statistik, seperti yang
dijelaskan di atas. Diterima atau ditolaknya suatu hipotesis dikaji dari hasil skor
signifikansinya. Jika skor signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,050 maka hipotesis
peneltian teresebut tidak signifikan alias ditolak. Sedangkan pada penelitian tindakan,
pengujian hipotesis dikaji dari hasil setiap tindakan yang dibandingkan dengan rumusan
indikator ketercapaian penelitian tersebut. Dengan demikian, dalam penelitian tindakan
peneliti perlu merumuskan indikator ketercapaiannya. Jika hasil tindakan sudah melampaui
indikator ketercapaian tersebut maka penelitian tersebut terbukti sudah berhasil mencapai
tujuannya. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yakni, hupo dan tesis. Tesis adalah
pernyataan atau teori, sedangkan hupo adalah pendahuluan. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan hipotesis adalah pernyataan sementara. Namun hipotesis ini
bukanlah kebenaran pasti. Berdasarkan praduga peneliti karena hipotesis mungkin saja
benar atau salah. Pendapat lain tentang pengertian hipotesis menurut para ahli adalah
hipotesis merupakan pendapat yang masih diragukan kebenarannya dan belum diuji
kepastiannya melalui uji coba. Sebuah hipotesis dapat disebut teori jika eksperimen
selanjutnya membuktikan kebenarannya. Menulis hipotesis itu tidaklah mudah. Apalagi
jika Kamu membuat hipotesis berdasarkan data yang valid dan kuat. Beberapa penelitian
perlu dilakukan untuk membuktikan apakah hipotesis itu benar. Hasil penelitian akan

39
menunjukkan apakah cocok dengan hipotesis atau apakah itu akan menghasilkan temuan
baru. Hipotesis adalah bagian penting dari penelitian ilmiah. Kegunaannya adalah:
• Berikan gambaran gejala sementara
• Memfasilitasi perluasan pengetahuan di bidang tertentu
• Memberikan pernyataan yang dapat berfungsi
• Memperjelas arah penelitian
• Menyediakan kerangka kerja untuk laporan penelitian
Jenis Hipotesis
Saat mengajukan hipotesis, Anda harus tahu bahwa ada berbagai jenis hipotesis. Jadi bukan
hanya satu jenis hipotesis. Hipotesis seperti apa yang akan kamu buat?

Hipotesis Relasional atau Asosiatif


Hipotesis ini menolak sebagai tanggapan sementara terhadap hubungan antara dua variabel
atau lebih. Oleh karena itu hipotesis ini dirumuskan menggunakan rumusan kontingen dari
masalah atau menjelaskan hubungan. Dalam pengertian lain, hipotesis asosiatif secara
eksplisit atau tegas menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Hipotesis Deskriptif
Berbeda dengan hipotesis asosiatif, hipotesis deskriptif hanya secara implisit menunjukkan
hubungan antar variabel. Oleh karena itu, ringkasannya agak tersembunyi dan tidak jelas
hipotesis penelitiannya. Oleh karena itu, hipotesis deskriptif hanya menguraikan sampel
penelitian.
Hipotesis Komparatif
Jenis hipotesis terakhir adalah hipotesis komparatif. Menurut Sugiyono, hipotesis
komparatif adalah pernyataan yang memberikan perkiraan terhadap satu atau lebih variabel
dalam sampel yang berbeda. Sedangkan menurut Ridwan, hipotesis komparatif dirumuskan
untuk memberikan jawaban atas masalah diferensiasi. Singkatnya, hipotesis komparatif
adalah spekulasi awal dari formulasi komparatif suatu masalah. Artinya variabelnya sama,
hanya populasi, sampel, atau keadaan yang berbeda.
Cara Menyusun Hipotesis
muncul secara tiba-tiba tanpa dilandasi oleh suatu teori atau kajian ilmiah. Dengan
demikian, hipotesis yang dirumuskan tidak hanya mengikuti asumsi atau asumsi peneliti,
tetapi juga muncul dari penjabaran dasar teori yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti
yang dinyatakan oleh Azwar (1999), ada dua cara ketika membentuk hipotesis. Cara

40
pertama adalah dengan membaca dan mengkaji ulang teori atau konsep yang membahas
variabel penelitian dan ringkasan. Metode ini sering disebut sebagai proses penalaran
deduktif. Pilihan kedua adalah membaca dan meninjau hasil atau temuan penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian Anda. Secara sederhana, untuk
merumuskan hipotesis, peneliti harus menggali banyak sumber informasi. Oleh karena itu
peneliti perlu memiliki berbagai informasi tentang masalah yang akan memecahkannya.
Untuk itu, Anda perlu membaca banyak literatur. Lalu, peneliti harus mampu membaca
informasi yang diterimanya. Selain itu, penelitian harus mampu menemukan titik temu
antara satu informasi dengan informasi lainnya. Terakhir, peneliti harus mampu
menghubungkan dan mencocokkan teori dengan setiap fenomena yang ditemukan.
Singkatnya, hipotesis adalah pernyataan sementara dan spekulasi dalam penelitian yang
kemudian diuji validitas ilmiahnya.
Contoh Hipotesis
Menurut Sugiyono ada beberapa contoh hipotesis yang dapat membantu memperdalam
pemahaman terkait hipotesis. Berikut contoh-contoh hipotesis yang kami rangkum Anda di
bawah ini!
Hipotesis Penelitian Asosiatif
Masalah asosiasitif: Apakah ada hubungan yang signifikan antara badan tinggi dengan
barang yang dijual? Hipotesis yang kemudian dibuat bahwa ada korelasi positif dan
signifikan antara tinggi badan penjual dan barang yang dijual. Di sisi lain, hipotesis statistik
adalah:
Ha : p ≠ 0, “bukan nol” berarti lebih besar atau kurang dari (-) nol berarti berhubungan,<
/span>
p = Nilai korelasi dalam penelitian hipotesis.
Hipotesis Penelitian Komparatif
Rumusan masalah: Bagaimana produktivitas tenaga kerja karyawan di PT X dibandingkan
dengan di PT Y?
Hipotesis nol:
3) Ho : Produktivitas karyawan di PTX kurang dari atau sama dengan (≤) produktivitas
karyawan di PTY (“kurang dari” = maksimal).
2) Ho : Karyawan di PTX lebih produktif (≥) dibandingkan karyawan di PTY (“lebih besar
dari” = paling sedikit).
Alternatif Hipotesis:
Ha: Produktivitas karyawan yang ada di PT X lebih besar daripada (≥) karyawan di PT Y.

41
Ha: Produktivitas karyawan di PT X lebih kecil dari (< ) karyawan di PT Y.
Hipotesis statistiknya:
Ho : u1 = u2
Ha : u1 ≠ u2
Ho : u1 ≥ u2
Ha : u1 < kamu2
Hipotesis Penelitian Deskriptif
Masalah Deskriptif Definisi: Berapa lama daya tahan lampu Merk X?
hipotesis deskriptif

Merk X umur = 600 jam (Ho) lampu pijar. Hal ini karena umur sampel lampu diperkirakan
tidak berbeda secara signifikan dari umur lampu populasi. Hipotesis alternatifnya adalah:
Umur lampu pijar merek X tidak sampai 600 jam. "Tidak sama" bisa lebih atau kurang dari
600 jam.
3) hipotesis statistik (hanya ada jika berdasarkan data sampel)
Ho : µ = 600
C : μ ≠ 600
µ : Nilai rata-rata populasi yang diperkirakan atau diperkirakan oleh sampel

6. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kerangka metode dan teknik penelitian yang dipilih oleh seorang
peneliti. Ini memungkinkan para peneliti untuk mengasah metode penelitian yang cocok
untuk materi pelajaran dan mengatur studi mereka untuk sukses. Desain topik penelitian
menjelaskan jenis penelitian (eksperimental, penelitian survei, korelasional, semi-
eksperimental, review) dan sub-jenisnya (desain eksperimental, masalah penelitian, studi
kasus deskriptif). Ada tiga jenis utama desain untuk penelitian: pengumpulan data,
pengukuran, dan analisis. Jenis masalah penelitian yang dihadapi organisasi akan
menentukan desain penelitian dan bukan sebaliknya. Fase desain studi menentukan alat
mana yang akan digunakan dan bagaimana alat itu digunakan. Penelitian yang berdampak
biasanya menciptakan bias minimum dalam data dan meningkatkan kepercayaan pada
keakuratan data yang dikumpulkan. Sebuah desain yang menghasilkan margin kesalahan
paling kecil dalam penelitian eksperimental umumnya dianggap sebagai hasil yang
diinginkan. Elemen penting adalah:
• Pernyataan tujuan yang akurat
42
• Teknik yang akan diterapkan untuk mengumpulkan dan menganalisis penelitian
• Metode yang diterapkan untuk menganalisis detail yang dikumpulkan
• Jenis metodologi penelitian
• Kemungkinan keberatan untuk penelitian
• Pengaturan untuk studi penelitian
• Linimasa
• Pengukuran analisis
Desain penelitian yang tepat membuat studi Anda sukses. Studi penelitian yang berhasil
memberikan wawasan yang akurat dan tidak bias. Anda harus membuat survei yang
memenuhi semua karakteristik utama sebuah desain. Ada empat karakteristik utama:
Netralitas: Ketika Anda mengatur studi Anda, Anda mungkin harus membuat asumsi
tentang data yang Anda harapkan untuk dikumpulkan. Hasil yang diproyeksikan dalam
penelitian harus bebas dari bias dan netral. Pahami pendapat tentang skor evaluasi akhir
dan kesimpulan dari banyak individu dan pertimbangkan mereka yang setuju dengan hasil
yang diperoleh.
Keandalan: Dengan penelitian yang dilakukan secara teratur, peneliti yang terlibat
mengharapkan hasil yang sama setiap saat. Anda harus menunjukkan bagaimana
membentuk pertanyaan penelitian untuk memastikan standar hasil. Anda hanya akan dapat
mencapai hasil yang diharapkan jika desain Anda dapat diandalkan.
Validitas: Ada beberapa alat ukur yang tersedia. Namun, satu-satunya alat ukur yang benar
adalah alat yang membantu peneliti dalam mengukur hasil sesuai dengan tujuan penelitian.
Kuesioner yang dikembangkan dari desain ini kemudian akan valid.
Generalisasi: Hasilnya Anda harus berlaku untuk populasi dan bukan hanya sampel
terbatas. Sebuah desain umum menyiratkan bahwa survei Anda dapat dilakukan pada setiap
bagian dari populasi dengan akurasi yang sama.
Faktor-faktor di atas mempengaruhi cara responden menjawab pertanyaan penelitian
sehingga semua karakteristik di atas harus seimbang dalam desain yang baik. Seorang
peneliti harus memiliki pemahaman yang jelas tentang berbagai jenis desain penelitian
untuk memilih model mana yang akan diterapkan untuk penelitian. Seperti penelitian itu
sendiri, desain penelitian Anda dapat secara luas diklasifikasikan menjadi kuantitatif dan
kualitatif. Kualitatif: Penelitian kualitatif menentukan hubungan antara data yang
dikumpulkan dan pengamatan berdasarkan perhitungan matematis. Teori-teori yang
berkaitan dengan fenomena alam yang ada dapat dibuktikan atau dibantah dengan

43
menggunakan metode statistik. Peneliti mengandalkan metode penelitian kualitatif yang
menyimpulkan “mengapa” teori tertentu ada bersama dengan “apa” yang dikatakan
responden tentangnya.
Kuantitatif: Penelitian kuantitatif adalah untuk kasus-kasus di mana kesimpulan statistik
untuk mengumpulkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti sangat penting. Angka
memberikan perspektif yang lebih baik untuk membuat keputusan bisnis yang penting.
Metode penelitian kuantitatif diperlukan untuk pertumbuhan organisasi mana pun.
Wawasan yang diambil dari data numerik dan analisis terbukti sangat efektif saat membuat
keputusan terkait masa depan bisnis.
1. Penelitian deskriptif: Dalam desain deskriptif, seorang peneliti hanya tertarik untuk
menggambarkan situasi atau kasus di bawah studi penelitian mereka. Ini adalah metode
desain berbasis teori yang dibuat dengan mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan
data yang dikumpulkan. Hal ini memungkinkan peneliti untuk memberikan wawasan
tentang mengapa dan bagaimana penelitian. Desain deskriptif membantu orang lain lebih
memahami kebutuhan penelitian. Jika pernyataan masalah tidak jelas, Anda dapat
melakukan penelitian eksplorasi.
2. Penelitian eksperimental: Penelitian eksperimental menetapkan hubungan antara sebab
dan akibat dari suatu situasi. Ini adalah desain kausal di mana orang mengamati dampak
yang disebabkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen. Misalnya,
seseorang memantau pengaruh variabel independen seperti harga pada variabel dependen
seperti kepuasan pelanggan atau loyalitas merek. Ini adalah metode penelitian yang sangat
praktis karena memberikan kontribusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Variabel bebas dimanipulasi untuk memantau perubahan yang terjadi pada variabel terikat.
Hal ini sering digunakan dalam ilmu sosial untuk mengamati perilaku manusia dengan
menganalisis dua kelompok. Peneliti dapat meminta peserta mengubah tindakan mereka
dan mempelajari bagaimana orang-orang di sekitar mereka bereaksi untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang psikologi sosial.
3. Penelitian korelasional: Penelitian korelasional adalah teknik penelitian non-
eksperimental yang membantu peneliti membangun hubungan antara dua variabel yang
berhubungan erat. Jenis penelitian ini membutuhkan dua kelompok yang berbeda. Tidak
ada asumsi saat mengevaluasi hubungan antara dua variabel yang berbeda, dan teknik
analisis statistik menghitung hubungan di antara keduanya.

44
Koefisien korelasi menentukan korelasi antara dua variabel, yang nilainya berkisar antara
-1 dan +1. Jika koefisien korelasi menuju +1 menunjukkan hubungan positif antara variabel
dan -1 berarti hubungan negatif antara kedua variabel.
4. Penelitian diagnostik: Dalam desain diagnostik, peneliti mencari untuk mengevaluasi
penyebab yang mendasari topik atau fenomena tertentu. Metode ini membantu seseorang
belajar lebih banyak tentang faktor-faktor yang menciptakan situasi yang menyusahkan.
Ini memiliki tiga bagian penelitian:
· Awal masalah
· Diagnosis masalah
· Solusi untuk masalah ini
5. Explanatory research design: Explanatory design menggunakan ide dan pemikiran
peneliti tentang suatu subjek untuk mengeksplorasi lebih jauh teori mereka. Penelitian
menjelaskan aspek-aspek yang belum dijelajahi dari suatu subjek dan rincian tentang apa,
bagaimana, dan mengapa pertanyaan penelitian.
desain penelitian adalah rancangan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan
penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif; untuk memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis. Singkatnya, definisi dari desain penelitian ini
adalah bentuk rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa supaya dapat menuntun
peneliti dalam upaya memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.
Desain penelitian ini tidak sama dengan upaya menentukan hasil penelitian, tetapi lebih
mengarah pada upaya mengerucutkan kemungkinan hasilnya. Pertanyaan-pertanyaan
penelitian ini mencakup banyak hal, mulai dari pemaparan mengenai apa masalah yang
akan diteliti, mengapa masalah tersebut harus diteliti, hingga bagaimana masalah tersebut
dapat diteliti supaya mendapatkan hasil yang berguna pagi masyarakat.

Pertanyaan-Pertanyaan yang Membantu Penyusunan Desain Penelitian


Dalam upaya menyusun desain penelitian, sebaiknya menggunakan pedoman pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan variabel penelitian. Tidak hanya itu saja, pembagian bab
dalam penelitian juga dapat dijadikan sebagai pedoman pertanyaannya. Nah berikut adalah

45
beberapa contoh pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu Grameds dalam menyusun
desain penelitian:
Fungsi Desain Penelitian
1. Menguji Hipotesis Penelitian
Dalam hal ini, desain penelitian lebih mengarah pada teknik analisis statistik yang tepat
untuk menguji hipotesis sekaligus menjawab masalah yang dibahas dalam penelitian
tersebut. Tidak hanya itu saja, desain penelitian juga berfungsi untuk penentuan dalam
pengambilan kesimpulan.

2. Mengontrol VS (Variabel Sekunder)


Desain penelitian nantinya akan mengarahkan tentang bagaimana cara meminimalisir
variabel-variabel di luar variabel sekunder.
3. Sebagai Pegangan Bagi Peneliti
Dalam hal ini, desain penelitian dapat memberikan pegangan atau pedoman yang lebih jelas
terutama kepada peneliti ketika tengah melakukan sebuah penelitian. Ibarat membangun
rumah, kita tentu memerlukan desain yang memuat bagaimana bentuk, ukuran, bahan, lama
pelaksanaan, hingga biaya yang akan diperlukan. Nah, ketika hendak melakukan sebuah
penelitian juga harus dipersiapkan sedemikian rupa. Ketika hendak menyusun desain
penelitian, ada beberapa hal yang harus peneliti perhatikan, yakni:
• Populasi sasaran
• Metode sampling yang dipilih
• Besar sampling
• Prosedur pengumpulan data
• Cara analisis data setelah data terkumpul
• Perlu tidaknya menggunakan statistik
• Cara mengambil kesimpulan
4. Untuk Menentukan Batas-Batas Penelitian
Desain penelitian juga dapat berfungsi untuk menentukan batas-batas penelitian yang
berkaitan erat dengan tujuan. Apabila tujuan tidak dirumuskan secara jelas, maka penelitian
juga seakan-akan tidak ada ujung pangkalnya. Nah, dengan perumusan tujuan yang jelas
maka penyusunan desain penelitian juga akan lebih mudah karena peneliti dapat
memusatkan perhatiannya ke arah tujuan yang lebih efektif.
5. Sebagai Gambaran Akan Kesulitan yang Mungkin Dihadapi

46
Desain penelitian juga dapat berfungsi untuk memberikan gambaran akan kesulitan apa
yang mungkin dihadapi oleh peneliti. Nah, melalui desain penelitian ini nantinya peneliti
dapat memikirkan cara-cara mengatasi pada kesulitan atau masalah yang sekiranya akan
dihadapi.
Klasifikasi Desain Penelitian
Pengelompokan atau klasifikasi dari desain penelitian itu beragam apabila dilihat dari
berbagai sudut pandangnya, mulai dari berdasarkan metode pengumpulan datanya,
menurut tujuannya, hingga dilihat dari pengendalian variabel-variabel yang dilakukan oleh
peneliti.
Bentuk Desain Penelitian
Bentuk dari desain penelitian ini hampir berkaitan dengan klasifikasi desain penelitian. Nah
berikut ini beberapa penjelasan mengenai bentuk-bentuk dari desain penelitian yang
didasarkan pada klasifikasinya.
1. Desain Penelitian Survei
Penelitian survei dilakukan untuk memperoleh tujuan mengumpulkan informasi mengenai
populasi orang dalam jumlah besar, dengan cara melakukan wawancara kepada sejumlah
kecil dari populasi tersebut. Penelitian survei ini dapat digunakan dalam sebuah penelitian
yang bersifat eksploratif, deskriptif, maupun eksperimental. Untuk memperoleh keterangan
atau jawaban mengenai permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini, tidak
hanya dapat menggunakan teknik wawancara saja, tetapi juga dengan angket, observasi,
atau kombinasi atas beberapa teknik yang ada. Berikut ini adalah kelemahan dan kelebihan
dari desain penelitian survei.
No. Kelebihan Desain Penelitian Survei Kekurangan Desain Penelitian Survei
1. Melibatkan sejumlah besar orang yang apabila menggunakan teknik pengumpulan data
yang tepat maka hasilnya akan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil jawaban dari
populasi sasaran sering tidak mendalam.
2. Bersifat eksploratif Pendapat yang disampaikan oleh populasi orang ini dapat
berubah-ubah dalam waktu singkat.
3. Memiliki “bukti” resmi atas jawaban sejumlah besar orang tersebut. Tidak
menjadi jaminan bahwa angket dijawab oleh seluruh populasi, karena hanya sampel saja.
4. Apabila teknik pengumpulan datanya menggunakan angket secara online, rentang biaya
jauh lebih murah. –
2. Desain Penelitian Cross-Sectional

47
Desain penelitian ini sering juga dikenal dengan studi one-shot atau studi kasus, yang rata-
rata digunakan dalam penelitian di bidang sosial. Desain penelitian Cross-Sectional ini
bertujuan untuk menemukan suatu kejadian atas adanya fenomena, situasi, masalah,
perilaku, atau isu sosial yang terjadi pada suatu populasi. Desain penelitian ini sangat
sederhana, sebab peneliti hanya menetapkan apa yang hendak ditemukan dalam
permasalahannya, identifikasi populasi, memilih sampel, dan melakukan kontak dengan
para responden guna memperoleh informasi yang diperlukan dalam waktu tertentu.
Sayangnya, desain penelitian ini mempunyai kekurangan berupa tidak memiliki
kemampuan dalam menjelaskan kemungkinan adanya perubahan kondisi atau hubungan
dari populasi yang tengah diselidiki dalam periode waktu yang berbeda. Berhubung desain
penelitian ini tidak dapat mengukur atau menjelaskan adanya perubahan dari populasinya,
maka apabila hendak melakukan hal tersebut maka diperlukan paling tidak dua titik waktu
untuk populasi yang sama.
3. Desain Penelitian Sebelum dan Sesudah (Pre-Test dan Post-Test Design)
Dalam desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai pengumpulan data atas adanya sua
set dari penelitian cross sectional terhadap populasi yang sama guna memperoleh jawaban
atas adanya perubahan fenomena yang terjadi di antara dua titik waktu. Perubahan ini
diukur dengan membandingkan adanya perbedaan atas fenomena atau variabel yang terjadi
sebelum dan sesudah perlakuan intervensi. Desain penelitian ini juga memiliki kelebihan
dan kekurangan. Dalam hal kelebihan yakni dapat digunakan untuk mengukur perubahan
situasi, fenomena, isu, perilaku, dan permasalahan yang terjadi di dalam suatu kelompok
masyarakat pada dua titik yang berbeda. Desain penelitian sebelum dan sesudah ini
biasanya digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan efektivitas suatu program
dalam masyarakat. Kekurangan dalam desain penelitian ini beragam, mulai dari
kemungkinan biaya penelitian yang tidak murah, adanya perubahan populasi dalam dua
titik waktu tersebut, hingga adanya efek reaktif dan efek regresi pada jawaban yang
diberikan oleh populasi.
4. Desain Penelitian Longitudinal
Apabila dalam desain penelitian sebelum dan sesudah itu tidak dapat menjelaskan pola
perubahan yang terjadi, maka desain penelitian longitudinal ini dapat digunakan untuk
menentukan pola perubahan tersebut terutama yang berkaitan dengan waktu. Dalam desain
penelitian ini, studi populasi dilakukan secara berulang atau berkala terutama dalam
interval waktu tertentu. Kekurangan desain penelitian longitudinal ini adalah terjadinya
efek pengkondisian, yang mana menggambarkan situasi akan ketika responden yang sama

48
akan disurvei berulang kali, sehingga responden sudah mengetahui jawaban dan harapan
jawaban dari peneliti, yang pada akhirnya menyebabkan responden akan merespon
pertanyaan tanpa berpikir dan berpotensi akan memberikan jawaban yang selalu sama.
Meskipun begitu, desain penelitian ini juga memiliki kelebihan berupa memungkinkan
peneliti menentukan pola perubahan dan memperoleh informasi yang faktual secara
berkesinambungan.
5. Desain Penelitian Retrospektif
Dalam desain penelitian ini akan cenderung mengamati atau menyelidiki suatu fenomena,
masalah, atau isu yang terjadi pada masa lampau. Biasanya di dalam penelitian ini, peneliti
akan meminta responden untuk menjawab pertanyaan (wawancara) untuk menggali
kejadian atau fenomena yang terjadi tersebut. Desain penelitian ini cocok digunakan untuk
penelitian di bidang sejarah atau sosiologi.
6. Desain Penelitian Prospektif
Desain penelitian ini lebih condong pada penelitian atas kejadian suatu fenomena, situasi,
masalah, perilaku, atau dampak akan fenomena pada masa yang akan datang. Berbanding
terbalik dengan desain penelitian retrospektif. Berhubung fenomena yang akan diteliti
terjadi pada masa yang akan datang, maka penelitian ini harus menunggu adanya perlakuan
yang memberikan dampak atau pengaruh terhadap suatu populasi.
7. Desain Penelitian Campuran
Campuran dalam desain penelitian ini adalah gabungan antara retrospektif dan prospektif
yang fokus pada kajian pola suatu fenomena di masa lampau dan mengamatinya untuk
masa depan.
Desain penelitian merujuk pada rencana sistematis yang dibuat untuk mengumpulkan data
dan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji
hipotesis tertentu. Desain penelitian sangat penting karena memastikan bahwa penelitian
dilakukan secara terstruktur, valid, dan dapat diandalkan untuk mendapatkan hasil yang
akurat dan dapat diinterpretasikan dengan benar. Berikut adalah langkah-langkah umum
dalam merancang sebuah penelitian: Identifikasi Masalah Penelitian: Tentukan topik atau
pertanyaan penelitian yang ingin Anda jelajahi. Pastikan pertanyaan tersebut jelas dan
spesifik. Review Literatur: Lakukan tinjauan literatur yang menyeluruh untuk memahami
penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik Anda. Hal ini membantu dalam
memperoleh wawasan yang lebih baik dan menemukan celah pengetahuan yang dapat
dijelajahi. Tentukan Tujuan Penelitian: Jelaskan secara terperinci apa yang ingin Anda
capai melalui penelitian ini. Tujuan bisa berupa menguji hipotesis, menjawab pertanyaan

49
tertentu, atau menjelajahi aspek-aspek baru dari topik yang sudah ada. Pilih Metode
Penelitian: Pilih metode atau pendekatan penelitian yang sesuai dengan tujuan dan
pertanyaan penelitian Anda. Beberapa metode penelitian umum meliputi penelitian
eksperimental, penelitian survei, penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, atau penelitian
gabungan (mixed methods). Populasi dan Sampel: Identifikasi populasi yang relevan untuk
penelitian Anda dan pilih sampel yang mewakili populasi tersebut. Pastikan sampel yang
dipilih representatif dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan Data: Tentukan
teknik dan alat yang akan Anda gunakan untuk mengumpulkan data. Ini bisa meliputi
kuesioner, wawancara, observasi, eksperimen, atau analisis dokumen, tergantung pada
metode yang dipilih. Analisis Data: Rencanakan cara menganalisis data yang Anda
kumpulkan. Metode analisis dapat berbeda tergantung pada jenis data yang Anda miliki
(kualitatif atau kuantitatif). Interpretasi dan Kesimpulan: Setelah menganalisis data,
interpretasikan hasilnya dan buatlah kesimpulan yang relevan dengan tujuan penelitian.
Pastikan kesimpulan tersebut sesuai dengan temuan yang ada Penulisan Laporan: Tulis
laporan penelitian yang mencakup semua langkah-langkah yang telah Anda ambil. Laporan
harus jelas, sistematis, dan dapat diikuti oleh pembaca. Evaluasi Kembali Desain
Penelitian: Setelah menyelesaikan penelitian, lakukan evaluasi terhadap desain penelitian
Anda. Tinjau kembali proses, metodologi, dan temuan untuk mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, serta potensi perbaikan di masa depan. Sebuah desain penelitian yang baik
memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil selama proses penelitian dilakukan
secara sistematis, konsisten, dan dapat dipercaya sehingga hasilnya dapat diandalkan untuk
memberikan wawasan yang berharga.

7. Populasi dan Sampel dan Teknik Penarikan Sampel (Sampling)


Somantri (2006:63) mengemukakan sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang
diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Furqon (1999:2)
sebagian anggota dari populasi disebut sampel. Pasaribu (1975:21) berpendapat, sampel itu
adalah sebagian dari anggota-anggota suatu golongan (kumpulan objek-objek) yang
dipakai sebagai dasar untuk mendapatkan keterangan (atau menarik kesimpulan) mengenai
golongan (kumpulan itu). Sugiyono (1997:57) dikutip Riduwan (2003:10) memberikan
pengertian bahwa “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.” Arikunto (1998:117) dikutip Riduwan (2003:10) mengatakan bahwa “Sampel
adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian

50
adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi.” Jadi bisa ditarik kesimpulan sampel adalah sebagian data yang
merupakan objek dari populasi yang diambil. Cara menentukan sample agar memenuhi
syarat Teknik (metode) penentuan sample yang ideal memiliki ciri-ciri dapat memberikan
gambaran yang akurat tentang populasi, dapat menentukan presisi, sederhana sehinggan
mudah dilaksanakan, dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya
murah. Presisi merupakan standard error, Nilai rata-rata populasi dikurangi nilai ratarata
sampel.
Apakah besar sampel sama dengan representatif? Dalam menentukan Besar sample
perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi
completely heterogeneous
Presisi yang dikehendaki dari penelitian
Rencana analisis
Tenaga, biaya dan waktu
Besar populasi
Jadi semakin besar sampel semakin tinggi tingkat tingkat presisi yang di dapatkan.
Baik populasi dan sampel keduanya merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Sederhananya sampel penelitian dapat diartikan sebagai
bagian dari populasi dan merupakan wakil dari anggota populasi yang diteliti.
Keduanya menjadi hal yang sangat menentukan hasil penelitian karena dapat memberikan
generalisasi pada hasil penelitian yang didapat.
Oleh karenanya, penting sekali untuk kalian dapat bersikap cermat dan teliti dalam
menentukan besaran populasi dan sampel yang akan digunakan. Bahkan hal tersebut harus
sudah kalian perhatikan dengan matang jauh sebelumnya. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai populasi dan sampel oleh para ahli.
Menurut Sugiyono, populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Gulo, menyebutkan populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan dari satuan
analisis yang merupakan sasaran penelitian.
Menurut Margono, populasi merupakan sebagai seluruh data yang menjadi perhatian
peneliti dalam suatu ruang lingkup juga waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.

51
Sedangkan menurutu Arikunto, populasi merupakan sebagai keseluruhan objek penelitian
atau totalitas kelompok subjek, baik manusia, gejala, nilai, benda-benda hingga peristiwa
yang menjadi sumber data suatu penelitian.
Pengertian Sampel Menurut Para Ahli
Hampir semua ahli memiliki pandangan yang sama tentang sampel yakni merupakan
bagian dari populasi.
Menurut Sugiyono, sampel merupakan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh suatu populasi.
Menurut Gulo, memiliki pengertian yang sama dengan Sugiyono tentang sampel yaitu
himpunan bagian atau subset dari suatu populasi.
Mneurut Arikunto, pun menyebut hal yang sama yaitu sampel sebagai bagian atau wakil
dari populasi yang diteliti.
Perbedaan Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel merupakan dua hal yang berbeda. Meskipun begitu ada beberapa
orang yang sulit membedakan keduanya sehingga akhirnya tertukar. Untuk memahami
perbedaan keduanya kalian harus memahami juga bahwa terdapat beberapa hal yang dapat
membedakan populasi dan sampel.
1. Perbedaan Dari Pengertian
Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya, populasi merupakan keseluruhan objek
yang diteliti sementara sampel merupakan bagian dari populasi itu sendiri.
2. Perbedaan Dari Fokus Kerjanya
Fokus dari populasi adalah identifikasi karakteristik anggota populasi sementara fokus dari
sampel adalah pendugaan atau generalisasi karakteristik yang sudah ditentukan melalui
populasi.
3. Dari Proses Pengumpulan Data
Data populasi mengingat cakupannya yang luas dapat dilakukan melalui kegiatan seperti
sensus. Sementara sampel akan lebih efektif pengumpulan datanya apabila menggunakan
survei.
Jadi, perbedaan populasi dan sampel, yaitu populasi fokusnya kepada semua objek yang
diteliti sedangkan sampel hanya sebagian kecil dari populasi yang diambil untuk diteliti
dan dianggap bisa mewakili populasi.
Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel mengacu pada sifat-sifat yang harus dimiliki oleh sampel. Terdapat
dua karakteristik sampel yaitu akurasi dan presisi.

52
1. Akurasi
Akurasi berarti sejauh mana sampel didapatkan tanpa adanya bias sampel.
Sampel, apabila diambil dengan benar maka ukuran perilaku, sikap hingga pengetahuan
dari beberapa elemen sampelnya akan memiliki hasil kurang dari variabel pengukuran yang
diambil dari populasi yang sama.
2. Presisi
Karakteristik kedua adalah presisi. Presisi berkaitan dengan ketepatan atau ketelitian.
Presisi ini mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik populasi.
Semakin tinggi tingkat presisi maka semakin besar kemungkinan sampel yang didapat
bersifat representatif terhadap populasi.
Teknik Pengambilan Sampel
Terdapat beragam teknik pengambilan sampel yang bisa kalian gunakan. Ragam teknik
pengambilan sampel ini kalian gunakan tentunya bergantung dengan tujuan penelitian
kalian ingin mencari hasil seperti apa.
Secara garis besar, teknik pengambilan sampel terbagi menjadi dua yaitu probability
sampling (random sampel) dan non-probability sampling (non-random sampel).
Masing-masing dari keduanya memiliki macam jenis pengambilan sampel lagi. Lebih
lanjut akan dibahas di bawah ini.
A. Probability Sampling
Biasa disebut juga dengan random sampel atau teknik pengambilan sampel secara acak.
Teknik pengambilan ini berarti memberikan seluruh anggota populasi kesempatan yang
sama untuk menjadi sampel terpilih.
Penggunaanya biasa digunakan untuk populasi dengan jumlah atau besaran anggota yang
bisa ditentukan terlebih dahulu.
Beberapa model atau jenis lain dari teknik pengambilan random sampel, yaitu:
1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
sumber : questionpro.com
Merupakan jenis teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dengan cara
sederhana melalui pengundian atau pendekatan bilangan acak. Kelebihan dari penggunaan
model ini adalah dapat mengurangi bias atau kecenderungan berpihak pada suatu anggota
populasi tertentu. Kelebihan lainnya yaitu dapat mengetahui secara langsung adanya
kesalahan baku (standard error) dalam penelitian. Meski begitu model ini memiliki
kelemahan yaitu rendahnya jaminan mengenai sampel yang terpilih apakah dapat bersifat
representatif.

53
2. Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)
sumber : questionpro.com
Pengambilan sampel melalui model ini berarti menetapkan sampel awal secara acak tetapi
untuk sampel selanjutnya dipilih secara sistematis melalui cara dan pola tertentu. Pola
umum dari pengambilan sampel teknik ini adalah melalui bilangan kelipatan dari jumlah
anggota populasi yang akan diambil. Misalnya, diambil sampel dari populasi dengan
jumlah 50. Setiap orang yang masuk urutan kelipatan 5 akan diambil sebagai sampel
artinya, orang ke-5, 10, 15, 20, dan seterusnya akan dijadikan sampel penelitian hingga
orang ke-50.
3. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)
sumber : questionpro.com
Pengambilan sampel acak berstrata berarti melakukan penentuan sampel dengan
menetapkan pengelompokan anggota populasi melalui kelompok tingkatan tertentu.
Misalnya penelitian terhadap tingkat membaca anak sekolah yang dikelompokkan
berdasarkan jenjang pendidikannya. Tingkatan dari kelompok tersebut akan ditentukan dari
kelompok anak sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas atau sebaliknya.
4. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area atau Wilayah (Cluster Random
Sampling)
Sesuai dengan namanya model pengambilan sampel ini menentukan sampel berdasarkan
kelompok wilayah atau area dari suatu populasi tertentu. Model pengambilan sampel ini
mengelompokkan objek penelitian menurut suatu area tempat domisili populasi. Tujuannya
antara lain untuk meneliti suatu hal yang ada hingga menjadi ciri khas dari satu wilayah
tertentu.
Misalnya peneliti ingin mengetahui tingkat partisipasi masyarakat kota Semarang terhadap
program pemerintah daerah. Peneliti akan menentukan sampel dari wilayah-wilayah yang
tersebar di kota Semarang. Baik pada tingkat kecamatan, desa, hingga dusun.
B. Non-Probability Sampling
Berkebalikan dengan teknik probability sampling, teknik pengambilan sampel ini tidak
memberikan kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap anggota populasi yang dipilih.
Teknik sampling jenis ini biasanya digunakan untuk populasi yang besaran anggota
populasinya belum atau tidak dapat ditentukan terlebih dahulu. Macam dari teknik
pengambilan sampel non-probability sampling di antaranya adalah:
1. Purposive Sampling

54
Adalah teknik penentuan sampel yang didasarkan pada pertimbangan peneliti mengenai
sampel-sampel yang paling sesuai serta dianggap bersifat representatif. Teknik
pengambilan dengan purposive sampling cenderung memiliki sampel dengan kualitas
yang tinggi. Karena peneliti sebelumnya telah membuat batas atau kriteria tertentu secara
jelas mengenai sampel yang akan dipilihnya. Misal seperti ciri demografi, gender, jenis
pekerjaan, umur, jenjang pendidikan dan lain sebagainya. Teknik ini termasuk teknik
pengambilan sampel yang cukup sering dapat kalian jumpai dalam penelitian.
2. Snowball Sampling
Biasa juga dikenal dengang nama teknik pengambilan sampel bola salju. Teknik
pengambilan sampel ini digunakan melalui wawancara secara korespondensi.
Artinya peneliti bisa meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel
berikutnya demikian seterusnya hingga akhirnya kebutuhan sampel terpenuhi. Teknik
pengambilan sampel bola salju biasa digunakan untuk penelitian dengan sampel yang
sifatnya sensitif dan membutuhkan privasi dari respondennya. Misal seperti penderita HIV,
penyintas kekerasan seksual dan lain sebagainya.
3. Accidental Sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara tidak sengaja (accidental).
Peneliti dalam melakukan accidental sampling akan mengambil sampel melalui orang
yang kebetulan ditemuinya saat itu juga.
Misalnya penelitian dilakukan pada kelompok orang-orang yang sedang berbelanja di suatu
pusat perbelanjaan, peneliti cukup menunggu di beberapa tempat di pusat perbelanjaan
tersebut lalu menetapkan sampel pada siapapun orang yang melakukan aktivitas belanja
tanpa melihat unsur-unsur lain yang menyertainya seperti umur, gender, profesi, dan lain
sebagainya. .
4. Quota Sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan menentukan terlebih
dahulu jumlah atau kuota dari sampel yang akan diambil.
Prinsip penentuan dari kuota sampling sama dengan accidental sampling. Bedanya hanya
jumlah atau kuota dari sampelnya sudah lebih dulu ditentukan. Kelebihan penggunaan
teknik ini adalah sifatnya yang praktis karena sampel penelitian sudah dapat diketahui
sebelumnya.
Cara Menentukan Sampel Berdasarkan Populasi
Terdapat beberapa cara untuk menentukan jumlah sampel dari suatu populasi. Cara ini
biasanya juga disebut dengan rumus atau formula. Beberapa rumus yang sering digunakan

55
di antaranya adalah Rumus Slovin dan Rumus Jacob Cohen. Pemilihan penggunaan kedua
rumus ini tergantung dengan situasi sampel yang ada. Penjelasannya lebih lengkap ada di
bawah ini:
1. Rumus Slovin
Merupakan rumus atau formula untuk menghitung jumlah sampel minimal. Penggunaan
rumus Slovin dilakukan untuk populasi yang jumlahnya sudah diketahui secara pasti.
Rumus Slovin biasa digunakan dalam penelitian dengan jumlah sampel yang sangat besar
dengan metode survei. Tujuan penggunaan rumus ini adalah untuk mendapatkan sampel
sesedikit mungkin tetapi dapat mewakili keseluruhan populasi.
Notasi dari rumus ini adalah:

n berarti sampel yang dicari; N adalah jumlah populasi, e adalah tingkat kesalahan yang
diambil dari nilai presisi. Apabila nilai presisi atau ketepatannya adalah 95% maka tingkat
kesalahannya adalah 5% atau 0,05.
2. Rumus Jacob Cohen
Rumus ini dikemukakan oleh Jacob Cohen dan digunakan untuk pengambilan sampel
yang belum diketahui jumlah populasinya.
Cohen menetapkan ukuran sampel berdasarkan teknik analisis data yang digunakan.
Menurutnya, terdapat empat faktor yang menjadi penentu untuk menetapkan ukuran
sampel yaitu ukuran sampel, significance, directionality, dan ukuran efek.
Notasi dari rumus Jacob Cohen adalah sebagai berikut:

N merupakan ukuran sampel yang dicari; t merujuk pada tabel signifikansi yaitu 1% dari
banyaknya variabel yang terkait dalam penelitian; f 2 adalah ukuran efek (effect size); u
adalah banyaknya variabel dalam penelitian. Nah itu dia penjelasan tentang populasi dan
sampel. Semoga bermanfaat!
Pertanyaan Umum Populasi dan Sampel
Apa yang dimaksud dengan populasi?
Sampel merupakan sebagian kecil dari populasi yang diambil untuk mewakili populasi
dalam penelitian.
Apa yang dimaksud dengan sampel?

56
sampel merupakan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu
populasi. Populasi dalam penelitian merupakan suatu hal yang sangt penting, karena ia
merupakan sumber informasi. Para ahli memiliki definisi yang sedikit berbeda antara satu
dengan yang lain, tapi pada prinsipnya memiliki substansi yang sama, misalnya: a. Sabar
mendefenisikan populasi sebagai kesatuan subjek dalam penelitian yang menjadi elemen
terpenting dalam suatu penelitian. b. Sugiyono mendefinisikan populasi sebagai wilayah
generalisasi yang ada dalam penelitian. Wilayah ini meliputi tentang objek atau subjek yang
bisa ditarik kesimpulannya. c. Arikunto mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan suatu
objek di dalallm penelitian yang didalami dan juga dicatat segala bentuk yang ada di
lapangan. d. Nazir mendefinisikan populasi sebagai kumpulan dari individu dengan
kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. e. Indriantoro dan Supomo mendefenisikan
populasi sebagai sekolompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai
karakteristik tertentu. f. Cooper dan Emory mendefenisikan populasi sebagai a total
collection of elements about which we wish to make some inferences. g. Ary dkk
mendefenisikan populasi sebagai all members of well defined class of people, events or
objects. Konsep Umum Populasi dan Sampel Dalam Penelitian JURNAL PILAR Volume
14, No. 1, Juni 2023 | 18 Dari pengertian beberapa ahli di atas dapat kita tarik kesimpulan
bahwa populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan elemen dalam penelitian meliputi
objek dan subjek dengan ciri-ciri dan karakteristik tertentu. Jadi pada prinsipnya, populasi
adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal
bersama dalam suatu tempat secara terencana menjadi tergat kesimpulan dari hasil akhir
suatu penelitian. Populasi dapat berupa guru, siswa, kurikulum, fasilitas, Lembaga sekolah,
hubungan sekolah dan masyarakat, karyawan perusahaan, jenis tanaman hutan, jenis padi,
kegiatan marketing, hasil produksi dan sebagainya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi
juga dapat organisasi, binatang, hasil karya manusia dan benda-benda alam yang lain.
Pengertian populasi yang lebih kompleks adalah bahwa populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat
yang dimiliki oleh subjek itu. Misalnya akan melakukan penelitian di perusahaan X, maka
perusahaan X ini merupakan populasi. Perusahaan X mempunyai sejumlah orang (subjek)
dan objek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah (kuantitas). Tetapi
perusahaan X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya,
disiplin kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga
mempunyai karakteristik objek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang,
produk yang dihasilkan dan lain-lain. Hal tersebut berarti populasi dalam arti karakteristik.

57
Satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai
berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara bergaul,
kepemimpinannya dan lain-lain. Misalnya peneliti akan melakukan penelitian tentang
kepemimpinan presiden Y, maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua
karakteristik yang dimiliki presiden Y. Dalam bidang kedokteran, satu orang sering
bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang adalah populasi, kalau akan
diperiksa cukup diambil sebagian darah yang ada pada orang tersebut. Secara umum
populasi dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu berdasarkan jumlah populasi,
berdasarkan sifat populasi, dan berdasarkan perbedaan lain. Populasi berdasarkan
jumlahnya terbagi dua yaitu populasi terbatas dan populasi tak terbatas: a. Populasi terbatas
atau populasi terhingga, yakni sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif
karena memiliki karakteristik yang terbatas. Misalnya 3.000.000 orang narapidana di
Indonesia pada awal tahun 1981, dengan karakteristik: menghuni lembaga pemasyarakatan
sejak I Januari 1981, dijatuhi hukuman minimal satu bulan dan lain-lain. b. Populasi Tak
Terbatas atau populasi tak terhingga, yakni sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-
batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan Konsep Umum Populasi dan Sampel Dalam
Penelitian JURNAL PILAR Volume 14, No. 1, Juni 2023 | 19 dalam bentuk jumlah secara
kuantitatif. Misalnya narapidana di Indonesia, yang berarti jumlahnya harus dihitung sejak
nara pidana yang pertama sampai yang terakhir pada masa sekarang dan bahkan termasuk
juga nara pidana yang akan datang. Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat
dihitung sehingga hanya menggambarkan suatu kelompok obyek secara kualitas dengan
karakteristik yang bersifat umum yakni orang-orang yang pernah, sedang dan akan menjadi
nara pidana. Populasi seperti itu disebut juga parameter. Populasi berdasarkan sifatnya,
dibagi menjadi dua yaitu populasi homogen dan populasi heterogen: a. Populasi homogen
adalah populasi yang unsurnya memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan
jumlahnya secara kuantitatif. Populasi seperti itu banyak dijumpai dalam Ilmu Pengetahuan
Alam sebagai Ilmu Eksakta. Misalnya penelitian terhadap gejala berupa reaksi bilamana
dua unsur kimia bersenyawa dengan cara sengaja mencampurkan kedua unsur itu. Gejala
yang timbul bila kondisi percobaannya sama dengan melakukan 5 kali percobaan, gejala
yang timbul tidak akan berbeda bilarnana percobaan itu dilakukan 100 atau 1000 kali.
Populasi seperti itu dapat disamakan dengan usaha mencicipi sepanci sayur sebagai
populasi. Untuk mengetahui keadaannya seperti manis tidaknya atau asin tidaknya dan
lainlainnya, cukup dilakukan dengan mengambil satu sendok saja dari bagian manapun di
dalam panci itu. Untuk itu sebagai populasi homogen tidak perlu dicicipi seluruhnya atau

58
sampai setengah panel atau lebih b. Populasi heterogen adalah populasi yang dalam
unsurnya terdapat sifat variasi sehingga ada batasan baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif. seperti telah dikemukakan di atas. Semua penelitian di bidang sosial yang
obyeknya manusia atau gejala- gejala dalam kehidupan manusia menghadapi populasi
heterogen. Manusia sebagai obyek adalah makhluk yang unik dan kompleks terdiri dari
individu- individu yang bervariasi dalam arti berbeda satu dari yang lain dalam banyak hal
atau aspek. Populasi berdasarkan perbedaan lain juga dibagi menjadi dua, yakni populasi
target dan populasi survei. a. Populasi target adalah populasi yang ditentukan sesuai dengan
yang tertera dalam masalah penelitian. b. Populasi survei adalah populasi yang terliput di
dalam penelitian yang sedang dilaksanakan. B. Pengertian Sampel Konsep Umum Populasi
dan Sampel Dalam Penelitian JURNAL PILAR Volume 14, No. 1, Juni 2023 | 20 Sampel
secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang
sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi
untuk mewakili seluruh populasi. Berikut beberapa pengertian sampel menurut para ahli:
a. Sutrisno Hadi mengatakan bahwa sebagian individu yang diselidiki itu adalah sampel. b.
Sudjana mengatakan sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan
menggunakan cara-cara tertentu c. Arikunto mengatakan bahwa sampel adalah bagian kecil
yang terdapat dalam populasi yang dianggap mewakili populasi mengenai penelitian yang
dilakukan. d. Sugiyono mengatakan bahwa sampel adalah jumlah kecil yang ada dalam
populasi dan dianggap mewakilinya. e. Margono menyatakan bahwa sampel adalah sebagai
bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-
cara tertentu. Hadi menyatakan bahwa sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan
hal berikut: a. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya
jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja b. Penelitian bermaksud
mengadakan generalisasi dari hasil-hasil kepenelitiannya, dalam arti mengenakan
kesimpulan-kesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas. Penggunaan
sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai alasan. Nawawi
mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu: a. Ukuran populasi Dalam hal populasi
tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti,
pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan
data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang
jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid
sekolah dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya. b. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki.

59
Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila
objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara
untuk mengurangi biaya. c. Masalah waktu Konsep Umum Populasi dan Sampel Dalam
Penelitian JURNAL PILAR Volume 14, No. 1, Juni 2023 | 21 Penelitian sampel selalu
memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal
itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka
penelitian sampel, dalam hal ini, lebih tepat. d. Percobaan yang sifatnya merusak Banyak
penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat merusak atau
merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang
pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon
untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel. e.
Masalah ketelitian Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar
kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini meliputi
pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu
ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan dalam melaksanakan tugasnya.
Untuk menghindarkan itu semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian
dalam suatu penelitian. f. Masalah ekonomis Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh
seorang peneliti; apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan
tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan
kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian
populasi. C. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel sangatlah diperlukan
dalam sebuah penelitian karena hal ini digunakan untuk menentukan siapa saja anggota
dari populasi yang hendak dijadikan sampel. Untuk itu teknik pengambilan sampel haruslah
secara jelas tergambarkan dalam rencana penelitian sehingga jelas dan tidak
membingungkan ketika terjun dilapangan. Sugiyono mengelompokkan teknik pengambilan
sampel menjadi 2 (dua) yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.
Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. I terdiri
dari 4 (empat) macam yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu b. Proportionate
Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur
yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional Konsep Umum Populasi dan Sampel
Dalam Penelitian JURNAL PILAR Volume 14, No. 1, Juni 2023 | 22 Contoh: Suatu

60
perusahaan memiliki pegawai dengan pendidikan berstrata lulus (S1 = 50 orang; S2 = 30
orang; SMK = 800 orang; SMA = 400 orang; dan SD = 300 orang). Maka contoh
pengambilan sampel dengan teknik ini adalah dengan asumsi 10% dari populasi masing-
masing strata yang diambil. Jadi dari S1 diambil 5 orang (acak), S2 diambil 3 orang (acak),
SMK diambil 80 orang (acak), SMA diambil 40 orang (acak), dan SD diambil 30 orang
(acak). Maka total sampel yang diambil adalah 5+3+80+40+30 = 158 orang. c.
Disproportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan
jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional Contoh: Suatu
perusahaan memiliki pegawai dengan pendidikan berstrata lulus (S1 = 50 orang; S2 = 30
orang; SMK = 800 orang; SMA = 400 orang; dan SD = 300 orang). Maka pengambilan
sampel dengan teknik ini dilakukan secara bebas (seenaknya) yaitu S1 diambil 50 orang
atau semua populasi S1 dan S2 diambil 30 orang atau semua populasi S2. Sementara
kelompok strata yang lain diabaikan karena jumlah populasinya terlalu besar. Sehingga
total sampel yang digunakan adalah 50 + 30 = 80 orang. d. Cluster Sampling (Area
Sampling) Teknik pengambilan sampel daerah digunakan untuk menentukan sampel bila
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Contoh: Di kota Banyuwangi
terdapat 30 SMP sebagai populasi. Karena itu pengambilan sampelnya ditentukan sebesar
15 SMP saja dengan pemilihan secara random (acak). Teknik sampel ini terdiri dari 2 tahap,
yaitu (1) tahap penentuan sampel daerah, dan (2) tahap penentuan orang-orang yang ada di
daerah itu. Sedangkan pada Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel
yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Nonprobability Sampling terdiri dari 6 (enam)
macam yang akan dijabarkan sebagai berikut ini: a. Sampling Sistematis yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut. Misalnya jumlah populasi 100 orang dan masing-masing diberi nomor urut 1 s/d 100.
Sampelnya dapat ditentukan dengan cara memilih orang dengan nomor urut ganjil
(1,3,5,7,9,…, dst) atau memilih orang dengan nomor urut genap (2,4,6,8,…,dst). b.
Sampling Kuota yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai
ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Misalnya ingin melakukan
penelitian tentang pendapat mahasiswa Konsep Umum Populasi dan Sampel Dalam
Penelitian JURNAL PILAR Volume 14, No. 1, Juni 2023 | 23 terhadap layanan kampus.
Jumlah sampel yang ditentukan adalah 500 mahasiswa. Kalau pengumpulan data belum
mencapai kuota 500 mahasiswa, maka penelitian dipandang belum selesai. c. Sampling
Insidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang

61
secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. d. Sampling
Purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini paling
cocok digunakan untuk penelitian kualitatif yang tidak melakukan generalisasi. Misalnya
penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
makanan atau ahli gizi. e. Sampling Jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering digunakan untuk penelitian
dengan jumlah sampel dibawah 30 orang, atau untuk penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau kecil. Misalnya jika jumlah
populasi 20 orang, maka 20 orang tersebutlah yang dijadikan sampel. f. Snowball Sampling
yaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
Misalnya suatu penelitian menggunakan sampel sebanyak 10 orang, tetapi karena peneliti
merasa dengan 10 orang sampel ini datanya masih kurang lengkap, maka peneliti mencari
orang lain yang dirasa layak dan lebih tahu tentang penelitiannya dan mampu melengkapi
datanya Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai
memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling design).
Caranya peneliti memilihorang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang
diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel
sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan
memberikan data lebih lengkap. Praktik semacam ini disebut sebagai “serial selection of
sample units atau dalam kata-kata Bogdan dan Biklen dinamakan “snowball sample
technique”. Unit sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin
terarahnya fokus penelitian, dinamakan continous adjusment or focusing of the sample.
Dalam proses penentuan sampel yang dijelaskan di atas, berapa besar sampel tidak dapat
ditentukan sebelumnya. Dalam sampel purposive besar sampel ditentukan oleh
pertimbangan informasi. “If the purpose is to maximize information, then sampling is
terminated when no new information is forth-coming from newly sampled units; thus
redudancy is the primary criterion”. Dalam hubungan ini Konsep Umum Populasi dan
Sampel Dalam Penelitian JURNAL PILAR Volume 14, No. 1, Juni 2023 | 24 S. Nasution
menjelaskan bahwa penentuan unit sampel (responden) dianggap telah memadai apabila
telah sampai kepada taraf “redudancy” (datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak
memberikan informasi yang baru), artinya bahwa dengan menggunakan responden
selanjutnya bisa dikatakan tidak menambah informasi baru yang berarti. Dalam proposal
kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan masih bersifat sementara. Namun

62
demikian pembuat proposal perlu menyebutkan siapa saja kemungkinan yang akan
dijadikan sebagai sumber data. Misalnya akan meneliti gaya belajar anak jenius, maka
kemungkinan sampel sumber datanya adalah orang-orang yang dianggap jenius, keluarga,
guru yang membimbing, serta kawan-kawan dekatnya. Contoh lain meneliti gaya
kepemimpinan seseorang, maka sumber datanya adalah pimpinan yang bersangkutan,
bawahan, atasan, dan teman sejawatnya, yang dianggap paling tahu tentang gaya
kepemimpinan yang sedang diteliti. D. Menentukan Ukuran Sampel Sampel yang baik
sedapat mungkin dapat merepresentasikan karakteristik populasi, namun pertanyaan
selanjutnya adalah berapa besar sampel yang digunakan sehingga dianggap mampu
merepresentasikan populasi? Jawabannya adalah tergantung dari tingkat kepercayaan
(convidennce level) dan kesalahan (significance level) yang dikehendaki, semakin besar
tingkat kepercayaan yang dikehendaki maka semakin banyak sampel yang dibutuhkan, dan
sebaliknya semakin rendah tingkat kepercayaan yang dikehendaki maka semakin sedikit
sampel yang dibutuhkan. Dalam praktiknya di lapangan, besar kecilnya tingkat
kepercayaan yang dikehendaki sangat bergantung pada kecukupan tenaga, waktu dan biaya
yang dimiliki oleh si peneliti. Banyak metode yang dapat digunakan untuk menghitung
besarnya sampel, dalam makalah ini akan dibahas cara menghitung besar sampel dengan
metode yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael, dan juga dengan menggunakan
Nomogram Harry King. Metode yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael adalah cara
untuk menentukan jumlah sampel yang memenuhi syarat berikut: (1) diketahui jumlah
populasinya; (2) pada taraf kesalahan (significance level) 1%, 5% dan 10%; dan (3) cara
ini khusus digunakan untuk sampel yang berdistribusi normal, sehingga cara ini tidak dapat
digunakan untuk sampel yang tidak berdistribusi normal, seperti sampel yang homogen.
Cara menggunakan metode ini sangat praktis, cukup dengan mencocokkan jumlah populasi
dengan taraf kesalahan (significance level) yang dikehendaki. Jumlah anggota sampel
sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili
populasi sehingga tidak terjadi kesalahan generalisasi adalah sama dengan jumlah anggota
Konsep Umum Populasi dan Sampel Dalam Penelitian JURNAL PILAR Volume 14, No.
1, Juni 2023 | 25 populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian
itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel
yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut, yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah
sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan
sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan
generalisasi (diberlakukan umum). Jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan

63
dalam penelitian, tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki
(sampling error). Untuk mendapatkan hal tersebut tergantung pada sumber dana, waktu,
dan tenaga yang tersedia. Makin besar kecil tingkat kesalahan, maka dibutuhkan sumber
daya yang lebih besar, begitupun sebaliknya. Beberapa cara untuk menentukan ukuran
sampel sebagai berikut: a. Rumus Slovin Di mana: N = Ukuran sampel N = Populasi E =
Persentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan pengambilan sampel yang masih
diinginkan Contoh: Populasi responden adalah seluruh pegawai Bank Negara Indonesia
Palembang berjumlah 100 orang, maka sampel yang kita ambil sebagai penelitian jika
menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 95%, dan tingkat eror 5% adalah:
𝑛 = 100 1+ (100+0.52) n = 80 orang Jadi sampel penelitian untuk 100 orang dari tingkat
kepercayaan 95% adalah 80 orang. b. Rumus Isaac dan Michael 𝑠 = 𝜆 2 . 𝑁 . 𝑃 . 𝑄 𝑑 2(𝑁 −
1) + 𝜆 2 . 𝑃 .𝑄 λ 2 dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%. P = Q = 0,5 d = 0,05
s = jumlah sampel Konsep Umum Populasi dan Sampel Dalam Penelitian JURNAL PILAR
Volume 14, No. 1, Juni 2023 | 26 Keterangan: s = Jumlah sampel λ 2 = Chi Kuadrat yang
harganya tergantung derajat kebebasan dan tingkat kesalahan. Untuk Derajat Kebebasan 1
dan kesalahan 5% harga chi kuadrat = 3,841. Lihat = t tabel Chi Kuadrat. N = Jumlah
populasi P = Peluang benar (0,5) Q = Peluang salah (0,5) d = Perbedaan antara rata-rata
sampel dengan rata-rata populasi. Perbedaan bisa 0,01; 0,05; dan 0,10.
Contoh Menentukan Ukuran Sampel
Misalnya akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat
terhadap model pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu. Kelompok
masyarakat itu terdiri dari 1000 orang, yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang
pendidikan, yaitu lulusan S1 = 50, Sarjana Muda = 300, SML = 500, SMP = 100, SD = 50
(populasi berstrata). Dengan menggunakan tabel Krejcie di atas, bila jumlah populasi =
1000, kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya 258. Karena populasi berstrata, maka
sampelnya juga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan
demikian masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai
dengan populasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk
kelompok S1 = 14, Sarjana Muda (SM) = 83, SML = 139, SMP = 14, SD = 28. S1 = 50/1000
x 258 = 13,91 = 12,9 SM = 300/1000 x 258 = 83,40 = 77,4 SMK = 500/1000 x 258 = 139,0
= 129 SMP = 100/1000 x 258 = 27,8 = 25,8 SD = 50/1000 x 258 = 13,90 = 12,9 Jumlah =
258 Jadi jumlah sampelnya = 12,9 + 77,4 + 129 + 25,8 + 12,9 = 258. Jumlah pecahan bisa
dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sampel menjadi 13 + 78 + 129 + 26 + 13 = 259.

64
Sebaiknya untuk perhitungan pecahan dilakukan pembulatan ke atas. Roscoe dalam buku
Research Methods for Business memberikan saransaran tentang ukuran sampel penelitian
sebagai berikut: 1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai
dengan 500. 2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-
swasta, dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. 3. Bila
dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariat (korelasi atau regresi ganda
misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.
Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota
sampel = 10 x 5 = 50. 4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing
antara 10 sampai dengan 20. Konsep Umum Populasi dan Sampel Dalam Penelitian
JURNAL PILAR Volume 14, No. 1, Juni 2023 | 30 PENUTUP Populasi adalah keseluruhan
elemen dalam penelitian meliputi objek dan subjek dengan ciri-ciri dan karakteristik
tertentu. Jadi pada prinsipnya, populasi adalah semua anggota kelompok manusia,
binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat secara terencana
menjadi tergat kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Populasi dapat dibagi menjadi
tiga, populasi berdasarkan jumlahnya yaitu populasi terbatas dan populasi tak terbatas,
berdasarkan sifatnya yaitu populasi homogen dan populasi heterogeny, dan berdasarkan
perbedaan yang lain yaitu populasi target dan populasi survey. Sampel diartikan sebagai
bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian.
Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai alasan. Nawawi
mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu: 1) Ukuran populasi, 2) Masalah biaya, 3)
Masalah waktu, 4) Percobaan yang sifatnya merusak, 5) Masalah ketelitian, 6) Masalah
ekonomis Teknik pengambilan sampel pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability sampling adalah
teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini meliputi: simple random
sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random
sampling, dan area (cluster) sampling (sampling menurut daerah). Nonprobability sampling
adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi: sampling
sistematis, sampling kuota, sampling insidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan
snowball sampling. Menetukan ukuran sampel bisa dilakukan dengan cara menghitung

65
besar sampel dengan metode yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael, dan juga dengan
menggunakan rumus Nomogram Harry King, dan rumus Krejcie.
Pembicaraan mengenai penentuan sampel dalam suatu studi, tak terlepaskan dengan istilah
populasi dan sampel. Populasi dan sampel merupakan dua hal yang tidak terlepaskan.
Dalam keseharian, kita sering memasak makanan, misalnya sop sayuran. Sebelum matang,
biasanya kita cicipi dulu satu sendok. Satu sendok itu disebut sampel, sedangkan sop
sayuran yang satu panci merupakan populasi. Dengan satu sendok sampel tersebut,
diketahui karakteristiknya. Dari karakteristik ini, digunakan untuk mengetahui karakteristik
populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi atau keseluruhan dari sesuatu yang
sedang dipelajari karakteristiknya. Sampel merupakan bagian dari dari populasi. Jadi
sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang akan diteliti atau dievaluasi yang
memiliki karakteristik tertentu dari sebuah populasi. Cara menentukan sampel disebut
dengan teknik sampling atau teknik penyampelan. Langkah-langkah menentukan sampel
sebagai berikut. 1. Menentukan Ukuran Sampel Sebelum mengambil sampel, terlebih
dahulu harus ditentukan berapa ukuran sampel yang akan digunakan, yakni banyaknya
siswa, sekolah, dan lain-lain yang akan digunakan dalam suatu studi. Terkait dengan hal
ini, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan ukuran sampel,
yaitu: a. Tingkat keseragaman, semakin beragam data yang akan diambil sampelnya, maka
semakin banyak pula sampel yang harus diambil; b. Rencana analisis, semakin detail
rencana analisisnya maka semakin banyak pula sampel yang harus diambil; c. Biaya,
waktu, dan tenaga yang tersedia. Disampaikan pada Workshop Update Penelitian
Kuantitatif, Teknik Sampling, Analisis Data, dan Isu Plagiarisme di STIKES Surya Global
Yogyakarta, 30 September 2017. 2. Menentukan Kriteria Sampel Suatu studi dengan
menggunakan sampel yang mewakili populasi (disebut representatif) akan memberikan
hasil yang mempunyai kemampuan untuk digeneralisasikan atau diberlakukan secara
umum kepada populasinya. Kriteria sampel yang representative bergantung pada dua aspek
yang saling berkaitan, yaitu akurasi dan ketelitian sampel. 3. Teknik-Teknik Pengambilan
Sampel a. Probability Sampling Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini merupakan teknik yang memungkinkan peneliti atau
evaluator untuk membuat generalisasi dari karakteristik sampel menjadi karakteristik
populasi. 1) Simple Random Sampling Penyampelan acak sederhana, dimaksudkan bahwa
sebanyak n sampel diambil dari populasi N dan tiap anggota populasi mempunyai peluang
yang sama untuk terambil. Terdapat 3 (tiga) cara untuk menentukan sampel dengan

66
mengunakan teknik ini, yaitu a) Cara undian; b) Cara tabel bilangan random; Contoh:
Diketahui N = 1000, akan dipilih n = 20 dengan menggunakan teknik simple random
sampling. Solusi: Misal ke-1000 data tersebut adalah 001,002,003,...,999,000 dengan 000
adalah data ke-1000. Pertama-tama, tentukan aturan penggunaan tabel random, misal
dimulai dari kolom pertama baris pertama sampai baris ke 20. Jadi didapatkan104, 213,243,
..., 070. (Scheaffer, 1986:43). c) Dengan menggunakan komputer untuk mengacak,
misalnya dengan bantuan SPSS. 2) Stratified Random Sampling Pada penyampelan jenis
ini, anggota populasi dikelompokkan berdasarkan stratanya, misal tinggi, sedang, dan
rendah. Kemudian dipilih sampel yang mewakili masing-masing strata. Langkah-langkah
dalam menentukan Stratified Random sampling: • Menentukan data pendukung tentang
populasi yang diambil berikut strata-strata yang ada di dalamnya; • Mengklasifikasikan
populasi ke dalam grup atau strata yang saling lepas; • Menentukan ukuran sample untuk
tiap stratum; • Memilih secara acak setiap stratum dengan menggunakan simple random
sampling Contoh: Sebuah evaluasi dialakukan untuk mengetahui pelaksanaan program
pembelajaran kesehatan. Populasi yang diambil adalah seluruh sekolah menengah atas di
33 provinsi di Indonesia, misalnya 330 sekolah. Solusi: Langkah pertama yang dilakukan
yakni membagi sekolah di tiap provinsi berdasarkan hasil UN dengan strata, yaitu strata
dengan nilai UN tinggi, nilai sedang, dan nilai rendah. Masing-masing provinsi 10 sekolah.
UN tinggi UN sedang UN rendah 3 sekolah 4 sekolah 3 sekolah 3) Sistematic Sampling
Penyampelan dengan cara ini dilakukan dengan mengurutkan terlebih dahulu semua
anggota, kemudian dipili urutan tertentu untuk dijadikan anggota sampel. 4) Cluster
Sampling Pada penyampelan jenis ini, populasi dibagi menjadi wilayah atau klaster. Jika
terpilih klasternya, seluruh anggota dalam klaster tersebut yang menjadi sampel. Langkah-
langkah dalam pengambilan sample dengan cluster sampling: 1. Menentukan cluster-
clusternya; 2. Menentukan banyak cluster yang akan dijadikan sample, misal ; 3. Memilih
secara acak cluster sebanyak cluster; 4. Semua anggota yang terdapat dalam klaster yang
terpilih merupakan sampel studi atau penelitian atau evaluasi. Contoh: Sebuah evaluasi
tentang tingkat kesehatan siswa SMA akan melibatkan seluruh SMA di Indonesia. Ada 33
provinsi, maka Indonesia, sehingga dapat dibagi menjadi 33 cluster. Misal akan diambil
sebanyak 7 klaster, maka dipilih secara acak 7 propinsi dari 33 propinsi. Semua SMA yang
berasal dari 7 provinsi tersebut merupakan sampel. b. Non Probability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang
atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi yang dipilih menjadi sampel.
Teknik pengambilan sampel ini diantaranya sampling incidental, sampling bertujuan,

67
sampling bola salju (snowball sampling), dan sampling kuota. Non probability sampling
ini tidak bisa digunakan untuk membuat generalisasi. 1) Sampling Insidental (Reliance
Available Sampling) Teknik sampling ini mengandalkan pada keberadaan subjek untuk
dijadikan sampel yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan
dipandang cocok sebagai sumber data maka subjek tersebut dijadikakan sampel. Sebagai
contoh misalnya suatu penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pemanfaatan media
computer pada proses pembelajaran. Sampel yang akan diambil yaitu guru yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dan dianggap cocok oleh peneliti untuk dijadikan
sumber data. Pengambilan sampling semacam ini tidak dapat digunakan untuk membuat
generalisasi sifat sampel menjadi sifat populasi. 2) Sampling Purposive ( Purposive or
Judgment Sampling ) Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
pertimbangan peneliti atau evaluator tentang sampel mana yang paling bermanfaat dan
representative (Babbie, 2004: 183). Terkadang sampel yang akan diambil ditentukan
berdasarkan pengetahuan tentang suatu populasi, anggota-anggotanya dan tujuan dari
penelitian. Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk studi penjajagan (studi
awal untuk penelitian atau evaluasi), yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang
sampelnya diambil secara acak (random). Contoh: Suatu evaluasi dilakukan untuk
mengevaluasi pembiasaan pola hidup sehat yang digunakan di SLB-B (tunarungu). Dalam
hal ini, sekolah-sekolah yang dijadikan sampel yakni SLB-B, yang ditetapkan sesuai tujuan
evaluasi. 3) Sampling Bola Salju (Snowball Sampling) Sampling snowball dapat dilakukan
jika keberadaan dari suatu populasi sulit untuk ditemukan. Dengan kata lain, cara ini
banyak dipakai ketika peneliti atau evaluator tidak banyak tahu tentang populasi penelitian
aau evaluasinya. Pada sampling bola salju, peneliti mengumpulkan data dari beberapa
sampel yang dapat ditemukan oleh peneliti sendiri, selanjutnya peneliti meminta individu
yang telah dijadikan sampel tersebut untuk memberitahukan keberadaan anggota yang
lainnya yang tidak dapat ditemukan oleh peneliti untuk dapat melengkapi data (Babbie,
2004: 184). Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan
snowball. Sebagai contoh misalnya evaluasi dilakukan untuk mengetahui efekivitas bidan
desa yang diprogramkan di suatu daerah. Salah satu orang yang dapat dijadikan sumber
data adalah salah satu tetua adat atau sesepuh dari masyarakat tersebut, dan ditanyai
perlunya bidan desa. Selanjutnya dari tetua adat atau sesepuh yang dijadikan sampel
tersebut diminta untuk memberikan informasi tentang keberadaan anggota masyarakat
yang lain yang dapat dijadikan sumber data. 4) Sampling Quota Teknik sampling kuota
adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai

68
jumlah (kuota) yang diinginkan. Pada sampling kuota, dimulai dengan membuat tabel atau
matriks yang berisi penjabaran karakteristik dari populasi yang ingin dicapai atau
karakteristik populasi yang sesuai dengan tujuan dari penelitian untuk selanjutnya
ditentukan sampel yang memenuhi ciri-ciri dari populasi tersebut. Prosedur yang dalam
sampling kuota: a). Pertama, populasi dibagi-bagi menjadi strata yang relevan seperti usia,
jenis kelamin, lokasi, dsb. b). Proporsi tiap strata diperkirakan atau ditentukan berdasarkan
data eksternal kemudian total sampel dibagi-bagi sesuai proporsi ke tiap strata (kuota). c).
Untuk memenuhi jumlah sampel untuk tiap strata, peneliti menggunakan expert judgement-
nya.

8. Data Penelitian
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan sumber
data. Penelitian kuantitatif lebih bersifat explanation (menerangkan, menjelaskan), karena
itu bersifat to learn about the people (masyarakat objek), sedangkan penelitian kualitatif
lebih bersifat understanding (memahami) terhadap fonemena atau gejala sosial, karena
bersifat to learn about the people (masyarakat sebagai subyek). Sumber data dalam
penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, data diartikan sebagai kenyataan yang ada yang berfungsi sebagai bahan sumber
untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang benar, dan keterangan atau bahan yang
dipakai untuk penalaran dan penyelidikan. Jadi yang dimaksud sumber data dari uraian
diatas adalah subyek penelitian dimana data menempel. Sumber data dapat berupa benda,
gerak, manusia, tempat dan sebagainya. Apabila penelitian menggunakan kuisioner atau
wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang
yang meresponatau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda,
gerak atau proses tertentu. Contohnya penelitian yang mengamati tumbuhnya jagung,
simber ddatanya adalah jagung, sedangkan objek penelitiannya adalah pertumbuhan
jagung. Ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan kekayaan
data yang diperoleh. Jenis sumber data terutama dalam penelitian kualitatif dapat
diklasifikassikan sebagai berikut. a. Narasumber (informan) Dalam penelitian kuantitatif
sumber data ini disebut”Responden”, yaitu orang yang memberikan “Respon” atau
tanggapan terhadap apa yang diminta atau ditentukan oleh peneliti. Sedangkan pada
penelitian kualitatif posisis nara sumber sangat penting, bukan sekedar memberi respon,
melainkan juga sebagai pemilik informasi. Oleh karena itu, ia disebut informan (orang yang

69
memberikan informasi, sumber informasi, sumber data) atau disebut juga subyek yang
diteliti. Karena ia juga aktor atau pelaku yang ikut melakukan berhasil tidaknya penelitian
berdasarkan informasi yang diberikan. b. Peristiwa Atau Aktivitas Data atau informasi juga
dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktivitas yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian. Dari peristiwa atau kejadian ini, peneliti bisa mengetahui
proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara
langsung. Dengan mengamati sebuah peristiwa atau aktivitas, peneliti dapat melakukan
cross check terhadap informasi verbal yang diberikan oleh subyek yang diteliti. c. Tempat
Atau Lokasi Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan
penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data. Informasi tentang kondisi dari
lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasi peristiwa atau
aktivitasyang dilakukan bisadigali lewat sumber lokasinya, baik yang merupakan tempat
maupun tempat maupun lingkungnnya. d. Dokumen atau Arsip Dokumen merupakan bahan
tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa
merupakan rekaman atau dokumen tertulis seperti arsip data base surat-surat rekaman
gambar benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa. DATA
PENELITIAN KUALITATIF Data penelitian adalah semua keterangan seseorang yang
dijadikan responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen, baik dalam bentuk
statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian. Jenis Data Adapun data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. a. Data kualitatif, yaitu data
yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka. (Noeng Muhadjir,
Metodologi Penelitian Kualitatif , (Yogyakarta : Rakesarasin, 1996), h. 2). Data kualitatif
dalam penelitian ini yaitu gambaran umum obyek penelitian, misalnya: Sejarah singkat
berdirinya, letak geografis obyek, Visi dan Misi, struktur organisasi, keadaan pegawai. b.
Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang
berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka.
(Sugiyono, Statistik untuk Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.15). Dalam hal ini
data kuantitatif yang diperlukan adalah: Jumlah Pegawai, jumlah sarana dan prasarana, dan
hasil angket Data penelitian terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama),
sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok
fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Contoh data
sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan

70
keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan
lain sebagainya. Jenis Data Data Primer Data primer adalah data yang mengacu pada
informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel
minat untuk tujuan spesifik studi. Sumber data primer adalah responden individu,
kelompok fokus, internet juga dapat menjadi sumber data primer jika koesioner disebarkan
melalui internet (Uma Sekaran, 2011). Pengertian data primer menurut Umi Narimawati
(2008;98) dalam bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi” bahwa: “Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data
ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus
dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita
jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan
informasi ataupun data Data Sekunder Data sekunder adalah data yang mengacu pada
informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah
catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media,
situs Web, internet dan seterusnya (Uma Sekaran, 2011). Data sekunder adalah sumber data
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiono, 2008 : 402). Data
sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-
buku, literatur dan bacaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan kredit pada
suatu bank. Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan
sebagainya. Sedangkan instrumen pengumpul data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list,
kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya. Ada
beberapa metode dalam mengumpulkan/mendapatkan data primer antara lain: a. Metode
Interview/wawancara Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Menurut Supardi
metode wawancara adalah “proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara
lisan, dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keteranganketerangan”. Wawancara pada hakikatnya merupakan
kegiatan yang dilakukan seorang peneliti untuk memperoleh pemahaman secara holistik
mengenai pandangan atau perspektif (inner perspectives) seseorang terhadap isu, tema atau
topik tertentu. Subyek (responden) adalah orang yang paling tau tentang dirinya sendiri.
Apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

71
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur. wawancara terstruktur
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternatif jawabanpun telah disiapkan. Sedangkan wawancara Tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.
Dari beberapa defenisi dan penjelasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan, antara
lain : 1) Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada responden atau subjek penelitian; 2) Teknik
wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan
responden; 3) Data yang dikumpulkan umumnya berupa masalah tertentu yang bersifat
kompleks, sensitif atau kontroversial, sehingga kemungkinan jika dilakukan dengan
kuesioner akan kurang memperoleh tanggapan responden. Ada beberapa langkah dalam
persiapan untuk melakukan wawancara, diantaranya : 1) Jelaskan kerangka wawancara
kepada subjek yang meliputi hal-hal berikut: isu apa yang akan dibahas, dan mengapa isu
itu diangkat, untuk apa informasi digunakan, apa di balik itu, bagaimana wawancara akan
dilakukan, siapa yang akan melakukan wawancara, siapa yang harus ada dalam wawancara,
di mana dan berapa lama wawancara dilakukan; 2) Ciptakan atmosfir yang baik, yang
meliputi : a. Bersikap rileks, (atau setidaknya timbulkan kesan rileks); b. Mencoba
memahami pesan lawan bicara, apapun yang disampaikan merupakan informasi bermakna;
c. Berikan lawan bicara ruang untuk mengeluarkan pandangannya 3) Berikan kesempatan
wawancara untuk berkembang dengan cara : a. Menanyakan pertanyaan pendek dan mudah
sehingga memungkinkan subjek mengembangkan jawaban secara mendetail; b. Jangan
menanyakan pertanyaan wawancara seperti pertanyaan penelitian, dengan kata lain, tidak
menanyakan pertanyaan teoretik atau konseptual. Cukup menanyakan hal-hal faktual yang
diketahui dan dipahami subjek. 4) Gunakan bahasa yang wajar, dan berlaku dalam
lingkungan di mana wawancara dilakukan, sehingga mudah dipahami. b. Metode Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur
sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian
ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan
dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. Disamping wawancara, penelitian juga
melakukan metode observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

72
sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam
objek penelitian. Menurut Supardi “Metode observasi merupakan metode pengumpul data
yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki”. Observasi dilakukan menurut prosedur dan aturan tertentu sehingga dapat
diulangi kembali oleh peneliti dan hasil observasi memberikan kemungkinan untuk
ditafsirkan secara ilmiah. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Secara umum bentuk-bentuk observasi
dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Observasi Partisipan, observasi partisipan adalah
apabila observer (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian atau berada dalam
keadaan obyek yang diobservasi. 2) Observasi Non Partisipan, merupakan suatu proses
pengamatan observer tanpa ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara
terpisah berkedudukan sebagai pengamat. Sedangkan M. Burhan mengemukakan beberapa
bentuk observasi, yaitu: 1) Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan. 2) Observasi tidak
terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi,
sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang
terjadi di lapangan. 3) Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh
sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.
Dalam sebuah penelitian, pengambilan data dengan menggunakan metode observasi dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1) Observasi terbuka, pada posisi ini kehadiran
peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara
terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara
wajar; 2) Observasi tertutup, pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan
misinya, yaitu mengambil data dari responden, tidak diketahui responden yang
bersangkutan. Model observasi tertutup ini, pada umumnya untuk mengantisipasi agar
reaksi responden dapat berlangsung secara wajar dan tidak dibuat-buat, sehingga peneliti
dapat memperoleh data yang diinginkan; 3) Observasi tidak langsung, pada kondisi ini
peneliti dapat melakukan pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir
secara langsung di tengah-tengah responden. Observasi tidak langsung ini semakin banyak
dilakukan, sesuai dengan kemajuan teknologi komunikasi canggih, seperti penggunaan
telepon, televisi jarak jauh, dan jasa satelit komunikasi yang dapat digunakan dalam dunia
penelitian. c. Metode Kuesioner Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik

73
pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan
responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya disebut angket berisi sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden
mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya.
Menurut Sugiyono kuisioner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan
menyampaikan sejumlah pertanyaan secara tertulis, untuk dijawab secara tertulis pula oleh
responden. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan daftar pertanyaan/seperangkat pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan
responden. Daftar pertanyaan (kuisioner) adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-
pertanyaan untuk tujuan khusus yang memungkinkan seorang analis system untuk
mengumpulkan data dan pendapat dari para responden yang telah dipilih. Daftar pertanyaan
ini kemudianakan dikirim kepada para responden yang akan mengisinya sesuai dengan
pendapat mereka. Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu
bertemu langsung dengan responden, maka dalam menyusun angket perlu diperhatikan
beberapa hal. Diantaranya : 1) Sebelum butir-butir pertanyaan atau peryataan ada pengantar
atau petunjuk pengisian; 2) butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan
kata-kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. 3) Untuk setiap
pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disesuaikan kolom untuk menuliskan
jawaban atau respon dari responden secukupnya. Meskipun terlihat mudah, teknik
pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan
tersebar di berbagai wilayah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
angket menurut Sugiyono antara lain : 1) Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi
pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan
jawaban; 2) Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.
Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada
responden yang tidak mengerti bahasa Inggris; 3) Tipe dan bentuk pertanyaan apakah
terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan
jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang
disediakan. Istilah data pada umumnya tidak hanya dijumpai pada kegiatan penelitian saja,
namun pada kegiatan lain dari berbagai bidang. Data kemudian menjadi informasi awal
yang dikumpulkan dari beberapa fakta di lapangan dan media lain.

74
Kumpulan data ini kemudian bisa digunakan untuk menarik informasi utama, dan dalam
bidang tertentu dijadikan dasar dalam menentukan keputusan maupun kebijakan. Misalnya
saja kebijakan suatu perguruan tinggi dalam menambah kuota mahasiswa baru dari tahun
sebelumnya.
Pertimbangannya tentu saja dengan adanya data bahwa jumlah peminat atau calon
mahasiswa baru di jurusan tertentu memang meningkat tajam. Ketika sudah bisa disediakan
fasilitas yang memadai, maka pihak perguruan tinggi kemudian menambah kuota
penerimaan mahasiswa baru di jurusan populer tersebut.
Supaya lebih mudah dalam mengumpulkan dan mengolah data sebagai sumber informasi
dan hasil penelitian, maka Anda perlu memahami dulu definisinya. Data penelitian adalah
kumpulan dari fakta yang bisa berbentuk angka, simbol, maupun tulisan yang diperoleh
melalui proses pengamatan subjek penelitian.
Data di dalam kegiatan penelitian harus memenuhi syarat tertentu untuk bisa dijadikan
sebagai bahan penelitian. Salah satu syaratnya adalah bisa dipercaya, sehingga data tersebut
benar adanya atau sesuai fakta dari hasil pengamatan subjek penelitian.
Data yang dikumpulkan pada dasarnya juga masih bersifat mentah yang tentu oleh
penelitian perlu diolah kembali. Pengolahan data ini nantinya akan membantu peneliti
mendapatkan informasi tertentu yang menjawab pertanyaan dalam bagian rumusan
masalah, seperti yang disampaikan di awal tadi.
Berikut pengertian data penelitian menurut para ahli:
1. Mills
Menurut Mills (1984), data merupakan fakta mentah, observasi, atau kejadian dalam bentuk
angka atau simbol khusus. Sehingga, data bisa berupa angka dan bisa berupa simbol yang
didapatkan dari observasi langsung ke lapangan.
2. Syafrizal Helmi Situmorang
Menurut Syafrizal Helmi Situmorang, data adalah sekumpulan informasi atau nilai yang
diperoleh dari hasil observasi (pengamatan) suatu objek. Sehingga data hanya didapatkan
dari hasil pengamatan objek.
3. Suharsimi Arikunto
Menurut Suharsimi Arikunto (2002), data penelitian ialah segala bentuk fakta dan angka
yang bisa dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Sehingga, fakta dalam bentuk
apapun nantinya bisa dijadikan data untuk penelitian, dan sumbernya sendiri bisa dari
sumber manapun yang terpercaya.
4. Slamet Riyadi

75
Menurut Slamet Riyadi, data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari pengamatan
dimana data bisa berupa angka-angka atau lambang-lambang. Sehingga, data diperoleh dari
suatu pengamatan atau observasi yang bentuknya bisa dalam angka maupun lambang
(simbol).
5. Kristanto
Kristanto juga mengemukakan definisi dari data. Menurt Kristanto, data merupakan suatu
fakta mengenai objek yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan
dan kejadian. Sebab, data sendiri bisa menjadi media untuk membuktikan kepastian dari
suatu keadaan atau kejadian.
6. Menurut KBBI
Bersumber dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) juga diketahui mengenai salah satu
definisi dari data. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa data adalah
keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian untuk membuat analisis dan
kesimpulan.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas, tentu tetap bisa disimpulkan bahwa data
merupakan kumpulan dari fakta baik dalam bentuk simbol maupun angka yang didapatkan
dari hasil observasi suatu objek, tentunya objek penelitian.
Persyaratan Data Penelitian yang Valid
Dalam kegiatan penelitian, data yang didapatkan dari observasi maupun dari sumber lain
yang terpercaya wajib berupa fakta. Yakni yang memang valid, dan kemudian data tertentu
yang bisa digunakan dalam penelitian harus memenuhi sejumlah persyaratan. Umumnya
ada 4 syarat data penelitian dikatakan valid, yaitu akurasi, presisi, validitas eksternal, dan
validitas internal.
1. Akurasi
Syarat yang pertama adalah akurasi, jadi data yang didapatkan atau dikumpulkan
setidaknya memiliki karakteristik mendekati kondisi yang ada. Baik itu secara empiris
maupun teoritis. Jadi semisal dilakukan wawancara untuk mengetahui kepatuhan karyawan
dalam melaksanakan K3.
Secara teoritis karyawan perlu selalu memakai helm, masker, dan APD tertentu sesuai
aturan perusahaan dan pihak terkait. Ketika dilakukan pengamatan langsung di lapangan
mungkin akan dijumpai beberapa pelanggaran. Namun setidaknya data yang didapat sudah
mendekati teoritisnya dan bisa dimasukan atau digunakan.
2. Presisi

76
Syarat kedua adalah presisi, yakni karakteristik data menyatakan konsistensi data adalah
sama atau mendekati sumber data yang ada. Sehingga data tersebut sifatnya konsisten,
ketika dilakukan pengamatan lagi atau wawancara lagi di waktu berlainan. Maka data yang
didapatkan kurang lebih sama.
Apabila data tersebut kemudian didapatkan hasil yang berlainan maka status tersebut
diragukan kevalidannya atau kebenarannya. Sebab logikanya, jika data ini benar maka
ketika dilakukan pengumpulan data kembali di subjek dan media yang sama maka akan
dijumpai hasil yang sama juga.
3. Validitas Eksternal
Syarat berikutnya adalah validitas eksternal yakni suatu data yang didapatkan dari suatu
atau seorang informan sifatnya sama dengan informasi yang didapat dari masyarakat luas.
Informan menyampaikan informasi atau data sekecil apapun, baik sama dengan pendapat
mayoritas masyarakat maupun tidak sudah bisa digunakan.
Jadi, ketika informan ini menyampaikan pendapat yang berbeda dengan pendapat
masyarakat luas. Maka data ini justru perlu disimpan karena perlu diteliti lebih mendalam,
apakah memang benar atau tidak.
Misalnya saja penelitian dilakukan untuk mengetahui penilaian masyarakat terhadap
pembangunan pabrik A. Mayoritas masyarakat menyatakan menolak, namun pada sesi
wawancara didapati ada beberapa orang yang cenderung mendukung. Informasi minoritas
ini perlu diteliti dan masuk kategori validitas eksternal.
4. Validitas Internal
Syarat lainnya adalah validitas internal atau memenuhi validitas internal, dimana data yang
didapat memiliki karakteristik bahwa data tersebut didapatkan dari sumberdaya yang
memenuhi standar. Meliputi petugas, alat, dan juga metodologi.
Syarat yang disebutkan diatas umumnya diterapkan pada penelitian kualitatif, kemudian
bagaimana untuk penelitian dengan metode lainnya? Maka perlu memenuhi standar atau
beberapa syarat umum berikut ini:
• Objektif, artinya data penelitian sudah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
• Representatif, artinya data yang dikumpulkan sudah bisa mewakili suatu persoalan
yang lebih luas.
• Up to date, artinya data di dalam kegiatan penelitian merupakan data terkini atau baru
atau bisa dibilang bukan data yang sudah kadaluarsa alias usang.
• Relevan, artinya data di dalam penelitian harusnya memiliki hubungan dengan
persoalan atau topik dari penelitian yang dilakukan sehingga ada kesesuaian.

77
• Kesalahan baku kecil, jadi data di dalam penelitian mempunyai tingkat kesalahan
baku yang terbilang kecil.
Klasifikasi Data Penelitian
Seperti yang dijelaskan sekilas di awal, bahwa jenis dari data dalam kegiatan penelitian
cukup beragam. Sehingga ada banyak sekali klasifikasi data yang tentu perlu dipahami.
Penggolongan atau klasifikasi data ini sendiri didasarkan pada sumber, skala pengukuran,
dan juga sifat. Lebih detailnya bisa menyimak penjelasan berikut ini:
1. Klasifikasi Data Penelitian Berdasarkan Cara Memperolehnya
Klasifikasi yang pertama adalah didasarkan pada cara memperoleh data tersebut, dan
kemudian terbagi lagi menjadi dua jenis. Yakni:
a. Data Primer
Data primer merupakan jenis data yang didapatkan secara langsung, sehingga pihak yang
melakukan penelitian melakukan pengumpulan data langsung di hadapan narasumber atau
mungkin objek penelitian.
Sehingga data tidak didapatkan dari pihak ketiga, melainkan dikumpulkan secara langsung.
Adapun contoh didapatkannya data primer ini bisa melalui:
1. Data yang didapatkan langsung dari hasil wawancara dengan narasumber.
2. Data yang didapatkan dari hasil pengisian angket oleh subjek penelitian.
3. Data yang didapatkan peneliti dari kegiatan survei langsung ke lapangan.
b. Data Sekunder
Jenis kedua dari klasifikasi data berdasarkan cara memperolehnya adalah data sekunder.
Berkebalikan dengan data primer, dimana data sekunder adalah data yang didapatkan dari
pihak lain dan data ini sifatnya sudah tersedia. Jadi, peneliti tidak perlu mencari dan
mengumpulkannya sendiri.
Data sekunder ini bisa bersumber dari hasil penelitian sebelumnya, dan biasanya data
diterima dalam bentuk jadi. Misalnya data dalam bentuk tabel, diagram, dan lain
sebagainya yang bisa langsung diolah peneliti sesuai kebutuhan. Contoh data sekunder ini
adalah:
1. Data sensus penduduk yang dilakukan oleh pihak BPS.
2. Data jumlah pasien penyakit kanker yang dihimpun oleh WHO.
3. Data perusahaan startup di suatu negara yang dihimpun oleh kementerian komunikasi
di negara tersebut. Jika di Indonesia adalah Kementerian Komunikasi dan Informasi.
2. Klasifikasi Data Penelitian Berdasarkan Sifatnya

78
Data penelitian kemudian juga diklasifikasikan berdasarkan sifat, dan kemudian dibagi
lagi menjadi dua jenis. Yaitu:
a. Data Kualitatif
Berdasarkan sifat data nantinya akan dijumpai data kualitatif yakni jenis data yang
berbentuk selain angka sehingga bentuknya ada yang berupa verbal, simbol, dan juga
gambar. Data jenis ini bisa diperoleh dari berbagai sumber termasuk kegiatan wawancara,
pengisian kuesioner, observasi, dan lain-lain.
Berhubung data kualitatif ini bentuknya tidak berupa angka maka sifatnya subjektif.
Artinya siapa yang melihat data tersebut memiliki kemungkinan akan memberikan
penafsiran yang berbeda. Contohnya adalah:
1. Hasil kuesioner para pasien dalam menilai kualitas pelayanan rumah sakit tempatnya
dirawat.
2. Wawancara mengenai kualitas pelayanan dari sebuah hotel.
b. Data Kuantitatif
Jenis kedua berdasarkan sifat data adalah data kuantitatif yang merupakan data dalam
bentuk angka, sehingga merupakan data selain dari data kualitatif. Sifatnya sendiri adalah
objektif, sehingga siapa saja yang membaca data berupa angka ini akan memiliki penafsiran
yang sama. Contohnya:
1. Data mengenai usia terkini dari Pak Rudi.
2. Data tinggi badan rata-rata siswa di kelas XII IPA 1.
3. Data untuk mengetahui suhu di kota Surabaya pada Kamis, 2 April 2021.
3. Klasifikasi Data Penelitian Berdasarkan Sumbernya
Dilihat dari sumbernya, maka akan dibagi lagi menjadi dua jenis data. yaitu:
a. Data Internal
Berdasarkan sumber, jenis data yang pertama adalah data internal. Yakni suatu data yang
didapatkan dari dalam tempat penelitian, bisa dari perusahaan, organisasi, maupun tempat
penelitian lain yang sudah ditentukan sejak awal.
Sifat data ini kemudian internal, yang tentu hanya diketahui oleh pihak-pihak di dalam
organisasi maupun perusahaan. Contoh jenis data internal ini antara lain:
1. Data yang menyatakan jumlah karyawan di perusahaan X.
2. Data yang menyebutkan kebutuhan karyawan baru di perusahaan Y.
3. Data yang menunjukan tingkat kepuasan karyawan yang bekerja di perusahan Z.
b. Data Eksternal

79
Berikutnya adalah data eksternal, dan berkebalikan dengan data internet di mana data
berasal dari luar ruang lingkup tempat penelitian dilakukan. Jadi, data jenis ini digunakan
peneliti sebagai pembanding untuk mengetahui data tambahan dari pihak luar. Contoh data
dari jenis ini adalah:
1. Data karyawan yang berasal dari perusahaan lain namun bergerak di bidang yang sama,
atau menyediakan produk yang sama.
2. Data yang menjelaskan tingkat kepuasan karyawan terhadap kebijakan perusahaan A
dengan perusahaan B.
3. Data jumlah karyawan di perusahaan A dan perusahaan B.
4. Data jumlah siswa di sekolah C dengan sekolah E.
4. Klasifikasi Data Penelitian Berdasarkan Waktu Pengumpulan
Data penelitian yang dikumpulkan di waktu-waktu tertentu kemudian menyediakan
bentuk data yang berbeda. Sehingga klasifikasi data didasarkan pada waktu
pengumpulannya, kemudian membagi jenis data menjadi dua macam. Yaitu:
a. Data Cross Section
Jenis yang pertama adalah data cross section yakni jenis data yang didapatkan peneliti
melalui survei atau pengumpulan data dalam periode waktu tertentu. Sehingga jika
dibutuhkan pendataan ulang maka perlu menunggu periode waktu berikutnya. Adapun
contohnya adalah:
1. Data penjualan periode Januari – Maret 2021 di perusahaan A.
2. Data pekerjaan masyarakat di desa X dalam periode Januari – Juni 2021.
3. Data keuangan perusahaan periode tahun 2020.
b. Data Berkala
Jenis kedua adalah data berkala yang juga merupakan kebalikan dari data cross section.
Data berkala diketahui sebagai jenis data yang didapatkan dengan melakukan pengamatan
secara berkala atau kontinyu, sehingga bisa diketahui perkembangan dari suatu objek
penelitian. Contohnya adalah:
1. Data impor beras negara Indonesia dari tahun 2010 sampai 2020.
2. Hasil pertanian setiap bulan sepanjang tahun 2020.
5. Klasifikasi Data Penelitian Berdasarkan Skala Pengukuran
Sedangkan jika diklasifikasikan berdasarkan skala pengukuran, maka jenis data
penelitian terbagi menjadi empat. Yaitu:
a. Data Nominal

80
Pertama adalah data nominal yang termasuk ke dalam jenis data kualitatif atau berupa
angka. Data nominal adalah data dalam ukuran sederhana seperti berupa angka dan tidak
menunjukan tingkatan apapun.
b. Data Ordinal
Data ordinal adalah data dalam bentuk angka sama seperti data nominal namun pada data
ordinal didapatkan suatu tingkatan. Misalnya saja tingkatan data siswa SMA yang tingkat
pendidikannya lebih rendah dibanding mahasiswa di jenjang perguruan tinggi.
c. Data Interval
Merupakan data di dalam kegiatan penelitian yang diukur dalam interval atau dalam suatu
skala. Sehingga data dalam bentuk angka ini nantinya memiliki jarak penempatan.
d. Data Rasio
Jenis terakhir adalah data rasio yang pengertiannya sama seperti data interval namun di
dalamnya terdapat perhitungan dalam bentuk persentase atau persen.
Penjelasan mengenai data penelitian di atas tentu membantu kamu untuk lebih paham
bagaimana mengumpulkan data yang sesuai dengan topik dan bidang penelitian. Sekaligus
bisa disesuaikan dengan subjek penelitian, sehingga bisa mengumpulkan data yang valid
secara maksimal.

9. Teknik Penyusunan Instrumen Pengumpulan Data (Instrumen Penelitian)


Perkembangan femonomena sosial yang ada di dunia ini membuat banyak orang untuk
mengkaji lebih dalam tentang hal – hal yang terjadi dalam kehidupan. Banyak orang
memberikan penafsirannya terhadap fenomena sosial ini,berdasarkan pengetahuannya dan
keyakinan orang tersebut. Suatu misal orang awam yang mengatakan bahwa fenomena
yang terjadi karena ada hubungannya dengan mistik, kemudian para ulama mengatakan
suatu kejadian adalah suatu takdir atau ketetapan dari Sang Pencipta dan masih banyak lagi
orang yang mengatakan kejadian – kejadian itu dlam berbagai asumi. Melihat hal ini,
sebagai pelajar kita harus bisa berfikir rasional,logis dan empiris,namun juga harus
dipadukan berdasarkan pada suatu keyakinan agar kita dapat melihat fenomena sosial ini
dari berbagai arah. Dan kita bisa memposisikan diri jika berbaur di masyarakat sehingga
tidak akan adanya suatu perdebatan. Oleh karena itu sebagai pelajar kita memerlukan
kaidah – kaidah ilmiah untuk menjawab fenomena sosial ini, dengan berbagai metode
ilmiah dan suatu pengumpulan data baik kuantitatis maupun kualitatif guna mendukung
suatu fakta kejadian yang terjadi dalam kehidupan sosial di masyarakat. Pengumpulan data
dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan

81
penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap petanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris, dan
untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ditentukan
oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis. Data itu dikumpulkan oleh sampel yang
telah ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut terdiri atas sekumpulan unit analisis sebagai
sasaran penelitian. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau
kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena,
informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:1630 bahwa metode penelitian adalah cara yang
dugunakn oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, sedangkan instrument
penelitian adalah alat atau fasilitasyang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannyalebih mudah, dan hasilnya lebih baik,dalam arti lebih cermat,lengkap,
dan sistematis sehinggalebih mudah diolah. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data adalah
cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Instumen sebagi
alat bantu dalam menggunakan metode pengumpulan data merupakan sarana yang dapat
diwujudkan dalam benda, misalnya angket ,perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman
observasi, skala dan sebaginya. Menurut Suharmi Arikunto (2006:149) ada beberapa
instrument yang namanya sama dengan metodenya,antarlain adalah:
1) Instrument untuk metode tes adalah tes atau soal tes
2) Instrument untuk metode angaket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner
3) Instrument untuk metode observasi adalah chek – list
4) Instrument untuk metode observasi adalah pedoman observasi atau dapat juga chek
– list
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengertian pengumpulan data dan instrumen
penelitian adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengungkap berbagai fenomena yang
terjadi di masyarakat dengan menggunakan berbagai cara dan metode agar proses ini
berjalan secara sisitematis dan lebih dapat dipertanggung jawabkan kevaliditasnya.
Pengumpulan data penelitian kuantitatif merupakan pengumpulan data yang datanya
bersifat angka – angka statistik yang dapat di kuantifikasi. Data tersebut berbentuk variabel
– variable dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu misalnya skala
nominal,ordinal,interval dan ratio,Jonathan Sarwono dalam (2006:259).

82
Menurut Sugiyono,pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai tempat dan
berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari tempatnya dapat dikumpulkan pada
laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan lain-
lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber
primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Dan teknik – teknik yang digunakan dalam pengumpulan data kuantitatif sebagai berikut:
Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/ kecil.
Menurut Sutrisno Hadi dalam (http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/teknik-
analisis-data-kuantitatif-dan-kualitatif), mengemukakan bahwa anggapan yang perlu
dipegang oleh peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah
sebagai berikut:
Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya
adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon.
1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh
karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang
sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dalam melakukan wawancara, selain harus
membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat
menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Adapun contoh wawancara terstruktur
tentang tanggapan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah:

83
1) Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan pendidikan di kabupaten ini?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2) Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan bidang kesehatan di
kabupaten ini?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk terhadap kebijakan pemerintah tentang impor gula
saat ini?dan bagaimana dampaknya terhadap pedagang dan petani”.
Wawancara tidak terstruktur sering digunakan dalam penelitian pendahuluan malahan
untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan,
peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan
yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau
variabel apa yang harus diteliti. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak
mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap
jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan
berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan. Dalam melakukan wawancara maka
pewawancara harus memperhatikan tentang situasi dan kondisi sehingga dapat memilih
waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara.
Kuesioner
Menurut Iskandar dalam (http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/teknik-analisis-
data-kuantitatif-dan-kualitatif) Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien

84
bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden. Menurut Uma mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket yaitu sebagai
berikut:
1. Prinsip penulisan angket
1) Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam
membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan jumlah
itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
2) Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau
tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan bentuknya dapat
menggunakan kalimat positif dan negatif.
4) Pertanyaan tidak mendua
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa
6) Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada
jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
7) Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga
akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
8) Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju
ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit
Observasi
Menurut (Arikunto, 2006: 229) dalam http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/teknik-
analisis-data-kuantitatif-dan-kualitatif menggunakan observasi cara yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen
pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah
laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa
mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan
kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya memperhatikan
reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi
tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki
TEKNIK PENGUMPLAN DATA KUALITIATIF
Teknik pengumpulan data kualitatif merupakan pengumpulan data yang datanya bersifat
deskriptif maksudnya data berupa gejala – gejala yang di kategorikan ataupu dalam bentuk

85
lainnya seperti foto,dokumen,artefak, dan catatan – catatan lapangan saat penelitian
dilaksanakan, Jonathan Sarwono dalam ( 2006:259). Dalam metode penelitian kualitatif,
lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu;
wawancara, observasi, dokumentasi, dan diskusi terfokus (Focus Group Discussion). Pada
pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan
terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell,
1998:15). Sebelum masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan
di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan
mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan
pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang
memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik
sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh
Wawancara
Menuurut Emzir dalam (iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-tehnik-
pengumpulan-data-riset-kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/) Wawancara
ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya
jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian Dengan kemajuan teknologi
informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui
media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk
memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam
penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Menurut Byrne dalam (iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-tehnik-
pengumpulan-data-riset-kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/)
menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai metoda pengumpulan data,
peneliti harus menentukan apakah pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh
orang yang dipilih sebagai partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk
menggambarkan satu proses yang digunakan peneliti untuk memfasilitasi wawancara.
Menurut Miles dan Huberman dalam (iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-
tehnik-pengumpulan-data-riset-kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/) ada
beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara, yaitu:
a) The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang sebenarnya
untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu diketahui

86
untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi tempat pengambilan data, waktu
dan lamanya wawancara, serta biaya yang dibutuhkan.
b) The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di dalamnya
termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan pendahuluan
dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan.
c) The events, menyusun protokol wawancara, meliputi:
1)Pendahuluan,
2) Pertanyaan pembuka,
3) Pertanyaan kunci, dan
4) Probing, pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada bagian kedua untuk
membuat kalimat pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta hasil penyusunan pedoman
wawancara sebagai pertanyaan kunci.
d) The process, berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai ketiga, maka disusunlah
strategi pengumpulan data secara keseluruhan. Strategi ini mencakup seluruh perencanaan
pengambilan data mulai dari kondisi, strategi pendekatan dan bagaimana pengambilan data
dilakukan.
Menurut Yunus dalam ( iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-tehnik-
pengumpulan-data-riset-kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/) karena
merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau berbeda dengan
informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa
tahapan yang harus dilalui yakni: mengenalkan diri, menjelaskan maksud kedatangan,
menjelaskan materi wawancara, dan mengajukan pertanyaan.
Observasi
Menurut (Guba dan Lincoln, 1981: 191-193) dalam
iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-tehnik-pengumpulan-data-riset-
kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/, Observasi hakikatnya merupakan
kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran,
untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil
observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan
perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu
peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Menurut Bungin (2007: 115-117) dalam iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-
tehnik-pengumpulan-data-riset-kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/
mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu:

87
1) Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan
di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan
2) Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan
pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan
perkembangan yang terjadi di lapangan.
3) Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti
terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang
tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal
kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali
infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk
memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna
(Faisal, 1990: 77) dalam iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-tehnik-
pengumpulan-data-riset-kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/.
Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus Group
Discussion), yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat
diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti. Misalnya,
sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN 2011 di rendah. Untuk menghindari
pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka dibentuk kelompok diskusi terdiri
atas beberapa orang peneliti. Dengan beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan
diperoleh hasil pemaknaan yang lebih objektif. (
iahpradiati.wordpress.com/2011/01/28/aplikasi-tehnik-pengumpulan-data-riset-
kuantitatif-dan-kualitatif-dalam-metode-eksperimen/
Dasar filosofi dari penelitian kualitatif menurut Suharsimi Arikunto (2006:14) adalah
1) Fenomenalogis
2) Interaksi simbolis
3) Kebudayaan
4) Antropologi
Menurut Suharsimi Arikunto karakteristik penelitian kualitatif adalah:
1) Mempunyai sifat induktif

88
2) Melihat setting secara keseluruhan atau holistic
3) Memahami responden dari pandangan responden sendiri
4) Menekankan validitas
5) Mengutamakan proses dari pada hasil
6) Menggunakan non probabilitas sampling.

89
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Metode penelitian sosial adalah suatu pendekatan atau teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang relevan dan signifikan dalam kajian ilmiah tentang masyarakat
dan perilaku manusia. Penelitian sosial berperan penting dalam memahami dinamika sosial,
pola perilaku, serta faktor-faktor yang memengaruhi individu dan kelompok dalam
masyarakat.
Jenis-Jenis Metode Penelitian Sosial
Metode Kuantitatif: Melibatkan pengumpulan data dalam bentuk angka dan statistik.
Contohnya survei, eksperimen, dan analisis data sekunder. Metode ini memungkinkan
pengujian hipotesis dan generalisasi yang lebih luas.
Metode Kualitatif: Lebih fokus pada deskripsi dan pemahaman mendalam mengenai
fenomena sosial. Teknik seperti wawancara, observasi partisipatif, dan analisis isi
merupakan bagian dari metode ini. Penelitian kualitatif membantu memahami konteks dan
makna di balik perilaku manusia.
Metode Gabungan (Mixed Methods): Menggabungkan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Dengan memanfaatkan kelebihan dari kedua pendekatan ini, peneliti dapat
memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.
Langkah-Langkah dalam Penelitian Sosial
Perumusan Masalah: Identifikasi topik yang akan diteliti serta pertanyaan-pertanyaan yang
ingin dijawab.
Perancangan Penelitian: Pemilihan metode, populasi sampel, dan instrumen pengumpulan
data.
Pengumpulan Data: Melaksanakan proses pengumpulan data sesuai dengan metode yang
dipilih.
Analisis Data: Pengolahan dan interpretasi data menggunakan teknik-teknik analisis yang
sesuai.
Penyusunan Laporan: Menyajikan hasil penelitian secara sistematis dan menyeluruh.
Metode penelitian sosial memiliki peran yang signifikan dalam memahami masyarakat dan
perilaku manusia. Dengan beragam teknik yang dapat diterapkan, penelitian sosial
memungkinkan para peneliti untuk mendapatkan wawasan yang mendalam tentang faktor-
faktor sosial yang mempengaruhi individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan.

90
Kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif, serta penggunaan teknologi dalam
pengumpulan dan analisis data, semakin meningkatkan kemampuan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih holistik dan akurat tentang realitas sosial. Oleh karena itu,
pemilihan metode penelitian yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian sangat penting
untuk memperoleh hasil yang valid dan relevan dalam bidang penelitian sosial.

91
DAFTAR PUSTAKA

Djaelani, Mustafa, 2010. Metode Penelitian Bagi Pendidik, Jakarta: PT. MULTI
KREASI SATUDELAPAN
Hadi, A. dan Haryono, 2005, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung:
Pustaka Setia.
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.
Nazir, 2005, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rosyidah, Masayu & Rafiqa Fijra, 2021, Metode Penelitian, Yogyakarta:
Deepublish
Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.Sukardi, 2018, Metode
Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

92

Anda mungkin juga menyukai