Anda di halaman 1dari 3

REKOLEKSI JULI 2023

Thema :

MENJADI PRIBADI EKARISTIS YANG SEMBUH DAN MENYEMBUHKAN

Bahan :

1. Yoh . 13:1-15
2. 1 Kor 11:23-33 (Referensi pendukung)
3. Konstitusi Psl 3 no. 12-15

Hantaran Singkat: Menjadi Pribadi Ekaristis Sembuh dan Menyembuhkan

Salah satu aspek penting dalam hidup kekistenan adalah persatuan/persekutuan. Kita
memiliki tubuh, jiwa keilahian Kristus bersama kita didalam Ekaristi. Buah dari persatuan
dengan Yesus dalam ekaristi adalah persatuan dengan sesama manusia, memperhatikan
kehidupan bersama, memiliki rasa peduli bagi sesama disekitar kita, kerelaan untuk
berkorban: (korban waktu, tenaga, pikiran, ide, sesuai dengan bakat yang dimiliki) artinya
dengan merayakan Ekaristi, kita diharapkan untuk hadir sebagai pribadi-pribadi Ekaristis
dalam hidup setiap hari. Disanalah akan tercipta keadaan dimana orang mengalami sembuh
dan menyembuhkan. Kita akan menjadi pribadi Ekaristis yang sembuh dan
menyembuhkan apabila: Pertama, rendah hati. Seperti Yesus melayani dengan
semangat kerendahan hati. Semangat ini mengingatkan kita, supaya kita rendah hati
dalam pelayanan dan mau memberi diri dalam pelayanan. Kedua, spirit melayani
tanpa pandang bulu. Pribadi yang Ekaristis adalah pribadi yang melayani tanpa
pandang bulu. Pelayanan dengan spirit tanpa pandang bulu adalah pribadi yang
mampu menyembuhkan, menguatkan dan berdamai dengan realitas sekitar. Ketiga,
pribadi yang Ekaristis adalah pribadi yang bersatu dengan Kristus dalam dan melalui
Ekaristi. Hidup kita akan semakin kuat apabila kita bersatu dengan Kristus dan
sebaliknya semakin kita bersatu dengan Kristus mestinya kita semakin bersatu
dengan komunitas. Di sini kita hadir sebagai pribadi Ekaristis yang sembuh dan
menyembuhkan. Keempat, pribadi yang Ekaristis sembuh dan menyembuhkan
adalah pribadi yang mengupayakan hidup kekal. Hal ini hanya bisa mungkin apabila
kita bersatu dengan Kristus maka kita akan memperoleh hidup yang kekal.

Injil Yoh 13:1-15


Warisan Yesus yang paling utama bagi manusia adalah : KASIH. Kasih yang
menggerakkan Yesus untuk mengasihi para murid-Nya sampai pada kesudahannya.
“Yesus bangun dan menanggalkan jubah-Nya.” Yesus rela melepaskan jubah-Nya dan
dengan tulus melayani para murid-Nya, membasuh kaki para rasul-Nya dengan
penuh kasih. Inilah teladan yang sangat nyata dari Yesus sang Guru dan Tuhan untuk
kita para pengikut-Nya. Kaki merupakan bagian yang “kotor” dari tubuh manusia.
Yesus rela Melepas Jubah-Nya untuk membasuh yang “kotor” . Yesus melakukan
sebuah pekerjaan yang tidak selayaknya dilakukan oleh seorang Guru. Tata gerak
pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus menyimbolkan suatu teladan
perendahan diri dan melayani. Tindakan Yesus ini merupakan simbol penyerahan
diri, pembersihan, pelayanan, kerendahan hati dan pengampunan. Pembasuhan kaki
menjadi pintu masuk untuk turut ambil bagian dalam warisan surgawi, “jika Aku tidak
membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian di dalam Aku”. Makna pembasuhan
kaki yang tersirat dalam teks ini . Pertama, sikap rendah hati. Yesus yang adalah
Tuhan mau merendahkan diri serendah-rendahnya dalam gerak pembasuhan kaki. Ia
rela tunduk, duduk di tanah, untuk membuat manusia bersih akibat menyentuh dosa.
Sikap merendahkan diri inilah makna pertama dari ajaran pembasuhan kaki. Ajaran
keteladanan untuk merendahkan diri dalam melayani Tuhan dan sesama. Kedua,
spirit melayani tanpa pandang bulu. Dengan membasuh kaki para muridnya, Yesus
mengajarkan spirit pelayanan tanpa pandang bulu. Ia menanggalkan jubah-
nya(Jubah: Kemahakuasaan Yesus, Identitas Yesus sebagai Anak Allah) untuk
melayani para hambaNya. Ia tidak memandang diriNya lebih tinggi, bos, pimpro, atau
kepala/ketua, melainkan melayani seperti seorang hamba. Pesan sederhana bagi kita
kaum berjubah agar melayani tanpa pandang bulu, melayani tanpa memandang
status dan jabatan yang melekat pada diri seseorang. Melayani tanpa memikirkan
siapa kita dan apa jabatan kita. Kita melayani seperti hamba yang diajarkan oleh
Kristus kepada kita semua. Ketiga, pembersihan dan pengampunan. Manusia yang
kotor akibat dosa dibersihkan olehNya. Tindakan pembersihan yang paling radikal
adalah pada saat Ia membersihkan manusia yang kotor dengan darahNya. DarahNya
menyucikan, menguduskan, membersihkan agar manusia memperoleh hidup yang
kekal. Allah menyembuhkan manusia yang sakit kronis akibat dosa. Kitapun
dipanggil untuk menyembuhkan mereka yang tak tersembuhkan. Kita yang memiliki
iman di dalam diri kita, dipanggil untuk terlibat dan peduli terhadap mereka yang
sakit dan tak tersembuhkan.

Ekaristi Yang Menyembuhkan


Kasih Allah itu tidak terbatas hanya sampai pada pembasuhan kaki. Kasih itu juga
semakin dimeteraikan dalam ekaristi. Dalam ekaristi Allah yang menjelma menjadi
manusia dalam diri Yesus, rela dipecah-pecah dan dibagi-bagikan kepada manusia
sebagai bekal dalam peziarahan hidup ini. Dalam kontitusi kita, ekaristi adalah
sumber dan puncak hidup kita. Di dalam Ekaristi, kita mengalami kekuatan dan
menimba kekuatan dari-Nya. Dengan demikian, Ekaristi tidak sekedar rutinitas tetapi
melalui ekaristi yang kita rayakan setiap hari kiranya menghantar kita untuk hadir
sebagai pribadi yang ekaristis dalam hidup berkomunitas dan berkarya. Sebagai
manusia yang ekaristis, kita mau menebarkan kasih Yesus yang total itu bagi sesama
dengan semangat doa dan karya kita setiap hari sekaligus juga kita dituntut untuk
mampu dan rela dipecah-pecah dan dibagikan kepada sesama kita yang
membutuhkannya.
Refleksi

1. Apakah kehadiranku di Komunitas dan Karya sudah menampakkan Pribadi


Ekaristis yang sembuh dan menyembuhkan?
2. ‘Jubah’ apa yang perlu kutanggalkan untuk menjadi pribadi Ekaristis yang
sembuh dan menyembuhkan?
3. Sebagai suster FSE, bagaimana saya merelakan diri untuk ‘dipecah dan dibagi-
bagikan’ kepada sesama yang membutuhkan sebagaimana yang dilakukan oleh
Yesus? Dalam hal apa? Uraikan!

Anda mungkin juga menyukai