Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TIPE dan Gaya Kepemimpinan


( Suleyman i)

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : kepemimpinan dan kewirausahaan
Dosen Pengampu : Shiyami Milwandari, S.Kom, M.T

Disusun Oleh Kelas 3A:


1. Fajar Somantri (2193005)
2. Geral Rajagukguk (2193007)
3. Zsa Zsa Sabilla ( 2193021)

PROGRAM STUDI D3 MANAJEMEN INFORMATIKA


POLITEKNIK POS INDONESIA
2021
ABSTRAK

Sultan Sulaiman I adalah negarawan Muslim terbesar pada zamannya. Judul "Al - Qanuni"
telah diberikan untuk jasanya dalam membangun hukum Islam Kekaisaran Usmani.
Pemerintahannya adalah yang terpanjang dibandingkan dengan Sultan lainnya, yaitu empat
puluh empat tahun. Selama pemerintahannya, Kekaisaran Usmani mencapai puncaknya
pembangunan. Sulaiman berhasil melakukan ekspedisi militer ke Eropa, merebut Vienna,
Hongaria, Persia, dan sepanjang daerah pesisir Arab serta wilayah Hijaz kembali disita.
Sulaiman juga seorang seniman, lebih khusus pria sastra. Karya-karyanya, antara lain,
beberapa ghazal dan diwan (kumpulan puisi). Ia juga menulis salinan Quran menggunakan
tulisan tangan sendiri, yang sekarang disimpan dengan benar di Masjid Agung Sulaiman. Dia
adalah seorang yang cerdas , adil, sultan mulia dan melakukan banyak kebijakan penting
seperti pengaturan iqtha Usmani, menyiapkan undang-undang, melakukan rekonsiliasi,
pengaturan polisi, dan mendirikan madrasah, sekolah perguruan tinggi, dan banyak bangunan
megah, termasuk Masjid Sulaimaniyah. Pemerintahan Sulaiman al- Qanuni adalah masa
keemasan dari Kekaisaran Usmani.

Kata kunci: Sultan Sulaiman, Usmani, ekspansi, kemajuan peradaban.


DAFTAR ISI

ABSTRAK......................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
Bab 1 Pendahuluan......................................................................................................................................5
A. Latar Belakang.................................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................6
C. Tujuan..............................................................................................................................................6
BAB II Teori Pendukung...............................................................................................................................7
A. Pengertian Kepemimpinan..............................................................................................................7
B. Pengertian Teori Kepemimpinan.....................................................................................................8
C. Macam Teori kepemimpinan...........................................................................................................8
BAB III Pembahasan...................................................................................................................................13
A. Sejarah..........................................................................................................................................13
B. Pengalaman..................................................................................................................................14
C. Prestasi Sultan Suleiman 1............................................................................................................15
D. Gaya Kepemimpinan Sultan Suleiman I........................................................................................16
BAB IV Penutup.........................................................................................................................................17
Kesimpulan :..........................................................................................................................................17
Bab 1
Pendahluan

A. Latar Belakang
Suleiman I (Turki Utsmaniyah: ‫س>>ليمان‬ Suleymān, Turki Modern: Süleyman; 6 November
1494  – 5/6/7 September 1566) merupakan sultan Turki Utsmaniyah ke-10 yang berkuasa dari
tahun 1520 hingga 1566. Ia diketahui sebagai Suleiman yang Luar Biasa di Barat, dan pemberi
hukum (bahasa Turki: Kanuni; bahasa Arab: ‫الق>انونى‬, al‐Qānūnī) di Timur sebab pencapaiannya
dalam menyusun kembali sistem undang-undang Utsmaniyah. Ia merupakan tokoh penting pada
Eropa ratus tahun ke-16. Suleiman memimpin tentara Utsmaniyah
menaklukkan Belgrade, Rhodes, dan sebagian luhur Hongaria sebelum berhasil dipukul mundur
dalam Pengepungan Wina tahun 1529. Ia menganeksasi sebagian luhur Timur
Tengah dan Afrika Utara (hingga sejauh Aljazair di barat). Di bawah kekuasaannya, armada
Utsmaniyah menguasai Laut Tengah, Merah, dan teluk Persia.

Dalam upanya untuk memperkuat Utsmaniyah, suleiman melancarkan reformasi legislatif


yang berkomunikasi dengan masyarakat, pendidikan, perpajakan, dan hukum kriminal. Hukum
kanoniknya (atau Kanun) memperbaiki wijid kekaisaran selama berabad-abad setelah
kematiannya. Selain merupakan penyair dan tukang emas, ia juga dijadikan pelindung hukum
budaya istiadat yang luhur, hingga Utsmaniyah mencapai masa keemasan dalam aspek artistik,
sastra dan arsitektur. Suleiman bisa menuturkan lima bahasa : Bahasa Turki Utsmaniyah, Arab,
Serbia, Changatai (dialek Bahasa Turki dan berkomunikasi dengan Uighur) dan Persia.

Catatan yang dibuat oleh seorang utusan Republik Venesia, Bartolomeo Contarini,


beberapa minggu setelah Suleiman naik takhta mendeskripsikan Suleiman sebagai berikut:
"Beliau berusia 25 tahun, tinggi, namun lincah, dan berkulit halus. Lehernya kira-kira panjang,
wajahnya pipih, dan hidungnya bengkok. Beliau memiliki kumis dan janggut; pembawaannya
menyenangkan meski kulitnya cenderung terlihat pucat. Konon beliau adalah seorang tuan yang
patut, suka berupaya bisa, dan menjadi keinginan warga untuk menciptakan kemakmuran dalam
kekuasaannya."[8] Beberapa sejarawan menyatakan bahwa pada masa mudanya Suleiman
memiliki kekaguman yang agung terhadap Alexander Agung. Beliau terpengaruh visi Alexander
untuk membangun kekaisaran dunia yang menguasai kawasan Timur dan Barat, dan konon hal
ini yang mendorongnya melaksanakan kampanye militer ke wilayah Asia, Afrika, serta Eropa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diperoleh beberapa rumusan
masalah yaitu sebagai berikut:
1. Siapa itu Suleyman i?
2. Bagaimana sejarah kepemimpinan sulyeman i?
3. Bagaimana karakteristik Suleyman i?
4. Apa saja prestasi dari Suleyman i?
5. Bagaimana gaya kepemimpinan Suleyman i selama menjadi pemimpin?

C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini yaitu :
1. Untuk mengenal siapa itu Suleyman i.
2. Untuk mengetahui sejarah kepemimpinan Suleyman i
3. Untuk mengetahui karakteristik Suleyman i.
4. Untuk mengetahui prestasi-prestasi Suleyman i
5. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan Suleyman i selama menjadi pemimpin.
BAB II
Teori Pendukung

A. Pengertian Kepemimpinan
Banyak ahli mengemukakan gagasan-gagasan sebagai bentuk pendefinisian kata
kepemimpinan. Agar memudahkan kalian untuk mendefinisikan arti kepemimpinan, kita simak
yuk, arti kepemimpinan menurut para ahli.

1. Menurut Wahjosumidjo (1987:11)


Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin
yang berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan
kesanggupan (capability). Kepemimpinan juga sebagai rangkaian kegiatan (activity) pemimpin
yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu
sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut,
dan situasi.

2. Menurut Moejiono (2002)


Memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah,
karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan
pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang
leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai
sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).

3.Menurut Fiedler (1967)


Kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang
menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama
untuk mencapai tujuan.

4.Menurut Ott (1996)


Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di
dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain.
Dalam mengembangkan kemampuan untuk memimpin, seseorang harus dapat menjadi
sosok yang dapat menjadi contoh baik baik bagi orang lain dan hal tersebut membutuhkan
latihan dan pengalaman. Buku Pemimpin+Kepemimpinan dapat dijadikan referensi bagi kamu
calon pemimpin masa depan.

B. Pengertian Teori Kepemimpinan


Dari ulasan di atas, ada beberapa teori yang menyatakan bahwa memiliki sifat-sifat tertentu
dapat membantu seorang individu menjadi pemimpin, yang notabene, sifat ini merupakan
bawaan lahir individu. Namun ada teori yang menyatakan, bahwa  bahwa model kepemimpinan
seseorang dapat dipengaruhi atau dibentuk oleh pengalaman, lingkungan, serta pendidikan dalam
situasi dan kondisi tertentu. Dalam mengetahui lebih jelas mengenai teori kepemimpinan, kamu
dapat membaca buku Kepemimpinan Efektif Teori, Penelitian & Praktik yang menjelaskan
secara rinci mengenai definisi, pendekatan, teori, model, dan gaya untuk kepemimpinan.

Maka, dalam hal ini, kita dapat mengartikan, bahwa teori kepemimpinan merupakan buah
pemikiran yang berisi penjelasan mengenai, apa, bagaimana, siapa, kapan, dimana dan mengapa
individu dikatakan sebagai pemimpin. Teori-teori ini dapat kita gunakan sebagai pedoman, untuk
mendalami konsep kepemimpinan diri yang muncul, sehingga paling tidak, kita dapat menjadi
pemimpin untuk diri sendiri.

C. Macam Teori kepemimpinan


Sebagai pengetahuan, bagi yang sedang belajar menjadi pemimpin, ada beberapa teori
yang dapat dipergunakan untuk memperdalam konsep kepemimpinan dalam diri kita.

1. Great Man Theory


Great Man Theory atau dikenal sebagai teori orang hebat, membuat asumsi, bahwa sifat
kepemimpinan dan bakat-bakat kepemimpinan, dibawa seseorang semenjak orang tersebut
dilahirkan. Teori ini berkembang sejak abad ke-19.

Meski tidak dapat diidentifikasi dengan suatu kajian ilmiah mengenai karakteristik dan
kombinasi manusia seperti apa yang dapat dikatakan sebagai pemimpin hebat, tetapi banyak
orang mengakui bahwa hanya satu orang diantara banyaknya individu, pasti memiliki ciri khas
sebagai pemimpin yang hebat.

2. Trait Theory
Trait Theory atau yang sering kita sebut sebagai teori sifat kepribadian ini meyakini bahwa orang
yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu, akan menjadikan mereka unggul dalam
peran kepemimpinan.

Hal ini dapat diartikan sebagai, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan,
pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab, disiplin
dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik.

Teori kepemimpinan ini fokus terhadap analisis karakteristik mental, fisik dan sosial guna
mendapatkan lebih banyak pemahaman dan pengetahuan tentang karakteristik dan kombinasi
karakteristik yang umum di antara para pemimpin.

3. Contingency Theory
Teori kontingensi atau yang berasal dari kata  Contingency Theory menganggap, bahwa tidak
ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan, bahwa setiap gaya kepemimpinan
harus didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu.

Atas dasar teori kontingensi ini, seseorang mungkin dapat berhasil tampil dan memimpin dengan
sangat efektif pada suatu kondisi, situasi dan tempat tertentu, namun kinerja kepemimpinannya
berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, apabila pemimpin tersebut dipindahkan ke
situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah pula.

Teori kontingensi atau Contingency Theory juga sering disebut dengan teori kepemimpinan


situasional.
4. Teori gaya dan perilaku
Teori kepemimpinan yang berdasar gaya dan perilaku disebut sebagai kebalikan dari The Great
Man Theory.

Teori berdasar gaya dan perilaku menyatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan. Teori
kepemimpinan ini fokus pada tindakan seorang pemimpin. Bukan pada kualitas mental atau sifat
atau karakter bawaan dari orang tersebut.

Teori ini juga menyebutkan, seseorang dapat belajar dan berlatih untuk menjadi pemimpin
melalui ajaran, pengalaman, dan pengamatan yang baik. Teori ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan yang efektif merupakan hasil dari tiga keterampilan utama yang dimiliki oleh
individu yaitu keterampilan yang berupa keterampilan teknis, manusiawi, dan konseptual.

5. Behavioral Theories
Behavioral theories merupakan reaksi atas Trait Theory, Teori perilaku atau Behavioral
Theories ini menghadirkan sudut pandang baru mengenai kepemimpinan. Teori ini memberikan
perhatian kepada perilaku para pemimpin itu sendiri, daripada karakteristik mental, fisik, dan
sosial pemimpin tersebut. Teori ini menganggap, bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan dan perilaku
tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Selain itu, teori ini menganggap bahwa kepemimpinan yang
sukses adalah kepemimpinan yang didasarkan pada perilaku yang dapat dipelajari.

6. Teori Servant
Teori kepemimpinan servant atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai pelayan pertama kali
diperkenalkan pada awal tahun 1970-an. Teori ini meyakini, bahwa seorang pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang bertugas untuk melayani, menjaga, dan memelihara kesejahteraan fisik
serta mental pengikut atau anggotanya. Gaya kepemimpinan ini cenderung fokus untuk
memenuhi kebutuhan pengikut dan membantu mereka menjadi untuk lebih mandiri dan
berwawasan lebih luas.
Pada teori ini, pemimpin yang baik juga diharuskan bisa bersimpati dan dapat meredakan
kecemasan yang berlebih dari para pengikutnya. Maka itu, fungsi kepemimpinan diberikan pada
seseorang yang pada dasarnya memiliki jiwa pelayan atau melayani. Teori ini menunjukkan
bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk berkontribusi pada kesejahteraan orang lain sebagai
bentuk pertanggungjawaban sosial.

7. Teori transaksional
Berasal dari kata dasar transaksi, teori ini menggambarkan suatu gaya kepemimpinan yang
berdasar pada perjanjian atau kesepakatan yang dibuat seseorang dengan orang lain. Dalam hal
ini, tentunya yang menjadi pelaksana adalah pemimpin dan staf atau pengikutnya Perjanjian ini
dibuat dengan tujuan mendapat pertukaran (transaksi) yang sepadan atau saling menguntungkan
antara pemimpin dengan staf.

Seorang staf yang dapat melaksanakan tugas dari seorang pemimpin dengan baik, merupakan
nilai lebih bagi staf dan juga bagi pimpinan yang memberikan tugas. Ketika tugas tersebut dapat
diselesaikan dengan baik, seorang pemimpin akan memberi apresiasi berupa tunjangan, bonus,
kenaikan gaji, kenaikan posisi, dan lain sebagainya. Pemberian apresiasi berupa uang atau tanda
mata yang lain, merupakan bentuk penghargaan atas kinerja seseorang, yang membuat seseorang
tersebut merasa kerja kerasnya dihargai. Penghargaan ini pula merupakan suatu bentuk hal yang
telah disepakati bersama sebelumnya.

8. Teori transformasional
Mengacu pada kata transformasi, yang memiliki arti umum perubahan. Teori kepemimpinan
transformasional merupakan sebuah teori yang mengarah pada istilah memanusiakan manusia.
Teori ini mengedepankan pendekatan personal pemimpin terhadap staf atau bawahan, dapat juga
organisasi, dalam rangka membangun semangat, mengubah kesadaran, serta memberi inspirasi,
demi mencapai tujuan bersama tanpa merasa ditekan maupun tertekan, bahkan mampu
memotivasi setiap anggotanya. Gaya pemimpin transformasional selalu ingin mengelola lembaga
atau organisasi yang dipercayakan kepadanya dengan lebih efektif dan efisien.
Dalam mempelajari teori kepemimpinan serta bagaimana pengaplikasiannya, Grameds dapat
membaca buku Kepemimpinan Teori dan Praktik Edisi Keenam yang ditulis oleh Peter G. N. di
bawah ini.
BAB III
PEMBAHASAN

A.Sejarah
Sulaiman I lahir di Trabzon pada 6 November 1494. Ayahnya adalah Salim I yang
merupakan sultan kesembilan Ottoman, sedangkan ibunya bernama Aye Hafsa Sultan atau Hafsa
Sultan.Pada usia tujuh tahun ia dikirim untuk belajar ilmu alam, sejarah, sastra, teologi, dan
taktik militer di sejumlah sekolah yang terdapat di Istana Topkapi, Konstantinopel (Istanbul).
Sulaiman I mulai memimpin Kesultanan Ottoman sejak 1520 hingga 1566. Sepanjang sejarah
dinasti tersebut, dia menjadi raja dengan masa pemerintahan terlama, yakni 46 tahun.Sulaiman I
memiliki beberapa orang istri atau selir. Di antaranya adalah Gülfem Hatun, Mahidevran Sultan,
dan Haseki Hürrem Sultan atau di Barat dikenal sebagai Roxelana. Dari ketiga wanita itu,
Roxelana disebut-disebut paling disayangi sang sultan.Dia adalah budak selir asal Ruthenia,
Ukraina, yang di belakang hari dibebaskan dan dinikahi oleh Sulaiman I. Menurut catatan,
Roxelana adalah anak dari pendeta Kristen Ortodoks bernama Havrylo Lisovsky. Namun, wanita
itu kemudian memutuskan untuk memeluk Islam ketika hidup bersama sultan.
Dalam masa pemerintahannya yang panjang itu banyak kemajuan pembangunan yang
dicapai Ottoman. Sulaiman I membangun sebuah kompleks makam, masjid, dan sekolah untuk
menghormati mendiang ayahnya, Sultan Salim I. Selain itu dia juga membebaskan 1.500
tawanan Mesir dan Persia.
Ia pula yang pertama kali mengkaji dan menyusun sistem perundang-undangan Kesultanan
Ottoman kemudian menerapkannya secara teratur dan tanpa kompromi. Yang tak kalah
pentingnya, Sulaiman I tak segan-segan memecat dan menghukum pejabat-pejabat tinggi
kerajaan yang terbukti korupsi."Karena gebrakannya itulah rakyatnya menjuluki Sulaiman I
sebagai al-Qanuni (Sang Penyusun Undang-Undang)," tulis Charles Scott Kimball dalam
karyanya, A General History of the Middle East.
Pada masa pemerintahan sang sultan, Kesultanan Ottoman semakin memperluas
pengaruhnya di daratan Eropa. Dalam dua operasi militer pertamanya, Sulaiman I berhasil
menguasai beberapa wilayah Eropa Timur yang gagal ditaklukkan kakek buyutnya, Sultan
Muhammad II al-Fatih (1451-1481). Di antaranya adalah Belgrade (Serbia) dan jembatan
Danube di Hungaria yang direbut pada 1521.
Tahun berikutnya, Sulaiman I melihat berhasil menduduki Rhodes (Yunani) setelah
melakukan pengepungan selama 145 hari. Ketika itu, Sultan memberikan dua pilihan kepada
tentara-tentara musuh yang masih tersisa pascapendudukan, yakni menjadi warga negara
Ottoman atau meninggalkan Rhodes dalam waktu 12 hari. Sementara, bagi warga sipil yang
menolak menjadi warga Ottoman bisa meninggalkan wilayah tersebut dalam waktu tiga tahun.
"Orang-orang Eropa kala itu memuji sikap Sulaiman I yang kesatria dan santun terhadap
musuh," tulis Kimball.
Selanjutnya, pertempuran antara pasukan Sulaiman I dan Raja Louis II dari Hungaria
berlangsung pada 29 Agustus 1526. Hasilnya, sebagian besar wilayah Hungaria jatuh di bawah
pendudukan tentara Ottoman, sementara Raja Louis II sendiri tewas dalam peperangan tersebut.
Suleiman I lantas memberikan Hungaria kepada Janos Zapolya, seorang pangeran Transylvania
yang mengakui otoritas Ottoman.
Namun demikian, pemimpin Hapsburg (Austria), Charles V, dan saudaranya, Ferdinand,
berupaya merebut kembali Hungaria untuk menuntut balas atas kematian Louis II yang juga
kerabat mereka (istri Louis II adalah adik kandung Charles V—Red).
Merespons situasi tersebut, Suleiman I kembali lagi ke Balkan dengan membawa pasukan
dalam jumlah besar pada 1529. Kali ini tentara Ottoman bergerak sampai ke ibu kota Austria,
Wina. Namun, musuh utama Sulaiman I ketika itu bukanlah pasukan Hapsburg, melainkan cuaca
yang buruk. Hujan yang turun deras selama berbulan-bulan memaksa tentara Ottoman
meninggalkan persenjataan berat mereka sebelum sampai ke Wina.
Tiga tahun berikutnya, Sulaiman I dan pasukannya kembali bergerak ke Wina dengan
kekuatan militer yang jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Tentara Ottoman tiba di kota itu
pada akhir musim 1532. Ketika itu hanya Ferdinand yang tinggal di Wina, sementara Charles V
sedang berada di Regsenburg, Bavaria (Jerman sekarang), yang berjarak  402 km di sebelah barat
Wina.
Charles enggan membantu saudaranya itu. Dalam perjanjian damai pada 1533, Ferdinand
akhirnya menyerahkan sebagian besar klaimnya terhadap Hungaria dan mengakui Zapolya
sebagai penguasa yang dilindungi Ottoman. Sementara, Sulaiman I membiarkan keluarga
Hapsburg untuk tetap memiliki wilayah bagian barat laut Hungaria dengan kewajiban membayar
upeti tahunan kepada pemerintah Ottoman.
Kesepakatan tersebut berlangsung sampai 1540, ketika Zapolya meninggal dan tanpa
diduga-duga malah mewariskan tanah yang dikuasainya kepada Ferdinand. Ketika Ferdinand
mencoba mengambil wilayah Zapolya dengan paksa, Sulaiman I mengerahkan kembali
pasukannya dan menganeksasi Hungaria.
Pertempuran selanjutnya berlangsung di Hungaria, Kroasia, dan Slovenia. Pada 1547,
kedua belah pihak akhirnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata selama lima tahun sambil
membahas status pembagian Hungaria. Namun, empat tahun berikutnya, pertempuran pecah
kembali, hingga berakhir dengan pembaruan perjanjian damai.
Beberapa catatan mengenai ekspansi yang dilakukan Sulaiman I di daratan Eropa tersebut
di atas, menjadikannya sebagai salah satu pemimpin terkuat Dinasti Ottoman. Namun, sultan
kesepuluh Ottoman itu tidak hanya terkenal karena prestasi militernya, tetapi juga berbagai
kemajuan yang dia capai di berbagai bidang lainnya

B.Pengalaman

Pada 1521 dan 1522, Sultan Suleiman I secara berturut-turut memimpin gerakan
melawan Hongaria, khususnya Belgrade, dan Rhodes. Kekuatan militer Hongaria pun dapat
dipatahkan sepenuhnya pada 1526. Setelah Eropa, pada 1530-an Suleiman I mengalihkan
perhatiannya ke Dinasti Safawiyah di Persia, yang telah menjadi lawan secara turun-temurun.
Gerakan itu berhasil membuat sebagian besar Timur Tengah dan Afrika Utara jatuh ke
tangannya.

Pada 1538, Kota Aden di Yaman direbut oleh Kekaisaran Turki Usmani untuk dijadikan
basis serangan terhadap bangsa Portugis. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk
membangun kembali hubungan perdagangan dengan Kekaisaran Mughal. Selain itu, Suleiman I
juga memimpin ekspansi ke wilayah Mediterania dan Afrika Utara. Praktik ekspansi yang
dilakukan Sultan Suleiman I selama berkuasa berhasil membawa wilayah Asia Kecil, Armenia,
Irak, Syria, Hejaz, dan Yaman di Asia Barat; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika Utara;
serta Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa Timur, jatuh ke
tangan Kekaisaran Turki Usmani.

Di bawah pemerintahannya, armada Ottoman mendominasi laut dari Mediterania ke Laut


Merah dan melalui Teluk Persia. Dampak perluasan wilayah ini terhadap perekonomian Turki
Usmani adalah meluasnya jalur perdagangan dan melimpahnya upeti tahunan dari daerah
taklukannya. Hal lain yang membuat Sultan Suleiman I berbeda dari pendahulunya adalah ia
dikenal sebagai legislator ulung hingga disebut sebagai Al-Qanuni atau pembuat undang-undang.
Sultan Suleiman I berusaha mereformasi undang-undang supaya sesuai dengan perubahan pada
kekaisaran, tetapi tetap tidak melanggar hukum Islam. Hasilnya adalah Undang-Undang
Utsmaniyah yang kemudian diterapkan oleh kekaisaran selama lebih dari tiga abad.

Terlepas dari pencapaiannya, Sultan Suleiman I ternyata rela melanggar tradisi


keluarganya ketika menikahi Hurrem Sultan atau dikenal sebagai Roxelana. Roxelana adalah
putri pendeta yang masuk Islam dan juga seorang harem, yang kemudian menjadi selir dan
akhirnya menjadi istri resmi sultan. Keputusan sultan untuk menjadikan Roxelana sebagai istri
resminya membuat istana dan seluruh kota tercengang. Belum lagi ketika Roxelana
diperbolehkan tinggal dengan sultan di istana selama sisa hidupnya. Padahal, seorang harem
seharusnya diasingkan ke kota lain bersama anaknya dan tidak diperbolehkan kembali ke istana
kecuali keturunan mereka menjadi penerus takhta.

Sultan Suleiman I meninggal pada 6 September 1566, saat menjalankan ekspedisi ke


Hongaria. Jenazahnya kemudian dibawa kembali ke Istanbul dan dimakamkan di Masjid
Sulaimaniyah. Setelah itu, takhta jatuh ke tangan Selim II, putra Suleiman I dan Roxelana. Sultan
Suleiman I telah berhasil mengantarkan Kekaisaran Turki Usmani menuju puncak keemasan.
Sayangnya, setelah dirinya wafat, Kekaisaran Ottoman perlahan-lahan mulai mengalami
kemunduran.

C.Prestasi Sultan Suleiman 1


Prestasi yang didapatkan oleh Sultan Suleiman I sebagai berikutt :
 Penyusunan undang-undang Ottoman.
 Penaklukan Belgrade, Rhodes, dan sebagian besar Hongaria.
 Aneksasi sebagian besar Timur Tengah dan Afrika Utara (hingga sejauh Aljazair di
barat).
 Armadanya menguasai Laut Tengah, Merah, dan Teluk Persia.
 Reformasi legislatif terkait perpajakan, pendidikan, dan hukum kriminal.
 Pelindung budaya, Ottoman berjaya di bidang artistik dan sastra.
 Pengamanan jalur perdagangan India yang sebelumnya dikuasai Portugal. Bersama
India menjaga jalur ini selama abad ke-16.

D.Gaya Kepemimpinan Sultan Suleiman I

Menurut H Erdem Cipa dalam The Making of Selim: Succession, Legitimacy and Memory
in the Early Modern Ottoman World (2017), sejumlah penulis pada abad ke-16 mengenang
kepemimpinan Sultan Selim I sebagai masa yang penuh kedamaian dan keadilan bagi negerinya.
Mevlana Isa yang menulis pada zaman Sultan Suleiman I al-Qanuni bahkan mengibaratkan, pada
zaman Selim I kumpulan domba dan serigala dapat berjalan beriringan tanpa saling bertengkar,
dan begitu juga tikus terhadap kucing.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan :

Sulaiman al-Qanuni adalah sosok pemimpin yang berhasil membangun kekuatan politik,
militer, ekonomi sekaligus kebudayaan. Selama 46 tahun berkuasa, Sulaiman membangun
beragam proyek arsitektur dan kebudayaan, sehingga Istanbul menjadi pusat perkembangan seni
visual, musik, menulis, dan filsafat di dunia Islam. Kepiawaiannya dalam memimpin,
membuatnya mendapat gelar “The Magnificent” atau “The Great”. Salah satu upaya paling
prestisius yang berhasil dicapai Sulaiman adalah tersusunnya sebuah kitab undangundang yang
diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi seluruh masyarakat kerajaan
Islam Utsmani. Sehingga atas jasanya inilah Sulaiman diberi gelar “al-Qanuni”.

Anda mungkin juga menyukai